Anda di halaman 1dari 26

KARAKTERISASI SIMPLISIA

Pengujian Karakeristik Simplisia


a. Penetapan kadar sari
b. Penetapan kadar tanin
c. Penatapan kadar abu
d. Penetapan logam berat
e. Penetapan kadar minyak atsiri
a. Penetapan kadar sari
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif
untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia
yang dapat tersari dalam pelarut tertentu.
Penetapan ini dilakukan untuk simplisia yang
tidak ada cara yang memadahi baik kimia atau
biologi untuk penentuan konstituen aktifnya.
Penetapan kadar sari dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu
- kadar sari yang larut dalam air
- kadar sari yang larut dalam etanol
b. Penetapan kadar tannin
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kadar tanin dalam bahan baku jamu. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan kualitas
dan kemurnian dari simplisia yang diuji.
c. Penetapan kadar abu
Abu adalah sisa pembakaran sempurna bahan
organik (residu yang tidak menguap bila suatu
bahan dibakar dengan cara tertentu).
Secara kimia abu dapat didefinisikan sebagai
oksida logam dan bahan-bahan lain yang tidak
dapat dibakar. Dalam kaitan dengan simplisia, abu
merupakan indicator derajat kebersihan
penanganan simplisia.

Penetapan kadar abu pada simplisia meliputi


penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu
yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu
yang larut air.
Penetapan kadar abu
Sampel serbuk yang telah digerus sebanyak 3 gram
dan ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus
platina atau krus silikat yang telah dipijarkan, lalu
diratakan. Sampel dipijarkan perlahan-lahan sampai
arang habis, dinginkan, kemudian ditimbang. Air panas
dapat ditambahkan jika dengan cara ini arang tidak
dapat dihilangkan, kemudian disaring melalui kertas
saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring dipijarkan
dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam
krus, diuapkan, dipijarkan sampai bobot tetap,
kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.
 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam
asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu,
dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer
(10%) selama 5 menit, bagian yang tidak larut
dalam asam dikumpulkan, disaring melalui krus
kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci
dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap,
timbang. Kadar abu yang tidak larut dalam
asam dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
 Penetapan kadar abu yang larut dalam air
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu,
dididihkan dengan 25 mL air selama 5 menit,
dikumpulkan bagian yang tidak larut, disaring
melalui krus kaca masir atau kertas saring
bebas abu, dicuci dengan air panas dan
dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak
lebih dari 450oC, sampai bobot tetap,
ditimbang. Perbedaan bobot sesuai dengan
jumlah abu yang larut dalam air. Kadar abu
yang larut dalam air dihitung terhadap bahan
yang dikeringkan di udara
d. Penetapan logam berat
Logam berat merupakan bahan berbahaya yang
sama sekali tidak diperbolehkankan ada dalam
simplisia. Pengujian ini sangat penting untuk
menjamin keamanan dari bahan baku maupun
produk jamu jadi yang siap dikonsumsi.
e. Penetapan kadar minyak atsiri
Minyak atsiri adalah kandungan utama
beberapa simplisia bahan baku jamu.

Minyak atsiri sering disebut volatile oil, oleh


karena sifatnya yang sangat mudah menguap,
bahkan dalam suhu kamar. Kadar minyak atsiri
dapat menunjukkan kualitas dari simplisia yang
diperiksa.
.
PEMERIKSAAN
MAKROSKOPIKN SIMPLISIA
Ada tiga Parameter standarisasi simplisia sebagai bahan baku yang
diperlukan dalam analisa mutu siplisia , yaitu (Fauzi,2013):
 Pengujian Pendahuluan ( Kebenaran Simplisia ) :
 Pengujian Organoleptik
 Pengujian Makroskopik
 Pengujian Mikroskopik
 Parameter Non Spesifik :
 Penetapan kadar air
 Penetapan susut pengeringan
 Penetapan kadar abu
 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
 Uji cemaran mikroba
 Parameter Spesifik :
 Identifikasi kimia terhadap senyawa yang disari (Fauzi,2013).
Pengujian Pendahuluan (
Kebenaran Simplisia )
 Untuk mengetahui kebenaran dan mutu
obat tradisional termasuk simplisia, maka
dilakukan analisis yang meliputi analisis
kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif
terdiri atas pengujian organoleptik,
pengujian makroskopik, dan pengujian
mikroskopik (Dewi, 2012)
Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk
mengetahui kebenaran simplisia menggunakan
panca indra dengan mendeskripsikan bentuk,
warna, bau, dan rasa sebagai berikut :
 Bentuk : padat, serbuk, kering, kental, dan cair
 Warna : warna dari ciri luar dan warna
bagian dalam
 Bau : aromatik, tidak berbau, dan lain-lain
 Rasa : pahit, manis, khelat, dan lain-lain
 Ukuran : panjang, lebar
Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan
menggunakan kaca pembesar atau tanpa
menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk
mencari khususnya morfologi, ukuran, dan
warna simplisia yang diuji.
Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan dengan


menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan
keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, radial, paradermal maupun
membujur atau berupa serbuk. Pada uji
mikroskopik dicari unsur – unsur anatomi
jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen
pengenal yang spesifik bagi masing – masing
simplisia.
Uji Histokimia

 Uji histokimia bertujuan untuk


mengetahui berbagai macam zat
kandungan yang terdapat dalam jaringan
tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat –
zat kandungan tersebut akan memberikan
warna yang spesifik pula sehingga mudah
dideteksi.
Parameter Non-Spesifik
Penetapan Kadar Air ( MMI )
 Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan
obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan
mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya
hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat
mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional.
 Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk
mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait
dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam
simplisia tersebut.
 Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air
kurang dari 10%.
Penetapan Susut Pengeringan ( MMI
)
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap
suatu zat kecuali dinyatakan lain , suhu penetapan adalah
105oC , keringkan pada suhu penetapan hingga bobot
tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu
penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5oC
dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2
jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang
ditentukan atau hingga bobot tetap (Fauzi,2013).

Tujuannya adalah untuk memberikan batasan maksimal


(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Nilai atau rentang yang
diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi (Anonim, 2013).
Penetapan Kadar Sari yang larut
dalam air (MMI)
Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui
jumlah senyawa yang dapat tersari dengan
air dari suatu simplisia (Fauzi,2013).
Penetapan Kadar Sari yang larut
dalam etanol (MMI)
Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui
jumlah senyawa yang dapat tersari dengan
etanol dari suatu simplisia
Uji Aflatoksin
Uji ini bertujuan untuk mengetahui cemaran
aflatoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus
flavus (Fauzi,2013).
 Uji Angka Lempeng Total
 Untuk mengetahui jumlah mikroba/bakteri dalam
sample. Batasan angka lempengan total yang
ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 10oC
FU/gram (Fauzi,2013)
 Uji Angka Kapang
 Untuk mengetahui adanya cemaran kapang,
batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh
Kemenkes yaitu 104 CFU/gram (Fauzi,2013)
Parameter Spesifik (
Pengujian Secara Kimia ).
Identifikasi kimia terhadap senyawa
tersari
 Kandungan kimia simplisia nabati pada
umumnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut : minyak atsiri, karotenoid, steroid,
triterpenoid, alkaloid, asam lemak,
senyawa fenolik ( fenol-fenol asam fenolat,
fenil propanolol, flavonoid, antrakuinon,
antosianin, xanton) asam organik, glikosida,
saponin, tani, karbohidrat dan lain-lain.
 Penyarian dilakukan dengan cara pengocokan
berkali-kali sehingga hasil pengocokan terakhir
bila diuapkan tidak meninggalkan sisa, atau
dengan alat soxhlet (Fauzi,2013).

Anda mungkin juga menyukai