Anda di halaman 1dari 153

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN INDEKS

MASSA TUBUH (IMT) DAN KADAR HEMOGLOBIN


NARAPIDANA UMUM WANITA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
dengan Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat

Oleh :
PUJI SRI RAHAYUNINGTYAS
NIM : 25010114140361

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

© 2018

Hak Cipta ada pada Penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : PUJI SRI RAHAYUNINGTYAS


NIM : 25010114140361

Judul Skripsi:
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN
KADAR HEMOGLOBIN NARAPIDANA UMUM WANITA SEMARANG

Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini


telah selesai dibuat pada tanggal 28 Mei 2018 dan dinyatakan sah karena telah
dipertahankan di hadapan Penguji pada tanggal 05 Juni 2018.

Pembimbing Pendamping Pembimbing Utama

Dr. M. Zen Rahfiludin, SKM.,


M.Kes Dina Rahayuning P, S.TP., M.Gizi
NIP. 197204201997021001 NIP. 198206252005012001

Penguji

Ir. Laksmi Widajanti, M.Si


NIP. 196608131992032003

Semarang, 08 Juni 2018

Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hanifa Maher Denny, SKM., MPH., PhD


NIP 196901021994032001

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : PUJI SRI RAHAYUNINGTYAS


NIM : 25010114140361

Judul Skripsi:
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN
KADAR HEMOGLOBIN NARAPIDANA UMUM WANITA SEMARANG

Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ini


telah selesai dibuat pada tanggal 28 Mei 2018 dan pada tanggal 05 Juni 2018
disetujui Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping untuk diujikan.

Pembimbing Utama

Dina Rahayuning P, S.TP., M.Gizi


NIP. 198206252005012001

Pembimbing Pendamping

Dr. M. Zen Rahfiludin, SKM., M.Kes


NIP. 197204201997021001

HALAMAN PERSEMBAHAN

iv
Bismillahirrahmanirrahiim
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang beriman dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Mujadilah: 11)

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan


sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar” (QS. Al-Baqarah: 153)

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5)

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan jalan baginya menuju syurga” (HR. Muslim)

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain) dan hanya kepada tuhanmu lah engaku berharap”
(QS. Al-Insyirah: 7-8)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh


Segala puji bagi Allah, yang maha pengampun dan maha penyayang.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua saya. Bapak dan Ibu
saya (Sentot Sumarlan dan Dewita) yang berada di Kota Serang yang selalu
memberikan dukungan, doa, dan juga semangat yang terus menerus selama
saya menuntut ilmu dan jauh dari mereka. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada adik-adik saya (Ratna Nur Fitriyani dan Haryo Nayoko Yudo Pamungkas)
yang selalu memberikan semangat kepada saya meskipun hanya lewat sebuah
telepon genggam. Kalian adalah orang-orang yang berarti dalam kehidupan
saya, semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keselamatan untuk kita
semua, serta semoga kalian semua selalu dalam lindungan Allah SWT.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v
A. Data Pribadi
Nama : Puji Sri Rahayuningtyas
NIM : 25010114140361
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 05 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Komplek Pemda Blok C8 Nomor 8, Kota Serang,
Provinsi Banten
Nomor HP : 081282019782
Email : pujityas1996@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
1. 2000 – 2002 : TK Fajar Komplek Pemda, Kota Serang
2. 2002 – 2008 : SD Negeri Cipocok Jaya 1, Kota Serang
3. 2008 – 2011 : SMP Negeri 1 Kota Serang
4. 2011 – 2014 : SMA Negeri 1 Kota Serang
5. 2014 – 2018 : S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Diponegoro, Kota Semarang
C. Riwayat Organisasi
1. 2014 – 2015 : Anggota Staff Muda Humas PIRC FKM UNDIP
2. 2017 – 2018 : Kepala Departement Kewirausahaan Forum
Gizi Masyarakat FKM UNDIP

KATA PENGANTAR

vi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah, dan keridhaan-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik. Penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Asupan Gizi
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kadar Hemoglobin Narapidana
Umum Wanita Semarang” disusun sebagai salah satu syarat guna mencapai
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro. Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini juga tidak
lepas dari bantuan,bimbingan, petunjuk dan saran berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hanifa Maher Denny, SKM., MPH., PhD, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
2. Dina Rahayuning P, S.TP., M. Gizi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, dan
semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh kesabaran.
3. Dr. M. Zen Rahfiludin, SKM., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan,
masukan, kritik, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Ir. Laksmi Widajanti, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah berkenan
memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Mursid Rahardjo, MSi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan
arahan, motivasi dan doa selama masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
6. Lapas Perempuan Klas IIA Semarang atas bantuan dan kerjasama selama
proses pengumpulan data skripsi.
7. Bapak dan Ibu tercinta (Sentot Sumarlan dan Dewita), serta adik-adiku
tersayang (Ratna Nur Fitriyani dan Haryo Nayoko Yudo Pamungkas) atas
dukungan, cinta, kasih sayang, doa, nasihat, dan semangat.
8. Sahabat-sahabatku selama menuntut ilmu di Universitas Diponegoro (Fani
Rizky Nugraheni, Santya Nareswari, Ulima Shalsabilla, Nurnahariah, dan
Deskania Anggia Paramita) yang senantiasa saling mendoakan, mendukung,
serta membantu dalam penelitian.

vii
9. Teman-teman seperjuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro yang senantiasa mendukung, berbagi pengalaman dan ilmunya
selama masa perkuliahan.
10. Teman-teman Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro yang senantiasa mendukung, berbagi
pengalaman dan ilmunya selama masa perkuliahan.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah
hingga penyelesaian skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan


informasi bagi semuanya.

Semarang, 08 Juni 2018


Penulis

Puji Sri Rahayuningtyas

viii
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
2018

ABSTRAK

PUJI SRI RAHAYUNINGTYAS


HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN
KADAR HEMOGLOBIN NARAPIDANA UMUM WANITA SEMARANG
xvii + 94 halaman + 27 tabel + 3 gambar + 17 lampiran

Narapidana memiliki hak untuk mendapatkan makanan yang layak. Makanan


tersebut harus memenuhi gizi seimbang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
serta layak dan aman untuk dikonsumsi agar dapat menunjang status gizi dan
status kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan gizi dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan kadar hemoglobin pada narapidana umum wanita Klas
IIA Semarang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
explanatory research dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampel
dengan cara total sampling yang berjumlah 52 orang narapidana umum wanita.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata IMT: 23,32 kg/m2 ± 4,08, kadar
hemoglobin: 10,80 g/dl ± 1,55, asupan energi: 1796,70 kkal ± 2484,80, protein:
70,10 g ± 29,90, vitamin A: 1361,50 µg ± 671,20, vitamin C: 124,40 mg ± 86,60,
zat besi: 12,10 mg ± 3,16, dan asam folat: 283,40 µg ± 98,80. Hasil analisis
bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan total tingkat kecukupan energi (p
< 0,001, r = 0,754) dan total tingkat kecukupan protein (p < 0,001, r = 1,000)
dengan IMT, terdapat hubungan total tingkat kecukupan energi (p < 0,001, r =
0,755 dan total tingkat kecukupan protein (p < 0,001, r = 0,970) dengan kadar
hemoglobin, tidak terdapat hubungan total tingkat kecukupan vitamin A (p =
0,459, r = 0,105), total tingkat kecukupan vitamin C (p = 0,271, r = 0,156), total
tingkat kecukupan zat besi (p = 0,166, r = 0,195) dan total tingkat kecukupan
asam folat (p = 0,285, r = 0,151) dengan kadar hemogloboin.

Kata Kunci : Narapidana umum wanita, asupan gizi, IMT, kadar hemoglobin,
dan aktivitas fisik.
Kepustakaan : 96, 1995 - 2017

ix
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
DIPONEGORO UNIVERSITY
SEMARANG
MAJORING IN PUBLIC HEALTH NUTRITION
2018

ABSTRACT

PUJI SRI RAHAYUNINGTYAS


THE CORRELATION OF NUTRIENT INTAKE WITH BODY MASS INDEX (BMI)
AND HEMOGLOBIN LEVELS OF SEMARANG COMMON WOMEN
PRISONERS
xvii + 94 pages + 27 tables + 3 figures + 17 appendices

The prisoners have the right to receive decent food service. The food must meet
the balanced nutrition, in terms of both quality and quantity as well as feasible
and safe for consumption in order to support the nutritional status and health
status in order to improve the quality of human resources. The purpose of this
research is to analyze the correlation of nutrient intake with Body Mass Index
(BMI) and hemoglobin levels of common Women Prisoners Class IIA Semarang.
The research method used in this research is explanatory research with cross-
sectional design. The Sampling technique used was total sampling with a total
sample of 52 female prisoners. The results showed that the average BMI was
23,32 kg/m2 ± 4,08, hemoglobin levels was 10,80 g/dl ± 1,55, total intake of
energy: 1796,70 kkal ± 2484,80, protein was 70,10 g ± 29,90, vitamin A was
1361,50 µg ± 671,20, vitamin C was 124,40 mg ± 86,60, iron was 12,10 mg ±
3,16, folat acid was 283,40 µg ± 98,80. The results of the bivariate analysis
showed that there was correlation total intake of energy (p < 0,001, r = 0,754),
protein (p < 0,001, r = 1,000) and BMI, there was correlation total intake of
energy (p < 0,001, r = 0,755), protein (p < 0,001, r = 0,970) and hemoglobin
levels, there was no correlation total intake of vitamin A (p = 0,459, r = 0,105),
vitamin C (p = 0,271, r = 0,156), iron (p = 0,166, r = 0,195), folic acid (p = 0,285, r
= 0,151) and hemoglobin levels.

Keywords : Common women prisoners, nutrient intake, BMI, hemoglobin


levels and physical activity.
Bibliography : 96, 1995 - 2017

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN HAK CIPTA.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP......................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7
A. Asupan Zat Gizi............................................................................. 7
B. Status Gizi..................................................................................... 14
C. Penilaian Status Gizi...................................................................... 15
D. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi......................................... 17
E. Hemoglobin................................................................................... 20
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin................. 21
G. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) dengan Easy Tocuh GCHb........... 25
H. Metode Penimbangan Makanan.................................................... 25
I.Kerangka Teori................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 29


A. Kerangka Konsep.......................................................................... 29
B. Hipotesis Penelitian....................................................................... 30
C. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 31
D. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................... 31
E. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 31
F. Variabel Penelitian......................................................................... 32
G. Definisi Operasional....................................................................... 33
H. Sumber Data Penelitian................................................................. 36
I.Instrumen Penelitian........................................................................ 36
J. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 38
K. Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 40

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................... 44
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 44
B. Karakteristik Nrapidana Umum Wanita.......................................... 49
C. Hasil Analisisi Univariat.................................................................. 50
D. Hasil Analisis Bivariat..................................................................... 55
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................. 60
A. Karakteristik Narapidana Umum Wanita........................................ 60
B. Analisis Univariat........................................................................... 61
C. Analisisi Bivariat............................................................................. 74
D. Keterbatasan Penelitian................................................................. 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 86
A. Kesimpulan.................................................................................... 86
B. Saran............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 88
LAMPIRAN.................................................................................................... 94

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.............................................................
7
Tabel 2.2 Cut of Points Tingkat Kecukupan Energi (TKE)...........................
8
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Energi Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.............................................................
9
Tabel 2.4 Cut of Points Tingkat Kecukupan Protein (TKP)..........................
9
Tabel 2.5 Angka Kecukupan Vitamin A Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.............................................................
10................................................................................................

xii
Tabel 2.6 Cut of Points Tingkat Kecukupan Vitamin A.................................
10
Tabel 2.7 Angka Kecukupan Vitamin C Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.............................................................
11
Tabel 2.8 Cut of Points Tingkat Kecukupan Vitamin C................................
12
Tabel 2.9 Angka Kecukupan Zat Besi Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.............................................................
12
Tabel 2.10 Cut of Points Tingkat Kecukupan Zat Besi...................................
13
Tabel 2.11 Angka Kecukupan Asam Folat Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin.............................................................
14
Tabel 2.12 Cut of Points Tingkat Kecukupan Asam Folat..............................
14
Tabel 2.13 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia..............................
15
Tabel 2.14 Cut of Points Kadar Hemoglobin.................................................
20
Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................
33
Tabel 4.1 Menu sepuluh (10) Hari Lapas Klas IIA Semarang......................
48
Tabel 4.2 Karaketristik Narapidana Umum Wanita Lapas Klas IIA
Semarang....................................................................................
49
Tabel 4.3 Rerata Asupan Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin C,
Zat Besi dan Asam Folat Narapidana Umum Wanita di
Lapas Klas IIA Semarang............................................................
51
Tabel 4.4 Rerata Persentase Tingkat Kecukupan Energi,
Protein, Vitamin A, Vitamin C, Zat Besi dan Asam Folat
Narapidana Umum Wanita di Lapas Klas IIA
Semarang....................................................................................
52

xiii
Tabel 4.5 Total Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Vitamin A,
Vitamin C, Zat Besi, dan Asam Folat Narapidana
Umum Wanita di Lapas Klas IIA Semarang.................................
53
Tabel 4.6 Indeks Massa Tubuh (IMT) Narapidana Umum Wanita
di Lapas Klas IIA Semarang........................................................
53
Tabel 4.7 Kadar Hemoglobin Narapidana Umum Wanita di
Lapas Klas IIA Semarang............................................................
54
Tabel 4.8 Aktivitas Fisik Narapidana Umum Wanita di Lapas
Perempuan Klas IIA Semarang...................................................
54
Tabel 4.9 Korelasi TKE dan TKP dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) Narapidana Umum Wanita di Lapas Klas IIA
Semarang....................................................................................
55
Tabel 4.10 Korelasi Tingkat Kecukupan Gizi dengan Kadar
Hemoglobin Narapidana Umum Wanita di Lapas Klas
IIA Semarang...............................................................................
56
Tabel 4.11 Korelasi Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) Narapidana Umum Wanita di Lapas Klas IIA
Semarang....................................................................................
58
Tabel 4.12 Korelasi Lama Tinggal dengan Status Gizi (IMT dan
Kadar Hemoglobin) Narapidana Umum Wanita di
Lapas Klas IIA Semarang............................................................
58

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori..........................................................................
28
Gambar 3.1 Kerangka Konsep......................................................................
29
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lapas Perempuan Klas IIA
Semarang.................................................................................
46

xv
DAFTAR SINGKATAN

AKE : Angka Kecukupan Energi


AKG : Angka Kecukupan Gizi
AKP : Angka Kecukupan Protein
BB : Berat Badan
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan
DNA : Deoksiribosa Nucleat Acid
FFQ : Food Frequency Questionaire
IMT : Indeks Massa Tubuh
Lapas : Lembaga Permasyarakatan
PAL : Physical Activity Level
SDM : Sumber Daya Manusia
TB : Tinggi Badan
TKE : Tingkat Konsumsi Energi
TKFe : Tingkat Konsumsi Zat Besi
TKFolat : Tingkat Konsumsi Asam Folat
TKG : Tingkat Kecukupan Gizi
TKP : Tingkat Konsumsi Protein
TKVA : Tingkat Konsumsi Vitamin A
TKVC : Tingkat Konsumsi Vitamin C
URT : Ukuran Rumah Tangga
WBP : Warga Binaan Perempuan

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian................................................................
L-1
Lampiran 2. Formulir Informed Consent.....................................................
L-2
Lampiran 3. Kuisioner Penyaringan............................................................
L-3
Lampiran 4. Formulir Penimbangan Makanan............................................
L-4
Lampiran 5. Formulir Kuesioner Semi Kuantitatif Frekuensi
Pangan...................................................................................
L-5
Lampiran 6. Formulir Pengukuran IMT.......................................................
L-6
Lampiran 7. Formulir Pengukuran Kadar Hemoglobin................................
L-7
Lampiran 8. Formulir Pencatatan Aktivitas Fisik 24 Jam.............................
L-8
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Karakteristik Narapidana Wanita................
L-9
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Asupan Energi Narapidana
Wanita.....................................................................................
L-10
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Asupan Protein Narapidana
Wanita.....................................................................................
L-11
Lampiran 12. Rekapitulasi Data Asupan Vitamin A Narapidana
Wanita.....................................................................................
L-12
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Asupan Vitamin C Narapidana
Wanita.....................................................................................
L-13
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Asupan Zat Besi Narapidana
Wanita.....................................................................................
L-14

xvii
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Asupan Asam Folat Narapidana
Wanita.....................................................................................
L-15
Lampiran 16. Hasil SPSS.............................................................................
L-16
Lampiran 17. Foto-Foto Kegiatan ................................................................
L-17

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) merupakan tempat untuk
melaksanakan pembinaan narapidana.1 Narapidana merupakan seseorang
yang sedang menanggung masa hukumannya dalam Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) akibat perbuatannya yang melanggar hukum.2
Narapidana seharusnya mendapatkan hak yang semestinya mereka
dapatkan di dalam Lapas, salah satunya yaitu mendapatkan makanan yang
sesuai dengan kebutuhannya dan pelayanan kesehatan yang memadai,
sehingga dapat mempertahankan serta meningkatkan status kesehatan.1,3
Narapidana wanita termasuk kedalam kelompok masyarakat yang
rawan gizi dan perlu perhatian khusus, hal ini disebabkan karena siklus
kehidupan narapidana wanita lebih memerlukan asupan zat-zat gizi dalam
jumlah yang besar dibandingkan narapidana laki-laki dan kelompok
masyarakat lainnya. Salah satu upaya perbaikan gizi di dalam Lapas bisa
melalui proses pelayanan makanan di dalam Lapas tersebut.
Proses pelayanan makanan untuk narapidana di dalam Lapas harus
memenuhi gizi seimbang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta
layak dan aman untuk dikonsumsi agar dapat menunjang status gizi dan
status kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM).4 Oleh sebab itu, dikeluarkan Surat Edaran Dirjen Pemasyarakatan No
E.PP.02.05-02 tanggal 20 September tahun 2007 yang menyatakan tentang
peningkatan pelayanan makan bagi narapidana pria dan wanita dewasa yaitu
sebesar 2.250 kkal untuk energi dan 60 gram untuk protein.5
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menyatakan
bahwa hasil studi mengenai status kesehatan warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan menunjukan bahwa prevalensi penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan gizi mencapai 40,9%, prevalensi penyakit avitaminosis
14,3 %, dan anemia sebesar 8,2%.6 Penelitian yang dilakukan oleh Lisma
Juratmy menunjukan narapidana wanita sebesar 76,4% asupan energy nya
termasuk dalam kategori kurang dan sebesar 94,4% narapidana wanita
asupan protein nya termasuk dalam kategori kurang.7 Hasil penelitian
tersebut dapat menjadi gambaran bahwa penyediaan makanan di dalam

1
2

Lapas belum memenuhi kebutuhan narapidana wanita. Oleh karena itu,


penyediaan makanan perlu mendapatkan perhatian khusus agar sesuai
dengan kebutuhan gizi masing masing narapidana.
Asupan makanan baik jumlah dan kualitas yang tidak sesuai dengan
kebutuhan akan mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan,
kekurangan gizi dan kekurangan beberapa zat gizi yang memiliki fungsi
dalam pembentukan hemoglobin, sehingga sangatlah wajar terdapat
narapidana wanita yang mengalami anemia disebabkan oleh asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan narapidana wanita.
Anemia adalah suatu keadaan sel-sel darah merah atau hemoglobin
dalam darah yang kurang dari batas normal, biasanya disebabkan oleh
terlambatnya produksi sel-sel darah merah atau mudah hilangnya darah dari
tubuh yang mencerminkan gangguan sisntesis hemoglobin atau pada proses
prosuksi eritrosit8
Pada umumnya prevalensi tertinggi dalam kasus anemia pada wanita
disebabkan oleh tingkat konsumsi zat besi yang tidak sesuai kebutuhan, dan
penyerapan zat besi di dalam tubuh rendah. Selain itu bisa juga disebabkan
oleh pendarahan, penyakit malaria, dan berbagai macam penyakit infeksi.
Rata-rata kasus anemia di seluruh dunia lebih dari 50% secara langsung
disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi,9 serta kekurangan satah satu
atau lebih zat-zat gizi yang berperan dalam metabolisme, pembentukan, dan
eritropoesis sel darah merah antara lain energi, protein, vitamin A, Vitamin
B6, vitamin B12, vitamin C, besi (Fe), asam folat, seng (Zn).10
Kondisi anemia pada WUS dapat meningkatkan risiko anemia pada
siklus-siklus kehidupannya seperti pada masa kehamilan dan pada masa
menyusui. Anemia pada masa kehamilan dapat meningkatkan risiko
kematian ibu pada saat melahirkan, meningkatkan risiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), janin dan ibu mudah sekali
terserang infeksi, meningkatkan kejadian keguguran dan meningkatkan risiko
bayi lahir prematur.11
Asupan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.12
Keragaman pangan meningkatkan mutu gizi makanan yang dikonsumsi yang
pada akhirnya akan meningkatkan status gizi. 13 Status gizi wanita, terutama
pada masa usia subur merupakan elemen pokok dalam kesehatan
reproduksi meliputi pra-kehamilan, kehamilan dan kesehatan ibu yang
3

menyusui anaknya. Pengaruh kehamilan dan persalinan pada wanita


merupakan indikator kesehatan penting.
Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu parameter yang bisa
digunakan untuk mengetahui status gizi WUS.14 Indeks Massa Tubuh dapat
menggambarkan kondisi seseorang mengalami kelebihan atau kekurangan
berat badan. Selain itu, IMT juga dapat digunakan untuk menggambarkan
kondisi status gizi sebelum kehamilan yang bertujuan untuk mengetahui
kelompok ibu hamil dengan risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK). KEK
pada usia muda dapat berlanjut pada saat masa kehamilan dan menyusui
dikarenakan memiliki cadangan energi dan gizi yang rendah.15 KEK dalam
jangka waktu yang cukup lama pada WUS dan ibu hamil dapat meningkatkan
risiko untuk melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).16
Prevalensi nasional untuk KEK pada WUS di Indonesia sebesar
13,6%.17 Prevalensi risiko KEK pada wanita hamil di Provinsi Jawa Tengah
memiliki prevalensi risiko KEK pada wanita hamil yaitu sebesar 23,2% dan
untuk wanita tidak hamil sebesar 20,2%.18 Prevalensi wanita kurus sebesar
11,7%, dan wanita obesitas sebesar 30,2%.18 Hasil studi tentang kesehatan
warga binaan di Lembaga Pemasayarakatan menunjukan bahwa prevalensi
warga binaan yang mengalami gizi kurang mencapai 14,3%.6
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang merupakan unit
pelaksana teknis yang bertujuan membina narapidana wanita.
Penyelenggaraan makanan pada narapidana wanita berbeda dengan
narapidana pria, dikarenakan jumlah asupan gizi yang dibutuhkan berbeda.
Narapidana wanita memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh narapidana
pria seperti siklus menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Oleh karena
itu, asupan gizi bagi narapidana wanita harus mendapatkan perhatian khusus
agar dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. Pada
kenyataannya, di Lapas tersebut masih terdapat narapidana yang kurang
mendapatkan asupan makanan dikarenakan jumlah penghuni yang berlebih
menyebabkan mereka harus berbagi dengan penghuni lain. Lembaga
Pemasyarakatan tersebut juga tidak memiliki ahli gizi yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan makanan terutama dalam hal asupan,
sehingga makanan yang di distribusikan ke narapidana wanita kurang sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Tingkat Kecukupan Gizi (TKG)
masing-masing narapidana. Hal tersebut dapat mengakibatkan narapidana
4

semakin rentan mengalami kekurangan gizi dan penyakit-penyakit lain akibat


kekurangan asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Beradasarkan permasalahan tersebut, peneliti perlu melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai hubungan asupan gizi dengan status gizi dan
status anemia narapidana umum wanita dengan obyek di Lapas Klas IIA
Wanita Semarang. Peneliti mengangkatnya sebagai tema skripsi yang
berjudul “Hubungan Asupan Gizi terhadap IMT dan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita Semarang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut dapat dirumuskan
permasalahan penelitian adalah mengenai apakah ada hubungan asupan zat
gizi dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan kadar hemoglobin pada
narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang usia
19-49 tahun?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan asupan gizi dengan IMT (Indeks Massa
Tubuh) dan kadar hemoglobin pada narapidana umum wanita Klas IIA
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a) Mendeskripsikan identitas responden, IMT, kadar hemoglobin, total
tingkat kecukupan energi, total tingkat kecukupan protein, total
tingkat kecukupan asupan vitamin A, total tingkat kecukupan vitamin
C, total tingkat kecukupan zat besi dan total tingkat kecukupan asam
folat.
b) Menganalisis hubungan total tingkat kecukupan energi dengan IMT
pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA Semarang.
c) Menganalisis hubungan total tingkat kecukupan protein dengan IMT
pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA Semarang.
d) Menganalisis hubungan total tingkat kecukupan energi dengan kadar
hemoglobin pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA
Semarang.
e) Menganalisis hubungan total tingkat kecukupan protein dengan kadar
hemoglobin pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA
Semarang.
f) Menganalisis hubungan total vitamin A dengan kadar hemoglobin
pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA Semarang.
5

g) Menganalisis hubungan total vitamin C dengan kadar hemoglobin


pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA Semarang.
h) Menganalisis hubungan total zat besi dengan kadar hemoglobin pada
narapidana umum wanita Lapas Klas IIA Semarang.
i) Menganalisis hubungan total asam folat dengan kadar hemoglobin
pada narapidana umum wanita Lapas Klas IIA Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada Lapas Perempuan Klas IIA Semarang mengenai asupan gizi yang
sesuai dengan kebutuhan narapidana agar diperoleh kondisi gizi dan
kesehatan yang baik dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM).
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah keilmuan yang
menambah wawasan pengetahuan bagi masyarakat khusunya mengenai
hubungan asupan gizi dengan IMT dan kadar hemoglobin pada wanita
dewasa.
3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan
dan bahan bacaan di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro khusunya Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat
yang nantinya diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang
berkepentingan.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam
rangka menyusun teori atau konsep-konsep baru untuk pengembangan
pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan
IMT serta Kadar hemoglobin yang dipengaruhi oleh asupan gizi di
Lembaga Pemasyarakatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan penelitian di Bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat khususnya Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
2. Lingkup Masalah
Masalah penelitian ini dibatasi pada kajian hubungan asupan gizi
dengan IMT dan kadar hemoglobin narapidana umum wanita Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Semarang.
6

3. Lingkup Sasaran
Sasaran pada penelitian ini adalah narapidana umum wanita di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Semarang.
4. Lingkup Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross
sectional.
5. Lingkup Lokasi
Penilitian ini dilakukan di di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Klas IIA Semarang.
6. Lingkup Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asupan Zat Gizi


Asupan makanan merupakan jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi dan masuk kedalam tubuh guna mendapatkan energi untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Asupan makanan di klasifikasikan menjadi
asupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan asupan asupan zat gizi mikro.
1. Asupan energi
Energi berasal dari proses metabolisme protein, lemak, dan
karbohidrat di dalam tubuh. Satuan ukuran energi yaitu kilokalori (kkal).
Jumlah energi dihasilkan dari oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein.
Dalam diet 1 gram karbohidrat memberikan ± 16 KJ (4 kkal), 1 gram lemak
memberikan ± 37 KJ (9 kkal) dan protein memberikan ± 16 KJ (4 kkal).19
Energi memiliki fungsi yaitu sebagai zat tenaga untuk proses
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, serta pengaturan suhu
dan aktivitas fisik.21 Makanan sumber energi pada umumnya yaitu pangan
yang kaya akan lemak, karbohidrat dan protein.20
Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan bagi bangsa
Indonesia paling akhir yaitu dikeluarkan pada tahun 2013 melalui surat
Keputusan menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013.21
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Berdasarkan Kelompok Umur Pada
Wanita
Kelompok Umur Kecukupan Energi yang Dianjurkan (kkal/hari)
19-29 th 2250
30-49 th 2150
Hamil (+an)
Trimester 1 +180
Trimester 2 +300
Trimester 3 +300
Menyusui (+an)
6 bln pertama +330
6 bln kedua +400
Sumber: Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013.21
Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dihitung berdasarkan asupan energi
per hari dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan dikali 100% dan
dinyatakan dalam (%) AKG. Berikut rumus perhitungan TKE Individu:

TKE = X 100%

7
8

Tabel 2.2 Cut off Points Tingkat Kecukupan Energi (TKE) per Hari
Kategori Cut off Points
Kurang < 80% AKG
Normal 80-110% AKG
Lebih > 110% AKG
Sumber: Widajanti, Laksmi., 2009.22
Kekurangan asupan energi dapat mengakibatkan penurunan berat
badan, dan apabila penurunan berat badan masih berlanjut akan
berkembang pada tahap dimana seseorang mengalami keadaan gizi
kurang.23 Sementara apabila konsumsi energi dalam jumlah yang berlebih
akan menyebabkan kenaikan berat badan yang meningkatkan risiko
obesitas dan penyakit degenaratif.12
2. Asupan protein
Protein adalah zat gizi yang mempunyai peranan penting bagi proses
kehidupan. Protein berfungsi dalam pembentukan kalori bagi tubuh,
pembentukan dan perbaikan jaringan. Sintesis enzim dan hormon serta
pembentukan antibodi dalam darah yang berguna untuk melawan infeksi
dan penyakit.24 Bahan makanan sumber protein terbagi menjadi dua yaitu
makanan sumber protein hewani dan protein nabati. 20 Sumber pangan yang
mengandung protein hewani yaitu daging berwarna merah, daging ayam,
telur, ikan, susu, keju, dan lain-lain. Sumber protein nabati yaitu seperti
golongan kacang-kacangan. Almatsier mengatakan bahwa makanan yang
bersumber dari bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang
baik dalam jumlah maupun mutu, dibandingkan makanan sumber protein
yang berasal dari nabati.12
Berdasarkan hasil review yang dilakukan oleh Institute of Medicine
(IOM), perhitungan kecukupan protein didasarkan pada kebutuhan protein
per kilogram berat badan menurut umur dan jenis kelamin. Perhitungan
kecukupan protein disesuaikan dengan rata-rata berat badan, serta
dikoreksi dengan faktor koreksi mutu pangan.25
Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan bagi bangsa
Indonesia paling akhir yaitu dikeluarkan pada tahun 2013 melalui surat
Keputusan menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013.21

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Berdasarkan Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin
9

Kelompok Umur Kecukupan Protein yang Dianjurkan (g/hari)


19-29 th 56
30-49 th 57
Hamil (+an)
Trimester 1 +20
Trimester 2 +20
Trimester 3 +20
Menyusui (+an)
6 bln pertama +20
6 bln kedua +20
Sumber: Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013.21
Tingkat Kecukupan Protein (TKP) dihitung berdasarkan asupan
protein per hari dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan dikali 100%
dan dinyatakan dalam (%) AKG. Berikut rumus perhitungan TKP Individu:

TKP = X 100%

Tabel 2.4 Cut off Points Tingkat Kecukupan Protein (TKP) per Hari
Kategori Cut off Points
Kurang < 80% AKG
Normal 80-110% AKG
Lebih > 110% AKG
22
Sumber: Widajanti, Laksmi., 2009.
Kekurangan protein pada orang dewasa umumnya tidak begitu
parah, karena kebutuhan orang dewasa akan protein relatif lebih kecil.
Wanita yang mengalami kekurangan energi dan protein dalam waktu yang
lama akan menyebabkan Kurang KEK, dan akan berdampak buruk saat
memasuki masa kehamilan.26 KEK pada masa kehamilan juga dapat
menyebabkan BBLR.12
Kelebihan protein akan menyebabkan protein mengalami deaminase,
dimana nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan
menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Makanan yang tinggi akan
protein biasanya juga mengandung kandungan lemak yang tinggi sehingga
konsumsi protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.26
3. Asupan vitamin A
Vitamin A merupakan selain berfungsi dalam memelihara kesehatan
mata juga berfungsi dalam memelihara kesehatan jaringak permukaan
epitel tubuh, dan membantu proses pertumbuhan dan pembentukan sel
darah merah. Pada pangan hewani merupakan sumber vitamin A seperti
10

yang terdapat pada hati, kuning telur, susu dan lain sebagainya.12
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) bangsa Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Angka Kecukupan Vitamin A Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Kecukupan Protein yang Dianjurkan (µg/hari)
19-29 th 500
30-49 th 500
Hamil (+an)
Trimester 1 +300
Trimester 2 +350
Trimester 3 +350
Menyusui (+an)
6 bln pertama +350
6 bln kedua +350
Tingkat kecukupan vitamin A dihitung berdasarkan asupan vitamin A
per hari dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan dikali 100% dan
dinyatakan dalam (%) AKG.
Berikut rumus perhitungan Tingkat kecukupan vitamin A Individu:

Tingkat kecukupan vitamin A = X 100%

Tabel 2.6 Cut off Points Tingkat Kecukupan Vitamin A per Hari
Kategori Cut off Points
Cukup ≥ 77% AKG
Kurang < 77%
Sumber: Gibson, R.S.14
Kekurangan vitamin A biasanya dapat terjadi dikarenakan kurangnya
jumlah asupan vitamin A dan terjadinya gangguan penyerapan vitamin A
dalam tubuh. Kekurangan vitamin A pada umumnya menyebabkan
kerusakan pada mata, mudah terserang penyakit, dan lain sebagainya.12
Kelebihan vitamin A dapat terjadi bila konsumsi vitamin A sebagai
suplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan. Gejala yang disebabkan
karena kelebihan vitamin A yaitu pusing, kulit kering, rambut rontok,
anoreksia, dan sakit pada tulang.12
4. Asupan vitamin C
Vitamin C mempunyai peranan dalam memperkuat jaringan otot,
kulit, rambut, urat, dinding-dinding pembuluh darah, serta melarutkan
lemak dalam tubuh. Vitamin C juga berperan dalam absorbsi dan
metabolisme besi, dan berperan juga dalam merubah zat besi ferri menjadi
ferro. Penambahan sumber makanan yang mengandung vitamin C dalam
11

makanan dapat meningkatkan absorbsi besi non-hem sampai empat kali


lipat dan menjadikan absorbsi besi non-hem menjadi sebaik atau lebih baik
dari besi hem.27,28 Vitamin C juga memiliki peranan untuk membantu
absorbsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk
larutan didalam tubuh. Vitamin C juga dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, sehingga terhindar dari infeksi.12 Vitamin C pada
umumnya lebih banyak terdapat dalam sayur dan buah bahkan setelah
melalui proses pemasakan vitamin C dalam sayuran tersebut masih sangat
baik.27,29 Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) bangsa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Angka Kecukupan Vitamin C Berdasarkan Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin
Kelompok Umur Kecukupan Protein yang Dianjurkan (mg/hari)
19-29 th 75
30-49 th 75
Hamil (+an)
Trimester 1 +10
Trimester 2 +10
Trimester 3 +10
Menyusui (+an)
6 bln pertama +25
6 bln kedua +25
Sumber: Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013.21
Tingkat kecukupan vitamin C dihitung berdasarkan asupan vitamin C
per hari dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan dikali 100% dan
dinyatakan dalam (%) AKG. Berikut rumus perhitungan Tingkat kecukupan
vitamin C Individu.

Tingkat kecukupan vitamin C = X 100%

Tabel 2.8 Cut off Points Tingkat Kecukupan Vitamin C per Hari
Kategori Cut off Points
Cukup ≥77% AKG
Kurang < 77% AKG
14
Sumber: Gibson, R.S.
Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan sariawan, skorbut,
terhentinya pertumbuhan tulang.30 Kelebihan vitamin C yang berasal dari
makanan tidak menimbulkan gejala apapun, tetapi konsumsi vitamin C
yang berasal dari suplemen secara berlebihan setiap harinya akan
12

menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu


ginjal.12
5. Asupan besi
Mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia
dan hewan salah satunya yaitu zat besi. Kebutuhan zat besi yang
dianjurkan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) bangsa Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Angka Kecukupan Zat Besi Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Kecukupan Protein yang dianjurkan (mg/hari)
19-29 th 26
30-49 th 26
Hamil (+an)
Trimester 1 +0
Trimester 2 +9
Trimester 3 +13
Menyusui (+an)
6 bln pertama +6
6 bln kedua +8
Sumber: Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013.21
Besi memiliki fungsi seperti membantu proses metabolisme di dalam
tubuh, mempunyai peran dalam dalam proses respirasi sel, kofaktor enzim-
enzim, meningkatkan kemampuan belajar (daya ingat dan konsentrasi),
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan pelarut obat-obatan yang tidak
larut air.12
Tingkat kecukupan zat besi dihitung berdasarkan asupan zat besi per
hari dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan dikali 100% dan
dinyatakan dalam (%) AKG. Berikut rumus perhitungan Tingkat kecukupan
zat besi Individu:

Tingkat kecukupan zat besi = X 100%

Tabel 2.10 Cut off Points Tingkat Kecukupan Zat Besi per Hari
Kategori Cut off Points
Cukup ≥77% AKG
Kurang < 77% AKG
Sumber: Gibson, R.S.14
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi
yang biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dan gangguan
absorbsi besi kedalam tubuh.12 Kekurangan zat besi umumnya disebabkan
13

oleh konsumsi suplemen besi yang berlebihan, dan gejala yang dirasakan
seperti denyut jantung meningkat, mual, muntah, diare, sakit kepala,
mengigau, dan pingsan.12
6. Asupan asam folat
Tubuh manusia membutuhkan asupan folat dari makanan
dikarenakan tidak dapat mensintesi struktur folat.30 Folat terdapat luas di
dalam bahan makanan terutama dalam bentuk poliglutamat. Folat terutama
terdapat di dalam sayuran hijau (istilah folat berasal dari kata latin folium,
yang berarti daun hijau), hati, daging tanpa lemak, serealia utuh, biji-bijian,
kacang-kacangan, dan jeruk.12
Kekurangan folat dapat menyebabkan gangguan metabolisme DNA,
menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan
gangguan darah lain, peradangan lidah (glasitis) dan gangguang saluran
cerna serta konsumsi alkohol dapat mengganggu absorbsi atau
meningkatkan ekskresi asam folat.12
Kelebihan atau keracunan karena konsumsi asam folat dalam
makanan atau dalam bentuk suplemen jarang terjadi. Dosis folat sebanyak
5-10 mg dianggap aman, tetapi sebaiknya dianjurkan untuk menghindari
konsumsi melebihi 2 ½ kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada ibu hamil.12
Kebutuhan asam folat yang dianjurkan sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) bangsa Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11 Angka Kecukupan Asam Folat Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Kecukupan Protein yang dianjurkan (µg)
19-29 th 400
30-49 th 400
Hamil (+an)
Trimester 1 +200
Trimester 2 +200
Trimester 3 +200
Menyusui (+an)
6 bln pertama +100
6 bln kedua +100
Sumber: Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2013.21
Tingkat kecukupan asam folat dihitung berdasarkan asupan asam
folat per hari dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan dikali 100% dan
dinyatakan dalam (%) AKG. Berikut rumus perhitungan Tingkat kecukupan
zat besi Individu:

Tingkat kecukupan asam folat = X 100%


14

Tabel 2.12 Cut off Points Tingkat Kecukupan Asam Folat


Kategori Cut off Points
Cukup ≥77% AKG
Kurang < 77% AKG
Sumber: Gibson, R.S.14
B. Status Gizi
Status gizi merupakan parameter pengukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan
zat-zat gizi didalam tubuh.12 Status gizi dapat diartikan bahwa terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi
yang dikeluarkan.31 Undernutrition dapat diartikan bahwa jumlah energi yang
masuk kedalam tubuh lebih sedikit dibandingkan energi yang dikeluarkan.40
Overnutrition dapat diartikan bahwa jumlah energi yang masuk ke dalam
tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan, dan kelebihan tersebut
akan disimpan dalam bentuk lemak, sehingga meningkatkan risiko seseorang
untuk menjadi gemuk.31

C. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi merupakan kegiatan pemeriksaan keadaan gizi
seseorang yang kemudian dibandingkan dengan standar baku yang telah
ada.32 Metode penilaian status gizi ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penilaian status gizi secara langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan suatu cara penilaian status gizi yang
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan
tingkat gizi seseorang dan tidak bias digunakan untuk mengidentifikasi
zat-zat gizi spesifik.33 Antropometri terbagi menjadi dua macam, yaitu
pengukuran pertumbuhan dan pengukuran komposisi tubuh. Berat
badan dan tinggi badan merupakan dua pengukuran antropometri yang
paling sering digunakan.33 Kedua Indikator tersebut, selalu dibandingkan
dengan umur. Jika salah memprediksi umur maka dalam
menerjemahkan status gizi pun akan terjadi kesalahan
Salah satu jenis indeks antropometri yang dapat digunakan adalah
IMT. Terdapat dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran IMT,
yaitu terdiri dari berat badan dan tinggi badan. IMT dapat dihitung
dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi
badan dalam satuan meter kuadrat.33
15

IMT =

Tabel 2.13 Kategori Ambang Batas IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik
Kategori IMT (Kg/
Underweight < 18,5
Normal 18,5 - 22,9
Overweight 23,0 - 24,9
Obesitas I 25,0 - 29,9
Obesitas II ≥ 30,0
Sumber: WHO 34
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi dengan
melakukan pemeriksaan pada berbagai jaringan epitel tubuh seperti
mata, rambut, kulit, dan lain sebagainya. 32 Metode ini dirancang untuk
mendeteksi tanda-tanda klinis kekurangan salah satu atau lebih zat gizi
secara cepat dan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom).33
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti
darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot
yang selanjutnya diuji secara laboratoris.33 Metode ini dapat digunakan
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.33
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik dapat digunakan untuk
menilai status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat
perubahan struktur jaringan. Penilaiana biofisik dapat dilakukan melalui
tiga cara yaitu tes fungsi fisik, radiologi, dan sitologi.33
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung
a. Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status
gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. 35 Metode
ini dibagi menjadi metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode
16

kualitatif terdiri dari metode frekuensi makan (food frequency), metode


riwayat makan (dietary history), metode telepon dan pendaftaran
makanan (food list).36 Metode kuantitatif terdiri dari metode recall 24 jam
(food recal 24 hours), metode perkiraan makanan (estimated food
records), metode penimbangan makanan (food weighing), metode
pencatatan (food account), metode inventaris (inventory method) dan
metode pencatatan pangan rumah tangga (household food records).
b. Statistik vital
Metode ini digunakan untuk menganalisis data beberapa data
statistik kesehatan, seperti angka mortalitas berdasarkan umur, angka
morbiditas dan kematian yang diakibatkan oleh penyebab tertentu, serta
data lain yang berhubungan dengan gizi. Metode statistik vital
digunakan untuk pertimbangan dalam mengukur status gizi suatu
masyarakat.35
c. Faktor etiologi
Metode ini dapat digunakan dikarenakan masalah gizi dapat terjadi
karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, fisik,
dan lingkungan budaya. Tujuannya untuk mengetahui penyebab
kejadian malnutrisi pada kelompok masyarakat yang nantinya akan
sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi.33

D. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kebutuhan
gizi sesorang. Hal ini dapat dilihat dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan, dimana kebutuhan akan zat gizi dibedakan dalam tiap tingkatan
umur, selain jenis kelamin. Semakin tinggi umur seseorang maka akan
semakin menurun kemampuannya untuk melakukan aktivitas, sehingga
membutuhkan energi yang lebih besar.37
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
kebutuhan gizi sesorang. Perempuan lebih banyak mengandung lemak
17

dalam tubuhnya yang berarti bahwa lebih banyak jaringan tidak aktif di
dalam tubuhnya, meskipun mempunyai berat badan yang sama dengan
laki-laki. Perempuan rata-rata memerlukan energi minimal sebesar 10%
lebih rendah daripada laki-laki.37
3. Asupan zat gizi
Keadaan status gizi sesorang tergantung dari tingkat konsumsi zat
gizi yang berasal dari makanan dan minuman. Asupan zat gizi yang
diperoleh dari makanan dan minuman ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas dari hidangan yang disajikan. Selain hal tersebut asupan zat gizi
diperoleh dari asupan makanan yang dipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini,
yaitu:
a. Jumlah (porsi) makan
Porsi makan merupakan suatu ukuran atau takaran makanan yang
dikonsumsi setiap kali makan. Makanan yang dikonsumsi harus
seimbang antara jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energi yang
dikeluarkan. Selain jumlah atau porsi makanan, komposisi hidangan
juga harus seimbang seperti mengandung karbohidrat sebesar 60%-
70%, protein sebesar 10%-15%, lemak sebesar 20%-25% dan cukup
vitamin dan mineral.38
b. Jenis makanan
Zat gizi tertentu terdapat dalam jumlah yang banyak pada salah
satu jenis makanan, namun bisa saja hanya terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit pada makanan yang lainnya. Oleh karena itu, agar tubuh
tidak kekurangan salah satu zat gizi, maka sebaiknya tidak boleh
tergantung pada satu jenis pangan saja, tetapi harus mengkonsumsi
makanan yang beragam jenisnya.38
c. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan berapa kali seseorang melakukan
kegiatan makan dalam sehari, baik berupa makanan utama maupun
makanan selingan. Semakin tinggi frekuensi makan seseorang tanpa
diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup makan akan meningkatkan
risiko peningkatan berat badan.
4. Aktifitas fisik
18

Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh sistem


otot kerangka yang menghasilkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik juga
dapat didefinisikan sebagai gerakan tubuh untuk mengeluarkan energi.
Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam
dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) yang ditentukan dengan
menggunakan rumus:39

PAL =

Keterangan :
PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan
untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu)
W : Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)
Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dapat dikategorikan sebagai berikut:39
1) Sangat ringan dengan nilai PAL < 1,40
2) Ringan dengan nilai PAL 1,40-1,69
3) Sedang dengan nilai PAL 1,70-1,99
4) Berat dengan nilai PAL 2,00-2,40
Kestabilan berat badan sangat dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang
cukup. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan
menyebabkan tubuh kurang mengeluarkan energi dan jika asupan energi
berlebih tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang maka akan mudah
mengalami kelebihan berat badan.40,41
5. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi akan mengganggu metabolisme dan fungsi imunitas
sehingga menyebabkan gangguan gizi dengan cara muntah-muntah dan
diare yang dapat menghilangkan asupan gizi dari makanan di dalam tubuh.
Perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status
gizi buruk dapat disebabkan oleh penyakit infeksi.35 Hubungan antara
kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri.42
6. Status ekonomi
19

Konsidi ekonomi keluarga berhubungan dengan kemampuan daya


beli yang dimiliki keluarga tersebut. Pada umumnya jika tingkat pendapatan
naik, jumlah dan jenis makanan cenderung meningkat juga, sehingga daya
beli terhadap makanan semakin meningkat dan akan berpengaruh
terhadap pola konsumsi makan dan asupan zat gizi ke dalam tubuh.43
7. Pengetahuan
Pengetahuan gizi merupakan landasan bagi sesorang untuk
perubahan sikap dan perilaku gizi.43 Sikap dan perilaku dalam pemilihan
jenis dan kualitas makanan yang akan dikonsumsi dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan gizi orang tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keadaan gizi individu yang bersangkutan. Diharapkan semakin tinggi
tingkat pengetahuan gizi seseorang maka semakin baik pula keadaan
gizinya.44
8. Budaya
Budaya merupakan adat istiadat yang mempengaruhi seseorang
dalam bertindak.45 Kebiasaan makan penduduk yang terkadang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi dapat dipengaruhi oleh unsur-
unsur budaya. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh masyarakat
dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu.46
9. Lama Tinggal di Lapas
Lama tinggal di lapas menentukan juga lama waktu pembinaan
narapidana didalam Lapas. Tujuan dari pembinaan sendiri adalah untuk
menciptakan pribadi atau kelompok maupun masyarakat yang terampil dan
bersikap mental positif. Hal tersebut memnugkinkan terlaksananya
kegiatan yang telah di programkan, sehingga terwujud masyarakat yang
aktif dan dinamis. Selain itu lama tinggal di lapas juga menentukan asupan
zat gizi baik dari makronutrien dan mikronutrien terutama dari asupan
makanan yang diberikan oleh pihak Lapas yang dapat mempengaruhi
status gizi (IMT) narapidana, dikarenakan status gizi merupakan keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
dalam waktu yang lama.

E. Hemoglobin
Tabel 2.14 Cut of Points Kadar Hemoglobin
20

Laki-laki dewasa Hb > 13 g/dl


Perempuan dewasa Hb ≥ 12 g/dl
Perempuan hamil Hb > 11 g/dl
Anak-anak umur 6-11 tahun Hb > 11,5 g/dl
Anak umur 6 bulan-5 tahun HB > 11 g/dl
Sumber: WHO 47
Hemoglobin berasal dari gabungan kata heme dan globin. Hemoglobin
adalah parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia.
Hemoglobin memiliki ikatan protein yang kaya akan zat besi dan mengikat
oksigen membentuk axihemoglobin di dalam sel darah merah. Fungsinya
yaitu mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh.33

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin


1. Ketinggian tempat
Ketinggian tempat memiliki pengaruh terhadap kadar hemoglobin
suatu individu. Berada di tempat ketinggian akan menyebabkan seseorang
hipoksia, dikarenakan tekanan parsial oksigen yang berkurang dan tubuh
akan merespon dengan proses aklimatisasi. Dengan adanya proses
aklimatisasi makan akan terjadi peningkatan pada kadar hemoglobin untuk
beradaptasi dengan keadaan rendah oksigen.48
2. Suplemen atau tabelt penambah darah
Tabelt tambah darah merupakan suplemen yang mengandung zat
besi yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin.49 Pentingnya
pemberian zat besi ini kepada seseorang yang sedang terkena anemia
defisiensi besi dan tidak ada gangguan absorbsi maka dalam 7-10 hari
kadar kenaikan hemoglobin bisa terjadi dengan mengkonsumsi tabelt
tambah darah sebsar 1,4 mg/hari.50
3. Riwayat penyakit dan penyakit infeksi
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang
cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat mengembangkan anemia
akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit.51
Setiap kondisi medis jangka panjang juga dapat menyebabkan anemia.
Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap
21

berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi


kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.51
Beberapa penyakit infeksi dapat menyebabkan anemia seperti
kecacingan dan malaria. Kecacingan dapat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya walaupun jarang sekali menyebabkan kematian secara
langsung. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat
mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan
anemia. Pada malaria fase akut terjadi penurunan absorbsi besi, kadar
hemoglobin yang rendah, sebagai akibat dari hemolisis intravaskuler, akan
menurunkan pembentukan kompleks haptoglobin hemoglobin, yang
dikeluarkan dari sirkulasi oleh hepar, berakibat penurunan availabilitas
besi.14
4. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
Merokok adalah kegiatan yang mempengaruhi hemoglobin darah.
Orang yang merokok kadar oksigen dalam darahnya 15% lebih rendah dari
oksigen normal.52 Selain kebiasaan merokok, kadar hemoglobin seseorang
juga dipengaruhi oleh konsumsi minuman beralkohol. Alkohol mempunyai
efek metabolik pada enzim yang berperan pada jalur biosintesis hem. Efek
metabolik ini menyebabkan penurunan sintesis hem yang dapat
53
mengakibatkan penurunan sintesis hemoglobin dalam darah.
5. Menstruasi
Wanita pada usia reproduktif akan mengalami kehilangan zat besi
ketika menstruasi. Setiap periode menstruasi, wanita mengalami
kehilangan darah sekitar 30 ml/hari. Kehilangan darah yang dialami pada
pada saat menstruasi menyebabkan wanita juga mengalami kehilangan
setengah dari kebutuhan zat besi. Darah yang keluar mengakibatkan
ekskresi zat besi, sehingga semakin lama menstruasi maka semakin
banyak darah yang keluar yang akan mengakibatkan penurunan kadar
hemoglobin. Wanita yang mengeluarkan banyak darah pada saat
menstruasi mempunyai risiko sebesar 1,81 kali lebih besar mengalami
anemia.54
6. Lama Tinggal di Lapas
Lama tinggalnmenentukan juga lama waktu pembinaan narapidana di
dalam Lapas. Tujuan dari pembinaan sendiri adalah untuk menciptakan
22

pribadi atau kelompok maupun masyarakat yang terampil dan bersikap


mental positif. Hal tersebut memnugkinkan terlaksananya kegiatan yang
telah di programkan, sehingga terwujud masyarakat yang aktif dan dinamis.
Selain itu lama tinggal di lapas juga menentukan asupan zat gizi baik dari
makronutrien dan mikronutrien terutama dari asupan makanan yang
diberikan oleh pihak Lapas yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin
narapidana, dikarenakan status gizi seseorang yang dapat dilihat dari
parameter kadar hemoglobin merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dalam waktu yang lama.
7. Asupan zat gizi
a) Energi
Sebagian cadangan energi tubuh berkurang diakibatkan oleh
konsumsi energi yang lebih rendah dari kebutuhan, sehingga energi
dalam bentuk lemak akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
dalam tubuh. Pemecahan jaringan lemak akan diikuti dengan penurunan
berat badan sebanyak lemak yang digunakan. Umumnya orang dengan
KEK sangat berhubungan dengan kekurangan zat gizi lain seperti
kurang zat besi yang akan menyebabkan anemia. Bahan makanan
sumber energi diperoleh dari karbohidrat. Energi merupakan sumber
pembentukan eritrosit, sedangkan hemoglobin adalah bagian dari
eritrosit sehingga apabila asupan energi kurang akan menyebabkan
penurunan pembentukan eritrosit dan mengakibatlkan kadar hemoglobin
menurun.55
b) Protein
Asupan protein memilik peran yang penting pada absorbsi dan
transportasi besi dalam tubuh. Apabila kecukupan besi dalam tubuh
tidak memadai maka protein juga tidak akan berperan secara optimal di
dalam tubuh.56
c) Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk membantu absorbsi dan mobilisasi zat
besi untuk pembentukan eritrosit. Rendahnya status vitamin A akan
membuat simpanan besi tidak dapat dimanfaatkan untuk proses
pembentukan eritrosit (eritropoesis). Vitamin A dan β-karoten juga akan
membuat besi tetap larut didalam lumen usus dengan membentuk suatu
23

ikatan kompleks dengan besi yang akan mempengaruhi penyerapan


besi didalam tubuh.57,58
d) Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim dalam metabolisme protein yang
diperlukan dalam sintesis heme. Ketika tubuh kekurangan vitamin B6
maka metabolisme protein akan terganggu yang nantinya akan
mengganggu pembentukan hemoglobin.8

e) Vitamin B12
Vitamin B12 berfungsi dalam meningkatkan pembentukan dan
pematangan sel darah merah. Vitamin ini juga bekerjasama dengan
asam folat dalam tahap pematangan akhir sel darah merah. Kedua zat
ini juga digunakan untuk sintesi DNA (Deoksiribo Nucleat Acid).
Defisiensi Vitamin B12 dapat menyebabkan kegagalan pematangan
dalam proses eritropoiesis.59,14
f) Vitamin C
Vitamin C akan lebih berperan jika dikonsumsi pada saat yang
tepat yaitu jika bersamaan dengan konsumsi sumber non-hem. Fungsi
vitamin C dalam membantu penyerapan zat besi tidak akan berjalan
optimal apabila zat besi yang dikonsumsi dalam jumlah yang terbatas.
Vitamin C dengan cara mereduksi besi ferri menjadi ferro dalam usus
halus dapan membantu penyerapan besi non-hem. Absorbsi besi dalam
bentuk non hem meningkat empat kali lipat apabila dikonsumsi
bersamaan dengan vitamin C, sehingga risiko anemia defisiensi zat besi
bisa dihindari.59,60
g) Zat besi
Zat besi merupakan komponen penting dalam pembentukan darah
(hemopoiesis). Enam puluh persen kebutuhan zat besi memegang
peranan penting dalam pembentukan sel-sel darah merah yang
dibutuhkan oleh tubuh. Jika terjadi kekurangan asupan zat besi pada
tubuh seseorang, tubuh akan mengaktifkan cadangan zat besi untuk
mencukupi jumlah zat besi fungsional. Apabila jumlah simpanan zat besi
berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga tidak
tercukupi, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam
24

tubuh, akibatnya kadar hemoglobin menurun dibawah batas normal


yang disebut anemia gizi besi.61
h) Asam folat
Asam folat memiliki peran penting dalam proses sintesis
nukleoprotein yang merupakan kunci pembentukan, produksi, serta
pematangan sel darah merah dalam susunan tulang. Dalam
menjalankan peranannya, asam folat banyak berhubungan dengan
vitamin B12. Kekurangan asam folat akan menyebabkan gangguan
dalam replikasi DNA dan proses pembelahan sel dikarenakan
mengalami gangguan pematangan inti eritrosit. Keadaan ini akan
mempengaruhi kinerja sel tubuh termasuk sel yang berpesan dalm
sintesis hemoglobin.62

G. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) dengan Easy Touch GCHb


Penetapan kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan bermacam-
macam cara salh satunya dengan menggunakan alat test kadar hemoglobin
yang bekerja secara digital dengan hasil prediksi lebih cepta, akurat, dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja.63 Berikut merupakan kelebihan dari
penggunaan alat Easy Touch GCHb, antara lain adalah:
1. Alat test darah dapat dikatakan sebagai alat yang multiparameter atau
dapat digunakan untuk mengecek kadar gula darah, kolesterol total, dan
hemoglobin.
2. Praktis dan mudah digunakan.
3. Hasil pemeriksaan akan muncul pada layar dalam waktu 6 detik.
Alat Easy Touch GCHb juga memiliki kekurangan sebagai berikut yaitu
Membutuhkan daya baterai, strip harus disimpan dengan baik dan benar
sebelum digunakan serta tingkat akurasi berdasarkan dari sterilisasi alat dan
pengambilan sampel darah.

H. Metode Penimbangan Makanan


Metode penimbangan makanan adalah salah satu metode survei
konsumsi kuantitatif. Pada dasarnya metode ini, responden atau petugas
diminta menimbang dan mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsi
selama satu hari termasuk cara memasak, merek makanan, dan komposisi
25

(bila memungkinkan). Asal makanan yang ditimbang adalah makanan yang


berasal dari rumah dan makanan yang berasal dari luar rumah. Hasil
pengukuran metode ini dapat dijadikan gold standard (standar baku) dalam
rangka menentukan seberapa banyak makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok masayarakat tertentu.36
Dalam suatu tempat yang khusus, seperti di institusi tempat kerja,
perusahaan, panti sosial, lembaga pemasyarakatan di mana sesorang tinggal
bersama-sama maka metode ini sangat membantu menetapkan konsumsi
makanan secara benar dan tepat. Hal ini disebabkan karena makanan yang
mereka makan sudah diketahui jenis, porsi, ukuran, merek, dan komposisinya
yang bisa dicatat dan ditimbang oleh petugas. Asupan tersebut menunjukan
asupan yang sebenarnya (actual intake).
Alat dan bahan yang dibutuhkan agar pelaksanaan metode
penimbangan makanan dapat berjalan efektif dan efisien adalah sebagai
berikut timbangan makanan, formulir penimbangan, buku saku untuk catatn
khusus, Ukuran Rumah Tangga (URT) dan ukuran porsi makanan, pensil dan
bolpoin, karet penghapus, Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM),
kalkulator, software seperti nutri soft dan nutrisurvey, serta pedoman survei.36
Metode penimbangan makanan memiliki kelebihan sebagai berikut:36
1. Metode survei konsumsi yang paling akurat karena mengukur asupan yang
sebenarnya.
2. Tidak tergantung pada daya ingat.
3. Menganalisa pola makan dan kebiasaan makan dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial-kependudukan responden.
4. Mendukung interpretasi data laboratorium, data antropometri, dan data
klinis.
5. Pengukuran selama beberapa hari akan mewakili asupan sebenarnya.
Metode penimbangan makanan memiliki kekurangan sebagai berikut:36
1. Tidak dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
2. Memerlukan waktu relatif lama.
3. Memerlukan analisa yang intensif dan mahal.
4. Menuntut motivasi dan pengertian yang tinggi dari kedua belah pihak yaitu
pengumpul data dan responden.
Beberapa langkah dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
26

1. Saat kunjungan pendahuluan peneliti atau pengumpul data mendatangi


tempat tinggal responden untuk memberikan gambaran tentang beberapa
hal mengenai pengumpulan data seperti tujuan, menunjukan informed
consent, apa yang harus diperhatikan dan dikerjakan responden, waktu
pelaksanaan, dan pentingnya kerja sama pengumpulan data.
2. Melakukan penimbangan dan pencatatan makanan dan minuman
responden yang dimakan selama satu hari. Makanan dan minuman yang
ditimbang dapat berasal dari rumah maupun dari luar rumah untuk
mengetahui berat nyata dari makanan dan minuman, makanan atau
minuman sebelum makan ditimbang dan sisa makanan atau minuman
setelah selesai makan juga ditimbang kembali. Selisih berat sebelum
makan dan setelah makan adalah berat aktual makanan dan minuman
yang dikonsumsi oleh responden.
3. Hal-hal yang perlu dicatat adalah cara memasak, merek makanan, dan
komposisi (bila memungkinkan).
4. Seluruh data terkumpul (sesuai dengan jumlah hari dalam melakukan
penimbangan) maka dilakukan perhitungan konsumsi makanan baik energi
maupun zat gizi lainnya. Perhitungan dapat dilakukan secara manual
dengan menguunakan DKBM atau menggunakan software yang telah
ditentukan.
5. Lakukan analisis dengan cara membandingkan asupan energi dari zat gizi
lainnya dengan AKG.
27

I. Kerangka Teori
Kebiasaan

Merokok52

Konsumsi alkohol53

Konsumsi suplemen atau
tabelt tambah darah50
Jumlah (porsi)
makan38
Lama Tinggal Penyakit
Jenis Infeksi 14, 35, 51 Menstruasi54
Jenis makanan38
Kelamin37
Frekuensi makan38
37
Usia Asupan zat gizi Ketinggian
Budaya45, 46 
Vitamin A57, 58 tempat48

Vitamin B6 8

Pengetahuan43 Vitamin B12 14, 59

?>
Asupan zat gizi Vitamin C59, 60


Energi23,55 Zat Besi61


Protein24, 26, 56 Asam Folat62

IMT
Ketersediaan pangan43
Kadar hemoglobin
43 Aktivitas fisik 40, 50
Daya beli

Status ekonomi43

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas
Tingkat
Variabel Terikat
Kecukupan:
IMT dan Kadar
- Energi
- Protein Hemoglobin
- Vitamin A
- Vitamin C
- Zat besi
- Asam folat

Variabel Pengganggu
- Aktivitas fisik**
- Lama Tinggal**
- Menstruasi*
- Konsumsi suplemen atau
tablet tambah darah*
- Penyakit infeksi*
- Jenis Kelamin*
- Usia*
- Ketersediaan pangan*
- Daya beli*
- Status ekonomi*
- Ketinggian Tempat*

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Keterangan :
*) Dapat Dikendalikan
**) Dapat Diukur

29
30

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecukupan energi,


protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan asam folat. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kadar hemoglobin pada
narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.
Variabel pengganggu dalam penelitian ada yang dapat dikendalikan dan dapat
diukur. Variabel pengganggu yang dapat dikendalikan sebelum penelitian
dengan kriteria inklusi yaitu usia, menstruasi, konsumsi suplemen atau tablet
tambah darah, dan penyakit infeksi. Selain itu, variabel umur dapat
dihomogenkan dikarenakan seluruh populasi yaitu wanita, variabel
ketersediaan pangan, daya beli, dan status ekonomi dapat dihomogenkan
karena responden mendapatkan makanan sehari-hari dari pihak Lapas, dan
variabel ketinggian tempat dapat dihomogenklan karena seluruh responden
berada di tempat yang sama. Variabel pengganggu yang dapat diukur atau
dianalisis untuk mengetahui apakah dapat mengganggu hubungan variabel
bebas dan variabel terikat yaitu aktivitas fisik serta lama tinggal narapidana
wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.

B. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan IMT pada
narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.
2. Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan IMT pada
narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.
3. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kadar hemoglobin
pada narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Semarang.
4. Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kadar hemoglobin
pada narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Semarang.
5. Ada hubungan antara tingkat kecukupan vitamin A dengan kadar
hemoglobin pada narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Semarang.
6. Ada hubungan antara tingkat kecukupan vitamin C dengan kadar
hemoglobin pada narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Semarang.
31

7. Ada hubungan antara tingkat kecukupan zat besi dengan kadar


hemoglobin pada narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Semarang.
8. Ada hubungan antara tingkat kecukupan asam folat dengan kadar
hemoglobin pada narapidana umum wanita Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Semarang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.
Subjek dalam penelitian ini adalah narapidana umum wanita. Lokasi tersebut
dipilih karena terdapat narapidana wanita yang merupakan kelompok rawan
gizi. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018 hingga Juni 2018.

D. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional.
Pendekatan cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) artinya tiap responden penelitian hanya di observasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel responden pada
saat pemeriksaan. Pengamatan variabel dilakukan dalam waktu bersamaan.64
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh obyek yang akan diteliti dan memenuhi
karakteristik yang ditentukan.65 Populasi dalam penelitian ini adalah
narapidana umum wanita Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Semarang
yang berjumlah 105 orang.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah narapidana umum wanita yang
terdaftar di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Semarang dan berusia 19-
49 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling
dengan pertimbangan jumlah populasi yang tidak terlalu besar. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 52 orang narapidana umum
wanita.
Kriteria sampel yang ditetapkan antara lain adalah sebagai berikut:
32

a. Kriteria inklusi
1) Narapidana umum wanita usia 19-49 tahun.
2) Bersedia menjadi responden.
3) Berada di tempat saat penelitian.
4) Narapidana yang tidak mengalami penyakit infeksi
5) Responden yang tidak dalam keadaan menstruasi
6) Responden yang tidak sedang mengkonsumsi suplemen atatu tablet
penambah darah

F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecukupan energi.,
tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan
vitamin C, tingkat kecukupan zat besi dan tingkat kecukupan asam folat.
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat merupakan variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh terhadap variabel lain. 66 Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kadar
hemoglobin.
3. Variabel pengganggu (confounding)
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah menstruasi,
konsumsi suplemen atau tablet tambah darah, penyakit infeksi, aktivitas
fisik, lama tinggal, jenis kelamin, usia, ketersediaan pangan, daya beli,
status ekonomi dan ketinggian tempat.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang akan
diamati.66 Berikut adalah tabel mengenai definisi operasional dan skala
pengukurannya.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur dan Alat Skala
Operasional Ukur Ukur
Varibel Terikat
1. IMT Keadaan gizi Pengukuran berat Rasio
narapidana wanita badan menggunakan
yang didapatkan timbangan berat badan
dari hasil digital dan pengukuran
perbandingan berat tinggi badan
badan (kg) dan mnggunakan
33

tinggi badan ( ). microtoise.

2. Kadar Keadaan kadar Pengambilan darah Rasio


hemoglobin hemoglobin yang menggunakan lancet
dilihat melalui dan diukur
darah dan menggunakan alat
parameter yang easy touch GCHb.
dapat digunakan
untuk menetapkan
status anemia
pada narapidana
wanita.
Variabel Bebas
3. Tingkat Jumlah rata-rata Penghitungan berat Rasio
kecukupan konsumsi energi makanan yang berasal
energi per hari dinyatakan dari dalam Lapas
dalam kkal menggunakan
dibandingkan timbangan digital dan
dengan kebutuhan pencatatan
energi individu menggunakan formulir
yang berasal dari metode penimbangan
tabel Angka makanan (food
Kecukupan Gizi weighing). Pencatatan
(AKG), dan makanan yang berasal
selanjutnya dari dari selain yang
dinyatakan dalam diberikan oleh pihak
persen (%). Lapas menggunakan
metode FFQ semi
kuantitatif.
4. Tingkat Jumlah rata-rata Penghitungan berat Rasio
kecukupan konsumsi protein makanan yang berasal
protein per hari dinyatakan dari dalam Lapas
dalam kkal menggunakan
No Variabel Definisi Cara Ukur dan Alat Skala
Operasional Ukur Ukur
dibandingkan timbangan digital dan
dengan kebutuhan pencatatan
protein individu menggunakan formulir
yang berasal dari metode penimbangan
tabel Angka makanan (food
Kecukupan Gizi weighing). Pencatatan
(AKG), selanjutnya makanan yang berasal
dinyatakan dalam dari dari selain yang
persen (%). diberikan oleh pihak
Lapas menggunakan
metode FFQ semi
kuantitatif.
5. Tingkat Jumlah rata-rata Penghitungan berat Rasio
kecukupan konsumsi vitamin A makanan yang berasal
34

vitamin A per hari, dari dalam Lapas


dibandingkan menggunakan
dengan kebutuhan timbangan digital dan
vitamin A individu pencatatan
yang berasal dari menggunakan formulir
tabel Angka metode penimbangan
Kecukupan Gizi makanan (food
(AKG), selanjutnya weighing).
dinyatakan dalam Pencatatan makanan
persen (%). yang berasal dari dari
selain yang diberikan
oleh pihak Lapas
menggunakan metode
FFQ semi kuantitatif.
6. Tingkat Jumlah rata-rata Penghitungan berat Rasio
kecukupan konsumsi vitamin C makanan yang berasal
vitamin C per hari, dari dalam Lapas
dibandingkan menggunakan
dengan kebutuhan timbangan digital dan
vitamin C individu pencatatan
yang berasal dari menggunakan formulir
tabel Angka metode penimbangan
Kecukupan Gizi makanan.
(AKG), selanjutnya Pencatatan makanan
dinyatakan dalam yang berasal dari dari
persen (%). selain yang diberikan
oleh pihak Lapas
menggunakan metode
FFQ semi kuantitatif.
7. Tingkat Jumlah rata-rata Penghitungan berat Rasio
kecukupan konsumsi zat besi makanan yang berasal
zat besi per hari, dari dalam Lapas
dibandingkan menggunakan
dengan kebutuhan timbangan digital dan
No Variabel Definisi Cara Ukur dan Alat Skala
Operasional Ukur Ukur
zat besi individu pencatatan
yang berasal dari menggunakan formulir
tabel Angka metode penimbangan
Kecukupan Gizi makanan (food
(AKG), selanjutnya weighing).
dinyatakan dalam Pencatatan makanan
persen (%). yang berasal dari dari
selain yang diberikan
oleh pihak Lapas
menggunakan metode
FFQ semi kuantitatif.
8. Tingkat Jumlah rata-rata Penghitungan berat Rasio
kecukupan konsumsi asam makanan yang berasal
asam folat folat per hari, dari dalam Lapas
35

dibandingkan menggunakan
dengan kebutuhan timbangan digital dan
asam folat individu pencatatan
yang berasal dari menggunakan formulir
tabel Angka metode penimbangan
Kecukupan Gizi makanan (food
(AKG), selanjutnya weighing). Pencatatan
dinyatakan dalam makanan yang berasal
persen (%) dari selain yang
diberikan oleh pihak
Lapas menggunakan
metode FFQ semi
kuantitatif.
Variabel Pengganggu
9. Aktifitas fisik Kegiatan Pengukuran aktivitas Rasio
responden selama fisik menngunakan
24 jam mulai dari recall aktivitas fisik
bangun tidur, dan selama 24 jam dan
melakukan dinyatakan dengan
kegiatan sehari- Physical Activity Level
hari seperti (PAL).
mencuci, bersih-
bersih, menyetrika,
dsb
10. Lama Lama tinggal Pengukuran lama Rasio
Tinggal responden di tinggal menggunakan
dalam Lapas kuesioner penyaringan
dinyatakan dalam responden.
bulan
36

H. Sumber Data Penelitian


Sumber data dalam penelitian merupakan sumber dari mana data
penelitian diperoleh.67 Dilihat dari sumbernya, data penelitian dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data
langsung pada responden sebagai informasi yang dicari. 64 Data primer
dalam penelitian ini adalah data mengenai identitas responden, data
asupan gizi didalam Lapas diperoleh dengan menggunakan metode
penimbangan makanan (food weighing), data asupan gizi yang didapat dari
makanan yang berasal dari selain yang diberikan oleh pihak Lapas
diperoleh dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif, data tentang
aktivitas fisik narapidana yang diperoleh dengan mencatat aktivitas fisik
narapidana menngunakan form recall aktivitas fisik selama 3 x 24 jam, data
status gizi yang diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan data
kadar hemoglobin yang diperoleh secara langsung dari responden.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh melalui studi
kepustakaan, yaitu dengan menelaah litaratur, artikel, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan jumlah narapidana serta profil
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.

I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah peralatan yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Penggunaan instrumen tujuannya yaitu agar
pengumpulan data menjadi mudah dan lebih sistematis. 68 Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informed consent
Informed consent merupakan suatu lembar persetujuan responden
untuk menjadi sampel penelitian.

2. Kuisioner penelitian
Kuisioner penelitian merupakan alat bantu pengumpulan data yang
berisikan pertanyaan mengenai identitas responden, hasil pengukuran
kadar hemoglobin, keadaan kesehatan responden pada saat penelitian
37

serta status menstruasi responden dan konsumsi suplemen atau tablet


penambah darah pada responden.
3. Formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ) Semi Kuantitatif
Formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ) Semi Kuantitatif
digunakan untuk mencatat hasil konsumsi makanan responden yang
dikonsumsi dari luar Lembaga Pemasayarakatan (Lapas).
4. Formulir pengukuran status gizi
Formulir pengukuran status gizi digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran status gizi responden yang meliputi berat badan, tinggi badan
dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
5. Formulir food weighing
Formulir food weighing digunakan untuk mencatat konsumsi
makanan responden dari dalam Lapas. Pencatatan makanan berdasarkan
penimbangan dengan timbangan makanan baik berat sebelum dikonsumsi
(berat awal) maupun sisa makanan sehingga menggambarkan berat
aktual.
6. Formulir recall aktivitas fisik
Lembar recall aktivitas fisik yang digunakan untuk mendata aktivitas
fisik selama 24 jam yang telah dilakukan responden sehingga dapat
diperoleh tingkat aktivitas fisik.
7. Timbangan makanan digital
Timbangan makanan digital digunakan untuk menimbang makanan
responden baik berat awal, sisa, maupun berat aktual.
8. Timbangan berat badan digital
Timbangan berat badan digital digunakan untuk mengukur berat
badan responden yang nantinya akan digunakan untuk menghitung Indeks
Massa Tubuh (IMT) bersama dengan data tinggi badan.

9. Microtoise
Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan responden yang
nantinya akan digunakan untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
bersama dengan data berat badan.
10. Aplikasi Nutrisurvey dan SPSS
Aplikasi SPSS dan Nutrisurvey digunakan untuk mengolah data
yang telah didapatkan selama penelitian.
11. Alat pengukur kadar hemoglobin Easy Touch GCHb
Alat bantu yang digunakan untuk mengetahui kadar hemoglobin pada
responden.
12. Lancet dan lancet gun
38

Lancet dan lancet gun digunakan untuk mengambil darah responden


untuk diuji kadar hemoglobinnya.
13. Alat tulis
Alat untuk mencatat hasil pengukuran selama penelitian berlangsung.
14. Kamera
Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan peneliti,
sehingga dapat menjadi bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan
penelitian.

J. Teknik Pengumpulan Data


1. Data primer
a. Pengajuan informed consent
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan melakukan wawancara
kepada responden. Selanjutnya, mengajukan informed consent dengan
tujuan mendapatkan kesediaan responden untuk menjadi sampel
penelitian.
b. Pendataan identitas responden
Peneliti melakukan wawancara kembali dengan mengajukan
pertanyaan mengenai identitas responden, status keadaan kesehatan
responden pada saat penelitian serta status menstruasi responden dan
konsumsi suplemen atau tablet penambah darah pada responden.

c. Penilaian Indeks Massa Tubuh


Penilaian Indeks Massa Tubuh pada responden dilakukan dengan
pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital dan
pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise.
d. Penilaian asupan zat gizi
Penilaian asupan zat gizi yang berasal dari dalam Lapas (energi,
protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan asam folat) dilakukan
menggunakan metode food weighing dengan timbangan digital, dimana
penimbangan makanan yang berasal dari dalam Lapas dilakukan pada
berat makanan sebelum dikonsumsi dan sisa makanan setelah
dikonsumsi, hasil dari selisih berat makanan sebelum dikonsumsi
dengan sisa makanan merupakan berat makanan sebenarnya yang
dikonsumsi responden. Selanjutnya melakukan pengukuran jumlah
asupan zat gizi yang dikonsumsi responden dari luar Lapas dengan
menggunakan metode FFQ-semi kuantitatif. Selanjutnya, data bahan
makanan dianalisis menggunakan aplikasi Nutrisurvey sehingga
39

diperoleh jumlah rata-rata asupan gizi selama satu hari. Kemudian hasil
tersebut dibandingkan dengan AKG untuk masyarakat Indonesia, dan
dijadikan persentase untuk mendapatkan tingkat kecukupan gizi
responden.
e. Tingkat aktivitas fisk
Tingkat aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara menggunakan
lembar recall aktivitas fisik selama 3 x 24 jam. Wawancara recall
aktivitas fisik dilakukan pada 2 hari aktif dan 1 hari libur.
f. Pengecekan kadar hemoglobin
Kadar hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah oleh
peneliti menggunakan alat easy touch GCHb.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh melalui studi
kepustakaan, yaitu dengan menelaah literatur, artikel, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan jumlah narapidana serta profil
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Semarang.

K. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan agar data dapat dibaca dan dapat
ditafsirkan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi
SPSS. Setelah data dikumpulkan, dilakukan tahap-tahap pengolahan data
yang meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan tabulating.
a. Editing
Setelah semua data terkumpul, data dikoreksi atau di cek. Proses
pemeriksaan ini bertujuan agar peneliti dapat memperbaiki jika terdapat
kesalahan dalam data.
b. Coding
Proses coding merupakan pemberian kode berupa angka dengan
ketentuan sebelumnya pada definisi operasional.
Berikut adalah kategori dan koding masing-masing variabel:
1) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) dikategorikan menjadi:
34
Kurang < 18,5 kg/m2 1

Normal 18,5 - 22,9 kg/m2 2

Overweight 23,0 - 24,9 kg/m2 3

Obesitas ≥ 25 kg/m2 4
40

2) Kadar hemoglobin
Kadar hemoglobin dikategorikan menjadi:47
Anemia Hb < 12 g/dl 1

Tidak Anemia Hb ≥ 12 g/dl 2

3) Tingkat kecukupan Energi


Tingkat kecukupan energi dikategorikan menjadi:
22
Kurang < 80% AKG 1

Baik 80% - 110% AKG 2

Lebih > 110% AKG 3

4) Tingkat kecukupan Protein


Tingkat kecukupan protein dikategorikan menjadi:
22
Kurang < 80% AKG 1

Baik 80% - 110% AKG 2

Lebih > 110% AKG 3

5) Tingkat kecukupan vitamin A


Tingkat kecukupan vitamin A dikategorikan menjadi:
14
Kurang < 77% AKG 1

Cukup ≥ 77% AKG 2

6) Tingkat kecukupan vitamin C


Tingkat kecukupan vitamin C dikategorikan menjadi:14
Kurang < 77% AKG 1

Cukup ≥ 77% AKG 2

7) Tingkat kecukupan zat besi dikategorikan menjadi:14


Kurang < 77% AKG 1

Cukup ≥ 77% AKG 2

8) Tingkat Kecukupan asam folat


Tingkat kecukupan asam folat dikategorikan menjadi:14
Kurang < 77% AKG 1

Cukup ≥ 77% AKG 2

9) Aktivitas Fisik
Kategori aktivitas fisik dinyatakan dengan nilai Physical Activity Level (PAL):
39
Sangat Ringan PAL < 1,40 1

Ringan PAL 1,40 – 1,69 2


41

Sedang PAL 1,70 – 1,99 3

Berat PAL 2,00 – 2,40 4

10) Lama Tinggal


Untuk kepentingan analisis univariat, lama tinggal di kategorikan
menjadi:
1-24 bulan 1

25-48 bulan 2

49-72 bulan 3

73-96 bulan 4

97-120 bulan 5

c. Entry
Setelah kuisioner dan formulir penelitian dikoreksi, diberi kode dan
skor maka proses selanjutnya yaitu proses memasukkan data kedalam
aplikasi komputer. Aplikasi ini bisa melakukan pengolahan data mulai
dari pemasukan data, penyuntingan, sampai pada analisis statistik
deskriptif maupun inferensial.
d. Cleaning
Pembersihan data untuk mencegah kesalahan yang mungkin
terjadi seperti kesalahan dalam pengetikan, faktor kelelahan atau
kesalahan mengentri data. Data dilakukan pengecekan ulang untuk
mengecek ada tidaknya kesalahan.
e. Tabulating
Kegiatan mengelompokkan data sesuai tujuan. Proses
pengelompokkan data berdasarkan variabel yang diteliti, disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi yang selanjutnya dianalisis.
2. Analisis data
Proses analisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan semua
variabel mulai dari identitas responden, variabel bebas (asupan energi,
protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan asam folat), variabel terikat
(IMT dan kadar haemoglobin) dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi dan grafik dari masing-masing variabel.
b. Analisis Bivariat
42

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel.


Sebelum melakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data yang digunakan yaitu uji Kolmogorof-Smirnov karena
sampel pada penelitian >50 responden. Uji statistik untuk data
berdistribusi normal dan skala pengukuran interval atau rasio yaitu
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment, sedangkan apabila
persyaratan uji korelasi Pearson Product Moment tidak terpenuhi (skala
data ordinal atau berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji Rank
Spearman.
Nilai p value uji statistik yang diinterpretasikan untuk mengetahui
hubungan antara kedua variabel, yaitu:
1. Jika p value > 0,05 maka Ho diterima atau dapat diartikan bahwa
tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti.
2. Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak atau dapat diartikan bahwa ada
hubungan antara variabel yang diteliti.
Untuk menunjukan kekuatan hubungan antar variabel dapat dilihat
dari nilai korelasi absolut “r”. Nilai korelasi berada pada interval -1<r<1.
Tanda (-) dan tanda positif (+) menunujukan arah hubungan antar
variabel. Untuk menguji kekuatan hubungan antar variabel terdapat 5
kategori yaitu : 68
1. 0,00 - 0,19 : Sangat rendah / Sangat lemah
2. 0,20 - 0,39 : Rendah / Lemah
3. 0,40 - 0,59 : Sedang
4. 0,60 - 0,79 : Tinggi / Kuat
5. 0,80 - 1,00 : Sangat Tinggi / Sangat Kuat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lapas Klas IIA Semarang


1. Sejarah singkat Lapas Perempuan Klas IIA Semarang
Lapas Perempuan Klas IIA Semarang merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Pemasyarakatan pada wilayah kerja
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor
Wilayah Jawa Tengah. Lapas ini dibangun sejak jaman penjajahan Belanda
tepatnya pada tahun 1894 dan dikenal dengan nama Penjara Wanita Bulu
dengan sistem kepenjaraan. Pada tanggal 27 April 1984 dalam rangka
penerimaan Honoris Causa dan Konferensi Dinas Kepenjaraan di
Lembang, Bandung, Jawa Barat oleh Dr. Raharja nama Penjara Wanita
Bulu dirubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bulu dengan
sistem Pemasyarakatan dengan di bawah Direktorat Jenderal Bina Tuna
Warga. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bulu mengalami perubahan
terakhir menjadi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas II A
Semarang sampai sekarang dibawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementrian Hukum dan HAM.68
2. Letak geografis Lapas Perempuan Klas IIA Semarang
Lapas Perempuan Klas IIA Semarang berlokasi di jalan
Mgr.Soegiyopranoto Nomor 59 Semarang. Bangunan Lapas Perempuan
Klas IIA Semarang berdiri diatas tanah seluas 16.226 m2 dengan luas
bangunan sebesar 2.886 m2. Berikut adalah batas wilayah Lapas
Perempuan Klas IIA Semarang:
a. Sebelah utara : Jalan Indraprasta
b. Sebelah Selatan : Jalan Mgr. Soegiyopranoti
c. Sebelah Timur : Kelurahan Pendirikan Kidul dan Perumahan
Penduduk
d. Sebelah Barat : Hotel Siliwangi

3. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Lapas Perempuan Klas IIA Semarang
a. Visi
Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sebagai individu,

44
45

anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (membangun


manusia mandiri).
b. Misi
Melaksanakan perawatan, pembinaan dan pembimbingan WBP
dalam kerangka penegakan hokum, pencegahan dan penanggulangan
kejahatan serta pemajuan dalam pelindungan hak asai manusia.
c. Tujuan
Membentuk WBP agar menyadari kesalahannya, memperbaiki diri
dam tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan
dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan tanggung
jawab.
d. Sasaran
Sasaran pembinaan dan pembimbingan WBP adalah meningkatkan
WBP yang pada awalnya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi
kurang yaitu:
1) Kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Kualitas Intelektual
3) Kualitas Sikap dan Perilaku
4) Kualitas Profesionalisme atau keterampilan
5) Kualitas kesehatan jasmani dan rohani
46

4. Struktur organisasi Lapas Perempuan Klas IIA Semarang

KEPALA LAPAS

KA. SUB. BAG TU

Kaur Kepegawaian
Kaur Umum
dan Keuangan

Kasie Bimbingan Napi


KA. KPLP Kasie Kegiatan Kerja Kasie Adm. Kamtib
dan Anak Didik

Kasubsi Kasubsi
Petugas Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi
Bimker dan Pelaporan dan
Keamanan Registrasi Bimkeswat Sarana Keamanan
Pengelolaan Tata Tertib
Kerja
Hasil Kerja

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lapas Perempuan Klas IIA Semarang Tahun 2018
47

5. Pemberian Makan WBP di Lapas Perempuan Klas IIA Semarang


Pemberian makan WBP di Lapas Perempuan Klas IIA Semarang
telah disesuaikan berdasarkan surat Sekretaris Direktur Jnederal
Permasyarakatan No.EI.KU.05-08-187 tentang Penetapan Pemberian
Bahan Makanan Narapidana atau Anak Didik, yaitu :
a. Beras, singkong atau ubi, sayuran, tempe atau tahu setiap hari
b. Pisang setiap, 2 hari sekali
c. Daging, 3 kali dalam 10 hari
d. Ikan segar, 2 kali dalam 10 hari
e. Telur, 6 kali dalam 10 hari
Selanjutnya ibu hamil dan menyusui seharusnya mendapatkan
makanan tambahan berupa susu kental manis masing masing 2 sachet (40
g) dan 1 sachet (40 g). pemberian makanan tambahan tersebut dilakukan 2
kali dalam sehari, yaitu pada makan pagi dan sore untuk ibu hamil,
sedangkan untuk ibu menyusui dilakukan 1 kali dalam sehari pada makan
pagi.
Bahan makanan didatangkan dari pihak ketiga. Pengiriman bahan
makanan dilakukan setiap pagi hari, kecuali bumbu dapur dikirim seminggu
sekali. Selanjutnya bahan makanan tersebut diperiksa oleh petugas
pengawas dapur. Pendistribusian makanan pagi dan siang kepada
narapidana menggunakan sistem sentralisasi yaitu suatu cara mengirim
hidangan makanan dimana telah diporsi untuk setiap konsumen.
Hidangan-hidangan telah diporsi di dapur, kemudian diberikan
kepada narapidana. Sedangkan untuk makan malam sistem
pendistribusian menggunakan sistem desentralisasi yaitu makanan dibawa
ke blok hunian dalam jumlah banyak atau besar, kemudian dipersiapkan
ulang dan disajikan dalam alat makan narapidana.
Pengolahan bahan makanan dilakukan oleh tamping dapur dengan
sistem sekali habis. Pengolahan makanan tersebut harus sesuai dengan
menu yang telah ditentukan dalam daftar menu seperti pada tabel 4.1.
48

Tabel 4.1 Menu sepuluh (10) Hari Lapas Klas IIA Semarang Tahun 2018
Hari Makan Makan
Makan Pagi Selingan Selingan
Ke- Siang Malam
1 - Nasi - Bubur - Nasi - Ubi - Nasi
- Tahu Kacang - Telur Rebus - Tempe
Bacem Hijau Rebus goreng
- Tumis - Bobor - Sayur
Kacang Bayam Asam
Panjang - Air Putih - Pisang
- Air Putih - Air Putih
2 - Nasi - Ubi - Nasi - - Nasi
- Tempe Rebus - Ikan Segar - Ikan Asin
Bacem Goreng Goreng
- Tumis - Sayur - Pecel
Sawi Putih Lodeh Sayur
- Air Putih - Air Putih - Air Putih
3 - Nasi - Bubur - Nasi - Ubi - Nasi
- Telur Kacang - Daging Rebus - Tempe
Rebus Hijau Rawon Goreng
- Tumis - Tauge Tepung
Tauge Rebus - Putren
Kacang - Pisang - Air Putih
Panjang - Air Putih
- Air Putih
4 - Nasi - Ubi - Nasi - Nasi
- Kacang Rebus - Telur - Tempe
Tanah Dadar Goreng
Balado Pedas - Sayur
- Tumis - Sayur Sop Lodeh
Kacang - Air Putih - Air Putih
Panjang
- Air Putih
5 - Nasi - Bubur - Nasi - Ubi - Nasi
- Tahu Kacang - Ayam Rebus - Tahu
Bacem Hijau Goreng Goreng
- Tumis - Sayur - Sambal
Labu Siam Bening Goreng
- Air Putih Bayam Labu
ditambah Siam
Jagung - Air Putih
- Pisang
- Air Putih
6 - Nasi - Ubi - Nasi - - Nasi
- Tahu Rebus - Telur Asin - Ikan Asin
Bacem - Sayur Goreng
- Tumis Lodeh - Sayur
Kangkung - Air Putih Urap
- Air Putih - Air Putih
49

Hari Makan Makan


Makan Pagi Selingan Selingan
Ke- Siang Malam
7 - Nasi - Bubur - Nasi - Ubi - Nasi
- Tempe Kacang - Ikan Segar Rebus - Tempe
Bacem Hijau Goreng Goreng
- Cah - Sayur - Sayur
Wortel Bening Asam
ditambah Bayam - Air Putih
Kol ditambah
- Air Putih Jagung
- Pisang
- Sambal
- Air Putih
8 - Nasi - - Nasi - Ubi - Nasi
- Oseng - Daging Rebus - Pecel
Sawi Putih Rendang Sayur
- Telur Asin - Tumis - Air Putih
- Air Putih Tauge
- Air Putih
9 - Nasi - Bubur - Nasi - Ubi - Nasi
- Tempe Kacang - Ikan Asin Rebus - Tumis
Bacem Hijau Goreng Kangkun
- Tumis - Sayur g
Terong Lodeh - Tempe
- Air Putih - Pisang Goreng
- Air Putih - Air Putih
10 - Nasi - Ubi - Nasi - - Nasi
- Tempe Rebus - ‘Telur - Tempe
Bacem Rebus Goreng
- Tumis - Sayur - Gulai
Buncis Urap Daun
- Air Putih - Air Putih Singkong
- Air Putih

B. Karakteristik Narapidana Umum Wanita


Tabel 4.2 Karakteristik Narapidana Umum Wanita Lapas Klas IIA Semarang
Karakteristik N (Orang) Persentase (%)
Usia (tahun)
19 - 29 tahun 11 21.20
30 - 49 tahun 41 78.80
Tingkat Pendidikan
Tamat SD 9 17.30
Tamat SMP 9 17.30
Tamat SMA 13 25.00
Tamat D3 8 15.40
Tamat S1 12 23.10
Tidak Sekolah 1 1.90
50

Karakteristik N (Orang) Persentase (%)


Klasifikasi Narapidana
B1 51 98.10
B2 – A 1 1.90
Lama Tinggal
1-24 bulan 21 40,40
25-48 bulan 23 44,20
49-72 bulan 6 11,50
73-96 bulan 1 1,90
> 96 bulan 1 1,90

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa narapidana wanita di Lapas


Klas IIA Semarang tahun 2018 sebagian besar berumur 30 - 49 tahun
sebanyak 41 orang (78,80%) dengan rata-rata umur narapidana yaitu 36
tahun ± 7,8 dan usia termuda yaitu 19 tahun serta usia tertua yaitu 47 tahun,
menempuh pendidikan hingga tamat SMA yaitu sebanyak 13 orang (25,00%),
termasuk kedalam klasifikasi B1 (narapidana yang vonisnya lebih dari 1
tahun) sebanyak 51 orang (98,10%), dan lama tinggal berkisar antara 25 - 48
bulan sebanyak 23 orang (44,20%).

C. Hasil Analisis Univariat


1. Asupan Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin C, Zat Besi, dan Asam Folat
Asupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi dan asam folat
narapidana umum wanita di Lapas Perempuan Klas IIA Semarang
didapatkan dengan metode penimbangan makanan (food weighing) pada
makanan yang diberikan dari dalam Lapas dan untuk makanan yang
berasal dari luar Lapas didapatkan melalui wawancara dengan narapidana
wanita menggunakan FFQ semi kuantitatif, kemudian dianalisis
menggunakan program Nutrisurvey.
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa narapidana wanita rata-
rata mengkonsumsi energi dari makanan yang disajikan oleh Lapas
sebesar 1058 kkal ± 279,20 dan mengkonsumsi energi dari makanan yang
diperoleh selain yang disajikan oleh Lapas sebesar 739 kkal ± 228,70.
Narapidana wanita rata-rata mengkonsumsi protein dari makanan yang
disajikan oleh Lapas sebesar 38,30 g ± 20,30 dan mengkonsumsi protein
dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan oleh Lapas sebesar
31,80 g ± 10,20. Narapidana wanita rata-rata mengkonsumsi vitamin A dari
51

makanan yang disajikan oleh Lapas sebesar 752,20 µg ± 235,40 dan


mengkonsumsi vitamin A dari makanan yang diperoleh selain yang
disajikan oleh Lapas sebesar 609,30 µg ± 58,10.
Tabel 4.3 Rerata Asupan Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin C, Zat Besi
dan Asam Folat Narapidana Umum Wanita di Lapas dan Luar
Lapas Klas IIA Semarang
Lapas Luar Lapas Total
Asupan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Energi (kkal) 1058 279,2 739 228,7 1797 484,8
Protein (g) 38,3 20,3 31,8 10,2 70,1 29,9
Vitamin A (µg) 752,2 235,4 609,3 58,1 1361,5 671,2
Vitamin C (mg) 28,7 8,7 95,7 5,8 124,4 86,6
Zat Besi (mg) 5,8 0,9 6,3 3,07 12,1 3,16
Asam Folat (µg) 136,3 23,9 147,1 94,3 283,4 98,8

Narapidana wanita rata-rata mengkonsumsi vitamin C dari makanan


yang disajikan oleh Lapas sebesar 28,7 mg ± 8,7 dan mengkonsumsi
vitamin C dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan oleh Lapas
sebesar 95,7 mg ± 5,80. Narapidana wanita rata-rata mengkonsumsi zat
besi dari makanan yang disajikan oleh Lapas sebesar 5,80 mg ± 0,90 dan
mengkonsumsi zat besi dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan
oleh Lapas sebesar 6,3 mg ± 3,06. Narapidana wanita rata-rata
mengkonsumsi asam folat dari makanan yang disajikan oleh Lapas
sebesar 136,3 µg ± 23,9 dan mengkonsumsi asam folat dari makanan yang
diperoleh selain yang disajikan oleh Lapas sebesar 147,1 µg ± 94,3.
Hasil asupan zat gizi narapidana wanita setelah dianalisis
menggunakan program Nutrisurvey, kemudian dibandingkan dengan
kebutuhan zat gizi individu (energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi,
dan asam folat) yang berasal dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG),
selanjutnya dinyatakan dalam persentase (%) tingkat kecukupan gizi. TKG
(Tingkat Kecukupan Gizi) makronutrient dikategorikan dalam tiga (3)
kategori yaitu kurang, baik dan lebih, sedangkan untuk TKG (Tingkat
Kecukupan Gizi) mikronutrient dikategorikan menjadi dua (2) kategori yaitu
kurang dan cukup.
52

Tabel 4.4 Rerata Persentase Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Vitamin


A, Vitamin C, Zat Besi dan Asam Folat Narapidana Umum
Wanita di Lapas dan Luar Lapas Perempuan Klas IIA Semarang
Lapas Luar Lapas Total
TKG (%)
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
TKE 45,28 8,52 31,22 4,75 76,50 12,30
TKP 59,42 17,95 51,30 8,00 110,72 23,20
TKVA 150,40 47,08 121,90 116,20 272,30 134,24
TKVC 38,30 11,60 127,66 117,80 165,96 115,50
TKFe 22,20 3,50 24,10 11,80 46,30 12,15
TKFolat 34,10 6,00 36,80 23,60 70,90 24,70

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa narapidana wanita rata-


rata memiliki TKE dari makanan yang disajikan oleh Lapas sebesar 45,28 ±
8,52 dan memiliki TKE dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan
oleh Lapas sebesar 31,22 ± 4,75. Narapidana wanita rata-rata memiliki
TKP dari makanan yang disajikan oleh Lapas sebesar 59,42 ± 17,95 dan
memiliki TKP dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan oleh
Lapas sebesar 51,30 ± 8. Narapidana wanita rata-rata memiliki TKVA
(Tingkat Kecukupan Vitamin A) dari makanan yang disajikan oleh Lapas
sebesar 150,40 ± 47,08 dan memiliki TKVA (Tingkat Kecukupan Vitamin A)
dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan oleh Lapas sebesar
121,90 ± 116,20.
Narapidana wanita rata-rata memiliki TKVC (Tingkat Kecukupan
Vitamin C) dari makanan yang disajikan oleh Lapas sebesar 38,30 ± 11,60
dan memiliki TKVC (Tingkat Kecukupan Vitamin C) dari makanan yang
diperoleh selain yang disajikan oleh Lapas sebesar 127,66 ± 117,80.
Narapidana wanita rata-rata memiliki TKFe (Tingkat Kecukupan Fe) dari
makanan yang disajikan oleh Lapas sebesar 22,20 ± 3,50 dan memiliki
TKFe (Tingkat Kecukupan Fe) dari makanan yang diperoleh selain yang
disajikan oleh Lapas sebesar 24,10 ± 11,80. Narapidana wanita rata-rata
memiliki TKFolat (Tingkat Kecukupan Asam Folat) dari makanan yang
disajikan oleh Lapas sebesar 34,10 ± 6,00 dan memiliki TKFolat (Tingkat
Kecukupan Asam Folat) dari makanan yang diperoleh selain yang disajikan
oleh Lapas sebesar 136,80 ± 23,60.
53

Tabel 4.5 Total Tingkat Kecukupan Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin C,


Zat Besi dan Asam Folat Narapidana Umum Wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Semarang
Total
Variabel
N (Orang) Persentase (%)
Asupan Energi
1. Kurang 31 59,60
2. Baik 21 40,40
Asupan Protein
1. Kurang 6 11,50
2. Baik 19 36,50
3. Lebih 27 51,90
Asupan Vitamin A
1. Cukup 52 100,00
Asupan Vitamin C
1. Kurang 5 9,60
2. Cukup 47 90,40
Asupan Fe
1. Kurang 49 94,20
2. Cukup 3 5,80
Asupan Asam Folat
1. Kurang 42 80,80
2. Cukup 10 19,20

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian besar


narapidana wanita memiliki total asupan energi pada kategori kurang yaitu
sebanyak 31 orang (59,60%), total asupan protein pada kategori lebih
sebanyak 27 orang (51,90%), total asupan vitamin C pada kategori cukup
sebanyak 47 orang (90,40%), total asupan zat besi pada kategori kurang
sebanyak 49 orang (94,20%), asam folat pada kategori kurang sebanyak
42 orang (80,80%) dan total asupan vitamin A seluruhnya berada pada
kategori cukup sebanyak 52 orang (100,00%).
2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Narapidana Umum Wanita
Tabel 4.6 Indeks Massa Tubuh (IMT) Narapidana Umum Wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Semarang
Status Gizi Berdasarkan IMT N (Orang) Persentase (%)
Kurang 5 9,60
Normal 20 38,50
Overweight 15 28,80
Obesitas 12 23,10
Total 52 100,00
54

Berdasarkan tabel 4.6 rerata IMT narapidana wanita di Lapas Klas IIA
Semarang yaitu sebesar 23,32 kg/m2 ± 4,08, dengan IMT tertinggi yaitu
39,65 kg/m2 dan IMT terendah sebesar 15,24 kg/m2. Status gizi responden
berdasarkan parameter pengukuran IMT sebagian besar berada pada
kategori normal sebanyak 20 orang (38,50%).
3. Kadar Hemoglobin Narapidana Umum Wanita
Tabel 4.7 Kadar Hemoglobin Narapidana Umum Wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Semarang
Kategori Kadar Hemoglobin
N (Orang) Persentase (%)
(g/dl)
Anemia 42 80,80
Tidak Anemia 10 19,20
Total 52 100,00

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa narapidana wanita di


Lapas Klas IIA Semarang rata-rata memiliki kadar hemoglobin sebesar
10,80 ± 1,55 g/dl, dengan kadar hemoglobin tertinggi 15,70 g/dl dan kadar
hemoglobin terendah 7,40 g/dl. Kadar hemoglobin responden sebagian
besar berada pada kategori anemia (hb < 12 g/dl) yaitu sebanyak 42 orang
(80,80%).
4. Aktivitas Fisik Narapidana Umum Wanita
Tabel 4.8 Aktivitas Fisik Narapidana Umum Wanita di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Semarang
Kategori Aktivitas Fisik
N (Orang) Persentase (%)
Berdasarkan nilai PAL
Sangat Ringan 21 40,40
Ringan 31 59,60
Total 52 100,00

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa Rerata aktivitas fisik


narapidana wanita adalah 1,44 PAL ± 0,13. Narapidana wanita sebagian
besar melakukan aktivitas fisik dengan kategori ringan yaitu sebesar
59,60%.
55

D. Hasil Analisis Bivariat


1. Hubungan Variabel Bebas (TKE dan TKP) dengan Variabel Terikat Indeks
IMT
Dalam penelitian ini analisis bivariat yang digunakan yaitu uji korelasi.
Uji korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan
dan arah hubungan antar variabel.
Tabel 4.9 Korelasi TKE dan TKP dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Narapidana Umum Wanita di Lapas Klas IIA Semarang Tahun
2018
Variabel Nilai P Nilai r Interpretsasi
1. TKE dengan IMT < 0,001 0,700* Ada Hubungan
2. TKP dengan IMT < 0,001 1,000* Ada Hubungan
* Rank Spearman
a. Hubungan Asupan Energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKE berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi dapat dikatakan ada hubungan antara
asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan nilai koefisien
korelasi (r) = 0,700 yang dapat diartikan arah hubungan antar variabel
positif dengan kekuatan hubungan antar variabel kuat.
b. Hubungan Asupan Energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKP berdistribusi normal, namun variabel IMT berdistribusi tidak
normal, sehingga dilakukan uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji
korelasi dapat dikatakan ada hubungan antara asupan protein dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan nilai koefisien korelasi (r) = 1,000
yang dapat diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan
kekuatan hubungan antar variabel sangat kuat.
2. Hubungan Variabel Bebas (TKE, TKP, TKVA, TKVC, TKFe, dan TKFolat)
dengan Variabel Terikat (Kadar Hemoglobin)
a. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKE berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman dapat dikatakan ada
hubungan antara asupan energi dengan kadar hemoglobin, dengan nilai
56

koefisien korelasi (r) = 0,566 yang dapat diartikan arah hubungan antar
variabel positif dengan kekuatan hubungan antar variabel sedang.
Tabel 4.10 Korelasi Tingkat Kecukupan Gizi dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita di Lapas Perempuan Klas IIA
Semarang Tahun 2018
Variabel Nilai P Nilai r Interpretasasi
1. TKE < 0,001 0,566b Hubungan Sangat Nyata
2. TKP < 0,001 0,970b Hubungan Sangat Nyata
3. TKVA 0,459 0,105a Tidak Ada Hubungan
4. TKVC 0,271 0,156a Tidak Ada Hubungan
5. TKFe 0,166 0,195a Tidak Ada Hubungan
6. TKFolat 0,285 0,151a Tidak Ada Hubungan
a
Rank Spearman
b
Pearson Product Moment
b. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKE berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman dapat dikatakan ada
hubungan antara asupan energi dengan kadar hemoglobin, dengan nilai
koefisien korelasi (r) = 0,566 yang dapat diartikan arah hubungan antar
variabel positif dengan kekuatan hubungan antar variabel sedang.
c. Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKP dan kadar hemoglobin berdistribusi normal, sehingga
dilakukan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi Rank
Spearman dapat dikatakan ada hubungan antara asupan protein
dengan kadar hemoglobin, dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,970
yang dapat diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan
kekuatan hubungan antar variabel sangat kuat.
d. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKVA berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p
value sebesar 0,105. Karena nilai p (0,105) > 0,05 maka dapat
dikatakan tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan kadar
hemoglobin, dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,105 yang dapat
57

diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan kekuatan


hubungan antar variabel sangat lemah.
e. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKVC berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p
value sebesar 0,156. Karena nilai p (0,271) > 0,05 maka dapat
dikatakan tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar
hemoglobin, dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,156 yang dapat
diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan kekuatan
hubungan antar variabel sangat lemah.
f. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKFe berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p
value sebesar 0,166. Karena nilai p (0,166) > 0,05 maka dapat
dikatakan tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar
hemoglobin, dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,195 yang dapat
diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan kekuatan
hubungan antar variabel sangat lemah.
g. Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin
Hasil uji normalitas variabel menggunakan Kolmogorov-Smirnov
variabel TKFe berdistribusi tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p
value sebesar 0,151. Karena nilai p (0,285) > 0,05 maka dapat
dikatakan tidak ada hubungan antara asupan asam folat dengan kadar
hemoglobin, dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,151 yang dapat
diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan kekuatan
hubungan antar variabel sangat lemah.

3. Hubungan Variabel Pengganggu (Aktivitas Fisik dan Lama Tinggal) dengan


Variabel Terikat (IMT)
58

Tabel 4.11 Korelasi Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Narapidana Umum Wanita di Lapas Perempuan Klas IIA
Semarang Tahun 2018
Variabel N (Orang) Nilai P Nilai r
Aktivitas Fisik dengan 52 0,262 0,158
IMT

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik.


Analisis hubungan aktivitas fisik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank
Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,262. Karena nilai p (0,158) >
0,05 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), dengan nilai koefisien korelasi (r) = 158
yang dapat diartikan arah hubungan antar variabel positif dengan kekuatan
hubungan antar variabel sangat lemah. Berdasarkan hasil uji statistik
tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik bukan sebagai variabel
pengganggu dalam penelitian ini.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini selain aktivitas fisik yaitu
lama tinggal responden. Analisis hubungan antara variabel lama tinggal
sebagai variabel penggangu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank
Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,662. Karena nilai p (0,662) >
0,05 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan antara lama tinggal
responden dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Tabel 4.12 Korelasi Lama Tinggal dengan Status Gizi (IMT dan Kadar
Hemoglobin) Narapidana Umum Wanita di Lapas Perempuan
Klas IIA Semarang Tahun 2018
Variabel N (Orang) Nilai P Nilai r
Lama Tinggal dengan 52 0,662* -0,062
IMT
Lama Tinggal dengan 52 0,669** -0,061
Kadar Hemoglobin
* Rank Spearman
** Pearson Product Moment
Analisis hubungan antara variabel lama tinggal sebagai variabel
penggangu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menggunakan uji korelasi
59

Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi Pearson Product Moment


diperoleh nilai p value sebesar 0,669. Karena nilai p (0,669) > 0,05 maka
dapat dikatakan tidak ada hubungan antara lama tinggal responden
dengan kadar hemoglobin. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat
disimpulkan bahwa lama tinggal responden bukan sebagai variabel
pengganggu dalam penelitian ini.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Narapidana Umum Wanita


1. Usia Narapidana Umum Wanita
Usia menjadi salah satu kriteria inklusi dalam memilih subjek
penelitian. Narapidana wanita yang dipilih berkisar antara usia 19-49 tahun
yang termasuk kedalam kelompok Wanita Usia Subur (WUS).
Pengelompokkan umur responden di bagi menjadi 2 kelompok yaitu 19-29
tahun dan 30-49 tahun, dimana pengelompokkan ini berdasarkan
kecukupan gizi masing-masing kelompok umur dalam Permenkes RI N0 75
tahun 2013. Umur responden memiliki rata-rata 36,15 dengan usia termuda
responden yaitu 19 tahun dan usia tertua responden 47 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan umur terbanyak responden
berkisar di antara 30-49 tahun yaitu sebanyak 41 orang (78,80%)
dibandingkan dengan umur responden yang berkisar di antara 19-29 tahun
yaitu sebanyak 11 orang (21,20%).
Kecukupan gizi sesorang tentunya faktor penting dalam menentukan
status gizi seseorang. Status gizi dapat dikatakan baik apabila tubuh
memperoleh zat-zat gizi sesuai kebutuhannya, dimana zat-zat gizi tersebut
tentunya diperlukan tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti
pertumbuhan, perkembangan, aktivitas sehari-hari dan pemeliharaan
kesehatan lainnya.13
2. Tingkat Pendidikan Narapidana Umum Wanita
Hasil penelitian ini menunjukan presentase tingkat pendidikan
narapidana wanita sebagian besar menempuh pendidikan hingga tamat
SMA yaitu sebanyak 13 orang responden (25,00%). Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi konsumsi melalui pemilihan bahan pangan. Orang
yang berpendidikan lebih tinggi seharusnya dapat memilih makanan yang
lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang
berpendidikan lebih rendah, dikarenakan semakin tinggi pendidikan
seseorang maka biasanya semakin mudah dalam menyerap informasi
terutama informasi tentang gizi. Masyarakat yang memiliki pendidikan
rendah belum tentu juga tidak mengerti tentang gizi. Mereka mungkin bisa

60
61

lebih mengerti tentang gizi dibandingkan dengan seseorang yang


berpendidikan tinggi karena mereka lebih sering terpapar informasi tentang
gizi. Oleh karena itu, tingkat pendidikan tanpa disertai dengan pengetahuan
di bidang gizi, ternyata tidak berpengaruh terhadap pemilihan makanan.69
B. Analisis Univariat
1. Asupan Zat Gizi Narapidana Umum Wanita
Asupan zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan
asam folat) narapidana wanita didapatkan dengan metode penimbangan
makanan (food weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas.
Untuk makanan yang berasal dari luar Lapas didapatkan melalui
wawancara dengan responden menggunakan FFQ semi kuantitatif,
kemudian dianalisis menggunakan program nutrisurvey. Hasil tersebut
kemudian dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi individu (energi, protein,
vitamin A, vitamin C, zat besi, dan asam folat) yang berasal dari tabel
Angka Kecukupan Gizi (AKG), selanjutnya dinyatakan dalam persentase
(%) TKG. Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) makronutrient dikategorikan
dalam tiga (3) kategori yaitu kurang, baik dan lebih, sedangkan untuk TKG
(Tingkat Kecukupan Gizi) mikronutrient dikategorikan menjadi dua (2)
kategori yaitu kurang dan cukup.
a. Asupan Energi Narapidana Umum Wanita
Asupan energi yang berasal dari makanan Lapas didapatkan
dengan metode penimbangan makanan (food weighing) selama 3 hari,
yaitu penimbangan makanan pada 2 hari kerja dan 1 hari libur. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
energi yang dikonsumsi responden yaitu sebsar 1058 kkal. Asupan
energi tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Energi (AKE) menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013
untuk perempuan kelompok umur 19-29 tahun sebesar 2250 kkal dan
perempuan kelompok umur 30-49 tahun sebesar 2150 kkal.21
Rata-rata asupan energi yang dikonsumsi dari makanan Lapas
baru memenuhi 45,28% kebutuhan energi dalam sehari. Artinya, asupan
energi tersebut belum memenuhi Tingkat Kecukupan Energi (TKE) yang
dianjurkan. Pada umumnya rata-rata asupan energi dari makanan yang
disediakan oleh pihak lapas baru memenuhi 76,55% kebutuhan energi
dalam sehari. Tingkat konsumsi asupan energi yang kurang menunjukan
bahwa konsumsi bahan makanan sumber energi tidak mencukupi
62

kebutuhan gizi narapidana. Hal ini dikarenakan pada dasarnya asupan


energi yang disediakan oleh Lapas belum memenuhi kebutuhan energi
dalam sehari serta makanan sumber energi yang disediakan oleh Lapas
rasa nya kurang enak dan hanya dikonsumsi setengahnya atau tidak
sama sekali.
Asupan energi yang berasal dari makanan luar Lapas (tidak
disediakan oleh pihak Lapas) berasal dari keluarga, kantin, atau jasa
catering didapatkan dari hasil perhitungan FFQ semi kuantitatif. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
energi yang dikonsumsi yaitu sebesar 739,10 kkal. Asupan energi
tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Energi (AKE) menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk
perempuan kelompok umur 19-29 tahun sebesar 2250 kkal dan
perempuan kelompok umur 30-49 tahun sebesar 2150 kkal.21
Rata-rata asupan energi yang dikonsumsi dari makanan luar
Lapas baru memenuhi 31,22% kebutuhan energi dalam sehari. Artinya,
asupan energi tersebut belum memenuhi Tingkat Kecukupan Energi
(TKE) yang dianjurkan. Hal ini disebabkan sebagian besar responden
jarang mengkonsumsi makanan sumber energy selain yang disediakan
oleh pihak Lapas karena jarang dijenguk oleh anggota keluarga (jauh
dari anggota keluarga) dan keadaan perekonomian yang kurang stabil.
Total asupan energi narapidana wanita didapatkan dari hasil
penjumlahan asupan energi makanan yang diberikan oleh oleh pihak
Lapas dan makanan yang berasal dari luar Lapas. Hasil penjumlahan
tersebut menunjukan bahwa total asupan energi berkisar antara 857,9-
2669 kkal dengan rata-rata 1796,20 kkal. Asupan energi tersebut
tergolong kurang jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi
(AKE) menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-29 tahun sebesar 2250 kkal dan perempuan
kelompok umur 30-49 tahun sebesar 2150 kkal.21
Rata-total asupan energi yang dikonsumsi dari makanan luar
Lapas dan dari makanan dalam Lapas baru memenuhi 76,50%
kebutuhan energi dalam sehari. Artinya, asupan energi tersebut belum
memenuhi Tingkat Kecukupan Energi (TKE) yang dianjurkan.
Kurangnya tingkat asupan energi juga disebabkan narapidana wanita
63

membatasi konsumsi makanan, khususnya bahan makanan sumber


energi. Pembatasan makanan ini dilakukan oleh narapidana
dikarenakan bentuk tubuh mereka tidak sesuai dengan bentuk tubuh
yang mereka harapkan. Selain itu, kurangnya tingkat asupan energi
yang berasal dari makanan yang disediakan oleh Lapas juga dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan atau psikologis. Terutama bagi WBP
yang baru menjalani masa hukuman, sebagian dari mereka kurang
nafsu makan sehingga menyebabkan rendahnya asupan energi yang di
konsumsi.
Kekurangan energi dalam jangka waktu tertentu dapat
13
mengakibatkan penurunan berat badan. Kekurangan energi juga dapat
mengakibatkan ketersediaan zat gizi lainnya yang merupakan sumber
energi alternatif (karbohidrat, protein, dan lemak) menurun dan fungsi
dari zat gizi sumber energi alternatif juga menurun. Apabila keadaan ini
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka akan terjadi
penurunan berat badan yang ekstrem dan kerusakan jaringan tubuh.70
Energi tentunya sangat berkontribusi dalam pembentukan eritrosit, jika
asupan energi kurang dapat menyebabkan penurunan pembentukan
eritrosit dan dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin.71
b. Asupan Protein Narapidana Umum Wanita
Asupan protein yang berasal dari makanan Lapas didapatkan
dengan metode penimbangan makanan (food weighing) selama 3 hari,
yaitu penimbangan makanan pada 2 hari kerja dan 1 hari libur. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
protein dari makanan yang diberikan oleh pihak Lapas yaitu sebesar
38,30 gram. Asupan protein tersebut tergolong kurang jika dibandingkan
dengan Angka Kecukupan Protein (AKP) menurut Permenkes Nomor 75
tahun 2013 untuk perempuan kelompok umur 19-29 tahun sebesar 56
gram dan perempuan kelompok umur 30-49 tahun sebesar 57 gram.21
Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi dari makanan Lapas
baru memenuhi 59,42% kebutuhan protein dalam sehari. Artinya,
asupan protein tersebut belum memenuhi Tingkat Kecukupan Protein
(TKP) yang dianjurkan. Pada umumnya rata-rata asupan protein dari
makanan yang disediakan oleh pihak lapas memenuhi 84,23%
kebutuhan protein dalam sehari. Tingkat asupan protein yang kurang
64

menunjukan bahwa konsumsi bahan makanan sumber protein tidak


mencukupi kebutuhan responden. Hal ini dikarenakan kurangnya
keanekaragaman protein dari makanan yang dikonsumsi dan makanan
sumber protein yang disediakan oleh Lapas rasa nya kurang enak dan
hanya dikonsumsi setengahnya atau tidak sama sekali.
Asupan protein yang berasal dari makanan luar Lapas (tidak
disediakan oleh pihak Lapas) berasal dari keluarga, kantin, atau jasa
catering didapatkan dari hasil perhitungan FFQ semi kuantitatif. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
protein yang dikonsumsi responden yaitu sebsar 31,80 gram. Asupan
protein tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Protein (AKP) menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013
untuk perempuan kelompok umur 19-29 tahun sebesar 56 gram dan
perempuan kelompok umur 30-49 tahun sebesar 57 gram.21
Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi dari makanan luar
Lapas baru memenuhi 51,30% kebutuhan protein dalam sehari. Artinya,
asupan protein tersebut belum memenuhi Tingkat Kecukupan Protein
(TKP) yang dianjurkan. TKP narapidana seluruhnya berada pada
kategori kurang. Hal ini disebabkan sebagian besar responden jarang
mengkonsumsi makanan selain yang disediakan oleh pihak Lapas
karena jarang dijenguk oleh anggota keluarga (jauh dari anggota
keluarga) dan keadaan perekonomian yang kurang stabil. Selain itu,
seringnya responden mengkonsumsi mi instant (seminggu 2X atau 4X)
yang kandungan protein nya sedikit tanpa ditambahkan sumber
makanan protein lainnya ke dalam mi instant menjadi penyabab asupan
protein responden belum memenuhi TKP yang dianjurkan.
Total asupan protein narapidana wanita didapatkan dari hasil
penjumlahan asupan protein dari makanan yang diberikan oleh pihak
Lapas dan makanan yang berasal dari luar Lapas. Hasil penjumlahan
tersebut menunjukan bahwa total asupan protein berkisar antara 29,55-
191,11 gram dengan rata-rata 70,10 gram. Asupan protein tersebut
tergolong sesuai atau telah memenuhi Angka Kecukupan Protein (AKP)
menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan kelompok
umur 19-29 tahun sebesar 56 gram dan perempuan kelompok umur 30-
49 tahun sebesar 57 gram.21
65

Rata-rata total asupan protein yang dikonsumsi dari makanan luar


Lapas dan dari makanan dalam Lapas memenuhi 110,72% kebutuhan
protein dalam sehari. Artinya, asupan protein tersebut melebihi Tingkat
Kecukupan Protein (TKP) yang dianjurkan. Kelebihan protein dalam
jangka waktu yang cukup lama menyebabkan peningkatan berat badan,
dikarenakan asupan protein yang berlebih dapat menyebabkan proses
deaminase dimana nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan
karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh. 13
Selain itu, makanan yang tinggi akan protein juga cenderung memiliki
kandungan lemak yang tinggi pula, sehingga apabila konsumsi protein
berlebih dapat menyebabkan kegemukan.70
Protein juga berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial
didalam tubuh, termasuk hemoglobin dan memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses absorpsi dan transportasi besi dalam tubuh.
Asupan protein dalam kualitas dan kuantitasnya harus dalam keadaan
yang baik, agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik. Apabila
jumlah asupan protein mencukupi tetapi mutu yang terkandung dalam
protein tidak tercukupi, maka peranan protein dalam pembentukan
hemoglobin dan pengangkutan zat besi akan terganggu, sehingga
sintesis hemoglobin tidak berjalan optimal dan berdampak pada
penurunan kadar hemoglobin.13
c. Asupan Vitamin A Narapidana Umum Wanita
Asupan vitamin A yang berasal dari makanan Lapas didapatkan
dengan metode penimbangan makanan (food weighing) selama 3 hari,
yaitu penimbangan makanan pada 2 hari kerja dan 1 hari libur. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
vitamin A yang dikonsumsi yaitu sebsar 752,20 µg. Asupan vitamin A
tersebut tergolong sesuai atau telah mencukupi angka kecukupan
Vitamin A menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19 - 49 tahun sebesar 500 µg.21 Rata-rata asupan
vitamin A yang dikonsumsi dari makanan Lapas memenuhi 150,40%
kebutuhan vitamin A dalam sehari. Artinya, asupan vitamin A tersebut
telah melebihi kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan vitamin A yang berasal dari makanan luar Lapas (tidak
disediakan oleh pihak Lapas) berasal dari keluarga, kantin, atau jasa
66

catering didapatkan dari hasil perhitungan FFQ semi kuantitatif. Hasil


penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
vitamin A yang dikonsumsi yaitu sebsar 609,30 µg. Asupan vitamin A
tersebut tergolong sesuai atau telah mencukupi angka kecukupan
Vitamin A menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-49 tahun sebesar 500 µg. 21 Rata-rata asupan vitamin
A yang dikonsumsi dari makanan di luar Lapas memenuhi 121,90%
kebutuhan protein dalam sehari. Artinya, asupan vitamin A tersebut telah
melebihi kebutuhan yang dianjurkan.
Total asupan vitamin A responden didapatkan dari hasil
penjumlahan asupan vitamin A dari makanan yang diberikan oleh pihak
Lapas dan makanan yang berasal dari luar Lapas. Hasil penjumlahan
tersebut menunjukan bahwa total asupan vitamin A berkisar antara
79,78-775,98 µg, dengan rata-rata 1361,50 µg. Asupan vitamin A
tersebut tergolong sesuai atau telah mencukupi angka kecukupan
Vitamin A menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19 - 49 tahun sebesar 500 µg. 21 Rata-rata total asupan
vitamin A yang dikonsumsi dari makanan luar Lapas dan dari makanan
dalam Lapas memenuhi 272,30% kebutuhan vitamin A dalam sehari.
Artinya, asupan vitamin A tersebut telah melebihi kebutuhan yang
dianjurkan.
Pada penelitian ini baik dari makanan yang diberikan oleh Lapas
atau dari makanan luar Lapas sebagian besar narapidana sering
mengkonsumsi makanan sumber vitamin A seperti wortel, tomat, buah-
buahan dan sayuran berwarna hijau seperti bayam, kangkung, sawi
hijau, buncis dan kacang panjang, sehingga tingkat kecukupan vitamin A
pada responden baik dari makanan yang diberikan oleh pihak Lapas
atau makanan luar Lapas sebagian berada pada kategori cukup.
Hubungan antara vitamin A dengan kadar hemoglobin terjadi
karena ada interaksi dengan besi. Vitamin A berperan dalam proses
eritropoesis dan penyerapan zat besi untuk pembentukan eritrosit.
Apabila vitamin A tidak dalam jumlah yang cukup maka interaksi besi
dalam proses pembentukan hemoglobin tidak optimal, akibatnya akan
berdampak pada penurunan kadar hemoglobin.56
d. Asupan Vitamin C Narapidana Umum Wanita
67

Asupan vitamin C yang berasal dari makanan Lapas didapatkan


dengan metode penimbangan makanan (food weighing) selama 3 hari,
yaitu penimbangan makanan pada 2 hari kerja dan 1 hari libur. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
vitamin C yang dikonsumsi yaitu sebsar 28,70 mg. Asupan vitamin C
tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan
Vitamin C menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-49 tahun sebesar 75 mg.21 Rata-rata asupan vitamin
C yang dikonsumsi dari makanan Lapas baru memenuhi 38,30%
kebutuhan vitamin C dalam sehari. Artinya, asupan vitamin C tersebut
belum memenuhi kebutuhan vitamin C responden yang dianjurkan. Hal
ini dikarenakan makanan sumber vitamin C yang disediakan oleh Lapas
rasa nya kurang enak dan hanya dikonsumsi setengahnya atau tidak
sama sekali. Selain itu, pihak Lapas juga jarang sekali memberikan
variasi buah-buahan yang tinggi kadar vitamin C kepada narapidana.
Buah yang diberikan pada narapidana biasanya hanyalah buah pisang
saja.
Asupan vitamin C yang berasal dari makanan luar Lapas (tidak
disediakan oleh pihak Lapas) berasal dari keluarga, kantin, atau jasa
catering didapatkan dari hasil perhitungan FFQ semi kuantitatif. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
protein yang dikonsumsi yaitu sebsar 95,70 mg. Asupan vitamin C
tersebut tergolong sesuai atau telah mencukupi angka kecukupan
Vitamin C menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19 - 49 tahun sebesar 75 mg.21 Rata-rata asupan vitamin
C yang dikonsumsi dari makanan di luar Lapas memenuhi 127,66%
kebutuhan vitamin C dalam sehari. Artinya, asupan vitamin C tersebut
telah melebihi kebutuhan yang dianjurkan. Hal ini dikarenakan makanan
sumber vitamin C yang berasal dari luar Lapas rasanya lebih enak
dibandingkan makanan yang berasal dari pihak Lapas Selain itu,
sebagian besar keluarga yang menjenguk memberikan buah-buahan
sumber vitamin C seperti jambu biji, jeruk, pepaya, dan mangga.
Total asupan vitamin C responden didapatkan dari hasil
penjumlahan asupan vitamin C dari makanan yang diberikan oleh pihak
68

Lapas dan makanan yang berasal dari luar Lapas. Hasil penjumlahan
tersebut menunjukan bahwa total asupan vitamin C responden berkisar
antara 47,60-720,53 mg, dengan rata-rata 124,40 mg. Asupan vitamin C
tersebut tergolong sesuai atau telah mencukupi angka kecukupan
Vitamin C menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19 - 49 tahun sebesar 75 mg. 21 Rata-rata total asupan
vitamin C yang dikonsumsi dari makanan luar Lapas dan dari makanan
dalam Lapas memenuhi 165,96% kebutuhan protein dalam sehari.
Artinya, asupan vitamin C tersebut telah melebihi kebutuhan yang
dianjurkan.
Hubungan antara vitamin C dengan kadar hemoglobin terjadi
karena ada interaksi dengan besi. Viitamin C mempunyai fungsi dalam
penyerapan zat besi dengan merubah ion ferri (Fe3+) menjadi bentuk
yang mudah diserap oleh tubuh yaitu ion ferro (FE2+). Apabila vitamin C
tidak dalam jumlah yang cukup maka interkasi besi dalam proses
pembentukan hemoglobin tidak optimal, akibatnya akan berdampak
pada penurunan kadar hemoglobin.56 Interaksi vitamin C dengan besi
telah dibuktikan pada penelitian yang menyatakan bahwa pemberian
tablet besi yang disertai konsumsi vitamin C dapat meningkatkan kadar
hemoglobin.72
e. Asupan Zat Besi Narapidana Umum Wanita
Asupan zat besi yang berasal dari makanan Lapas didapatkan
dengan metode penimbangan makanan (food weighing) selama 3 hari,
yaitu penimbangan makanan pada 2 hari kerja dan 1 hari libur. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
zat besi yang dikonsumsi yaitu sebsar 5,80 mg. Asupan zat besi
tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan
zat besi menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-49 tahun sebesar 26 mg. 21 Rata-rata asupan zat besi
yang dikonsumsi dari makanan Lapas baru memenuhi 22,20%
kebutuhan zat besi dalam sehari. Artinya, asupan zat besi tersebut
belum memenuhi kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan zat besi yang berasal dari makanan luar Lapas (tidak
disediakan oleh pihak Lapas) berasal dari keluarga, kantin, atau jasa
catering didapatkan dari hasil perhitungan FFQ semi kuantitatif. Hasil
69

penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan


zat besi yang dikonsumsi yaitu sebesar 6,30 mg. Asupan zat besi
tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan
zat besi menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-49 tahun sebesar 26 mg. 21 Rata-rata asupan zat besi
yang dikonsumsi dari makanan luar Lapas baru memenuhi 24,10%
kebutuhan zat besi dalam sehari. Artinya, asupan zat besi tersebut
belum memenuhi kebutuhan yang dianjurkan.
Total asupan zat besi responden didapatkan dari hasil
penjumlahan asupan zat besi dari makanan yang diberikan oleh pihak
Lapas dan makanan yang berasal dari luar Lapas. Hasil penjumlahan
tersebut menunjukan bahwa total asupan zat besi berkisar antara 7-21
mg, dengan rata-rata 12,10 mg. Asupan zat besi tersebut kurang jika
dibandingkan dengan angka kecukupan zat besi menurut Permenkes
Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan kelompok umur 19-49 tahun
sebesar 26 mg.21 Rata-rata total asupan zat besi yang dikonsumsi dari
makanan luar Lapas dan dari makanan dalam Lapas memenuhi 46,30%
kebutuhan zat besi dalam sehari. Artinya, asupan zat besi tersebut
belum memenuhi kebutuhan yang dianjurkan.
Pada penelitian ini baik dari makanan yang diberikan oleh Lapas
atau dari makanan luar Lapas sebagian besar narapidana lebih sering
mendapatkan asupan besi dari bahan makanan nabati (non-hem)
seperti tahu, tempe, sayuran hijau, dan buah-buahan dibandingkan
asupan besi dari bahan makanan hewani (besi hem) sehingga tingkat
kecukupan zat besi pada responden baik dari makanan yang diberikan
oleh pihak Lapas atau makanan luar Lapas sebagian besar berada pada
kategori kurang. Hal ini diakibatkan penyerapan zat besi dari sumber
non-hem lebih rendah dibandingkan dengan sumber zat besi hem,
karena zat besi non-hem hanya dapat diserap sebesar 5%, sedangkan
zat besi hem dapat diserap sebesar 35%.14
Asupan zat besi memiliki peranan yang penting dalam sintesis
hemoglobin di dalam sumsum tulang. Apabila tubuh kekurangan asupan
zat besi maka tubuh akan mengaktifkan zat besi cadangan untuk
mencukupi jumlah zat besi fungsional. Namun apabila jumlah simpanan
zat besi ini berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan
70

juga rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam


tubuh yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.14
f. Asupan Asam Folat Narapidana Umum Wanita
Asupan asam folat yang berasal dari makanan Lapas didapatkan
dengan metode penimbangan makanan (food weighing) selama 3 hari,
yaitu penimbangan makanan pada 2 hari kerja dan 1 hari libur. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
asam folat yang dikonsumsi yaitu sebesar 136,30 µg. Asupan asam folat
tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan
asam folat menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-49 tahun sebesar 400 µg. 21 Rata-rata asupan asam
folat yang dikonsumsi dari makanan Lapas baru memenuhi 34,10%
kebutuhan asam folat dalam sehari. Artinya, asupan asam folat tersebut
belum memenuhi kebutuhan yang dianjurkan.
Asupan asam folat yang berasal dari makanan luar Lapas (tidak
disediakan oleh pihak Lapas) berasal dari keluarga, kantin, atau jasa
catering didapatkan dari hasil perhitungan FFQ semi kuantitatif. Hasil
penimbangan makanan tersebut menunjukan bahwa rata-rata asupan
asam folat yang dikonsumsi yaitu sebsar 147,10 µg. Asupan asam folat
tersebut tergolong kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan
asam folat menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan
kelompok umur 19-49 tahun sebesar 400 µg. 21 Rata-rata asupan asam
folat yang dikonsumsi dari makanan luar Lapas baru memenuhi 36,80%
kebutuhan asam folat dalam sehari. Artinya, asupan zat besi tersebut
belum memenuhi kebutuhan yang dianjurkan.
Total asupan asam folat responden didapatkan dari hasil
penjumlahan asupan asam folat dari makanan yang diberikan oleh pihak
Lapas dan makanan yang berasal dari luar Lapas. Hasil penjumlahan
tersebut menunjukan bahwa total asupan asam folat berkisar antara
165,20-643,20 µg, dengan rata-rata 283,40 µg. Asupan asam folat
tersebut kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupan asam folat
menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2013 untuk perempuan kelompok
umur 19-49 tahun sebesar 400 µg. 21 Rata-rata total asupan asam folat
yang dikonsumsi dari makanan luar Lapas dan dari makanan dalam
Lapas memenuhi 70,90% kebutuhan asam folat dalam sehari. Artinya,
71

asupan asam folat ersebut belum memenuhi kebutuhan yang


dianjurkan.
Pada penelitian ini baik dari makanan yang diberikan oleh Lapas
atau dari makanan luar Lapas sebagian besar responden berada pada
tingkat kecukupan folat dalam kategori kurang. Kekurangan asupan folat
pada responden dikarenakan kurangnya konsumsi bahan pangan
sumber folat hewani seperti hati dan daging. Bahan pangan sumber folat
banyak diperoleh responden dari sayuran hijau, namun kandungan
asam folat dalam sayur hijau mudah hancur saat proses pemasakan
serta kualitas nya menurun dalam proses penyimpanan. 74 Selain itu,
kurangnya asupan asam folat ini disebabkan karena makanan sumber
folat yang disediakan oleh Lapas rasa nya kurang enak dan hanya
dikonsumsi setengahnya atau tidak sama sekali.
Asam Folat merupakan zat yang penting dalam meningkatkan
pembentukan dan pematangan eritrosit. Asam folat memiliki peranan
terhadap hemoglobin, dikarenakan adanya interaksi asam folat dengan
zat besi dalam metabolisme asam nukleat. Defisiensi folat akan
menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit, yang nantinya
menyebabkan gangguan dalam replikasi DNA dan proses pembelahan
sel yang mengakibatkan bentuk sel eritrosit menjadi abnormal, kondisi
ini disebut anemia megaloblastik. Keadaan ini akan mempengaruhi
seluruh kinerja sel tubuh termasuk sel yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin.61
2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Narapidana Umum Wanita
Pada penenlitian ini dilakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan secara langsung. Hasil pengukuran dikategorikan
kedalam 4 kategori yaitu kurang (< 18,5 kg/m2), normal (18,5-22,9 kg/m2),
overweight (23,0-24,9 kg/m2), dan obesitas (≥ 25 kg/m2).34 Tinggi
rendahnya Indeks Massa Tubuh (IMT) mencerminkan besarnya cadangan
energi didalam tubuh. Cadangan tersebut berasal dari kelebihan energi
yang didapat dari makanan. Keadaan ini berhubungan dengan berat badan
sebagai penentu IMT yang merupakan indikator status gizi.75
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa status gizi narapidana
berdasarkan nilai IMT yang berada pada kategori kurang sebanyak 5 orang
responden (9,60%), pada kategori normal sebanyak 20 orang responden
72

(38,50%), pada kategori overweight sebanyak 15 orang responden


(28,80%) dan pada kategori obesitas sebanyak 12 orang responden
(23,10%).
Kekurangan dan kelebihan gizi pada kelompok WUS masih menjadi
masalah gizi yang terjadi saat ini, dimana tingkat kesehatan serta status
gizi menjadi penentu kualitas kesehatan anak-anaknya. Kekurangann gizi
pada WUS dapat mengakibatkan kegagalan pertumbuhan fisik,
perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas,
meningkatkan angka kesakitan dan kematian.76 Kekurangan gizi pada WUS
juga akan berlanjut sampai fase kehamilan dan akan memberikan
konsekuensi yang besar saat kehamilan dan melahirkan, bukan hanya
kesakitan ibu dan anak, tetapi juga kematian ibu dan anak. WUS dengan
status gizi kurang (IMT < 18,5 kg/m 2) beresiko melahirkan bayi dengan
BBLR.77
Kelebihan gizi pada WUS juga merupkan salah satu masalah gizi
yang terjadi saat ini, dimana keadaan ini merupakan faktor risiko timbulnya
penyakit degeneratif sebagai akibat dari perubahan gaya hidup, perubahan
pola makan ke arah tinggi karbohidrat, lemak dan garam serta rendah serat
dan rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Kelebihan gizi
yang berlanjut pada masa kehamilan beresiko untuk melahirkan bayi
dengan NTD (Neural Tube Defects).75
3. Kadar Hemoglobin Narapidana Umum Wanita
Berdasarkan hasil pengukuran kadar hemoglobin yang dilakukan
peneliti menggunakan alat Easy Touch GCHb, diketahui bahwa rata-rata
kadar hemoglobin yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 10,80 g/dl ±
1,55 berkisar antara 7,40-15,70 g/dl, serta sebagian besar narapidana
memiliki kadar hemoglobin dalam kategori kategori anemia (Hb < 12 g/dl)
sebanyak 80,80%..
Anemia mempengaruhi pengangkutan oksigen, sehingga dampak
yang terlihat adalah menurunnya produktivitas kerja dan terganggunya
aktivitas fisik karena kondisi badan yang mudah lelah, mudah pusing,
mudah mengantuk, dan konsentrasi menurun. Selain itu, anemia gizi
karena defisiensi mikronutrien dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga orang yang anemia lebih mudah sakit karena beragam zat gizi
73

yang digunakan oleh tubuh untuk sintesis hemoglobin juga digunakan


untuk membentuk imunitas tubuh.78
Anemia pada WUS apabila tidak ditangani dengan segera akan
berlanjut sampai fase kehamilan yang akan meningkatkan risiko kematian,
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), mudah
terserang infeksi, keguguran, dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur.79
4. Aktivitas Fisik Narapidana Umum Wanita
Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan tubuh untuk
mengeluarkan energi. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan
untuk metabolisme basal.80 Pada penelitian ini aktivitas fisik diukur dengan
menggunakan lembar recall aktivitas fisik, dengan merinci lama dan jenis
kegiatan yang dilakukan selama 3 x 24 jam (2 hari aktif dan 1 hari libur),
besarnya aktivitas fisik tersebut dinyatakan dalam Physical Activity Level
(PAL) atau biasa disebut dengan tingkat aktivtas fisik. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan aktivitas fisik
ringan (59,60%). Rerata aktivitas fisik narapidana yaitu 1,44 PAL ± 0,13.
Aktivitas fisik berkisar antara 1,24-1,70 PAL.
Aktivitas fisik yang biasanya dilakukan narapidana wanita pada hari
aktif seperti mencuci, menjemur, bekerja sesuai dengan bagiannya masing-
masing, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan oleh Lapas,
ibadah, menonton televisi, mengobrol dengan teman, dan tidur. Sementara
aktivitas fisik yang dilakukan narapidana pada hari libur adalah mencuci,
menjemur, ibadah, kegiatan santai seperti menonton televisi, mengobrol
dengan teman dan tidur.
Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
kestabilan berat badan. Semakin aktif sesorang dalam melakukan aktivitas
fisik, maka semakin banyak energi yang dibutuhkan, sehingga energi tidak
banyak yang tersimpan menjadi lemak, sehingga tidak meningkatkan risiko
kegemukan atau obesitas.76
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Asupan Energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Narapidana Umum Wanita
Asupan energi narapidana wanita didapatkan dari hasil penimbangan
makanan (food weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas
3 x 24 jam (2 hari aktif dan 1 hari libur) dan untuk makanan yang berasal
dari luar Lapas didapatkan melalui wawancara menggunakan FFQ semi
74

kuantitatif, kemudian dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Hasil


tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan energi individu yang
berasal dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), selanjutnya dinyatakan
dalam persentase (%) Tingkat Kecukupan Gizi (TKG).
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan Rank
Spearman antara variabel asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) menunjukan bahwa nilai p value < 0,001, yang berarti bahwa ada
hubungan asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hubungan
memiliki korelasi positif dan kekutan hubungan kuat (r = 0,700). Nilai
korelasi positif dapat diartikan bahwa semakin banyak asupan energi
responden maka Indeks Massa Tubuh (IMT) nya semakin baik. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian pada narapidana wanita dengan
nilai p value sebesar 0,001 yang menunjukan ada hubungan antara asupan
energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).81 Hal ini juga sesuai dengan
penelitian pada pelajar SMA Kolese Loyola, Kota Semarang menyatakan
bahwa semakin banyak kalori yang dikonsumsi semakin tinggi pula energi
yang disimpan di dalam tubuh, dan apabila energi tersebut tidak
dikeluarkan akan disimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh, sehingga
akan mengakibatkan penambahan berat badan bahkan sampai
menyebabkan obesitas.82
Hasil analisis asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang narapidana (36,5%) yang memiliki
asupan energi kurang dengan IMT normal. Hal ini dapat terjadi karena
narapidana masih menyimpan cadangan lemak sebelum menghuni Lapas,
namun apabila kondisi ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama
maka cadangan lemak akan menipis sehingga berpotensi mengalami
penurunan berat badan bahkan beresiko untuk mengalami kekurangan gizi.
Sementara narapidana yang memiliki asupan energi kurang dan
normal dengan IMT overweight dan obesitas sebanyak 27 orang
responden (51,90%). Hal ini dapat terjadi akibat adanya faktor genetik
obesitas dan aktivitas fisik yang kurang pada responden. Jika narapidana
memiliki riwayat genetik obesitas, maka jika responden mengkonsumsi
energi dalam jumlah sedikit pun akan tetap mempunyai risiko untuk terjadi
obesitas. Selain itu sebagian besar narapidana memiliki tingkat aktivitas
fisik yang ringan, sehingga meskipun konsumsi energi dalam jumlah sedikit
75

jika aktivitas fisik nya kurang maka kemungkinan besar energi yang tidak
digunakan oleh tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak, sehingga
meningkatkan risiko penambahan berat badan yang akan menimbulkan
obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Amerika yang
menunjukan bahwa 50% individu dengan tingkat aktivitas fisik rendah
mempunyai risiko lebih besar dalam peningkatan simpanan lemak tubuh
yang dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan obesitas
dibandingkan individu dengan aktivitas fisik tinggi.83
2. Hubungan Asupan Protein dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Narapidana Umum Wanita
Asupan protein narapidana didapatkan dari hasil penimbangan
makanan (food weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas
3 x 24 jam (2 hari aktif dan 1 hari libur) dan untuk makanan yang berasal
dari luar Lapas didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan FFQ
semi kuantitatif, kemudian dianalisis menggunakan program Nutrisurvey.
Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan protein individu
yang berasal dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), selanjutnya
dinyatakan dalam persentase (%) Tingkat Kecukupan Gizi (TKG).
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan Rank
Spearman antara variabel asupan protein dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) menunjukan bahwa nilai p value sebesar 0,00 < 0,05, yang berarti
bahwa ada hubungan asupan protein dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Hubungan memiliki korelasi positif dan kekuatan hubungan sangat kuat (r =
1,000). Nilai korelasi positif dapat diartikan bahwa semakin banyak asupan
protein narapidana maka Indeks Massa Tubuh (IMT) semakin baik. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryandari (2015)
dengan nilai p value sebesar 0,000, dengan kekuatan hubungan sangat
kuat (0,732) yang menunjukan ada hubungan asupan protein dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT).84 Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Fillah (2007), dimana hasilnya p value sebesar
0,00 < 0,05 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
asupan protein dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), dimana arah korelasi
positif dan kekuatan hubungan yang kuat (r = 0,631).85
Hasil analisis menunjukan bahwa sebanyak 19 orang responden
(36,5%) asupan protein berada pada kategori normal dengan IMT normal.
76

Sementara, responden yang berada pada kategori asupan protein kurang


dengan status gizi normal sebanyak 1 orang responden (1,9%). Hal ini
dapat terjadi karena fungsi utama protein yaitu untuk pertumbuhan,
sehingga walaupun asupan protein kurang dan selama pemenuhan energi
dapat terpenuhi dari asupan karbohidrat, maka protein diutamakan untuk
kepentingan pertumbuhan. Selain itu, keadaan ini dapat disebabkan karena
simpanan lemak dalam tubuh yang masih banyak, sehingga dapat
menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Asupan protein
jika berlebihan, maka akan menyebabkan protein mengalami proses
deaminase, yaitu nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan
karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan didalam tubuh, sehingga
konsumsi protein secara berlebihan dapat mengakibatkan penambahan
berat badan yang mengakibatkan obesitas.13
3. Hubungan Antara Aktivitas Fisik sebagai Variabel Pengganggu
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Narapidana Umum Wanita
Pada penelitian ini aktivitas fisik diukur dengan menggunakan lembar
recall aktivitas fisik, dengan merinci lama dan jenis kegiatan yang dilakukan
selama 3 x 24 jam (2 hari aktif dan 1 hari libur), besarnya aktivitas fisik
tersebut dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau biasa disebut
dengan tingkat aktivtas fisik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebagian besar narapidana melakukan aktivitas fisik ringan (59,60%).
Rerata aktivitas fisik narapidana yaitu 1,44 PAL ± 0,13. Aktivitas fisik
responden berkisar antara 1,24-1,70 PAL.
Aktivitas fisik yang biasanya dilakukan responden pada hari aktif
seperti mencuci, menjemur, bekerja sesuai dengan bagiannya masing-
masing, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan oleh Lapas,
ibadah, menonton televisi, mengobrol dengan teman, dan tidur. Aktivitas
fisik yang dilakukan narapidana pada hari libur adalah mencuci, menjemur,
ibadah, kegiatan santai seperti menonton televisi, mengobrol dengan
teman dan tidur.
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan Rank
Spearman antara variabel aktivitas fisik sebagai variabel pengganggu
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukan bahwa nilai p value
sebesar 0,262 > 0,05, yang berarti bahwa tidak ada hubungan aktivitas fisik
sebagai variabel pengganggu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
77

Hubungan memiliki korelasi positif dan kekutan hubungan sangat lemah (r


= 0,158). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik bukan
merupakan faktor peranggu didalam penelitian ini. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Dina (2017) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan aktivitas fisik dengan IMT (p = 0,181, r = 0,181).86
Aktivitas fisik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
kestabilan berat badan. Semakin aktif sesorang dalam melakukan aktivitas
fisik, maka semakin banyak energi yang dibutuhkan, sehingga energi tidak
banyak yang tersimpan menjadi lemak, sehingga tidak meningkatkan risiko
kegemukan atau obesitas.76 Namun pada penelitian ini, sebagian besar
narapidana memiliki aktivitas fisik yang ringan, akan tetapi narapidana juga
sebagian besar memiliki asupan energi yang kurang, sehingga energi tidak
banyak yang tersimpan menjadi lemak dan tidak berpengaruh banyak
terhadap peningkatan risiko kegemukan atau obesitas.
4. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita
Energi dalam tubuh manusia terbentuk karena adanya pembakaran
karbohidrat, protein, dan lemak, sehinnga manusia memerlukan energi dari
makanan untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari.13 Rerata total
tingkat kecukupan energi responden dalam penelitian ini yaitu 76,50 ±
12,30, dengan tingkat kecukupan energi terendah sebesar 54,60% dan
tingkat kecukupan energi tertinggi sebesar 102,89%.
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan
Pearson Product Moment antara variabel asupan energi dengan kadar
hemoglobin menunjukkan bahwa nilai p value < 0,001, yang berarti bahwa
ada hubungan antara asupan energi dengan kadar hemoglobin. Hubungan
memiliki korelasi positif dan kekutan hubungan sedang (r = 0,566). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian pada tenaga kerja wanita di pabrik
PT. Won Jin Indonesia yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
asupan energi dengan kadar hemoglobin, dimana arah korelasi positif
dengan kekuatan hubungan sedang (p = 0,000, r = 0,418).87
Energi dibutuhkan dalam tubuh untuk melakukan proses fisiologis
tubuh, kekurangan energi baik dari makronutrien dan mikronutrien dalam
jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin,
dikarenakan energi memiliki peranan dalam pembentukan eritrosit,
78

sehingga apabila asupan energi kurang maka dapat menyebabkan


penurunan pembentukan eritrosit yang dapat mengakibatkan penurunan
kadar hemoglobin. 71
5. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita
Protein merupakan zat gizi yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan. Rerata total tingkat kecukupan protein narapidana dalam
penelitian ini yaitu 110,72 ± 23,20, dengan tingkat kecukupan protein
terendah sebesar 71,28% dan tingkat kecukupan energi tertinggi sebesar
173,82%. Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan
Rank Spearman menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0,00 < 0,05,
yang berarti bahwa ada hubungan asupan protein dengan kadar
hemoglobin. Hubungan memiliki korelasi positif dan kekutan hubungan
sangat kuat (r = 0,970). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Thomson, et al (2011) dengan desain penelitian kohort pada 93.676 orang
di Amerika Serikat menyatakan bahwa terdapat hubungan asupan protein
dengan kadar hemoglobin.88 Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh
penelitian pada 57 orang remaja putri didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin (p = 0,035).89
Protein juga berfungsi dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial
didalam tubuh, termasuk hemoglobin dan memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses absorpsi dan transportasi besi dalam tubuh. Asupan
protein dalam kualitas dan kuantitasnya harus dalam keadaan yang baik,
agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik. Apabila jumlah asupan
protein mencukupi tetapi mutu yang terkandung dalam protein tidak
tercukupi, maka peranan protein dalam pembentukan hemoglobin dan
pengangkutan zat besi akan terganggu, sehingga sintesis hemoglobin tidak
berjalan optimal dan berdampak pada penurunan kadar hemoglobin.13
6. Hubungan Antara Asupan Vitamin A dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita
Asupan vitamin A didapatkan dari hasil penimbangan makanan (food
weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas 3 x 24 jam (2
hari aktif dan 1 hari libur) dan untuk makanan yang berasal dari luar Lapas
didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan FFQ semi kuantitatif,
kemudian dianalisis menggunakan program Nutrisurvey. Hasil tersebut
79

kemudian dibandingkan dengan kebutuhan vitamin A individu yang berasal


dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), selanjutnya dinyatakan dalam
persentase (%) Tingkat Kecukupan Gizi (TKG).
Vitamin A membantu penyerapan dan mobilisasi zat besi untuk
pembentukan eritrosit.13 Namun, pada hasil uji hubungan Rank Spearman
menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0,459 > 0,05, yang berarti bahwa
tidak ada hubungan asupan vitamin A dengan kadar hemoglobin. Penelitian
lain yang juga dilakukan pada WUS di Kecamatan Cangkringan, Sleman
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan vitamin A dengan kadar
hemoglobin.90
Tidak ada nya hubungan vitamin A dengan kadar hemoglobin bisa
disebabkan karena konsumsi lemak pada narapidana yang kurang. Vitamin
A merupakan vitamin larut lemak yang diabsorbsi tubuh bersama lipida
yang lain, sehingga apabila konsumsi lemak kurang maka absorpsi vitamin
A menjadi kurang optimal.13 Sebagian besar narapidana sedang dalam
keadaan membatasi konsumsi makanan, dikarenakan bentuk tubuh
mereka tidak sesuai dengan bentuk tubuh yang mereka harapkan. Selain
itu, kurangnya tingkat asupan zat gizi terutama lemak bisa disebabkan
karena faktor lingkungan atau psikologis. Terutama bagi WBP yang baru
menjalani masa hukuman, sebagian dari mereka kurang nafsu makan
sehingga menyebabkan rendahnya asupan zat gizi khususnya lemak yang
di konsumsi, sehingga dapat menyebabkan absorpsi vitamin A kurang
optimal.
Penyerapan vitamin A juga dipengaruhi oleh tingkat konsusmsi
protein, karena vitamin A diangkut oleh Retinol Binding Protein (RBP),
sehingga apabila konsumsi protein rendah maka penyerapan vitamin A
kurang optimal, walupun asupan vitamin A dalam jumlah yang cukup.91
Vitamin A yang terkandung didalam makanan nabati dan hewani tentunya
berbeda. Vitamin A yang terkandung didalam makanan hewani biasanya
penyerapannya lebih tinggi (50%) dibandingkan vitamin A yang terkandung
didalam makanan nabati (10%).92 Keterbatasan penelitian ini yaitu peneliti
tidak membedakan sumber makanan vitamin A yang berasal dari hewani
dan dari makanan nabati.
7. Hubungan Antara Asupan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita
80

Asupan vitamin C narapidana didapatkan dari hasil penimbangan


makanan (food weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas
3 x 24 jam (2 hari aktif dan 1 hari libur) dan untuk makanan yang berasal
dari luar Lapas didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan FFQ
semi kuantitatif, kemudian dianalisis menggunakan program nutrisurvey.
Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan vitamin C
individu yang berasal dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), selanjutnya
dinyatakan dalam persentase (%) Tingkat Kecukupan Gizi (TKG).
Vitamin C mempunyai fungsi dalam penyerapan zat besi dengan
merubah ion ferri (Fe3+) menjadi bentuk yang mudah diserap oleh tubuh
yaitu ion ferro (FE2+). Apabila vitamin C tidak dalam jumlah yang cukup
maka interkasi besi dalam proses pembentukan hemoglobin tidak optimal,
akibatnya akan berdampak pada penurunan kadar hemoglobin. 56 Hasil uji
statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan Rank Spearman
antara variabel asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin menunjukkan
bahwa nilai p value sebesar 0,271 > 0,05, yang berarti bahwa tidak ada
hubungan asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMA Negeri 1
Mojobalan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang menyatakan bahwa
tidak terdapatnya hubungan asupan Vitamin C dengan kadar hemoglobin
(p = 0,198).93
Tidak ada nya hubungan asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin
pada responden bisa disebabkan oleh karena vitamin C yang masuk
kedalam tubuh terbatas. Selain itu, vitamin C merupakan vitamin yang
mudah rusak bila terkena udara dan juga terkena panas serta mudah larut
didalam air.13 Sehingga cara pengolahan bahan pangan, penyimpanan
bahan pangan sangat mempengaruhi kandungan vitamin C dalam
makanan yang masuk kedalam tubuh. Cara pencucian bahan pangan
misalnya dapat melarutkan vitamin C dalam air serta proses pemanasan
bahan makanan dapat merusak vitamin C didalam makanan serta cara
penyimpanan bahan makanan yang terlalu lama kontak dengan udara
serta terkena panas matahari tentunya akan menyebabkan kerusakan
vitamin C dalam bahan makanan tersebut. Vitamin C dalam penelitian ini
juga belum bisa memperbaiki kadar haemoglobin narapidana walaupun
81

vitamin ini dikenal sebagai enhancer zat besi, hal ini dikarenakan kualitas
dan kuantitas asupan makanan sumber zat besi masih kurang.
8. Hubungan Antara Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita
Asupan zat besi narapidana didapatkan dari hasil penimbangan
makanan (food weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas
3 x 24 jam (2 hari aktif dan 1 hari libur) dan untuk makanan yang berasal
dari luar Lapas didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan FFQ
semi kuantitatif, kemudian dianalisis menggunakan program nutrisurvey.
Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan zat besi individu
yang berasal dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), selanjutnya
dinyatakan dalam persentase (%) Tingkat Kecukupan Gizi (TKG).
Asupan zat besi memiliki fungsi utama yaitu membantu pembentukan
dan meningkatkan eritrosit di dalam tubuh.13 Apabila tubuh kekurangan
asupan zat besi maka tubuh akan mengaktifkan zat besi cadangan untuk
mencukupi jumlah zat besi fungsional. Namun apabila jumlah simpanan zat
besi ini berkurang dan jumlah zat besi yang diperoleh dari makanan juga
rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan zat besi di dalam tubuh yang
menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.14
Hemoglobin memiliki fungsi mengikat dan membawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh tubuh. Kurangnya hemoglobin didalam tubuh dapat
menyebabkan sel darah merah tidak mampu membawa oksigen ke
jaringan, sehingga menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah.91 Kondisi
cepat lelah ini merupakan tanda dari seseorang menderita anemia.
Hasil uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji hubungan Rank
Spearman antara variabel asupan zat besi dengan kadar hemoglobin
menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0,166 > 0,05, yang berarti bahwa
tidak ada hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Hubungan
memiliki korelasi positif dan kekutan hubungan sangat lemah (r = 0,195).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada WUS di Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman yaitu tidak adanya hubungan konsumsi
zat besi dengan kadar hemoglobin (p = 0,263).94
Tidak ada nya hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin
pada responden disebabkan rata-rata asupan zat besi narapidana baik dari
makanan yang diberikan oleh Lapas, makanan diluar dari yang diberikan
Lapas, dan total asupan zat besi berada pada kategori kurang. Asupan zat
82

besi yang kurang pada responden, disebabkan lebih seringnya


mendapatkan asupan besi dari bahan makanan nabati (non-hem) seperti
tahu, tempe, sayuran hijau, dan buah-buahan dibandingkan asupan besi
dari bahan makanan hewani (besi hem), sehingga tingkat kecukupan zat
besi pada responden baik dari makanan yang diberikan oleh pihak Lapas
atau makanan luar Lapas sebagian besar berada pada kategori kurang.
Hal ini diakibatkan penyerapan zat besi dari sumber non-hem lebih
rendah dibandingkan dengan sumber zat besi hem, karena zat besi non-
hem hanya dapat diserap sebesar 5%, sedangkan zat besi hem dapat
diserap sebesar 35%.14 Selain itu, penyebab kurangnya asupan zat besi
pada responden bisa disebabkan oleh karena cara pengolahan bahan
pangan. Cara pengolahan bahan pangan dapat mempengaruhi
bioavabilitas zat besi dalam bahan makanan, cara pencucian misalnya
dapat melarutkan zat besi dalam air serta proses pemanasan bahan
makanan dapat mempengaruhi kandungan zat besi didalam makanan.
9. Hubungan Antara Asupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin
Narapidana Umum Wanita
Asupan asam folat didapatkan dari hasil penimbangan makanan
(food weighing) pada makanan yang diberikan oleh pihak Lapas 3 x 24 jam
(2 hari aktif dan 1 hari libur) dan untuk makanan yang berasal dari luar
Lapas didapatkan melalui wawancara dengan responden menggunakan
FFQ semi kuantitatif, kemudian dianalisis menggunakan program
Nutrisurvey. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan kebutuhan
asam folat individu yang berasal dari tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG),
selanjutnya dinyatakan dalam persentase (%) Tingkat Kecukupan Gizi
(TKG).
Asam Folat merupakan zat yang penting dalam meningkatkan
pembentukan dan pematangan eritrosit.61 Hasil uji statistik pada penelitian
ini menggunakan uji hubungan Rank Spearman menunjukkan bahwa nilai p
value sebesar 0,285 > 0,05, yang berarti bahwa tidak ada hubungan
asupan asam folat dengan kadar hemoglobin. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan pada pengantin wanita di Kabupaten Probolinggo
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan asam folat dengan
kadar hemoglobin (p = 0,199).95
83

Tidak ada nya hubungan asupan asam folat dengan kadar


hemoglobin responden dikarenakan kurangnya konsumsi bahan pangan
sumber folat hewani seperti hati dan daging. Bahan pangan sumber folat
banyak diperoleh responden dari sayuran hijau, namun kandungan asam
folat dalam sayur hijau mudah hancur saat proses pemasakan serta
kualitas nya menurun dalam proses penyimpanan. 74 Selain itu, kurangnya
asupan asam folat ini disebabkan karena makanan sumber folat yang
disediakan oleh Lapas rasa nya kurang enak dan hanya dikonsumsi
setengahnya atau tidak sama sekali.
10. Hubungan Antara Lama Tinggal sebagai Variabel Pengganggu dengan
Status Gizi (IMT dan Kadar Hemoglobin) Narapidana Umum Wanita
Analisis hubungan antara variabel lama tinggal sebagai variabel
penggangu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menggunakan uji korelasi
Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p value
sebesar 0,662., maka dapat dikatakan tidak ada hubungan lama tinggal
narapidana dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Analisis hubungan antara
variabel lama tinggal sebagai variabel penggangu dengan kadar
hemoglobin menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji
korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p value sebesar 0,669.
Karena nilai p (0,669) > 0,05, maka dapat dikatakan tidak ada hubungan
lama tinggal narapidana dengan kadar hemoglobin. Berdasarkan hasil uji
statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa lama tinggal bukan sebagai
variabel pengganggu dalam penelitian ini. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian pada narapidana wanita yang menyebutkan bahwa lama dibina
tidak berhubungan dengan status gizi.96 Semakin lama seseorang dibina di
Lapas tidak menjamin status gizinya akan semakin baik. Hal ini bisa saja
disebabkan oleh faktor psikologis narapidana yang dapat menyebabkan
kurang nafsu makan, sehingga dapat mempengaruhi asupan zat gizi
narapidana yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan
berakibat pada penurunan status gizi narapidana.

D. Keterbatasan Penelitian
1. Zat besi yang memiliki fungsi penting dalam pembentukan dan
meningkatkan eritrosit di dalam tubuh, belum sepenuhnya menggambarkan
84

keadaan asupan zat besi yang dikonsumsi responden, dikarenakan Peneliti


tidak meneliti penghambat (inhibitor) zat besi seperti fitat, tanin, oksalat,
kafein, dsb. Selain itu peneliti juga tidak membedakan antara asupan zat
besi hem dan asupan zat besi non-hem.
2. Peneliti tidak meneliti faktor psikologis narapidana yang dapat
mempengaruhi asupan gizi narapidana.
3. Peneliti tidak meneliti faktor penyajian dan rasa makanan yang disediakan
oleh pihak Lapas yang dapat mempengaruhi asupan gizi narapidana.
4. Metode FFQ yang dilakukan untuk mengukur asupan gizi makanan yang
didapatkan selain dari yang diberikan oleh Lapas bergantung pada
kejujuran responden dalam mengisi kuisioner FFQ.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Asupan Gizi dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kadar Hemoglobin Narapidana Umum Wanita
di Lapas Klas II A Semarang, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
narapidana berumur 30-49 tahun (78,80%), menempuh pendidikan hingga
tamat SMA (25,00%), termasuk kedalam klasifikasi B1 (narapidana yang
vonisnya lebih dari 1 tahun) (98,10%), dan lama tinggal berkisar antara 25-48
bulan (44,20%).
Narapidana sebagian besar termasuk kedalam kategori IMT normal
(38,50%), kadar Hemoglobin < 12 g/dl (80,80%), total asupan energi
(51,90%), total asupan zat besi (94,20%), dan total asupan asam folat
(80,80%) berada pada kategori kurang. Sebagian besar narapidana memiliki
total asupan vitamin C cukup (90,40%), Sebagian besar narapidana memiliki
total asupan protein berada pada kategori lebih (51,90%), dan seluruh
narapidana memiliki total asupan vitamin A cukup (100,00%),
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan hasi bahwa terdapatnya
hubungan total TKE dan TKP dengan IMT narapidana, terdapatnya hubungan
total TKE dan TKP dengan kadar hemoglobin narapidana, Tidak terdapatnya
hubungan total Tingkat Kecukupan Vitamin A, Tingkat Kecukupan Vitamin C,
Tingkat Kecukupan Zat Besi, Tingkat Kecukupan Asam Folat dengan kadar
hemoglobin narapidana.

F. Saran
1. Bagi Lembaga Permasyarakatan Perempuan Klas IIA Semarang
a. Perlu diadakan perbaikan dan pengawasan penyelanggaraan makanan
di Lapas Perempuan Klas IIA Semarang oleh Ahli gizi dikarenakan
asupan makanan yang di distribusikan ke WBP sebagian besar kurang
memenuhi AKG yang dianjurkan oleh Permenkes Nomor 75 tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia.
Selain itu, sebaiknya Lapas juga menyediakan makanan yang
kualitasnya bagus, rasa makanan yang enak, dan menu makanan
sesuai dengan standar yang ada serta sebaiknya tenaga pemasak

86
87

diberikan pelatihan pembuatan makanan yang sesuai dengan prinsip


gizi seimbang agar kualitas makanan bisa lebih baik lagi, sehingga tidak
ada lagi WBP yang tidak mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh
Lapas dikarenakan faktor rasa yang kurang enak.
b. Perlu dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, serta LILA
secara berkala minimal setiap satu bulan sekali agar kesehatan WBP
terpantau.
c. Perlu dilakukan juga pengukuran kadar hemoglobin secara rutin minimal
3 bulan sekali, agar bisa memberikan mendeteksi narapidana yang
anemia, sehingga bisa diberikan tindakan selanjutnya taitu pemberian
tablet tambah darah (tablet Fe).
d. Perlunya penempatan petugas sesuai dengan kualifikasi ilmu nya,
terutama petugas yang memiliki kualifikasi bidang kesehatan, agar bisa
berkontribusi dalam pelayanan kesehatan WBP sehingga bisa
meningkatkan status gizi serta status kesehatan WBP.
2. Bagi Peneliti Lainnya
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apa saja yang
dapat mempengaruhi status gizi (IMT dan kadar hemoglobin) WBP,
sehingga diharapkan dapat memperbaiki status gizi WBP.
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang


pemasyarakatan. Jakarta: Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614.1995.
2. Soray, Andi. Pemenuhan hak narapidana dalam hal mendapatkan
pendidikan dan pelatihan anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II b Kota
Parepare. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanudin. 2013.
3. Rosa, Suhaeni. Pemenuhan hak mendapatkan upah atau premi atas
pekerjaan yang dilakukan oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas 1 Makasar. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanudin. 2013.
4. Damayanti. Hubungan asupan makanan dengan status gizi narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan kelas I Makasar. Skripsi. Makasar: Universitas
Hasanudin. 2003.
5. Republik Indonesia. Peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia
republik Indonesia nomor. M.HH-01.PK.07.02 tahun 2009 pedoman
penyelenggaraan makanan bagi warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. Jakarta: Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (KEMENKUMHAM RI). 2009.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). Pedoman
penyelenggaraan makanan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Negara. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI). 2009.
7. Juratmy, Lisma. Studi tentang kesesuaian antara asupan dengan kebutuhan
zat gizi makro warga binaan wanita di Rumah Tahanan Negara Kelas 1
Makasar. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI). 2011; 1(7):
127-132.
8. Murray, R.K., Granner, D.K., Robert, K.M., Peter, A.M., Victor, W.R. Biokima
Harper (harper’s biochemistry) Edisi Ke-27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006.
9. Sumarmi, S., Puspitasari, N., Mahmudiono, T., Megatsari, H. Peningkatan
status gizi calon pengantin wanita pada kegiatan penyusunan angka
kecukupan gizi keluarga. Probolinggo: Laporan Penelitian Bappeda
Kabupaten Probolinggo. 2008.
10. Ekayanti, I. Efek pemberian zat gizi mikro terhadap keberhasilan
suplementasi besi pada wanita: studi kasus di perusahaan makanan,
sidoarjo. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. 2007.
11. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan indonesia tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2015.
12. Muchlis, N., Veni, H., Nurhaedar, J. Hubungan asupan energi dan protein
dengan status gizi balita di Kelurahan Tamamaung. Jurnal Ilmu Gizi.
Makasar: Program Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Universitas Hasanudin. 2011
13. Almatsier, Sunita. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2011.
14. Gibson, RS. Principle of nutritional assesment. USA: Oxford University
Press. 2005.
15. Ningrum, Ricka Ayu Virga. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko
kurang energi kronis pada wanita usia subur di Kelurahan Mampang,

88
89

Pancoran Mas, Depok tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Program Sarjana


Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2011.
16. Arisman. Gizi dalam daur hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2007.
17. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) provinsi Jawa Tengah. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). 2007.
18. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) provinsi Jawa Tengah. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). 2013.
19. Beck, M. Ilmu gizi dan diet (terjemahan). Yogyakarta: Yayasan Esentia
Medica. 2000.
20. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan
kesehatan masyarakat. Jakarta: Rajawali Press. 2013.
21. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). Peraturan
menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. Jakarta:
KEMENKES RI. 2013.
22. Widajanti, Laksmi. Survei konsumsi gizi. Cetakan ke-1. Semarang:
Universitas Diponegoro. 2009.
23. IOTF/WHO. The asia pacific perspective: redefining obesity and its
treatment. Melbourne: Health Communication Australia. 2000.
24. Soekirman. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
25. (IOM) Institute of Medicine Of National Academies. Dietary reference intake
for energy carbohydrate, fiber, fat, fatty acids, cholesterol, protein, and amino
acid. A report of the panel on macronutrients, subcommittees on upper
reference levels of nutrients and interpretation and uses of dietary reference
intakes, and the standing committee on the scientific evaluation of dietary
references intake. Washington, DC: National Academies Press. 2005.
26. Irawan, Andi Muh Asrul. Hubungan asupan energi dan protein dengan status
IMT dan LILA ibu prakonsepsi di Kecamatan Ujung Tanah dan Bringkanaya
Kota Makasar Tahun 2013. Makasar: Universitas Hasanudin. 2013.
27. Nurman, dkk. Hubungan asupan zat besi, vitamin C dan tembaga dengan
kadar hemoglobin pada mahasiswa angkatan 2014. Riau: Universitas Riau.
2014.
28. Argana, G., Ddkk. Vitamin C sebagai faktor dominan untuk kadar
hemoglobin pada wanita usia 20-35 tahun. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2004;
23(1).
29. Guyton, A.C., dan J.E. Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi Ke-9.
Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. 2007.
30. Nix, Staci. William’s basic nutritions and diet theraphy. 12nd Edition.
Philadeppia: Mosby, Inc. 2005.
31. Wardlaw, Gordon M and Jeffrey Hampi. Perspective in nutrition. 7th Edition.
New York: Mc Graw-Hill. 2007.
32. Syafiq, A., et al. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajagrafindo
Persada. 2007.
33. Supariasa, I Dewa Nyoman, Backyar Bakri, Ibnu Fajar. Penilaian status gizi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002
90

34. World Health Organization (WHO). BMI Classification. [Online]


http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html Diakses pada
tanggal 26 April 2018.
35. Putra, Sitiatava Rizema. Pengantar ilmu gizi & diet. Yogyakarta: D-Medika.
2013.
36. Supariasa, I Dewa Nyoman dan Kusharto, Clara M. Survei Konsumsi Gizi.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.
37. Kartasaputra, G., Marsetyo, H. Ilmu gizi (korelasi gizi dan kesehatan dan
produktivitas kerja). Edisi Ke-4. Jakarta: Rineke Cipta. 2003.
38. Sediaoetama, Achmad Djaelani. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid
1. Jakarta: Dian Rakyat. 2006.
39. Sjostrom, M., et al. Pengkajian aktivitas fisik. Didalam : Gibney, M. J,
Margetts, B.M., Kearney, J.M. dan Arab, L. Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2005.
40. Novikasari, M. Perubahan berat badan dan status gizi mahasiswa putra jalur
USMI tahun 2002 pada empat bulan pertama di IPB. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. 2003.
41. Azizah, DN. Hubungan asupan energi dan aktifitas fisik dengan indeks
massa tubuh pada remaja putri di Madrasah Aliyah Almukmin Sukoharjo.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. 2014.
42. Susanti, Diah Ayu. Perbedaan asupan energi, protein, dan status gizi pada
remaja panti asuhan dan pondok pesantren (studi kasus di Panti Asuhan
Darul Kadlonah dan Pondok Pesantren Baitul Muqodas Pekalongan).
Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas
Diponegoro. 2012.
43. Lutfiana, Nurlaela. Faktor-faktor yang berhubungan dnegan kejadian gizi
buruk pada lingkungan tahan pangan dan gizi (studi kasus di Puskesmas
Kendal I tahun 2012). Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2013.
44. Amelia, F. Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan status gizi
pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Bogor: Institut pertanian Bogor. 2008.
45. Pujiati, Eny. Status gizi siswa sekolah dasar negeri i buara Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Purbalingga. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
46. Munawaroh, Lailatul. Hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu, pola
makan balita dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang. 2006.
47. World Health Organization (WHO). Haemoglobin concentrations for the
diagnosis of anaemia and assessment of severity. [Online]
http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin/en/ Diakses pada tanggal
26 April 2018.
48. Waani, A., dkk. Kadar hemoglobin pada orang dewasa yang tinggal di
dataran tinggi dengan ketinggian yang berbeda. Manado: Universitas Sam
Ratulangi. 2014.
49. Soebroto, I. Cara mudah mengatasi problem anemia. Yogyakarta: Bangkit.
2009.
50. Ronald, A., Sacher. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakrta:
Gramedia Pustaka Utama. 2004.
91

51. Proverawati, Atikah. Anemia dan anemia kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika. 2011.
52. Rahmawati, A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar hemoglobin
(hb) pada tukang becak di Pasar Mranggen Demak. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro. 2012.
53. Kartiningrum, N., DKK. Pengaruh lama konsumsi alkohol terhadap kadar
hemoglobin dan jumlah eritrosit. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah. 2011.
54. Raharjo, B. Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan anemia pada
pekerja perempuan di Desa Jetis Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. 2003.
55. Soediatama, AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian
Rakyat. 2010
56. Anderson, JJB. Minerals. Didalam: Mahan, LK., Stumps, SE., editors.
Krause’s food, nutrition, and diet theraphy. 11th Edition. Philadelphia:
Sanders. 2004.
57. Purwitaningtyas, KD. Hubungan asupan zat gizi dan pola menstruasi dengan
kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 2 Semarang. Semarang:
Universitas Diponegoro. 2011.
58. Stacy, N., dkk. Basic nutrition diet theraphy. 12nd Edition. USA: Elsevier. 2005
59. Chiang, M. The real healthy life vegetarian gaya hidup alami. Jakarta: Dian
Rakyat. 2006.
60. Gibney, M. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2007.
61. Asterina, M., dkk. Pengaruh pemberian Fe+, vitamin A terhadap peningkatan
hemoglobin pada anak usia sekolah yang mengalami anemia di SD 42
Beringin Kelurahan Air Dingin Padang Tahun 2009. Padang: Universitas
Andalas. 2009.
62. Muwakhidah. Efek suplementasi Fe, asam folat, dan vitamin B 12 terhadap
peningkatan kadar hemoglobin (hb) pada pekerja wanita (di Kabupaten
Sukoharjo). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. 2009.
63. Yanuarti, F. Efek suplementasi besi, vitamin C, dan penyuluhan gizi terhadap
perubahan kadar hemoglobin remaja putri di Akademi Kebidanan Dharma
Praja Bondowoso. Tesis. Malang: Universitas Brawijaya. 2014.
64. Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.
2005.
65. Riyanto, A. Aplikasi metodologi penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011.
66. Azwar, S. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2013.
67. Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Cetakan
Ke-13. Jakarta: Rineke Cipta. 2006.
68. Sujarweni, Wiratna dan Endrayanto. Statistika untuk penelitian. Cetakan Ke-
1. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.
69. Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Semarang. Sejarah singkat
lapas perempuan klas iia semarang. [Online]
https://lpwanitasemarang.com/2015-11-20-06-50-52/sejarah-singkat. Diakses
pada tanggal 26 April 2018.
70. Sitohang, Magdalena dan Fatmah. Hubungan antara karakteristik individu,
perilaku, dan konsumsi makanan dengan status gizi (IMT) pada pegawai
sekretariat jenderal kementerian perindustrian RI tahun 2013. Skripsi.
Jakarta: Universitas Indonesia. 2013.
92

71. Dwiloka, Bambang. Pangan dan gizi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. 2007.
72. Soediatma, AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian
Rakyat. 2010.
73. Utama, TA. Perbandingan zat besi dengan dan tanpa vitamin C terhadap
kadar hemoglobin pada wanita usia subur. Bengkulu: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Volume 7, No.8. 2013.
74. Kraemer, Klaus dan Michael B. Zimmermann. Nutritional Anemia.
Switzerland: Sight and Life Press. 2007.
75. Zulaikah. Faktor risiko status gizi kurang pada wanita usia subur di Bogor.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2012.
76. Almatsier, Sunita. Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2011.
77. Yongky et al. Status gizi awal kehamilan dan pertambahan berat badan ibu
hamil kaitannya dengan BBLR. Bogor: Jurnal Pangan dan Gizi, Volume 4,
No. 1. 2009.
78. Bhaskaram, Padbiri. Micronutrient malnutrition, infection, and Immunity: an
overview. Nutrition Reviews, Volume 60, N0.5. 2002.
79. Yi S-W, Han Y-J, Ohrr H. Anemia before pregnancy and risk of preterm birth,
low birth weight and small-for-gestational-age birth in Korean women.
European Journal of Clinical Nutrition, Volume 67, No.4. 2013.
80. Almaeida, MJ., dkk. Hand book of international and food: energy assement
(physical activity). USA: CRC Press. 2002.
81. Arum Dewanty, Selvina. Hubungan asupan energi dan protein dengan status
gizi narapidana umum wanita. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
2016.
82. Silvano, Herizko. Hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik dengan IMT
(Indeks Massa Tubuh). Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 1, No.2.
2013.
83. Kokkinos, P., Myers, J. Exercise and physical activity. Circulation, Volume
122, No. 16. 2010.
84. Suryandari, Beti Dwi. Hubungan asupan protein dengan obesitas pada
remaja. Journal of Nutrition College, Volume 4, No.2. 2015.
85. Dieny, Fillah Fitra. Hubungan body image, aktivitas fisik, asupan energi dan
protein dengan status gizi pada siswi SMA. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro. 2007.
86. Aulia, Dina Mila. Hubungan asupan zat gizi dengan status gizi dan kadar
hemoglobin pada remaja putri usia 13 - 15 tahun dari keluarga nelayan.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. 2017.
87. Mantika, Anggi Irna. Hubungan asupan energi, protein, zat besi, dan aktivitas
fisik dengan kadar hemoglobin tenaga kerja wanita di pabrik pengolahan
rambut PT. Won Jin Indonesia. Journal of Nutrition College, Volume 3, No. 4.
2014.
88. Thomson CA, Stanaway JD, Neuhosel LM, Snetselar LG, Stefanick ML,
Andrell L, Chen Z. Nutrient intake and anemia risk in the women’s health.
Journal of the American Dietetic Asosiation Volume 111, No. 4. 2011.
89. Khatimah, Khusnul. Hubungan asupan protein, zat besi, dan pengetahuan
terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri di MAN 1 Surakarta. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2017.
93

90. Tritanto, Muhammad. Hubungan konsumsi protein, sat besi, vitamin C, dan
vitamin A dengak kadar hemoglobin pada wanita usia subur di Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2013.
91. Briawan, D. Anemia masalah gizi pada remaja wanita. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2014.
92. Hardinsyah dan Supariasa IDN. Ilmu gizi: teori & aplikasi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2017.
93. Utomo, Gulit Danan Prasetyo. Hubungan antara asupan protein, vitamin C
dan kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia pada remaja puteri di
SMA Negeri 1 Mojobalan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.
94. Yulianingsih. Hubungan antara konsumsi protein dan zat besi dengan kadar
hemoglobin pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Cangkringan
Kabupaten Sleman. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2013.
95. Sahana, Oky Nor. Hubungan asupan mikronutrien dengan kadar hemoglobin
pada Wanita Usia Subur (WUS). Media Gizi Indonesia, Volume 10, No. 2.
2015.
96. Sri Wahyuni, Mira. Keragaan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Paledang Bogor. Skripsi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. 2014.
LAMPIRAN

94
L-1

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


L-1
L-2

Lampiran 2. Formulir Informed Consent

FORMULIR INFORMED CONSENT


(KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro yang
bernama Puji Sri Rahayuningtyas (NIM: 25010114140361) dengan judul
“Hubungan Asupan Gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kadar
Hemoglobin Narapidana Umum Wanita Semarang”.
Saya memahami bahwa data yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan rahasia
dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak merugikan. Oleh
karena itu, saya secara sukarela dan tanpa unsur paksaan dari pihak manapun bersedia
menjadi responden. Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun,
saya berhak membatalkan persetujuan ini, dan tidak akan menuntut.
Semarang, April 2018
Peneliti Responden

(Puji Sri Rahayuningtyas) (Nama Terang Responden)

Saksi 1 Saksi 2

(Nama Terang Saksi 1) (Nama Terang Saksi 2)


L-3

Lampiran 3. Kuisioner Penyaringan

KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN INDEKS MASSA
TUBUH (IMT) DAN KADAR HEMOGLOBIN NARAPIDANA
UMUM WANITA SEMARANG

Nomor :
Hari/Tanggal :
Identitas Responden :

Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Pendidikan terakhir :
Tindak pidana :
Lama Tahanan (Sampai Sekarang) :
Kondisi Kesehatan : Sakit / Tidak Sakit*
Jenis Penyakit :

Menstruasi : Ya / Tidak*
Konsumsi Tablet Tambah Darah : Ya / Tidak*

* = Coret yang tidak perlu


L-4

Lampiran 4. Formulir Penimbangan Makanan

Formulir Penimbangan Makanan (Food Weighing) Makanan

Nomor Responden :
Nama Responden :
Hari/Tanggal :

No Waktu Makan Nama Berat Berat Sisa Berat


Makanan Awal (g) (g) Aktual (g)
1. Makan Pagi

2. Selingan

3. Makan Siang

4. Selingan

5. Makan Malam

6. Selingan
L-5

Lampiran 5. Formulir Kuesioner Semi Kuantitatif Frekuensi Pangan

KUISIONER SEMI KUANTITATIF FREKUENSI PANGAN

Nomor Responden :
Nama Responden :

Frekuensi Intake
Frekuensi Porsi
Rata-Rata Rata-Rata

Kali/Minggu

Kali/Tanuh
Kali/Bulan
Kali/Hari

Kali/Hari
Nama Makanan Berat (g) Porsi

g/Hari
K S B

Sumber Karbohidrat
Nasi putih 200 1 porsi sedang
Nasi merah 200 1 porsi sedang
Roti tawar 70 2 lembar
Mie basah 100 1 piring
Mie kering 100 1 piring
Mie instan 69 1 bungkus
Sereal 50 6 sdm
Singkong 100 1 potong
Ubi jalar 100 1 buah
Biscuit 40 4 buah
Kentang 100 1 buah
L-5

Jagung 180 1 bonggol


Bihun 50 ½ gelas
Lontong 90 1 buah
Ketupat 180 1 buah
Spaghetti 255 1 porsi
Kwetiau 275 1 porsi

Sumber Protein Hewani


Daging ayam 50 1 potong
Daging sapi 50 1 potong
Daging bebek 50 1 potong
Daging kambing 50 1 potong
Telur ayam 60 1 butir
Telur bebek 60 1 butir
Telur bebek asin 60 1 buti
Telur puyuh 10 1 butir
Ikan asin 25 1 ekor
Ikan teri goreng 10 1 sdm
Ikan tongkol 15 1 potong
Ikan pindang 25 ½ ekor
Ikan lele 40 ½ ekor
Ikan mas 45 1/3 ekor
Ikan bandeng 25 1 potong
Ikan bandeng presto 25 1 potong
Bakso 50 10 biji
Udang 35 5 ekor
Belut 30 1 ekor
L-5

Sumber Protein Nabati


Tempe 25 1 potong
Tahu 75 1 buah
Kacang hijau 10 1 sdm
Kacang tanah 10 1 sdm
Kacang merah 10 1 sdm

Sayuran
Bayam 25 1 sdm
Kangkung 100 1 gelas
Wortel 25 1 sdm
Sawi hijau 100 1 gelas
Sawi putih 100 1 gelas
Tauge 10 1 sdm
Terong 30 1 sdm
Jamur 100 1 gelas
Buncis 100 1 gelas
Kacang panjang 10 1 sdm
Labu siam 20 1 sdm
Kubis atau kembang kol 12 1 sdm
Tomat 100 1 buah
Ketimun 15 1 potong
Kacang kapri 10 1 sdm
Sayur Nangka 250 1 mangkuk

Buah-Buahan
Jambu biji 250 1 buah
Jambu air 140 5 buah
L-5

Apel 100 1 buah


Manga 250 1 buah
Jeruk 100 1 buah
Anggur 120 10 buah
Durian 30 1 biji
Bengkuang 100 1 buah
Melon 100 1 potong
Nanas 100 1 ptong
Nangka 30 1 buah
Pisang 100 1 buah
Semangka 100 1 potong
Pir 120 1 buah
Duku 100 10 buah
Alpukat 50 ½ buah
Papaya 100 1 potong
Kiwi 100 1 buah
Strawberry 100 6 buah
Sirsak 100 1 potong
Sawo 70 1 buah
Salak 40 1 buah
Manggis 30 1 buah
Rambutan 50 5 buah
Kelengkeng 10 10 buah
Buah naga 80 1 potong

Susu dan Olahannya


Susu cair 200 1 gelas
Susu bubuk 20 2 sdm
Susu kedelai 200 1 gelas
L-5

Keju 17 1 lembar
Youghurt 200 1 gelas
Susu milo coklat 200 1 gelas
Susu Kambing 200 1 gelas

Minuman dan Serba-Serbi


Teh 200 1 gls
Kopi 20 1 sdm
Sirup 200 1 gls
Madu 17 1 sdm
Gula pasir 10 1 sdm
Es Cendol 200 1 gls
Teh kotak 200 1 buah

Makanan Jajanan
Biskuit marie susu 9 1 buah
Biskuit malkist 9 1 buah
Biskuit monde 5 1 buah
Biskuit roma kelapa 5 1 buah
Biscuit coklat togo 9 1 buah
Wafer coklat 15 1 buah
Beng-Beng 75 1 buah
Semprong 10 1 buah
Kue Nastar 5 1 buah
Kerupuk udang 5 1 buah
Gado-gado 150 1 potong
Risoles 40 1 buah
Misoa 20 1 buah
L-5

Arem-arem 80 1 buah
Lumpia 125 1 buah
Pisang goreng 60 1 buah
Bolu kukus 35 1 buah
Bolu gulung 45 1 buah
Onde-onde 35 1 buah
Getuk 40 1 buah
Bakpia 25 1 buah
Pudding atau agar-agar 7 1 porsi
Kelepon 25 5 biji
Donat 30 1 buah
Kue apem 45 1 buah
Bakwan 50 1 buah
Nagasari 50 1 buah
Pastel 50 1 buah
Martabak telur 40 1 potong
Martabak coklat kacang 55 1 potong
Keripik tempe 30 1 genggam
Keripik singkong 30 1 genggam
Keripik pisang 30 1 genggam
Rempeyek kacang 15 1 buah
Kacang atom 30 1 ggm
Makaroni goreng 30 1 ggm
Bubur kacang hijau 100 1 porsi
Nasi goreng 150 1 porsi
Nasi jagung 100 1 porsi
L-6

Lampiran 6. Formulir Pengukuran IMT

Formulir Pengukuran IMT

No Nama BB (kg) TB (cm) IMT (kg/ )


L-7

Lampiran 7. Formulir Pengukuran Kadar Hemoglobin

FORMULIR KADAR HEMOGLOBIN

No. Nama Responden Kadar Hemoglobin


L-8

Lampiran 8. Formulir Pencatatan Aktivitas Fisik 24 Jam

Formulir Pencatatan Aktivitas Fisik Selama 24 Jam

Nomor Responden :
Nama Responden :
Hari/Tanggal :

No. Waktu Aktivitas Fisik Alokasi PAR X Menit PAL *


(Jam) Waktu (Menit) *

* = Diisi Oleh Petugas


L-9

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Karakteristik Narapidana Wanita

Nama Tingkat Kategori


No Usia BB (kg) TB (cm) IMT (kg/m2) Kategori Kadar Hb (g/dl) Kategori
Responden Pendidikan Narapidana
1. Respoden 1 23 Tamat SMA B1 48 143 23.47 Overweight 10.70 Anemia
2. Respoden 2 26 Tamat SMP B1 45 164 16.73 Kurang 8.30 Anemia
3. Respoden 3 33 Tamat SMA B1 53 157 21.30 Normal 10.00 Anemia
4. Respoden 4 44 Tamat SMA B1 53 152 22.94 Normal 10.50 Anemia
5. Respoden 5 37 Tamat SMA B1 54 157 21.91 Normal 10.10 Anemia
6. Respoden 6 29 Tamat SMA B1 46 165 16.90 Kurang 8.30 Anemia
7. Respoden 7 41 Tamat SD B1 54 161 20.83 Normal 9.80 Anemia
8. Respoden 8 42 Tamat SD B1 59 158 23.49 Overweight 10.70 Anemia
9. Respoden 9 33 Tamat D3 B1 85 167 30.48 Obesitas 13.20 Tidak Anemia
10. Respoden 10 42 Tamat SMA B1 44 145 20.93 Normal 9.80 Anemia
11. Respoden 11 26 Tamat SMP B1 60 158 23.88 Overweight 10.90 Anemia
12. Respoden 12 42 Tamat D3 B1 53 158 21.23 Normal 10.00 Anemia
13 Respoden 13 38 Tamat S1 B1 76 169 26.45 Obesitas 12.60 Tidak Anemia
14. Respoden 14 42 Tidak Sekolah B1 49 157 19.85 Normal 9.30 Anemia
15 Respoden 15 38 Tamat D3 B1 73 169 25.41 Obesitas 12.00 Anemia
16. Respoden 16 22 Tamat SMP B1 56 156 23.01 Overweight 10.50 Anemia
17. Respoden 17 37 Tamat D3 B1 69 166 24.89 Overweight 11.70 Anemia
18. Respoden 18 37 Tamat SMA B1 80 167 28.69 Obesitas 12.70 Tidak Anemia
19. Respoden 19 40 Tamat SMP B1 58 160 22.66 Normal 10.40 Anemia
20. Respoden 20 34 Tamat S1 B1 52 155 21.51 Normal 10.10 Anemia
21. Respoden 21 35 Tamat S1 B1 40 162 15.24 Kurang 7.40 Anemia
22. Respoden 22 33 Tamat S1 B1 50 157 20.08 Normal 9.70 Anemia
23. Respoden 23 32 Tamat D3 B1 62 157 25.15 Obesitas 11.90 Anemia
24. Respoden 24 46 Tamat S1 B1 59 161 22.76 Normal 10.50 Anemia
25. Respoden 25 19 Tamat SD B1 59 155 24.56 Overweight 11.40 Anemia
26. Respoden 26 45 Tamat D3 B1 61 159 24.13 Overweight 11.10 Anemia
27. Respoden 27 47 Tamat S1 B1 58 155 24.14 Overweight 11.30 Anemia
28. Respoden 28 30 Tamat SMP B1 81 159 31.84 Obesitas 14.20 Tidak Anemia
L-9

29. Respoden 29 40 Tamat SMP B1 60 156 24.65 Overweight 11.40 Anemia


30. Respoden 30 39 Tamat S1 B1 56 155 23.31 Overweight 10.60 Anemia
31. Respoden 31 32 Tamat SMA B1 77 166 27.94 Obesitas 12.60 Tidak Anemia
32. Respoden 32 34 Tamat SD B1 53 153 22.49 Normal 10.30 Anemia
33. Respoden 33 34 Tamat S1 B1 74 161 28.55 Obesitas 12.70 Tidak Anemia
34. Respoden 34 43 Tamat S1 B1 42 159 16.51 Kurang 8.00 Anemia
35. Respoden 35 27 Tamat SMP B2-A 56 158 22.43 Normal 10.30 Anemia
36. Respoden 36 41 Tamat S1 B1 54 160 21.09 Normal 9.90 Anemia
37. Respoden 37 44 Tamat SMA B1 62 155 25.74 Obesitas 12.50 Tidak Anemia
38. Respoden 38 32 Tamat SMA B1 46 162 17.53 Kurang 8.80 Anemia
39. Respoden 39 37 Tamat D3 B1 60 165 22.04 Normal 10.30 Anemia
40. Respoden 40 47 Tamat S1 B1 52 162 19.81 Normal 9.20 Anemia
41. Respoden 41 47 Tamat SD B1 56 149 25.22 Obesitas 12.00 Tidak Anemia
42. Respoden 42 29 Tamat SD B1 56 155 23.31 Overweight 10.60 Anemia
43. Respoden 43 20 Tamat SD B1 106 163 39.65 Obesitas 15.70 Tidak Anemia
44. Respoden 44 46 Tamat SD B1 59 153 24.99 Overweight 11.80 Anemia
45. Respoden 45 19 Tamat SMP B1 49 156 20.13 Normal 9.80 Anemia
46. Respoden 46 46 Tamat SMA B1 73 171 24.82 Overweight 11.50 Anemia
47. Respoden 47 26 Tamat SMP B1 46 155 19.02 Normal 8.80 Anemia
48. Respoden 48 43 Tamat SD B1 50 148 22.67 Normal 10.50 Anemia
49. Respoden 49 38 Tamat SMA B1 55 153 23.50 Overweight 10.80 Anemia
50. Respoden 50 37 Tamat D3 B1 54 157 21.91 Normal 10.30 Anemia
51. Respoden 51 45 Tamat SMA B1 58 153 24.52 Overweight 11.40 Anemia
52. Respoden 52 41 Tamat S1 B1 71 165 26.08 Obesitas 12.50 Tidak Anemia
L-10

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Asupan Energi Narapidana Wanita

BB Asupan Asupan Energi


Nama BB TKE TKE Total Asupan TKE
No Usia AKG Energi dari Kategori dari luar Lapas Kategori Kategori
Responden (kg) (%) (%) Energi (kkal) (%)
(kg) Lapas (kkal) (kkal)
1. Respoden 1 23 48 54.00 1170.88 58.54 Kurang 722.30 36.11 Kurang 1655.02 94.66 Normal
2. Respoden 2 26 45 54.00 680.73 36.31 Kurang 361.20 19.26 Kurang 1068.46 55.57 Kurang
3. Respoden 3 33 53 55.00 879.62 42.86 Kurang 628.90 30.64 Kurang 1508.52 73.51 Kurang
4. Respoden 4 44 53 55.00 1092.63 52.74 Kurang 700.80 33.83 Kurang 1670.80 86.56 Normal
5. Respoden 5 37 54 55.00 914.84 43.34 Kurang 648.90 30.74 Kurang 1563.74 74.08 Kurang
6. Respoden 6 29 46 54.00 623.96 32.55 Kurang 444.50 23.19 Kurang 1105.13 55.75 Kurang
7. Respoden 7 41 54 55.00 692.25 32.79 Kurang 575.40 27.26 Kurang 1355.75 60.05 Kurang
8. Respoden 8 42 59 55.00 1186.54 51.45 Kurang 724.50 31.41 Kurang 1911.04 82.86 Normal
9. Respoden 9 33 85 55.00 1348.90 40.60 Kurang 1201.10 36.15 Kurang 2631.00 76.74 Kurang
10. Respoden 10 42 44 55.00 765.05 44.48 Kurang 590.70 34.34 Kurang 1153.94 78.82 Kurang
11. Respoden 11 26 60 54.00 1212.58 48.50 Kurang 734.10 29.36 Kurang 2121.54 77.87 Normal
12. Respoden 12 42 53 55.00 893.07 43.11 Kurang 611.20 29.50 Kurang 1515.58 72.61 Kurang
13 Respoden 13 38 76 55.00 1482.10 49.89 Kurang 956.80 32.21 Kurang 2438.90 82.09 Normal
14. Respoden 14 42 49 55.00 641.88 33.51 Kurang 543.00 28.35 Kurang 1184.88 61.86 Kurang
15 Respoden 15 38 73 55.00 1409.50 49.39 Kurang 935.50 32.78 Kurang 2349.80 82.18 Normal
16. Respoden 16 22 56 54.00 1091.28 46.77 Kurang 704.30 30.18 Kurang 1893.18 76.95 Kurang
17. Respoden 17 37 69 55.00 1268.24 47.02 Kurang 853.30 31.64 Kurang 2252.40 78.66 Kurang
18. Respoden 18 37 80 55.00 1314.60 42.04 Kurang 1142.10 36.52 Kurang 2456.70 78.56 Kurang
19. Respoden 19 40 58 55.00 1007.30 44.43 Kurang 663.50 29.26 Kurang 1795.58 73.69 Kurang
20. Respoden 20 34 52 55.00 870.18 42.81 Kurang 645.40 31.75 Kurang 1504.27 74.56 Kurang
21. Respoden 21 35 40 55.00 540.04 34.54 Kurang 317.80 20.32 Kurang 857.84 54.86 Kurang
22. Respoden 22 33 50 55.00 664.46 34.00 Kurang 545.20 27.89 Kurang 1209.66 61.89 Kurang
23. Respoden 23 32 62 55.00 1429.44 58.98 Kurang 890.60 36.75 Kurang 2238.74 95.73 Normal
24. Respoden 24 46 59 55.00 1119.90 48.56 Kurang 668.50 28.99 Kurang 1834.68 77.54 Kurang
L-10

25. Respoden 25 19 59 54.00 1256.84 51.13 Kurang 781.30 31.78 Kurang 2113.35 82.91 Normal
26. Respoden 26 45 61 55.00 1199.71 50.31 Kurang 748.00 31.37 Kurang 2026.33 81.68 Normal
27. Respoden 27 47 58 55.00 1260.85 55.61 Kurang 764.40 33.71 Kurang 1946.68 89.33 Normal
28. Respoden 28 30 81 55.00 1300.50 41.07 Kurang 1330.50 42.02 Kurang 2550.00 83.09 Normal
29. Respoden 29 40 60 55.00 1226.97 52.31 Kurang 818.00 34.88 Kurang 2025.25 87.19 Normal
30. Respoden 30 39 56 55.00 1090.20 49.80 Kurang 712.20 32.53 Kurang 1913.77 82.34 Normal
31. Respoden 31 32 77 55.00 1442.50 47.92 Kurang 996.50 33.11 Kurang 2454.40 81.03 Normal
32. Respoden 32 34 53 55.00 993.62 47.96 Kurang 661.40 31.92 Kurang 1612.61 79.88 Kurang
33. Respoden 33 34 74 55.00 1390.20 48.06 Kurang 1064.20 36.79 Kurang 2439.00 84.85 Normal
34. Respoden 34 43 42 55.00 570.37 34.74 Kurang 342.50 20.86 Kurang 912.87 55.60 Kurang
35. Respoden 35 27 56 54.00 953.41 40.86 Kurang 659.20 28.25 Kurang 1802.40 69.11 Kurang
36. Respoden 36 41 54 55.00 885.69 41.96 Kurang 609.50 28.87 Kurang 1495.19 70.83 Kurang
37. Respoden 37 44 62 55.00 1409.90 58.17 Kurang 937.30 38.67 Kurang 2320.04 96.85 Normal
38. Respoden 38 32 46 55.00 658.53 36.62 Kurang 446.60 24.84 Kurang 1041.93 61.46 Kurang
39. Respoden 39 37 60 55.00 909.59 38.78 Kurang 655.30 27.94 Kurang 1758.54 66.72 Kurang
40. Respoden 40 47 52 55.00 627.04 30.85 Kurang 526.90 25.92 Kurang 1238.11 56.77 Kurang
41. Respoden 41 47 56 55.00 1350.00 61.67 Kurang 902.40 41.22 Kurang 2044.97 102.89 Normal
42. Respoden 42 29 56 54.00 1113.68 47.73 Kurang 721.00 30.90 Kurang 1793.43 78.63 Kurang
43. Respoden 43 20 106 54.00 1229.60 27.84 Kurang 1439.40 32.59 Kurang 2669.00 60.43 Kurang
44. Respoden 44 46 59 55.00 1384.84 60.56 Kurang 853.90 37.34 Kurang 2038.14 97.90 Normal
45. Respoden 45 19 49 54.00 685.91 33.60 Kurang 552.20 27.05 Kurang 1267.65 60.64 Kurang
46. Respoden 46 46 73 55.00 1283.05 44.96 Kurang 830.30 29.10 Kurang 2345.00 74.06 Kurang
47. Respoden 47 26 46 54.00 631.85 32.97 Kurang 507.30 26.47 Kurang 1139.15 59.43 Kurang
48. Respoden 48 43 50 55.00 1091.34 55.84 Kurang 667.20 34.14 Kurang 1551.48 89.97 Normal
49. Respoden 49 38 55 55.00 1179.87 54.88 Kurang 733.90 34.13 Kurang 1788.40 89.01 Normal
50. Respoden 50 37 54 55.00 905.88 42.91 Kurang 645.60 30.58 Kurang 1564.89 73.50 Kurang
51. Respoden 51 45 58 55.00 1255.33 55.37 Kurang 771.00 34.01 Kurang 1947.71 89.37 Normal
52. Respoden 52 41 71 55.00 1406.50 50.68 Kurang 943.30 33.99 Kurang 2347.20 84.66 Normal
L-11

Lampiran 11. Rekapitulasi Data Asupan Protein Narapidana Wanita

Asupan Asupan Total


BB
Nama BB Protein dari Protein dari TKP Asupan TKP
No Usia AKG TKP (%) Kategori Kategori Kategori
Responden (kg) dalam Lapas luar Lapas (%) Protein (%)
(kg)
(gram) (gram) (gram)
1. Respoden 1 23 48 54.00 24.41 49.03 Kurang 32.20 64.69 Kurang 56.61 113.72 Lebih
2. Respoden 2 26 45 54.00 19.51 41.81 Kurang 15.60 33.43 Kurang 35.11 75.24 Kurang
3. Respoden 3 33 53 55.00 25.15 46.22 Kurang 26.10 47.97 Kurang 51.25 94.19 Normal
4. Respoden 4 44 53 55.00 29.46 53.63 Kurang 30.70 55.89 Kurang 60.16 109.52 Normal
5. Respoden 5 37 54 55.00 27.38 48.92 Kurang 26.10 46.64 Kurang 53.48 95.56 Normal
6. Respoden 6 29 46 54.00 20.89 43.79 Kurang 16.00 33.54 Kurang 36.89 77.33 Kurang
7. Respoden 7 41 54 55.00 22.42 40.06 Kurang 25.40 45.39 Kurang 47.82 85.44 Normal
8. Respoden 8 42 59 55.00 37.00 60.51 Kurang 32.60 53.32 Kurang 69.60 113.83 Lebih
9. Respoden 9 33 85 55.00 70.75 80.32 Normal 53.30 60.51 Kurang 124.05 140.83 Lebih
10. Respoden 10 42 44 55.00 16.40 35.97 Kurang 25.70 56.36 Kurang 42.10 92.33 Normal
11. Respoden 11 26 60 54.00 39.37 63.27 Kurang 33.00 53.04 Kurang 72.37 116.31 Lebih
12. Respoden 12 42 53 55.00 25.62 46.65 Kurang 26.00 47.34 Kurang 51.62 93.98 Normal
13 Respoden 13 38 76 55.00 67.36 85.52 Normal 41.10 52.18 Kurang 108.46 137.70 Lebih
14. Respoden 14 42 49 55.00 17.74 34.94 Kurang 23.40 46.08 Kurang 41.14 81.02 Normal
15 Respoden 15 38 73 55.00 65.24 86.24 Normal 36.40 48.11 Kurang 101.64 134.35 Lebih
16. Respoden 16 22 56 54.00 33.27 57.29 Kurang 31.60 54.41 Kurang 64.87 111.71 Lebih
17. Respoden 17 37 69 55.00 57.09 79.84 Kurang 34.30 47.97 Kurang 91.39 127.81 Lebih
18. Respoden 18 37 80 55.00 64.90 78.28 Kurang 51.50 62.12 Kurang 116.40 140.39 Lebih
19. Respoden 19 40 58 55.00 35.25 58.64 Kurang 29.50 49.08 Kurang 64.75 107.72 Normal
20. Respoden 20 34 52 55.00 25.33 47.00 Kurang 26.10 48.43 Kurang 51.43 95.43 Normal
21. Respoden 21 35 40 55.00 17.55 42.34 Kurang 12.00 28.95 Kurang 29.55 71.28 Kurang
22. Respoden 22 33 50 55.00 17.51 33.78 Kurang 24.60 47.47 Kurang 42.11 81.26 Normal
23. Respoden 23 32 62 55.00 50.47 78.54 Kurang 35.50 55.25 Kurang 85.97 133.79 Lebih
24. Respoden 24 46 59 55.00 35.64 58.28 Kurang 30.50 49.88 Kurang 66.14 108.16 Normal
25. Respoden 25 19 59 54.00 40.08 65.51 Kurang 33.60 54.92 Kurang 73.68 120.42 Lebih
26. Respoden 26 45 61 55.00 41.13 65.06 Kurang 33.00 52.20 Kurang 74.13 117.26 Lebih
27. Respoden 27 47 58 55.00 37.90 63.06 Kurang 33.20 55.23 Kurang 71.10 118.29 Lebih
L-11

28. Respoden 28 30 81 55.00 68.74 81.88 Normal 54.50 64.92 Kurang 123.24 146.80 Lebih
29. Respoden 29 40 60 55.00 44.55 71.64 Kurang 33.70 54.20 Kurang 78.25 125.84 Lebih
30. Respoden 30 39 56 55.00 33.65 57.98 Kurang 32.10 55.31 Kurang 65.75 113.29 Lebih
31. Respoden 31 32 77 55.00 65.22 81.73 Normal 44.70 56.02 Kurang 109.92 137.74 Lebih
32. Respoden 32 34 53 55.00 29.69 54.05 Kurang 29.20 53.16 Kurang 58.89 107.21 Normal
33. Respoden 33 34 74 55.00 62.07 80.94 Normal 45.50 59.33 Kurang 107.57 140.27 Lebih
34. Respoden 34 43 42 55.00 18.73 43.03 Kurang 12.50 28.72 Kurang 31.23 71.74 Kurang
35. Respoden 35 27 56 54.00 33.06 56.92 Kurang 28.90 49.76 Kurang 61.96 106.69 Normal
36. Respoden 36 41 54 55.00 26.43 47.22 Kurang 25.80 46.10 Kurang 52.23 93.32 Normal
37. Respoden 37 44 62 55.00 48.88 76.07 Kurang 38.30 59.61 Kurang 87.18 135.68 Lebih
38. Respoden 38 32 46 55.00 14.62 30.67 Kurang 22.50 47.20 Kurang 37.12 77.87 Kurang
39. Respoden 39 37 60 55.00 37.60 60.47 Kurang 28.20 45.35 Kurang 65.80 105.82 Normal
40. Respoden 40 47 52 55.00 20.39 37.84 Kurang 23.20 43.05 Kurang 43.59 80.89 Normal
41. Respoden 41 47 56 55.00 42.19 72.70 Kurang 35.70 61.51 Kurang 77.89 134.21 Lebih
42. Respoden 42 29 56 54.00 33.51 57.70 Kurang 31.70 54.59 Kurang 65.21 112.28 Lebih
43. Respoden 43 20 106 54.00 123.51 112.35 Lebih 67.60 61.50 Kurang 191.11 173.85 Lebih
44. Respoden 44 46 59 55.00 44.14 72.80 Kurang 35.50 58.55 Kurang 79.64 131.36 Lebih
45. Respoden 45 19 49 54.00 16.71 32.89 Kurang 25.00 49.20 Kurang 41.71 82.08 Normal
46. Respoden 46 46 73 55.00 62.62 82.78 Normal 33.80 44.68 Kurang 96.42 127.45 Lebih
47. Respoden 47 26 46 54.00 14.88 31.19 Kurang 22.90 48.00 Kurang 37.78 79.20 Kurang
48. Respoden 48 43 50 55.00 26.04 50.25 Kurang 30.00 57.89 Kurang 56.04 108.14 Normal
49. Respoden 49 38 55 55.00 32.37 56.79 Kurang 32.90 57.72 Kurang 65.27 114.51 Lebih
50. Respoden 50 37 54 55.00 27.84 49.74 Kurang 28.00 50.03 Kurang 55.84 99.77 Normal
51. Respoden 51 45 58 55.00 38.17 63.50 Kurang 33.40 55.57 Kurang 71.57 119.07 Lebih
52. Respoden 52 41 71 55.00 60.65 82.43 Normal 40.60 55.18 Kurang 101.25 137.60 Lebih
L-12

Lampiran 12. Rekapitulasi Data Asupan Vitamin A Narapidana Wanita

Asupan Asupan
BB
Nama BB Vitamin A TKVA Vitamin A TKVA Total Asupan TKVA
No Usia AKG Kategori Kategori Kategori
Responden (kg) dari dalam (%) dari luar (%) Vitamin A (µg) (%)
(kg)
Lapas (µg) Lapas (µg)
1. Respoden 1 23 48 54.00 687.60 137.52 Normal 456.60 91.32 Normal 1144.20 228.84 Normal
2. Respoden 2 26 45 54.00 922.50 184.50 Normal 579.50 115.90 Normal 1502.00 300.40 Normal
3. Respoden 3 33 53 55.00 450.70 90.14 Normal 585.00 117.00 Normal 1035.70 207.14 Normal
4. Respoden 4 44 53 55.00 965.50 193.10 Normal 739.80 147.96 Normal 1705.30 341.06 Normal
5. Respoden 5 37 54 55.00 967.50 193.50 Normal 643.90 128.78 Normal 1611.40 322.28 Normal
6. Respoden 6 29 46 54.00 799.80 159.96 Normal 316.30 63.26 Kurang 1116.10 223.22 Normal
7. Respoden 7 41 54 55.00 680.30 136.06 Normal 300.40 60.08 Kurang 980.70 196.14 Normal
8. Respoden 8 42 59 55.00 940.60 188.12 Normal 1853.50 370.70 Normal 2794.10 558.82 Normal
9. Respoden 9 33 85 55.00 460.50 92.10 Normal 599.40 119.88 Normal 1059.90 211.98 Normal
10. Respoden 10 42 44 55.00 965.60 193.12 Normal 2685.00 537.00 Normal 3650.60 730.12 Normal
11. Respoden 11 26 60 54.00 315.10 63.02 Kurang 83.80 16.76 Kurang 398.90 79.78 Normal
12. Respoden 12 42 53 55.00 373.20 74.64 Kurang 364.20 72.84 Kurang 737.40 147.48 Normal
13 Respoden 13 38 76 55.00 779.00 155.80 Normal 607.60 121.52 Normal 1386.60 277.32 Normal
14. Respoden 14 42 49 55.00 856.10 171.22 Normal 229.50 45.90 Kurang 1085.60 217.12 Normal
15 Respoden 15 38 73 55.00 674.80 134.96 Normal 685.40 137.08 Normal 1360.20 272.04 Normal
16. Respoden 16 22 56 54.00 403.00 80.60 Normal 466.40 93.28 Normal 869.40 173.88 Normal
17. Respoden 17 37 69 55.00 512.10 102.42 Normal 128.20 25.64 Kurang 640.30 128.06 Normal
18. Respoden 18 37 80 55.00 927.80 185.56 Normal 386.70 77.34 Normal 1314.50 262.90 Normal
19. Respoden 19 40 58 55.00 1030.80 206.16 Normal 13.20 2.64 Kurang 1044.00 208.80 Normal
20. Respoden 20 34 52 55.00 699.30 139.86 Normal 1075.00 215.00 Normal 1774.30 354.86 Normal
21. Respoden 21 35 40 55.00 738.10 147.62 Normal 338.70 67.74 Kurang 1076.80 215.36 Normal
22. Respoden 22 33 50 55.00 955.50 191.10 Normal 296.10 59.22 Kurang 1251.60 250.32 Normal
23. Respoden 23 32 62 55.00 704.10 140.82 Normal 302.00 60.40 Kurang 1006.10 201.22 Normal
24. Respoden 24 46 59 55.00 973.40 194.68 Normal 595.10 119.02 Normal 1568.50 313.70 Normal
25. Respoden 25 19 59 54.00 913.10 182.62 Normal 393.10 78.62 Normal 1306.20 261.24 Normal
26. Respoden 26 45 61 55.00 996.40 199.28 Normal 728.50 145.70 Normal 1724.90 344.98 Normal
27. Respoden 27 47 58 55.00 922.40 184.48 Normal 1795.60 359.12 Normal 2718.00 543.60 Normal
L-12

28. Respoden 28 30 81 55.00 1028.10 205.62 Normal 1432.80 286.56 Normal 2460.90 492.18 Normal
29. Respoden 29 40 60 55.00 921.00 184.20 Normal 1003.20 200.64 Normal 1924.20 384.84 Normal
30. Respoden 30 39 56 55.00 963.90 192.78 Normal 199.60 39.92 Kurang 1163.50 232.70 Normal
31. Respoden 31 32 77 55.00 915.70 183.14 Normal 368.40 73.68 Kurang 1284.10 256.82 Normal
32. Respoden 32 34 53 55.00 430.30 86.06 Normal 398.20 79.64 Normal 828.50 165.70 Normal
33. Respoden 33 34 74 55.00 973.90 194.78 Normal 267.10 53.42 Kurang 1241.00 248.20 Normal
34. Respoden 34 43 42 55.00 459.90 91.98 Normal 527.40 105.48 Normal 987.30 197.46 Normal
35. Respoden 35 27 56 54.00 466.70 93.34 Normal 336.60 67.32 Kurang 803.30 160.66 Normal
36. Respoden 36 41 54 55.00 949.50 189.90 Normal 406.50 81.30 Normal 1356.00 271.20 Normal
37. Respoden 37 44 62 55.00 508.80 101.76 Normal 412.20 82.44 Normal 921.00 184.20 Normal
38. Respoden 38 32 46 55.00 953.30 190.66 Normal 291.10 58.22 Kurang 1244.40 248.88 Normal
39. Respoden 39 37 60 55.00 891.60 178.32 Normal 2988.30 597.66 Normal 3879.90 775.98 Normal
40. Respoden 40 47 52 55.00 304.30 60.86 Kurang 760.90 152.18 Normal 1065.20 213.04 Normal
41. Respoden 41 47 56 55.00 1035.70 207.14 Normal 376.80 75.36 Kurang 1412.50 282.50 Normal
42. Respoden 42 29 56 54.00 603.70 120.74 Normal 441.90 88.38 Normal 1045.60 209.12 Normal
43. Respoden 43 20 106 54.00 969.80 193.96 Normal 710.10 142.02 Normal 1679.90 335.98 Normal
44. Respoden 44 46 59 55.00 877.80 175.56 Normal 403.00 80.60 Normal 1280.80 256.16 Normal
45. Respoden 45 19 49 54.00 1009.50 201.90 Normal 158.10 31.62 Kurang 1167.60 233.52 Normal
46. Respoden 46 46 73 55.00 492.90 98.58 Normal 563.20 112.64 Normal 1056.10 211.22 Normal
47. Respoden 47 26 46 54.00 572.80 114.56 Normal 665.00 133.00 Normal 1237.80 247.56 Normal
48. Respoden 48 43 50 55.00 925.00 185.00 Normal 435.30 87.06 Normal 1360.30 272.06 Normal
49. Respoden 49 38 55 55.00 686.80 137.36 Normal 485.30 97.06 Normal 1172.10 234.42 Normal
50. Respoden 50 37 54 55.00 156.50 31.30 Kurang 562.30 112.46 Normal 718.80 143.76 Normal
51. Respoden 51 45 58 55.00 644.50 128.90 Normal 68.10 13.62 Kurang 712.60 142.52 Normal
52. Respoden 52 41 71 55.00 757.60 151.52 Normal 175.50 35.10 Kurang 933.10 186.62 Normal
L-13

Lampiran 13. Rekapitulasi Data Asupan Vitamin C Narapidana Wanita

Asupan Asupan Total


BB
Nama BB Vitamin C TKVC Vitamin C Asupan TKVC
No Usia AKG Kategori TKVC (%) Kategori Kategori
Responden (kg) dari dalam (%) dari luar Vitamin C (%)
(kg)
Lapas (mg) Lapas (mg) (mg)
1. Respoden 1 23 48 54.00 31.80 42.40 Kurang 91.30 121.73 Normal 123.10 164.13 Normal
2. Respoden 2 26 45 54.00 24.30 32.40 Kurang 57.80 77.07 Normal 82.10 109.47 Normal
3. Respoden 3 33 53 55.00 36.10 48.13 Kurang 88.70 118.27 Normal 124.80 166.40 Normal
4. Respoden 4 44 53 55.00 37.70 50.27 Kurang 56.20 74.93 Kurang 93.90 125.20 Normal
5. Respoden 5 37 54 55.00 40.30 53.73 Kurang 148.70 198.27 Normal 189.00 252.00 Normal
6. Respoden 6 29 46 54.00 38.80 51.73 Kurang 49.50 66.00 Kurang 88.30 117.73 Normal
7. Respoden 7 41 54 55.00 18.30 24.40 Kurang 107.00 142.67 Normal 125.30 167.07 Normal
8. Respoden 8 42 59 55.00 29.90 39.87 Kurang 183.20 244.27 Normal 213.10 284.13 Normal
9. Respoden 9 33 85 55.00 31.60 42.13 Kurang 56.70 75.60 Kurang 88.30 117.73 Normal
10. Respoden 10 42 44 55.00 38.00 50.67 Kurang 154.70 206.27 Normal 192.70 256.93 Normal
11. Respoden 11 26 60 54.00 34.20 45.60 Kurang 17.00 22.67 Kurang 51.20 68.27 Kurang
12. Respoden 12 42 53 55.00 23.30 31.07 Kurang 52.70 70.27 Kurang 76.00 101.33 Normal
13 Respoden 13 38 76 55.00 39.30 52.40 Kurang 168.00 224.00 Normal 207.30 276.40 Normal
14. Respoden 14 42 49 55.00 21.50 28.67 Kurang 52.50 70.00 Kurang 74.00 98.67 Normal
15 Respoden 15 38 73 55.00 40.00 53.33 Kurang 84.50 112.67 Normal 124.50 166.00 Normal
16. Respoden 16 22 56 54.00 32.10 42.80 Kurang 49.10 65.47 Kurang 81.20 108.27 Normal
17. Respoden 17 37 69 55.00 22.60 30.13 Kurang 13.10 17.47 Kurang 35.70 47.60 Kurang
18. Respoden 18 37 80 55.00 24.10 32.13 Kurang 88.00 117.33 Normal 112.10 149.47 Normal
19. Respoden 19 40 58 55.00 44.80 59.73 Kurang 10.10 13.47 Kurang 54.90 73.20 Kurang
20. Respoden 20 34 52 55.00 23.50 31.33 Kurang 516.90 689.20 Normal 540.40 720.53 Normal
21. Respoden 21 35 40 55.00 28.80 38.40 Kurang 62.00 82.67 Normal 90.80 121.07 Normal
22. Respoden 22 33 50 55.00 41.00 54.67 Kurang 12.70 16.93 Kurang 53.70 71.60 Kurang
23. Respoden 23 32 62 55.00 17.30 23.07 Kurang 121.60 162.13 Normal 138.90 185.20 Normal
24. Respoden 24 46 59 55.00 27.00 36.00 Kurang 49.80 66.40 Kurang 76.80 102.40 Normal
25. Respoden 25 19 59 54.00 23.40 31.20 Kurang 22.30 29.73 Kurang 45.70 60.93 Kurang
26. Respoden 26 45 61 55.00 30.70 40.93 Kurang 84.20 112.27 Normal 114.90 153.20 Normal
27. Respoden 27 47 58 55.00 26.00 34.67 Kurang 90.50 120.67 Normal 116.50 155.33 Normal
L-13

28. Respoden 28 30 81 55.00 38.10 50.80 Kurang 92.70 123.60 Normal 130.80 174.40 Normal
29. Respoden 29 40 60 55.00 36.40 48.53 Kurang 72.00 96.00 Normal 108.40 144.53 Normal
30. Respoden 30 39 56 55.00 24.30 32.40 Kurang 37.20 49.60 Kurang 61.50 82.00 Normal
31. Respoden 31 32 77 55.00 22.30 29.73 Kurang 93.60 124.80 Normal 115.90 154.53 Normal
32. Respoden 32 34 53 55.00 18.20 24.27 Kurang 64.40 85.87 Normal 82.60 110.13 Normal
33. Respoden 33 34 74 55.00 39.30 52.40 Kurang 45.90 61.20 Kurang 85.20 113.60 Normal
34. Respoden 34 43 42 55.00 15.90 21.20 Kurang 108.00 144.00 Normal 123.90 165.20 Normal
35. Respoden 35 27 56 54.00 17.00 22.67 Kurang 49.60 66.13 Kurang 66.60 88.80 Normal
36. Respoden 36 41 54 55.00 25.80 34.40 Kurang 123.90 165.20 Normal 149.70 199.60 Normal
37. Respoden 37 44 62 55.00 13.90 18.53 Kurang 61.00 81.33 Normal 74.90 99.87 Normal
38. Respoden 38 32 46 55.00 27.10 36.13 Kurang 45.00 60.00 Kurang 72.10 96.13 Normal
39. Respoden 39 37 60 55.00 21.60 28.80 Kurang 203.20 270.93 Normal 224.80 299.73 Normal
40. Respoden 40 47 52 55.00 27.40 36.53 Kurang 43.60 58.13 Kurang 71.00 94.67 Normal
41. Respoden 41 47 56 55.00 41.20 54.93 Kurang 108.70 144.93 Normal 149.90 199.87 Normal
42. Respoden 42 29 56 54.00 32.30 43.07 Kurang 61.90 82.53 Normal 94.20 125.60 Normal
43. Respoden 43 20 106 54.00 39.20 52.27 Kurang 123.00 164.00 Normal 162.20 216.27 Normal
44. Respoden 44 46 59 55.00 19.20 25.60 Kurang 401.00 534.67 Normal 420.20 560.27 Normal
45. Respoden 45 19 49 54.00 32.80 43.73 Kurang 106.20 141.60 Normal 139.00 185.33 Normal
46. Respoden 46 46 73 55.00 18.80 25.07 Kurang 95.60 127.47 Normal 114.40 152.53 Normal
47. Respoden 47 26 46 54.00 33.20 44.27 Kurang 56.80 75.73 Kurang 90.00 120.00 Normal
48. Respoden 48 43 50 55.00 31.30 41.73 Kurang 43.40 57.87 Kurang 74.70 99.60 Normal
49. Respoden 49 38 55 55.00 35.50 47.33 Kurang 61.10 81.47 Normal 96.60 128.80 Normal
50. Respoden 50 37 54 55.00 20.30 27.07 Kurang 144.40 192.53 Normal 164.70 219.60 Normal
51. Respoden 51 45 58 55.00 31.10 41.47 Kurang 28.10 37.47 Kurang 59.20 78.93 Normal
52. Respoden 52 41 71 55.00 4.80 6.40 Kurang 219.60 292.80 Normal 224.40 299.20 Normal
L-14

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Asupan Zat Besi Narapidana Wanita

Asupan Asupan
Total
BB Zat Besi Zat Besi
Nama BB Asupan
No Usia AKG dari dalam TKFe (%) Kategori dari luar TKFe (%) Kategori TKFe (%) Kategori
Responden (kg) Zat Besi
(kg) Lapas Lapas
(mg)
(mg) (mg)
1. Respoden 1 23 48 54.00 6.10 23.46 Kurang 6.30 24.23 Kurang 12.40 47.69 Kurang
2. Respoden 2 26 45 54.00 5.10 19.62 Kurang 4.40 16.92 Kurang 9.50 36.54 Kurang
3. Respoden 3 33 53 55.00 5.30 20.38 Kurang 6.30 24.23 Kurang 11.60 44.62 Kurang
4. Respoden 4 44 53 55.00 6.30 24.23 Kurang 4.20 16.15 Kurang 10.50 40.38 Kurang
5. Respoden 5 37 54 55.00 7.00 26.92 Kurang 4.50 17.31 Kurang 11.50 44.23 Kurang
6. Respoden 6 29 46 54.00 6.40 24.62 Kurang 5.10 19.62 Kurang 11.50 44.23 Kurang
7. Respoden 7 41 54 55.00 5.60 21.54 Kurang 4.90 18.85 Kurang 10.50 40.38 Kurang
8. Respoden 8 42 59 55.00 5.60 21.54 Kurang 14.80 56.92 Kurang 20.40 78.46 Normal
9. Respoden 9 33 85 55.00 5.60 21.54 Kurang 7.90 30.38 Kurang 13.50 51.92 Kurang
10. Respoden 10 42 44 55.00 6.50 25.00 Kurang 12.40 47.69 Kurang 18.90 72.69 Kurang
11. Respoden 11 26 60 54.00 5.60 21.54 Kurang 15.10 58.08 Kurang 20.70 79.62 Normal
12. Respoden 12 42 53 55.00 5.00 19.23 Kurang 4.00 15.38 Kurang 9.00 34.62 Kurang
13 Respoden 13 38 76 55.00 6.40 24.62 Kurang 7.50 28.85 Kurang 13.90 53.46 Kurang
14. Respoden 14 42 49 55.00 5.40 20.77 Kurang 7.50 28.85 Kurang 12.90 49.62 Kurang
15 Respoden 15 38 73 55.00 6.40 24.62 Kurang 7.90 30.38 Kurang 14.30 55.00 Kurang
16. Respoden 16 22 56 54.00 5.50 21.15 Kurang 5.30 20.38 Kurang 10.80 41.54 Kurang
17. Respoden 17 37 69 55.00 4.40 16.92 Kurang 3.20 12.31 Kurang 7.60 29.23 Kurang
18. Respoden 18 37 80 55.00 5.70 21.92 Kurang 6.20 23.85 Kurang 11.90 45.77 Kurang
19. Respoden 19 40 58 55.00 7.90 30.38 Kurang 3.60 13.85 Kurang 11.50 44.23 Kurang
20. Respoden 20 34 52 55.00 5.60 21.54 Kurang 9.60 36.92 Kurang 15.20 58.46 Kurang
21. Respoden 21 35 40 55.00 5.70 21.92 Kurang 4.60 17.69 Kurang 10.30 39.62 Kurang
22. Respoden 22 33 50 55.00 6.90 26.54 Kurang 2.20 8.46 Kurang 9.10 35.00 Kurang
23. Respoden 23 32 62 55.00 5.50 21.15 Kurang 4.40 16.92 Kurang 9.90 38.08 Kurang
24. Respoden 24 46 59 55.00 6.30 24.23 Kurang 5.20 20.00 Kurang 11.50 44.23 Kurang
25. Respoden 25 19 59 54.00 5.80 22.31 Kurang 6.70 25.77 Kurang 12.50 48.08 Kurang
26. Respoden 26 45 61 55.00 6.50 25.00 Kurang 7.30 28.08 Kurang 13.80 53.08 Kurang
L-14

27. Respoden 27 47 58 55.00 6.30 24.23 Kurang 11.40 43.85 Kurang 17.70 68.08 Kurang
28. Respoden 28 30 81 55.00 6.80 26.15 Kurang 6.30 24.23 Kurang 13.10 50.38 Kurang
29. Respoden 29 40 60 55.00 6.30 24.23 Kurang 7.50 28.85 Kurang 13.80 53.08 Kurang
30. Respoden 30 39 56 55.00 5.40 20.77 Kurang 4.90 18.85 Kurang 10.30 39.62 Kurang
31. Respoden 31 32 77 55.00 5.80 22.31 Kurang 5.40 20.77 Kurang 11.20 43.08 Kurang
32. Respoden 32 34 53 55.00 3.70 14.23 Kurang 5.10 19.62 Kurang 8.80 33.85 Kurang
33. Respoden 33 34 74 55.00 6.70 25.77 Kurang 3.40 13.08 Kurang 10.10 38.85 Kurang
34. Respoden 34 43 42 55.00 4.50 17.31 Kurang 6.20 23.85 Kurang 10.70 41.15 Kurang
35. Respoden 35 27 56 54.00 4.30 16.54 Kurang 3.90 15.00 Kurang 8.20 31.54 Kurang
36. Respoden 36 41 54 55.00 6.00 23.08 Kurang 5.30 20.38 Kurang 11.30 43.46 Kurang
37. Respoden 37 44 62 55.00 5.10 19.62 Kurang 6.30 24.23 Kurang 11.40 43.85 Kurang
38. Respoden 38 32 46 55.00 6.00 23.08 Kurang 4.30 16.54 Kurang 10.30 39.62 Kurang
39. Respoden 39 37 60 55.00 6.00 23.08 Kurang 15.10 58.08 Kurang 21.10 81.15 Normal
40. Respoden 40 47 52 55.00 5.00 19.23 Kurang 5.80 22.31 Kurang 10.80 41.54 Kurang
41. Respoden 41 47 56 55.00 7.30 28.08 Kurang 5.10 19.62 Kurang 12.40 47.69 Kurang
42. Respoden 42 29 56 54.00 5.50 21.15 Kurang 6.80 26.15 Kurang 12.30 47.31 Kurang
43. Respoden 43 20 106 54.00 7.20 27.69 Kurang 6.60 25.38 Kurang 13.80 53.08 Kurang
44. Respoden 44 46 59 55.00 5.80 22.31 Kurang 3.10 11.92 Kurang 8.90 34.23 Kurang
45. Respoden 45 19 49 54.00 6.30 24.23 Kurang 3.10 11.92 Kurang 9.40 36.15 Kurang
46. Respoden 46 46 73 55.00 4.70 18.08 Kurang 5.70 21.92 Kurang 10.40 40.00 Kurang
47. Respoden 47 26 46 54.00 5.60 21.54 Kurang 4.80 18.46 Kurang 10.40 40.00 Kurang
48. Respoden 48 43 50 55.00 7.00 26.92 Kurang 4.10 15.77 Kurang 11.10 42.69 Kurang
49. Respoden 49 38 55 55.00 5.70 21.92 Kurang 6.40 24.62 Kurang 12.10 46.54 Kurang
50. Respoden 50 37 54 55.00 3.60 13.85 Kurang 11.60 44.62 Kurang 15.20 58.46 Kurang
51. Respoden 51 45 58 55.00 5.60 21.54 Kurang 1.40 5.38 Kurang 7.00 26.92 Kurang
52. Respoden 52 41 71 55.00 3.80 14.62 Kurang 4.70 18.08 Kurang 8.50 32.69 Kurang
L-15

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Asupan Asam Folat Narapidana Wanita


BB Folat dari Asupan Folat
Nama TKFol TKFol Total Asupan TKFol
No Usia BB (kg) AKG dalam Lapas Kategori dari luar Kategori Kategori
Responden (%) (%) Folat (µg) (%)
(kg) (µg) Lapas (µg)
1. Respoden 1 23 48 54.00 143.00 35.75 Kurang 158.50 39.63 Kurang 301.50 75.38 Kurang
2. Respoden 2 26 45 54.00 130.30 32.58 Kurang 147.00 36.75 Kurang 277.30 69.33 Kurang
3. Respoden 3 33 53 55.00 126.20 31.55 Kurang 179.10 44.78 Kurang 305.30 76.33 Kurang
4. Respoden 4 44 53 55.00 153.70 38.43 Kurang 70.90 17.73 Kurang 224.60 56.15 Kurang
5. Respoden 5 37 54 55.00 163.30 40.83 Kurang 112.70 28.18 Kurang 276.00 69.00 Kurang
6. Respoden 6 29 46 54.00 153.70 38.43 Kurang 110.40 27.60 Kurang 264.10 66.03 Kurang
7. Respoden 7 41 54 55.00 154.30 38.58 Kurang 96.80 24.20 Kurang 251.10 62.78 Kurang
8. Respoden 8 42 59 55.00 153.20 38.30 Kurang 487.00 121.75 Normal 640.20 160.05 Normal
9. Respoden 9 33 85 55.00 115.90 28.98 Kurang 158.00 39.50 Kurang 273.90 68.48 Kurang
10. Respoden 10 42 44 55.00 155.70 38.93 Kurang 399.50 99.88 Normal 555.20 138.80 Normal
11. Respoden 11 26 60 54.00 124.40 31.10 Kurang 95.60 23.90 Kurang 220.00 55.00 Kurang
12. Respoden 12 42 53 55.00 106.60 26.65 Kurang 118.30 29.58 Kurang 224.90 56.22 Kurang
13 Respoden 13 38 76 55.00 150.20 37.55 Kurang 214.80 53.70 Kurang 365.00 91.25 Normal
14. Respoden 14 42 49 55.00 122.40 30.60 Kurang 73.00 18.25 Kurang 195.40 48.85 Kurang
15 Respoden 15 38 73 55.00 151.70 37.93 Kurang 222.10 55.53 Kurang 373.80 93.45 Normal
16. Respoden 16 22 56 54.00 111.90 27.98 Kurang 134.00 33.50 Kurang 245.90 61.48 Kurang
17. Respoden 17 37 69 55.00 111.90 27.98 Kurang 68.00 17.00 Kurang 179.90 44.98 Kurang
18. Respoden 18 37 80 55.00 144.00 36.00 Kurang 158.80 39.70 Kurang 302.80 75.70 Kurang
19. Respoden 19 40 58 55.00 188.80 47.20 Kurang 21.60 5.40 Kurang 210.40 52.60 Kurang
20. Respoden 20 34 52 55.00 133.80 33.45 Kurang 156.00 39.00 Kurang 289.80 72.45 Kurang
21. Respoden 21 35 40 55.00 136.60 34.15 Kurang 113.70 28.43 Kurang 250.30 62.58 Kurang
22. Respoden 22 33 50 55.00 167.40 41.85 Kurang 51.80 12.95 Kurang 219.20 54.80 Kurang
23. Respoden 23 32 62 55.00 123.00 30.75 Kurang 122.80 30.70 Kurang 245.80 61.45 Kurang
24. Respoden 24 46 59 55.00 154.00 38.50 Kurang 138.40 34.60 Kurang 292.40 73.10 Kurang
L-15

25. Respoden 25 19 59 54.00 135.60 33.90 Kurang 76.00 19.00 Kurang 211.60 52.90 Kurang
26. Respoden 26 45 61 55.00 159.20 39.80 Kurang 183.40 45.85 Kurang 342.60 85.65 Normal
27. Respoden 27 47 58 55.00 144.90 36.23 Kurang 215.60 53.90 Kurang 360.50 90.13 Normal
28. Respoden 28 30 81 55.00 163.80 40.95 Kurang 279.40 69.85 Kurang 443.20 110.80 Normal
29. Respoden 29 40 60 55.00 154.30 38.58 Kurang 142.90 35.73 Kurang 297.20 74.30 Kurang
30. Respoden 30 39 56 55.00 143.80 35.95 Kurang 27.50 6.88 Kurang 171.30 42.83 Kurang
31. Respoden 31 32 77 55.00 136.40 34.10 Kurang 116.80 29.20 Kurang 253.20 63.30 Kurang
32. Respoden 32 34 53 55.00 90.10 22.53 Kurang 124.80 31.20 Kurang 214.90 53.72 Kurang
33. Respoden 33 34 74 55.00 160.00 40.00 Kurang 91.60 22.90 Kurang 251.60 62.90 Kurang
34. Respoden 34 43 42 55.00 108.20 27.05 Kurang 137.60 34.40 Kurang 245.80 61.45 Kurang
35. Respoden 35 27 56 54.00 96.10 24.03 Kurang 114.40 28.60 Kurang 210.50 52.63 Kurang
36. Respoden 36 41 54 55.00 149.10 37.28 Kurang 125.90 31.48 Kurang 275.00 68.75 Kurang
37. Respoden 37 44 62 55.00 109.70 27.43 Kurang 137.90 34.48 Kurang 247.60 61.90 Kurang
38. Respoden 38 32 46 55.00 153.80 38.45 Kurang 108.00 27.00 Kurang 261.80 65.45 Kurang
39. Respoden 39 37 60 55.00 132.10 33.03 Kurang 511.10 127.78 Normal 643.20 160.80 Normal
40. Respoden 40 47 52 55.00 101.80 25.45 Kurang 145.10 36.28 Kurang 246.90 61.72 Kurang
41. Respoden 41 47 56 55.00 173.80 43.45 Kurang 131.80 32.95 Kurang 305.60 76.40 Kurang
42. Respoden 42 29 56 54.00 128.10 32.03 Kurang 164.70 41.18 Kurang 292.80 73.20 Normal
43. Respoden 43 20 106 54.00 167.60 41.90 Kurang 172.20 43.05 Kurang 339.80 84.95 Normal
44. Respoden 44 46 59 55.00 126.60 31.65 Kurang 105.60 26.40 Kurang 232.20 58.05 Kurang
45. Respoden 45 19 49 54.00 151.30 37.83 Kurang 66.40 16.60 Kurang 217.70 54.43 Kurang
46. Respoden 46 46 73 55.00 103.30 25.83 Kurang 138.30 34.58 Kurang 241.60 60.40 Kurang
47. Respoden 47 26 46 54.00 127.80 31.95 Kurang 151.00 37.75 Kurang 278.80 69.70 Kurang
48. Respoden 48 43 50 55.00 156.20 39.05 Kurang 127.20 31.80 Kurang 283.40 70.85 Kurang
49. Respoden 49 38 55 55.00 137.40 34.35 Kurang 136.60 34.15 Kurang 274.00 68.50 Kurang
50. Respoden 50 37 54 55.00 77.30 19.33 Kurang 183.10 45.78 Kurang 260.40 65.10 Kurang
51. Respoden 51 45 58 55.00 128.40 32.10 Kurang 36.80 9.20 Kurang 165.20 41.30 Kurang
52. Respoden 52 41 71 55.00 92.80 23.20 Kurang 90.50 22.63 Kurang 183.30 45.83 Kurang
L-15
L-16

Lampiran 16. Hasil SPSS


ANALISIS UNIVARIAT

Statistics
Tingkat Total Tingkat Tingkat Tingkat Total Tingkat
Kadar
IMT Tingkat Kecukupan Kecukupan Kecukupan Kecukupan Kecukupan Kecukupan
Usia Hemoglobin Aktifitas Fisik
Narapidana Energi dari Dalam Energi dari Energi Protein dari Protein dari Protein
Narapidana Narapidana Narapidana
(Kg/m2) LAPAS (% AKG) Luar LAPAS Narapidana Dalam LAPAS Luar LAPAS Narapidana
(g/dl)
(% AKG) (%AKG) (% AKG) (% AKG) (%AKG)
N Valid 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 36.15 23.3151 10.7962 1.4381 45.2757 31.2198 76.4955 59.4243 51.2983 110.7226
Median 37.00 23.1601 10.5500 1.4300 45.8657 31.5344 78.2122 57.8365 52.6179 111.9939
Std. Deviation 7.833 4.07547 1.54818 .12595 8.52359 4.75324 12.30245 17.94792 8.00202 23.19268
Variance 61.348 16.609 2.397 .016 72.652 22.593 151.350 322.128 64.032 537.900
Minimum 19 15.24 7.40 1.24 27.84 19.26 54.60 30.67 28.72 71.28
Maximum 47 39.65 15.70 1.70 61.67 42.02 102.89 112.35 64.92 173.85

Tingkat Tingkat
Total Tingkat Total Tingkat Tingkat Tingkat Total Tingkat
Tingkat Kecukupan Tingkat Kecukupan Kecukupan Kecukupan
Kecukupan Kecukupan Kecukupan Zat Kecukupan Zat Kecukupan Zat
Vitamin A dari Dalam Vitamin A dari Luar Vitamin C dari Vitamin C dari
Vitamin A Vitamin C Besi dari Dalam Besi dari Luar Besi
Lapas (% AKG) Lapas (% AKG) Dalam Lapas Luar Lapas
(% AKG) (% AKG) Lapas (% AKG) Lapas (% AKG) (% AKG)
(% AKG) (% AKG)
N Valid 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 150.4400 121.8669 272.3069 38.2923 127.6590 165.9513 22.1967 24.0680 46.2648
Median 165.5900 87.7200 240.9900 39.1333 90.9333 136.6667 21.9231 20.5769 44.0385
Std. Deviation 47.08051 116.19256 134.24287 11.59298 117.76909 115.49724 3.48062 11.82582 12.14861
Variance 2216.574 13500.711 18021.147 134.397 13869.560 13339.611 12.115 139.850 147.589
Minimum 31.30 2.64 79.78 6.40 13.47 47.60 13.85 5.38 26.92
Maximum 207.14 597.66 775.98 59.73 689.20 720.53 30.38 58.08 81.15
L-16

Tingkat Kecukupan Asam Folat Tingkat Kecukupan Asam Folat Total Tingkat Kecukupan Asam Folat Asupan Energi dari Asupan Energi dari Luar Lapas
dari Dalam Lapas (% AKG) dari Luar Lapas (% AKG) (% AKG) Dalam Lapas (kkal) (kkal)
N Valid 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0
Mean 34.0649 36.7837 70.8486 1057.5720 739.0558
Median 34.2500 33.2250 65.2750 1103.1549 708.2500
Std. Deviation 5.96413 23.57711 24.69328 279.18840 228.71631
Variance 35.571 555.880 609.758 77946.165 52311.152
Minimum 19.33 5.40 41.30 540.04 317.80
Maximum 47.20 127.77 160.80 1482.10 1439.40

Asupan Protein Asupan Protein Asupan Asupan Asupan Asupan


Asupan Total Asupan Total Asupan Total
dari Dalam dari Luar Lapas Vitamin A dari Vitamin A dari Vitamin C dari Vitamin C dari
Energi (kkal) Energi (g) Vitamin A (µg)
Lapas (g) (g) Dalam Lapas (µg) Luar Lapas (µg) Dalam Lapas (mg) Luar Lapas (mg)
N Valid 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1796.6277 38.2898 31.8308 70.1205 752.2000 609.3346 1361.5346 28.7192 95.7442
Median 1798.9899 33.5771 31.6500 65.2380 827.9500 438.6000 1204.9500 29.3500 68.2000
Std. Deviation 484.81594 20.33242 10.17695 29.89869 235.40254 580.96279 671.21432 8.69474 88.32682
Variance 235046.492 413.407 103.570 893.932 55414.354 337517.765 450528.670 75.598 7801.627
Minimum 857.84 14.62 12.00 29.55 156.50 13.20 398.90 4.80 10.10
Maximum 2669.00 123.51 67.60 191.11 1035.70 2988.30 3879.90 44.80 516.90

Asupan
Asupan Zat Asupan Zat Asupan
Asupan Total Asupan Total Asam Folat dari Asupan Total Lama Tinggal
Besi dari Dalam Besi dari Luar Asam Folat dari
Vitamin C (mgl) Zat Besi (mg) Dalam Lapas Asam Folat (µg) (Bulan)
Lapas (mg) Lapas (mg) Luar Lapas (µg)
(µg)
N Valid 52 52 52 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 124.4635 5.7712 6.2577 12.0288 136.2596 147.1346 283.3942 33.10
Median 102.5000 5.7000 5.3500 11.4500 137.0000 132.9000 261.1000 34.50
Std. Deviation 86.62293 .90496 3.07471 3.15864 23.85653 94.30843 98.77311 22.922
Variance 7503.531 .819 9.454 9.977 569.134 8894.081 9756.128 525.422
Minimum 35.70 3.60 1.40 7.00 77.30 21.60 165.20 1
Maximum 540.40 7.90 15.10 21.10 188.80 511.10 643.20 120
L-16

UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
IMT Narapidana (Kg/m2) .131 52 .027 .917 52 .002
Kadar Hemoglobin .102 52 .200* .972 52 .268
Narapidana (g/dl)
Aktifitas Fisik Narapidana .111 52 .144 .942 52 .014
Total Tingkat Kecukupan .113 52 .094 .964 52 .111
Energi Narapidana
Total Tingkat Kecukupan .084 52 .200* .966 52 .147
Protein Narapidana
Total Tingkat Kecukupan .220 52 .000 .777 52 .000
Vitamin A Narapidana
Total Tingkat Kecukupan .208 52 .000 .691 52 .000
Vitamin C Narapidana
Total Tingkat Kecukupan Fe .152 52 .004 .882 52 .000
Narapidana
Total Tingkat Kecukupan .238 52 .000 .753 52 .000
Folat Narapidana
Lama Tinggal Narapidana .104 52 .200* .912 52 .001
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

DISTRIBUSI FREKUENSI
1. Usia Responden
Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 19 - 29 Tahun 11 21.2 21.2 21.2
30 - 49 Tahun 41 78.8 78.8 100.0
Total 52 100.0 100.0

2. Tingkat Pendidikan Responden


Tingkat Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TAMAT SD 9 17.3 17.3 17.3
TAMAT SMP 9 17.3 17.3 34.6
TAMAT SMA 13 25.0 25.0 59.6
TAMAT D3 8 15.4 15.4 75.0
TAMAT S1 12 23.1 23.1 98.1
TIDAK SEKOLAH 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
L-16

3. Tindak Pidana Responden


Tindak Pidana Narapidana
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid KDRT 1 1.9 1.9 1.9
Pembunuhan 8 15.4 15.4 17.3
Pencurian 6 11.5 11.5 28.8
Penganiayaan 1 1.9 1.9 30.8
Penggelapan 4 7.7 7.7 38.5
Trafficiking 3 5.8 5.8 44.2
Perbankan 3 5.8 5.8 50.0
UU Perlindungan Anak 3 5.8 5.8 55.8
Korupsi 12 23.1 23.1 78.8
Penipuan 9 17.3 17.3 96.2
Perpajakan 1 1.9 1.9 98.1
Ketenagakerjaan 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0

4. Kategori Responden
Kategori Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid B1 51 98.1 98.1 98.1
B2-A 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0

5. Asupan Total Tingkat Kecukupan Energi Responden


Kategori Total Energi Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Kurang 31 59.6 59.6 59.6
Normal 21 40.4 40.4 100.0
Total 52 100.0 100.0

6. Asupan Total Tingkat Kecukupan Protein Responden


Kategori Total Protein Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Kurang 6 11.5 11.5 11.5
Normal 19 36.5 36.5 48.1
Lebih 27 51.9 51.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
L-16

7. Asupan Total Tingkat Kecukupan Vitamin A Responden


Kategori Total Vitamin A Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Normal 52 100.0 100.0 100.0

8. Asupan Total Tingkat Kecukupan Vitamin C Responden


Kategori Total Vitamin C Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Kurang 5 9.6 9.6 9.6
Normal 47 90.4 90.4 100.0
Total 52 100.0 100.0

9. Asupan Total Tingkat Kecukupan Zat Besi Responden


Kategori Total Zat Besi Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Kurang 49 94.2 94.2 94.2
Normal 3 5.8 5.8 100.0
Total 52 100.0 100.0

10. Asupan Total Tingkat Kecukupan Asam Folat Responden


Kategori Total Asam Folat Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Kurang 42 80.8 80.8 80.8
Normal 10 19.2 19.2 100.0
Total 52 100.0 100.0

11. Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden


Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Kurang 5 9,6 9.6 9.6
Normal 20 38.5 38.5 48.1
Overweight 15 28.8 28.8 76.9
Obesitas 12 23.1 23.1 100.0
Total 52 100.0 100.0

12. Kadar Hemoglobin Responden


Kategori Kadar Hemoglobin Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Anemia 42 80.8 80.8 80.8
Tidak Anemia 10 19.2 19.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
L-16

13. Lama Tinggal Responden


Kategori Lama Tinggal Responden
Cumulative
(Bulan) Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 1-24 21 40.4 40.4 40.4
25-48 23 44.2 44.2 84.6
49-72 6 11.5 11.5 96.2
73-96 1 1.9 1.9 98.1
97-120 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT
HUBUNGAN ASUPAN GIZI (ENERGI DAN PROTEIN) DENGAN IMT
1. Hubungan TKE dengan IMT
Correlations
IMT
Narapidana Total TKE
(Kg/m2)
Spearman's rho IMT Correlation Coefficient 1.000 .700**
Narapidana Sig. (2-tailed) . .000
(Kg/m2) N 52 52
Total TKE Correlation Coefficient .700** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Hubungan TKP dengan IMT


Correlations
IMT
Narapidana Total TKP
(Kg/m2)
Spearman's rho IMT Correlation Coefficient 1.000 1.000**
Narapidana Sig. (2-tailed) . .000
(Kg/m2) N 52 52
Total TKP Correlation Coefficient 1.000** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN


1. Hubungan TKE dengan Kadar Hemoglobin
Correlations
Total TKE
Kadar Hb (g/dl)
Narapidana
Kadar Hemoglobin Pearson Correlation 1 .566**
Narapidana (g/dl) Sig. (2-tailed) .000
N 52 52
Total TKE Pearson Correlation .566** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
L-16

2. Hubungan TKP dengan Kadar Hemoglobin


Correlations
Total TKP
Kadar Hb (g/dl)
Narapidana
Kadar Hemoglobin Pearson Correlation 1 .970**
Narapidana (g/dl) Sig. (2-tailed) .000
N 52 52
Total TKP Pearson Correlation .970** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

3. Hubungan Tingkat Kecukupan Vitamin A dengan Kadar Hemoglobin


Correlations
Kadar Hb Total TKVA
(g/dl) Narapidana
Spearman's rho Kadar Hb Correlation Coefficient 1.000 .105
(g/dl) Sig. (2-tailed) . .459
N 52 52
Total TKVA Correlation Coefficient .105 1.000
Sig. (2-tailed) .459 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4. Hubungan Tingkat Kecukupan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin


Correlations
Kadar Hb Total TKVC
(g/dl) Narapidana
Spearman's rho Kadar Hb Correlation Coefficient 1.000 .156
(g/dl) Sig. (2-tailed) . .271
N 52 52
Total TKVC Correlation Coefficient .156 1.000
Sig. (2-tailed) .271 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin


Correlations
Kadar Hb Total TKFe
(g/dl) Narapidana
Spearman's rho Kadar Hb Correlation Coefficient 1.000 .195
(g/dl) Sig. (2-tailed) . .166
N 52 52
Total TKFe Correlation Coefficient .195 1.000
Sig. (2-tailed) .166 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
L-16

6. Tingkat Kecukupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin


Correlations
Total
Kadar Hb TKFolat
(g/dl) Narapidana
Spearman's rho Kadar Hb Correlation Coefficient 1.000 .151
(g/dl) Sig. (2-tailed) . .285
N 52 52
Total TKFolat Correlation Coefficient .151 1.000
Sig. (2-tailed) .285 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK SEBAGAI VARIABEL PENGGANGGU DENGAN


INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Correlations
IMT Aktivitas
(Kg/m2) Fisik
Spearman's rho Kadar Hb Correlation Coefficient 1.000 .158
(g/dl) Sig. (2-tailed) . .262
N 52 52
Aktivitas Fisik Correlation Coefficient .158 1.000
Sig. (2-tailed) .262 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

HUBUNGAN LAMA TINGGAL SEBAGAI VARIABEL PENGGANGGU DENGAN


STATUS GIZI (IMT DAN KADAR HEMOGLOBIN)
1. Hubungan Lama Tinggal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Correlations
Lama Tinggal IMT
Responden di Narapidana
Lapas (Bulan) (Kg/m2)
Spearman's Lama Tinggal Correlation 1.000 -.062
rho Responden di Lapas Coefficient
(Bulan) Sig. (2-tailed) . .662
N 52 52
IMT Narapidana Correlation -.062 1.000
(Kg/m2) Coefficient
Sig. (2-tailed) .662 .
N 52 52
L-16

2. Hubungan Lama Tinggal dengan Kadar Hemoglobin


Correlations
Lama Tinggal
Responden di Lapas Kadar Hemoglobin
(Bulan) Narapidana (g/dl)
Lama Tinggal Responden Pearson Correlation 1 -.061
di Lapas (Bulan) Sig. (2-tailed) .669
N 52 52
Kadar Hemoglobin Pearson Correlation -.061 1
Narapidana (g/dl) Sig. (2-tailed) .669
N 52 52

SCATTER PLOT
L-16
L-16
L-16
L-16
L-17

Lampiran 17. Foto-Foto Kegiatan

Pengukuran Berat Badan


Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran Kadar Hemoglobin


Pengambilan Sampel Darah
L-17

Lampiran 17. Foto-Foto Kegiatan

Wawancara Kuisioner Penelitian,


Aktivitas Fisik, dan Kuisioner FFQ
Penimbangan Makanan (Nasi Putih)

Penimbangan Makanan
(Tumis Kacang)
Penimbangan Makanan
(Telur Ayam)

Anda mungkin juga menyukai