Anda di halaman 1dari 3

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

Kandungan abu dan


komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada
hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat
dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam
anorganik. Yang termasuk dalam garam organik misalnya garam-garam asam mallat, oksalat,
asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat,
klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai
senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam
bentuk aslinya sangatlah sulit, oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisasisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan (Sudarmadji, 1989)

Pengawasan bahan baku yang dilakukan laboratorium yaitu memeriksa kadar zat yang
terkandung dalam simplisia secara destruksi, destilasi, dan ekstraksi atau sesuai dengan
prosedur penetapan dari masing-masing bahan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan
terhadap bahan tambahan dan produk jadi. Beberapa contoh pemeriksaan yang dilakukan
antara lain:
a. Penetapan kadar sari bahan jamu Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu.
Penetapan ini dilakukan untuk simplisia yang tidak ada cara yang memadahi baik kimia atau
biologi untuk penentuan konstituen aktifnya. Penetapan kadar sari dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua
cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia.
b. Penetapan kadar tannin Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar tanin dalam
bahan baku jamu. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan kualitas dan kemurnian dari
simplisia yang diuji.
c. Penetapan kadar abu Abu adalah sisa pembakaran sempurna bahan organik (residu yang
tidak menguap bila suatu bahan dibakar dengan cara tertentu). Secara kimia abu dapat
didefinisikan sebagai oksida logam dan bahan-bahan lain yang tidak dapat dibakar. Dalam
kaitan dengan simplisia, abu merupakan indicator derajat kebersihan penanganan
simplisia.Secara alami didalam simplisia terdapat logam. Logam-logam ini merupakan
komponen hara tumbuhan yang dapat merupakan komponen molekul penting dalam reaksi
biokimiawi tumbuhan. Logam-logam tersebut merupakan abu fisiologis. Sebagian besar abu
fisiologis ini larut air. Pada saat penyiapan, simplisia dapat terkotaminasi oleh tanah, pasir,
dsb. Pasir merupakan senyawa silikat yang tidak terbakar. Senyawa silikat ini tidak larut
asam, sehingga merupakan komponen penyusun abu tidak larut asam.Oleh karena itu, kadar
abu dalam simplisia harus ditentukan untuk melihat kadar senyawa pengotor yang terkandung
di dalamnya. Bila kadar abu simplisia melebihi persyaratan yang ditentu maka simplisia
tersebut tidak boleh digunakan untuk bahan baku pembuatan jamu.
d. Penetapan logam berat Logam berat merupakan bahan berbahaya yang sama sekali tidak
diperbolehkankan ada dalam simplisia. Pengujian ini sangat penting untuk menjamin
keamanan dari bahan baku maupun produk jamu jadi yang siap dikonsumsi.
e. Penetapan kadar minyak atsiri Minyak atsiri adalah kandungan utama beberapa simplisia
bahan baku jamu. Minyak atsiri sering disebut volatile oil, oleh karena sifatnya yang sangat
mudah menguap, bahkan dalam suhu kamar. Kadar minyak atsiri dapat menunjukkan kualitas
dari simplisia yang diperiksa.
Selain mengerjakan pemeriksaan di atas, laboratorium juga menentukan berat jenis, rotasi
optik, indeks bias, pH minyak berkhasiat dari bahan baku serta menetapkan kadar bahan
pembantu berdasarkan farmakope Indonesia.
1. Penetapan Kadar Sari Simplisia Penetapan Kadar Sari pada simplisia meliputi penetapan
kadar sari yang larut dalam air dan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, prosedurnya

sebagai berikut : Penetapan kadar sari yang larut dalam air Sampel serbuk sebanyak 5 g
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL kloroform, ekstraksi dilakukan dalam labu
bersumbat, berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18
jam. Sebanyak 20 mL filtrat disaring dan diuapkan sampai kering dalam cawan porselen,
hasil penguapan dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari
larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Penetapan kadar
sari yang larut dalam etanol Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan
100 mL etanol 95%, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok selama 6
jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Filtrat disaring lalu diambil sebanyak 20
mL filtrat dan diuapkan sampai kering dalam cawan porselen, hasil penguapan dipanaskan
pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.
2. Penetapan kadar abu simplisia Penetapan kadar abu pada simplisia meliputi penetapan
kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu yang
larut air.
A. Penetapan kadar abu Sampel serbuk yang telah digerus sebanyak 3 gram dan ditimbang
seksama, dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan, lalu
diratakan. Sampel dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis, dinginkan, kemudian
ditimbang. Air panas dapat ditambahkan jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
kemudian disaring melalui kertas saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring dipijarkan
dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan sampai bobot
tetap, kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara.
B. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam Abu yang diperoleh pada penetapan
kadar abu, dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer (10%) selama 5 menit, bagian yang
tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring
bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu yang
tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
C. Penetapan kadar abu yang larut dalam air Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu,
dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut, disaring
melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas dan dipijarkan
selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450oC, sampai bobot tetap, ditimbang. Perbedaan
bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut dalam air. Kadar abu yang larut dalam air dihitung
terhadap bahan yang dikeringkan di udara .
Sumber : diadaptasi dari Materia Medika Indonesia Jilid VI. 1995, Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. sumber : http://blog.pharmacy-science.com/farmakognosi/penetapan-kadar-sari.html

Anda mungkin juga menyukai