MICROBIOLOGI PANGAN
Pembuatan tape singkong dan Ketan
Dosen Pembimbing : Agatha Widiyawati S.ST.M.Gizi
(NIM: G42141132)
(NIM: G42141136)
(NIM: G42141139)
(NIM: G42141152)
(NIM: G42141155)
(NIM: G42141156)
(NIM: G42141174)
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia
Nya, penulisan laporan mata kuliah MICROBIOLOGI PANGAN dengan judul
Pembuatan Tape singkong dan Ketan dapat diselesaikan. Laporan ini disusun
sebagai bukti tertulis setiap selesai melakukan praktikum.
Dalam penulisan laporan ini tentu ada beberapa pihak yang ikut berperan
aktif dalam merampungkan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna,
untuk itu kami harapkan kritik dan saran ke arah yang membangun. Semoga
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
Latar Belakang........................................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................
Tujuan......................................................................................................
Manfaat..................................................................................................
Pengertian Tape.......................................................................................
Ragi.........................................................................................................
Fungsi Ragi.............................................................................................
Prosedur Kerja.........................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................
Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tape adalah sejenis makann yang dihasilkan melalui proses fermentasi.
Tape dibuat dari bahan-bahan yang mengandung banyak karbohidrat misalnya
singkong (ketela pohon), beras (beras ketan putih dan beras ketan hitam), dan
sorgum. Tape yang dibuat dari singkong (ubikayu) hasilnya dinamakan tape
singkongdanyang dibuat dari beras ketan hasilnya dinamakan "tape ketan". Tape
merupakan makanan fermentasi tradisional yang berbeda dengan makananmakanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang
berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan
banyak mikroorganisme.
Ragi tape merupakan medium yang baik bagi jamur amiloletik (pemecah
pati) membentuk alkohol seperti Chlamudomucor oryzae, Mucor sp, Rhyzopus
Oryzae, Hansenula sp, Saccharomyces cereviseae dan candida sp.
Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula dan oleh ragi
gula diubah menjadi alkohol sehingga ketan menjadi lunak, berair, manis dan
berbau alkohol.
Reaksi:
2(C6H10O5)n + nH2O n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O 2 C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
C6H12O6 2 C2H5OH + CO2 Glukosa alkohol
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang
terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan
Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga,
Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tapai (tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang
dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti
singkong dan ketan. Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya
dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari ketan hitam maupun ketan putih,
hasilnya disebut "tape pulut" atau "tape ketan".
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia, terutama orang sunda. Tape ini dibuat dengan cara
difermentasikan selama 2-3 hari, dengan bantuan bakteri Saccharomyces
cerivisiae. Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera.
Pada dasarnya ada dua tipe tape, tape ketan dan tape singkong. Tape
memiliki rasa manis dan sedikit mengandung alcohol, memiliki aroma yang
menyenangkan,bertekstur lunak dan berair. Tape sebagai produk makanan cepat
rusak karena adanya fermentasi lanjut setelahkondisi optimum fermentasi
tercapai, sehinnga harus segera dikonsumsi. Namun demikian jika disimpan
dalam tempat yang dingin maka akan dapat bertahan selama dua minggu. Hasil
dari fermentasi lanjut adalah produk yang asam beralkohol, yang tidak enak lagi
untuk dikonsumsi.
Fermentasi
mempunyai
pengertian
aplikasi
metabolisme
mikroba
untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti
asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolimer. Fermentasi
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek
moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudahbiasa
dimakan orang sampai sekarang seperti tape, oncom, kecap, yoghurt, dan lain-lain
(Murtini, 1997 ).
Dalam arti umum menurut Tarigan (1988) fermentasi dapat didefinisikan
sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan kimia
dalam substrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan bahanbahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam bahan, macam
mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau usaha lain yang berbedadengan faktorfaktor diatas, misalnya penambahan penambahan bahan tertentu untuk
menggiatkan fermentasi.
Fermentasi berarti disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang
disebabkan
oleh
aktivitas
mikroorganisme
atau
ekstrak
dari
sel-sel
Ragi dipanen setelah 2-5 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Produk akhir
akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada
faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diharapkan maupun
kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Namun demikian pada ragi yang dibuat
pada musim hujan akan dapat dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam
jumlahyang lebih banyak dan membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama.
Dalam proses fermentasi tape, digunakan beberapa jenis mikroorganisme
seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii,
Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., dan
lain-lain. Tape hasil fermentasi dari S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair,
berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi
untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak
memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi.
Singkong (Manihot utilisima), merupakan tanaman yang dapat digunakan
sebagai bahan makanan alternatif. Kandungan karbohidrat umbi singkong sangat
tinggi, yaitu sekitar 34-38 persen, dan mengandung energi 146-157 kkal per 100
gram. Selain kandungan karbohidratnya yang tinggi, singkong mudah tumbuh di
wilayah Indonesia dan hanya membutuhkan tanah yang gembur agar hasilnya
dapat baik. Singkong dapat dipanen 6-24 bulan setelah ditanam. Oleh karena itu,
singkong merupakan sumber energi yang cukup murah.
Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang difermentasi.
Makanan ini populer di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat
hingga Jawa Timur. Di Jawa Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum
(bahasa Sunda).
Tape ketan baik ketan putih dan ketan hitam mempunyai tekstur yang baik
karena kadar amilopektinnya tinggi terutama pada jenis tape dari ketan pulen.
Pengolahan lebih lanjut dari tape ketan adalah pembuatan sirop tape dan anggur
tape. Produk ini mempunyai cita rasa dan aroma yang khas, yaitu gabungan
antara rasa manis, sedikit asam dan cita rasa alkohol. Kenaikan kadar alkohol
terjadi akibat proses fermentasi yang terus berlangsung selama penyimpanan,
sedangkan penurunannya karena proses esterifikasi, oksidasi, dan penguapan.
Dalam pembuatan tape ketan, beras ketan perlu dimasak dan dikukus
terlebih dahulu sebelum dibubuhi ragi. Campuran tersebut ditutup dengan daun
dan diinkubasi pada suhu 25-30 C selama 2-4 hari sehingga menghasilkan
alkohol dan teksturnya lebih lembut.
Pati yang terkandung dalam beras terdiri dari amilosa dan amilopektin
yang berbeda. Sedangkan pada beras ketan kandungannya 90% berupa pati dan
selebihnya merupakan amilosa 2% dan amilopektin 88,89%, maka dapat
dikatakan bahwa amilosa hampir tidak ada dalam beras ketan. Beras ketan dan
beras biasa mempunyai kandungan amilosa dan amilopektin yang berbeda.
Butiran pati pada umumnya mengandung 15-30% amilosa dan 10-85 amilopektin,
khususnya yang dinamakan varietas waxy atau glutinous dari beberapa bahan
berpati hampir sepenuhnya disusun oleh amilopektin.
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidis. Pati
penyusun beras ketan terdiri dari amilopektin termasuk polimer glukosa yang
memiliki banya percabangan yang disusun oleh rantai-rantai lurus yang terdiri
dari 20-30 unit glukosa dengan ikatan 1,4-glikosidis pada atom C nomor 2 dan 3.
Sedangkan pada ubi kayu kandungan karbohidrat antara 30-60%. Pati yang
terkandung dalam ubi kayu adalah amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa
adalah 17-20%, sedangkan kandungan amilopektinnya adalah 80-83%. Semakin
tua ubi kayu kandungan patinya semakin tinggi(Syarief, 1988).
Oksidasi alkohol disebabkan suasana aerobik yang terjadi selama waktu
penyimpanan. Suasanan aerobik tersebut biasanya diikuti oleh aktivitas bakteri
asetat, sehingga terbentuk asam asetat, yang menjadikan rasa asam pada brem.
Kalau pada waktu penyimpanan tidak ditutup akan menyebabkan alkohol
menguap. Bau asam disebabkan terbentuknya ester etil asetat dari reaksi alkohol
dengan asam asetat yang terbentuk oleh suasana aerob dan bakteri asetat.
Rasa asam pada tape timbul karena perlakuan-perlakuan (proses) yang
kurang teliti, seperti penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan yang
kurang rapat pada saat fermentasi. Selain itu, rasa asam pada tape juga disebabkan
oleh terjadinya proses fermentasi yang berlangsung terlalu berlanjut.
Ragi tape sangat diperlukan dalam pembuatan tape tersebut. Ragi tape
yang sudah rusak tidak baik digunakan dalam pembuatan tape. Oleh sebab itu
harus dipergunakan ragi tape yang masih dalam keadaan baik.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksaan Praktikum
Tanggal
: 11 Desember 2015
Pukul
Tempat
Alat
1. Pisau
2. Ember
3. Kompor
4. Panci
5. Garpu
6. Sendok
7. Kotak pembungkus
3.2.2
Bahan
1. Singkong putih dan singkong kuning
2. Ketan hitam dan ketan putih
3. Air
4. Ragi
5. Daun
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1
3.3.2
Kukus matang
Setelah itu ambil dan diguyur dengan air panas
Kemudian kukus lagi ketan. Setelah teksturnya lebih
lunah maka ambil dan didinginkan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Hari Ke-1
Jenis Tape
pH
Kadar
Kadar
Gula
Alkohol
Rasa
Tawar
Tape
Sifat Organoleptik
Aroma
Tekstur Kenampakan
Khas
Padat
Menarik
Singkong
keras
Khas
Keras
Menarik
Keras
Menarik
Keras
Menarik
Singkong
Putih
2
Tawar
Tape
Singkong
Singkong
Kuning
3
Tawar
Tape Ketan
Hitam
4
Khas
Ketan
Tawar
Tape Ketan
Khas
Ketan
Putih
Hari Ke-2
Jenis Tape
pH
Kadar
Kadar
Gula
Alkohol
Tape
Rasa
Manis
Sifat Organoleptik
Aroma
Tekstur Kenampakan
Khas Tape
Lembek
Kuning pucat
Khas Tape
Agak
Menarik
asam
Singkong
Putih
2
Tape
Manis
asam
lembek
Singkong
Kuning
3
Pahit
Tape Ketan
Hitam
4
Khas Tape
sedikit
4
10
Tape Ketan
Agak
Tidak menarik
padat
asam
Asam
Khas Tape
pahit
Ketan
Rasa
Sifat Organoleptik
Aroma
Tekstur
Kenampakan
Lembek
Tidak menarik
Putih
Hari Ke-3
Jenis Tape
pH
Kadar
Gula
Kadar
Alkohol
Asam
Tape
Khas Tape
pahit
SangatLe
Berjamur
mbek
Kurang
Singkong
Putih
2
menarik
4
Asam
Khas Tape
Lembek
Tape
Kurang
menarik
Singkong
Kuning
3
Pahit
Khas Tape
Padat
Tape Ketan
Hitam
4
Kurang
menarik
Manis
Khas Tape
Tape Ketan
sedikit
Ketan
Putih
pahit
Lembek
Kurang
menarik
BAB V
PEMBAHASAN
senyawa-senyawa
organik
yang
disebabkan
oleh
aktivitas
mikroorganisme.
Pada tahap proses pembuatan tapai singkong, singkong yang sebelum
difermentasikan masih berbentuk awal (belum ada perubahan, teksturnya masih
keras). Tetapi setelah difermentasikan selama 2-3 hari, keadaan atau tekstur pada
singkong berubah menjadi lunak atau empuk.
sempurna adalah peralatan yang kuran higienis, ragi yang sudah lama, pencucian
yang tidak bersih, dan pentutupan ketan atau singkong yang kurang rapat.
Fermentasi ini berguna oleh sel syaraf, sel otot dan system pencernaan
karena mengandung berbagai bakteri yang baik dikonsumsi. Tape mampu
mengikat dan mengeluarkan aflotoksi dari tubuh yang merupakan zat racun yang
dihasilkan oleh kapang. Tape dapat juga mencegah anemia.
Konsumsi tape yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi pada darah
dan gangguan pencernaan.Selain itu, beberapa jenis bakteri pada pembuatan tape
berpotensi menyebabkan penyakit pada orang-orang yang system imunnya terlalu
lemah.
Setelah melakukan penelitian selama 3 hari tentang pembuatan tape
singkong, kami dapat membahas bagaimana tape singkong dibuat, memaparkan
faktor-faktor yang terlibat dalam pembuatan ataupun dalam proses fermentasi
tape. Tape singkong ini merupakan suatau bioteknologi yang dikategorikan ke
dalam bioteknologi tradisional /konvensional.
Hasil dari tape yang kami coba ternyata singkong tersebut menjadi terasa
manis dan agak terasa bau alkohol,setelah kami meneliti dan membaca dari
berbagai sumber ternyata pada tape singkong itu terjadi proses fermentasi yang
menyebabkan singkong menjadi bau alkohol dan terasa manis.
Adapun reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi tape yaitu :
Amilum/patiamilase matosa
2(C6H10O5)n + nH2O n C12H22O11
Maltosa maltase glukosa
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6
glukosa alkohol
C6H12O6 2C2H5OH + CO2
Ragi tape atau yang sering disebut sebagai ragi adalah starter untuk
membuat tape ketan atau tape singkong. Di dalam ragi ini terdapat
mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana
(glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Beberapa jenis
mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae,
Rhizopus
oryzae,
Mucor
sp.,
Candida
sp.,
Saccharomyces
cerevicae,
4,5,
pada
artiannya
pH
pada
singkong
yang
ditumbuhi
Tarigan (1988) penurunan kadar gula tape terjadi akibat adanya perubahan gula
menjadi alkohol yang dilakukan oleh enzim zimase yang dihasilkan oleh mikrobamikroba yang terdapat pada ragi tape.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa
semakin lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan
semakin banyak. Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan
menjadi rusak. Prinsip dasar fermentasi pangan berpati adalah degradasi
komponen pati menjadi dekstrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi alkohol
atau asam sehingga menghasilkan makanan fermentasi berasa manis, alkoholik
dan sedikit asam atau manis sedikit asam.
Pada awal fermentasi masih dimulainya perombakan karbohidrat (pati)
oleh bakteri pada masing-masing tape menuju pembentukan karbohidrat yang
sederhana (glukosa) sehingga alkohol yang terbentuk hanya sedikit. Pada awal
fermentasi ini, nampak bahwa kandungan pati yang berbeda-beda pada masingmasing tape tidak mempengaruhi kadar alkohol yang dihasilkannya. Pada hari
selanjutnya dari proses fermentasi sudah terbentuk alkohol yang berbeda-beda
kadarnya pada masing-masing tape.
Sedangkan secara organoleptik berdasarkan hasil penelitian diketahui
tekstur tape singkong putih memiliki rata-rata tekstur yaitu lembek. Tekstur tape
singkong ini dipengaruhi karena pemberian ragi pada tape. Ragi tape merupakan
inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tape yang selanjutnya untuk
difermentasi. Fermentasi merupakan tahap terjadinya hidrolisis bahan berpati
menjadi gula sederhana melalui serta diikuti perubahan gula menjadi alkohol
(Rahman, 2010).
Tape yang baik adalah tape yang mempunyai tekstur lunak dengan rasa
yang manis, asam dan sedikit bercecap alkohol. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas dari tape yaitu jenis ragi (Suliantari dan Winiati, 1989).
Rasa manis tape dipengaruhi oleh kadar gula yang terdapat dalam tape
tersebut. Tetapi sering juga rasanya asam. Hal ini disebabkan sejenis bakteri yang
dalam proses pembuatannya kurang teliti dan steril. Misalnya , penambahan ragi
yang berlebihan, penutupan bahan pada saat fermentasi dan waktu fermentasi
yang terlalu lama.
Tape dari singkong yang berdaging kuning lebih enak dari pada yang
berwarna putih, karena singkong berwarna kuning dagingnya lebih halus tanpa
ada serat-serat yang kasar. Menurut Bambang Admadi Harsojuwono dalam Arixs
(2005) daging singkong yang berwarna kuning bukan hanya lebih enak tetapi
mempunyaikandungan vitamin A yang cukup tinggi.
5.2 Tape Singkong Kuning
Dalam penelitian ini singkong yang dibuat tape direbus terlebih dahulu
sampai matang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Astawan (2004) lama perebusan singkong dan lama fermentasi juga dapat
mempengaruhi tekstur tape, di Jawa Tengah tekstur tape yang sangat disukai
adalah tape yang agak lembek (lunak) karena singkong sebelum dibuat tape
direbus terlebih dahulu sampai matang. Pada proses fermentasi semakin lama
fermentasi yang dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang akan semakin
banyak sehingga yang mendegradasi pati menjadi dekstrin dan gula juga semakin
banyak, maka tape semakin lembek bahkan berair.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 2 dengan sampel yang
digunakan singkong kuning dapat dihasilkan bahwa pada hari ke-1 pH pada
singkong kuning 5, kadar glukosa 0, dan alkohol 0. Secara organoleptik singkong
kuning hari ke-1 rasa tawar, aroma masih khas singkong, tekstur keras karena
masih dalam bentuk singkong, kenampakan menarik enak dipandang.
Percobaan hari ke-3
glukosa 9 dan alkohol 0. Pada uji organoleptik yaitu rasa manis asam aroma sudah
khas tape, tekstur agak lembek karena sudah menjadi tape yang dipengaruhi oleh
ragi dan kenampakan menarik.
Percobaan hari ke-5 pada singkong kuning memiliki pH 4, kadar glukosa 3
dan alkohol 0. Secara uji organoleptik rasa asam, hal ini karena pengaruh ragi
yang terlalu lama tersimpan pada singkong bahkan pada percobaan terdapar air
atau berair. Aroma khas tap, tekstur pada tape agak lembek dan kenampakan
kurang menarik.
Dari percobaan hari pertama pH awal tidak sesuai dengan literatur yaitu 6
dan pada percobaan hari ke-3 dan hari ke-6 pH sudah sesuai literatur yaitu 4.
Menurut Fardiaz, S. (1992) yang menyatakan ubi kayu mempunyai pH berkisaran
antara 6-8 dan pH dari substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor
yang menentukan kehidupan khamir. Salah satu dari sifat khamir adalah bahwa
pertumbuhannya dapat berlangsung baik pada suasana asam. Pada umumnya
khamir lebih baik tumbuh pada suasana asam dengan pH 4,0 4,5,
pada
rasa tape ketan putih pada hari ke-3 adalah pahit sedikit asam. Begitu pula pada
hari ke-5 rasa tape ketan putih adalah pahit.
Karena pada dasarnya, mula-mula Amylomyces rouxii akan merombak
pati (amilopektin) menjadi gula kemudian Saccharomyces cerevisiae akan
mengubah gula menjadi alkohol dan Hansenullan membentuk aroma. Jika ada
alkohol maka bakteri asam asetat akan muncul dan menjadikan tape berasa masam
(Anonim, 2011).
Cepat tidaknya tape tersebut masam tergantung lama fermentasi dan
jumlah bakterinya. Pembuatan tape ketan ini tidak terlepas dari proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses penghasilan energi utama dari berbagai
mikroorganisme yang hidup dalam keadaan anaerob (Campbell; Recee; Mitchell.
2003).
Sedangkan untuk kadar gula yang dihasilkan oleh tape ketan hitam pada
pengamatan hari ke-1 adalah 0. Hal ini berarti pada hari ke-1 tape belum
mengandung gula sehingga rasa yang dihasilkan oleh tape adalah tawar (tidak
berasa). Untuk kadar gula yang dihasilkan pada hari ke-3 adalah 2, dan juga untuk
kadar gula yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 4. Berdasarkan data tersebut,
dapat disimpulkan bahwa semakin hari tape ketan hitam semakin manis.
Tekstur tape ketan dinilai melalui cara menekan butiran tape dengan
menggunakan jari dan dikunyah. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa untuk
tekstur tape ketan hitam pada hari ke-1 adalah keras, dengan aroma yang khas
ketan. Sedangkan tekstur tape ketan putih pada hari ke-3 adalah agak padat,
dengan aroma yang khas ketan. Begitu pula tekstur tape ketan putih pada hari ke-5
adalah padat, dengan aroma yang khas ketan.
Perbedaan tekstur tape pada dapat dikarenakan matang tidaknya ketan
pada saat di rebus dan juga banyak tidaknya atau rata tidaknya ragi yang
ditaburkan pada ketan. Jika raginya sedikit atau tidak merata maka tape akan
sedikit keras. Begitupun dengan kematangan ketan, apabila ketan tidak begitu
matang maka tape akan keras.
hidrasi, sehingga kadar air biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula,
yaitu mencapai 62-65 % (Anonim, 2010).
Selanjutnya beras ketan yang telah direndam, dikukus sampai matang, lalu
diangkat. Pengukusan disini bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri
kontaminan. Setelah matang campuran diangkat, lalu didinginkan di atas baskom,
kemudian diberi ragi yang telah dihaluskan terlebih dahulu, diaduk sampai
merata. Pendinginan ini bertujuan agar suasana ketan yang akan diberi ragi tidak
lembab sehingga tidak mudah terkontaminasi mikroorganisme yang tidak
diinginkan yang dapat menyebabkan tape tersebut rusak atau gagal (busuk).
Sedangkan penambahan ragi bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi
karena dalam bahan dasar dari ragi tersebut yaitu khamir Saccharomyces
cerevisiae. Setelah itu campuran dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi
alas daun pisang, lalu tutup kembali dengan daun pisang. Lalu disimpan selama 2
hari (difermentasikan). Tujuan pembungkusan dengan daun pisang adalah agar
suasananya menjadi anaerob karena proses fermentasi dapat berlangsung jika
suasannya anaerob. Selain itu daun pisang juga bagus digunakan karena untuk
kebutuhan aerasi selama proses fermentasi, dimana proses fermentasi tersebut
akan menghasilkan gas CO2.
Pada praktikum digunakan ketan putih sebagai bahan dasar yang telah
diberi perlakuan dari proses perendaman, pengukusan, pendinginan, dan
pembubuhan ragi agar nantinya menjadi tape dan yang terakhir yaitu
pembungkusan dengan daun pisang yang kemudian didiamkan pada suhu kamar 2
hari (difermentasikan). Adapun data hasil praktikum yang diperoleh dari hasil
praktikum ini yaitu ditinjau dari segi uji organoleptik berupa tekstur, aroma dan
rasa dari produk akhir yang dihasilkan.
Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting
dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi
kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk (Wikipedia,
2010).
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa untuk tekstur tape ketan putih
pada hari ke-1 adalah keras, dengan aroma yang khas ketan. Sedangkan tekstur
tape ketan putih pada hari ke-3 adalah lembek, dengan aroma yang khas ketan.
Begitu pula tekstur tape ketan putih pada hari ke-5 adalah lembek, dengan aroma
yang khas ketan.
Tekstur tape ketan dinilai melalui cara menekan butiran tape dengan
menggunakan jari dan dikunyah. Hasil yang diperoleh dari tape mengalami
perubahan tekstur. Tape ketan putih memiliki tekstur lembek, ini disebabkan
proses pengukusan ketan putih cukup matang, sehingga teksturnya lembek. Ketan
putih yang telah matang dihidrolisis oleh mikroorganisme dengan enzim
karbohidrase dalam ragi melalui proses fermentasi.
Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan perlu dimasak dan dikukus
terlebih dahulu sebelum dibubuhi ragi. Campuran tersebut ditutup dengan daun
dan diinkubasi pada suhu 25-30 C selama 2 hari sehingga menghasilkan alkohol
dan teksturnya lebih lembut.
Oksidasi alkohol disebabkan suasana aerobik yang terjadi selama waktu
penyimpanan. Suasanan aerobik tersebut biasanya diikuti oleh aktivitas bakteri
asetat, sehingga terbentuk asam asetat, yang menjadikan rasa asam pada brem.
Kalau pada waktu penyimpanan tidak ditutup akan menyebabkan alkohol
menguap. Bau asam disebabkan terbentuknya ester etil asetat dari reaksi alkohol
dengan asam asetat yang terbentuk oleh suasana aerob dan bakteri asetat.
Dari hasil pengujian kadar alkohol pada tape ketan putih tidak didapatkan
kadar alkohol sama sekali. Karena pada alat tidak menunjukkan angka sehingga
sulit untuk dideteksi. Sebab pada dasarnya alkohol pada fermentasi tape bernilai
dari angka 0,1% - 1,0%. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kadar
alkohol yang terdapat pada tape ketan putih sangat kecil, sehingga tidak terdeteksi
pada alat.
Untuk pH yang dihasilkan oleh tape ketan putih pada pengamatan hari ke1 adalah 4, begitu pula untuk pH yang dihasilkan pada hari ke-3 adalah 4,
sedangkan untuk pH yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 3. Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin hari tape ketan putih semakin asam,
hal ini juga berpengaruh pada rasa yang dihasilkan dari tape ketan putih yang
semakin berasa asam pada pengamatan hari ke-3.
Sedangkan untuk kadar gula yang dihasilkan oleh tape ketan putih pada
pengamatan hari ke-1 adalah 0. Hal ini berarti pada hari ke-1 tape belum
mengandung gula sehingga rasa yang dihasilkan oleh tape adalah tawar (tidak
berasa). Untuk kadar gula yang dihasilkan pada hari ke-3 adalah 10, begitu pula
untuk kadar gula yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 10. Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin hari tape ketan putih semakin manis,
hal ini juga berpengaruh pada rasa yang dihasilkan dari tape ketan putih pada
pengamatan hari terakhir yaitu semakin berasa manis.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa rasa tape ketan putih pada hari ke-1 adalah tawar. Sedangkan
rasa tape ketan putih pada hari ke-3 adalah asam pahit. Begitu pula pada hari ke-5
rasa tape ketan putih adalah manis sedikit pahit.
Rasa manis pada tape ketan ini karena terjadi perubahan dari karbohidrat
yaitu berupa pati dihidrolisis oleh mikroorganisme dalam ragi dipecah menjadi
glukosa. Glukosa menimbulkan rasa manis pada tape ketan. Semakin banyak
glukosa yang dihasilkan maka semakin tinggi rasa manis yang ditimbulkan.
Pembentukkan glukosa merupakan tahapan suatu rangkaian proses yang panjang.
Dalam pemanfaatan proses fermentasi ini agar mendapatkan rasa tape yang manis
harus dikonsumsi pada waktu yang tepat yaitu sekitar 2-3 hari setelah
pemeraman. Mula-mula Amylomyces rouxii akan merombak pati (amilopektin)
menjadi gula kemudian Saccharomyces cerevisiae akan mengubah gula menjadi
alkohol dan Hansenullan membentuk aroma. Jika ada alkohol maka bakteri asam
asetat akan muncul dan menjadikan tape berasa masam (Anonim, 2011).
Cepat tidaknya tape tersebut masam tergantung lama fermentasi dan
jumlah bakterinya. Pembuatan tape ketan ini tidak terlepas dari proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses penghasilan energi utama dari berbagai
mikroorganisme yang hidup dalam keadaan anaerob (Campbell; Recee; Mitchell.
2003).
2C2H5OH + 2CO2
C2H5OH + O2 + Acetobacter
CH3COOH + H2O
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
teksturnya masih keras). Tetapi setelah difermentasikan selama 2-3 hari, keadaan
atau tekstur pada singkong berubah menjadi lunak atau empuk. Berdasarkan hasil
praktikum pada fermentasi ketan hitam dan singkong semakin hari semakin asam
hal tersebut terjadi karena pati yang terdapat pada sampel terhidrolisis menjadi
gula. Untuk kadar gula seharusnya menurun karena gula akan terhidrolisis
menjadi alkohol. Setelah itu alkohol akan dirubah menjadi asam asetat yang dapat
membuat tape terasa asam dan sedikit beralkohol.
6.2 Saran
Kesalahan dalam praktikum pasti akan terjadi, namun hal tersebut dapat
diminimalisir dengan memahami dan mengerti tentang konsep pada praktikum
yang akan diujikan, serta unutk alat yang digunkan sebaiknya lebih canggih agar
hasil pada praktikum dapat terjada walau sekecil apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta:
Tiga Serangkai.
Campbell, Reece, Mitchel. 2003. Biologi, Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Rahmah, Hafsah Nur Laili , Nim. 04630027. 2010. Pengaruh Waktu Fermentasi
Terhadap Kadar Etanol dari Tape Singkong (Manihot Esculenta Crantz).
Thesis. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga.
Ristiati. 2000. Mikrobiologi Dasar. Singaraja : STKIP