Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BAKTERIOLOGI
GENETIKA MIKROORGANISME

Dosen Pembimbing :
Asep Dermawan, SKM, M.Kes
Iis Kurniati, S.Pd, M.Kes

Disusun Oleh :
Ayu Berliana Puspita P17334120015
Cindy Rahayu Dwi P17334120018
Farah Kamilia Dewi P17334120029
Maharani Sih Khinanti P17334120041

D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“genetika mikroorganisme” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
bakteriologi di Poltekkes Kemenkes Bandung. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang genetika
mikroorganisme.
Terima kasih kepada Bapak Asep Dermawan, SKM, M.Kes dan Ibu Iis
Kurniati, S.Pd, M.Kes selaku dosen mata kuliah bakteriologi dan dosen
pembimbing. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis akan sangat
menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.

Bandung, 24 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1 Pengertian Genetika Mikroorganisme ......................................................... 3


2.2 Sifat Bahan Genetis pada Mikroorganisme................................................... 5
2.3 Struktur DNA dan RNA................................................................................ 7
2.4 Replikasi DNA.............................................................................................. 10
2.5 Mutasi dan Muatgen...................................................................................... 11
2.6 Tipe Muatan Bakteri.....................................................................................
2.7 Mekanisme Pemindahan Materi Genetik pada Bakteri.................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12


3.2 Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genetika merupakan suatu cabang ilmu yang dinamis dan berkembang


dengan cepat. Penelaahannya telah dilakukan oleh beribu-ribu ilmuan
diseluruh dunia. Rekayasa genetika adalah suatu studi genetika yang menjanjikan
pada masyarakat baik perkembangan yang menguntungkan maupun kemungkinan
timbulnya akibat-akibat yang membawa bencana. Penelaahan tentang genetika
pertama kali dilakukan oleh seorang ahli botani bangsa Austria, Gregor Mendel 
pada tanaman kacang polongnya. Pada tahun 1860-an ia menyilangkan galur-
galur kacang polong dan mempelajari akibat-akibatnya. Hasilnya antara lain
terjadi perubahan-perubahan pada warna, bentuk, ukuran, dan siat-sifat lain dari
kacang polong tersebut.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari cara pengekspresian informasi
genetis yang terkandung dalam molekul DNA serta mekanisme pengendalian
hereditas pada organisme oleh DNA. Molekul DNA yang ditemukan dalam sel
terdiri dari dua rantai komplementer yang berbentuk heliks dan saling membelit
sehingga disebut heliks ganda atau double heliks. Masing-masing rantai DNA
terdiri dari empat jenis nukleotida, yang dapat dibedakan menurut jenis basa
nitrogennya yaitu adenin (A), timin (T), sitosin (C), dan guanin (G).
Pada masa kini genetika telah mampu menjelaskan cara DNA mengendalikan
sifat dan mempertahankan proses yang penting di dalam sel hidup. Langkah
pertama dalam pengekspresian sifat yang dikandung DNA ialah dengan mencetak
molekul RNA berdasarkan urutan nukleotida pada DNA. Molekul
RNAmerupakan polimer rantai tunggal yang terdiri dari empat macam nukleotida
yaitu adenin (A), urasil (U), sitosin (C) dan guanin (G). (Ristiati, 2000)
Genetika mikroorganisme telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA,
suatu pengamatan yang melekat dasar bagi biologi molekuler. Genetika bakteri
mendasari perkembangan rekayasa genetika, suatu teknologi yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan di bidang kedokteran. Berdasarkan
urian diatas, untuk mengetahui lebih lanjut pengemasan bahan genetik bakteri,
penyusun mengangkat judul “Genetika Mikroorganisme”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari mikroorganisme?
2. Bagaimana sifat bahan genetis pada mikroorganisme?
3. Bagaimana struktur DNA dan RNA?
4. Bagaimana cara DNA bereplikasi?
5. Apa yang dimaksud dengan mutasi dan mutagen?
6. Bagaimana tipe mutan bakteri?
7. Bagaimana mekanisme pemindahan materi genetik pada bakteri?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari genetika mikroorganisme.
2. Untuk mengetahui sifat bahan genetis pada mikroorganisme.
3. Untuk mengetahui struktur DNA dan RNA.
4. Untuk mengetahui cara DNA bereplikasi.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mutasi dan mutagen.
6. Untuk mengetahui tipe mutan bakteri
7. Untuk mengetahui mekanisme pemindahan bahan genetik pada
bakteri.

1.4 Manfaat
Semoga makalah yang kami susun ini bisa bermanfaat, khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi  pembaca tentang genetika mikroorganisme.
Sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Genetika Mikroorganisme


Mikroorganisme adalah organisme mikroskopis termasuk bakteri, archaea,
protozoa, ganggang, jamur, virus, dan parasit hewan multiseluler (cacing). Mereka
dapat berupa uniseluler atau multiseluler dan prokariota atau eukariota. Juga,
mereka hidup di berbagai jenis habitat. Dari mikroorganisme ini, archaea adalah
prokariota, terutama yang hidup di lingkungan yang ekstrim. Beberapa di
antaranya termasuk metanogen, halofil, termofil, psikofil, dll. Tetapi, protozoa
adalah eukariota uniseluler yang memperoleh nutrisi melalui konsumsi. Dinding
sel mereka terbuat dari selulosa. Juga, beberapa protozoa termasuk flagellate,
ciliate, amoeboids, sporozoans, dll.
Di sisi lain, jamur eukariota multiseluler atau uniseluler yang dinding selnya
terbuat dari kitin. Mereka penting sebagai pengurai, simbion, dan parasit. Alga
adalah eukariota mirip uniseluler atau multiseluler yang hidup di lingkungan
perairan. Mereka juga mampu menjalani fotosintesis. Padahal, cacing adalah
parasit hewan multiseluler, termasuk cacing gelang dan cacing pipih. Meskipun
tahap dewasa mereka makroskopis, tahap larva mikroskopis. Biasanya, mereka
parasit pada organisme tingkat tinggi. Virus adalah partikel tidak hidup yang
membutuhkan sel inang untuk replikasi mereka. Karena itu, mereka berbahaya
bagi prokariota dan eukariota.
Seorang ahli botani bangsa Austria, Gregor Mendel merupakan orang yang
pertama kali melakukan penelaahan tentang genetika melalui tanaman kacang
polongnya. Pada tahun 1860-an Mendel menyilangkan galur-galur kacang polong
dan mempelajari akibat-akibatnya. Hasilnya antara lain terjadi perubahan-
perubahan pada warna, bentuk, ukuran, dan sifat-sifat lain dari kacang polong
tersebut.  Berdasarkan penelitian ini ia mengembangkan hukum-hukum dasar
kebakaan. Hukum kebakaan berlaku umum bagi semua bentuk kehidupan.
Hukum-hukum mendel berlaku pada manusia dan tentunya organisme. Percobaan
terdahulu yang sangat terkenal dalam genetika, yaitu lalat buah Drosophila.
Namun sekarang, percobaan-percobaan ilmu kebakaan dengan menggunakan
bakteri Escherichia coli. Bakteri ini dipilih karena paling mudah dipelajari pada
taraf molekuler sehingga menjadi organisme pilihan bagi banyak ahli genetika.
Tentunya hal ini membantu perkembangan bidang genetika mikroorganisme.
Genetika mikroorganisme tradisional terutama berdasarkan pada pengamatan
atau observasi perkembangan secara luas. Variasi fenotif telah diamati
berdasarkan kemampuan gen untuk tumbuh dibawah kondisi terseleksi, misalnya
bakteri yang mengandung satu gen yang resisten terhadap ampisilin dapat
dibedakan dari bakteri kekurangan gen selama pertumbuhannya dalam lingkungan
yang mengandung antibiotik sebagai suatu bahan penyeleksi. Seleksi gen
memerlukan ekspresinya dibawah kondisi yang tepat, dapat diamati pada tingkat
fenotif.
Genetika mikroorganisme telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari DNA,
suatu pengamatan yang melekat dasar bagi biologi molekuler. Penemuan
selanjutnya dari bakteri telah mengungkapkan adanya restriction enzymes  (enzim
restriksi) yang memotong DNA pada tempat spesifik, menghasilkan fragmen
potongan DNA. Plasmida diidentifikasikan sebagai elemen genetika kecil yang
mampu melakukan replikasi diri pada bakteri dan ragi. Pengenalan dari sebuah
fragmen potongan DNA kedalam suatu plasmid memungkinkan fragmen di
perbanyak (teramplifikasi). Amplifikasi regio DNA spesifik dapat di capai oleh
enzim bakteri menggunakan polymerase chain reaction (PCR) atau metode
amplifikasi nukleotida berdasar enzim yang lain (misalnya amplifikasi berdasar
transkripsi). DNA yang di masukkan kedalam plasmid dapat di kontrol oleh
promoter ekspresi pada bakteri yang mengamati protein, di ekspresi pada tingkat
tinggi. Genetika bakteri mendasari perkembangan rekayasa genetika, suatu
teknologi yang bertanggung jawab terhadap perkembangan di bidang kedokteran.
(Jewetz, 2001).
Ada dua fenomena biologi pada konsep hereditas yaitu:
1. Hereditas yang bersifat stabil di mana generasi berikut yang terbentuk dari
pembelahan satu sel mempunyai sifat yang identik dengan induknya.
2. Variasi genetik yang mengakibatkan adanya perbedaan sifat generasi
berikut dari sel induknya akibat peristiwa genetik tertentu, misalnya
mutasi.
Pada bakteri, unit herediternya disebut genom bakteri. Genom bakteri
lazimnya disebut sebagai gen. Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA
(asam deoksirinukleat) tunggal, meskipun dikenal pula adanya materi genetik di
luar kromosom (ekstrakromosomal), yang disebut plasmid, yang tersebar luas
dalam populasi bakteri. Meskipun bakteri bersifat haploid, transimisi gen dari satu
generasi ke generasi berikutnya berlangsung secara linier, sehingga pada setiap
siklus pembelahan sel, sel anaknya menerima satu set gen yang identik dengan sel
induknya.

2.2 Sifat Bahan Genetis pada Mikroorganisme


Material genetik bakteri terdiri atas kromosom dan plasmid. Keduanya terdiri
atas DNA. Dua fungsi utama materi genetik adalah replikasi dan ekspresi.
Material genetik harus bereplikasi secara akurat sehingga dihasilkan 2 replikan
(anakan) yang identik dengan induknya. Materi genetik juga terekspresi dalam
bentuk karakter terobservasi atau fenotip.
1. Kromososm
Kromosom bakteri mempunyai beratnya 2-3% dari berat kering satu sel, pada
sel haploid bersifat kromosom tunggal dan tidak berpasangan. Kebanyakan gen
prokariota terdapat pada kromosom, yang terletak dalam suatu bagian pusat
sitoplasma, yang dinamakan daerah nuklear atau nukleoid untuk membedakannya
dari membran-pengikat nukleus pada sel eukariotik. Jumlah nukleoid dalam sel
bakteri dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan pertumbuhan dan ukuran sel.
Nukleoid berisi gen yang penting untuk pertumbuhan bakteri.
2. Plasmid
Plasmid adalah material genetik ektrakromosomal. Ukuran plasmid lebih
kecil daripada kromosom. Plasmid biasanya mengkode polipeptida yang tidak
penting bagi pertumbuhan secara langsung. Plasmid berbentuk sirkuler, tetapi
terdapat plasmid berbentuk linier seperti terlihat pada Borrelia dan Streptomyces.
Plasmid dibedakan menjadi 2, yaitu plasmid konjugatif dan non-konjugatif.
Plasmid konjugatif adalah plasmid yang mampu didonorkan ke resepien,
sedangkan plasmid non-konjugatif tidak dapat didonorkan. Plasmid non-
konjugatif biasanya berukuran kurang dari 7,5 kbp dan biasanya berjumlah
banyak (10-20 perkromosom). Plasmid didistribusikan secara acak ke sel anakan.
Meskipun plasmid tidak berperan langsung dalam pertumbuhan, tetapi
plasmid memiliki fungsi penting secara medis. Fungsi penting plasmid secara
medis, yaitu kemampuan plasmid mengkode polipeptida resistensi antibiotik,
toksin, struktur permukaan sel untuk perlekatan dan kolonisasi. Plasmid yang
berperan dalam resistensi antibiotika disebur plasmid R atau faktor R. 

2.3 Sturktur DNA dan RNA

DNA (Asam Deoksiribonukleat)


DNA bakteri mampu mengkode 1000-3000 polipeptida yang berbeda-beda.
DNA bakteri merupakan molekul berantai ganda yang sirkuler. Struktur DNA
bakteri tidak merupakan bentuk sederhana tetapi merupakan belitan yang tidak
teratur dalam sitoplasma. James Watson dan Francis Crick (1953) menemukan
struktur DNA yang berupa dua untai pita DNA terpilin. Penemuan struktur DNA
ini sangat penting untuk mempelajari dan memahami bagaimana informasi
genetik dapat dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
bagaimana DNA dapat mengendalikan replikasinya.
Replikasi informasi herediter di dalam sel melibatkan sintesis molekul DNA
baru yang mempunyai urutan nukleotida sama seperti genom sel inangnya.
Molekul DNA adalah makromolekul yang mempunyai informasi herediter suatu
sel. DNA ini tersusun oleh sub unit-sub unit yang disebut dengan nukleotida atau
deoksiribonukleotida. Urutan nukleotida menentukan kespesifikan suatu informasi
herediter dan berisi mekanisme untuk mengendalikan eksperi genetik.
Masing-masing deoksiribonukleotida terdiri dari basa nitrogen (asam
nukleat), gula deoksiribosa, dan gugus fosfat. Basa asam nukleat terdiri dari basa
purin terdiri : Adenin (A) dan guanin (G) yang mempunyai dua cincin. Dan
pirimidin terdiri atas : timin (T) dan sitosin (C) yang hanya mempunyai satu
cincin. Purin dan pirimidin merupakan molekul heterosiklis karena mengandung
dua macam atom C dan N. Basa asam nukleat menempel pada deoksiribosa
membentuk deoksiribonukleosida. Deoksiribonukleosida ini bergabung dengan
gugus fosfat pada atom C5 membentuk subunit deoksiribonukleotida DNA. 
RNA (Asam Ribonukleat)
Asam nukleat lainnya yang dijumpai secara alamiah ialah asam ribonukleat
(RNA). Perbedaannya dari DNA ialah :
1. Biasanya berutasan tunggal.
2. Komponen gula pada nukloetida yang membentuk RNA adalah ribosa, dan
bukan deoksiribose. Ribose adalah sama dengan deoksiribose kecuali
adanya gugusan hidroksil pada atom karbon nomor 2.
3. Basa bernitrogen pirimidin yang dijumpai pada  nukleotida yang
membentuk RNA ialah urasil bukan timin.

2.4 Replikasi DNA


Replikasi DNA yang berarti penggandaan. Ada 3 model replikasi DNA yaitu:
1. Model konservatif
Model ini menyatakan bahwa DNA bereplikasi dengan menggunakan DNA
lama sebagai cetakan untuk DNA baru.
DNA lama disalin untuk membuat DNA baru yang sama persis tanpa
mengubah DNA lama, membuat DNA lama tetap bertahan pada replikasi pertama,
kedua, dan seterusnya.
2. Model semi konservatif
Matthew Meselson dan Franklin Stahl meneliti replikasi DNA pada
bakteri E.Coli dan menemukan teori replikasi semikonservatif. Menurut Meselson
dan Stahl, untai ganda DNA akan terpisah di mana basa-basa nitrogen tidak saling
berhubungan lagi.
Pemisahan basa-basa nitrogen dibantu oleh enzim helikase. Dilansir dari
yourgenome.org, setelah basa-basanya trpisah, DNA akan berbentuk seperti huruf
Y, satu bagian adalah 3’ atau leading strand dan satu bagiannya lagi 5’ atau
lagging strand. Seperti yang terlihat pada gambar, masing-masing untai DNA
lama akan membuat salinannya sendiri. DNA polimerase akan menambahkan
basa-basa nitrogen kesepanjang untaian kedua DNA lama. DNA 5’ kemudian
ditambahkan fragmen Okazaki kesetiap untaiannya secara terputus-putus. Setelah
semua basa terisi dengan urutan yang benar, DNA baru akan disegel oleh DNA
ligase menghasilkan 2 untai DNA baru. Teori semikonservatif menghasilkan dua
turunan DNA yang terdiri atas satu untai lama dan satu untai baru heliks ganda
dengan informasi yang sama persis dengan DNA lama.
3. Model dispersi
Model ini mereplikasi DNA dengan cara memutus rantai. Terlihat pada
gambar awal bahwa DNA baru yang terbentuk mengandung potongan potongan
DNA lama secara acak. Walaupun potongan DNA lama disebar secara acak,
informasi DNA baru akan tetap sama persis dengan DNA lamanya.

2.5 Mutasi dan Mutagen


Mutasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada bahan genetika sehingga
ekspresinya (fenotip) berubah. Mutasi dapat terjadi pada pasangan basa, satu ruas
DNA, atau bahkan pada kromosom. Perubahan DNA dapat menyebabkan
perubahan kodon-kodon RNAd dan akhirnya menyebabkan perubahan jenis asam
nukleat yang disintesisnya.
Mutagen adalah senyawa kimia atau faktor fisikawi yang dapat menyebabkan
mutasi. Misalnya sinar ultraviolet (UV) merupakan mutagen yang kuat karena
sinar UV dapat menembus sel dan diabsorpsi dengan kuat oleh timin (T) dan
sitosin (C). Absorpsi UV oleh timin dapat menyebabkan terbentuknya dimer timin
yang berdekatan sehingga dapat mengubah DNA yang akan mengganggu proses
replikasi. Senyawa kimia yang dapat menyebabkan mutasi, misalnya
HNO2 karena asam ini menimbulkan deaminasi pada basa nitrogen nukleotida.
Asam nitrit dapat mengubah adenin (A) menjadi hipoxantin (HX), sitosin (C)
menjadi urasil (U) dan guanin (G) menjadi xantin (X)  (Ristiati, 2000).
1. Macam-macam Mutasi
a. Berdasarkan jenis sel yang mengalami mutasi, dibedakan menjadi:
 Mutasi Somatis adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel somatis. Mutasi
ini hanya diwariskan atau diturunkan pada sel-sel somatis. Misalnya
mutasi pada sel-sel kulit yang menyebabkan kanker kulit.
 Mutasi Germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel gamet (sperma
atau ovum). Mutasi ini diwariskan pada generasi berikutnya. Misalnya
berbagai macam cacat dan penyakit menurun yang terpaut kromosom X
atau kromosom Y.
b. Berdasarkan jumlah atau banyak sedikitnya materi genetik yang
mengalami mutasi, dibedakan menjadi:
1) Mutasi kromosom (aberasi) mutasi yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada jumlah dan struktur kromosom.
Macam-macam mutasi kromosom:
a) Aneuploidi adalah penambahan atau pengurangan satu atau
beberapa kromosom pada genom (ploidi) sehingga kandungan
kromosom di dalam nukleus bukan merupakan kelipatan haploidnya.
b) Euploidi adalah perubahan kromosom pada tingkat ploidi atau
genom.
2) Mutasi Gen adalah mutasi yang terjadi akibat perubahan pada satu
pasang basa DNA suatu gen.
c. Berdasarkan faktor penyebabnya, dibedakan menjadi:
 Mutasi alam, jika penyebabnya adalah mutagen-mutagen alam.
 Mutasi buatan (mutasi induksi), jika penyebabnya adalah mutagen
buatan.
2. Macam-macam Mutagen
Mutagen dibagi dalam 3 golongan:
a. Mutagen kimia, dapat masuk ke dalam replikasi DNA sehingga
mengubah struktur basa DNA.
b. Mutagen fisik, berupa bahan fisik misalnya sinar ultraviolet, sinar X,
sinar gamma.
c.  Mutagen biologi, berupa virus dan bakteri. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan pada kromosom
Mutagen alami, misalnya:
1)  Sinar kosmis.
2)  Batuan radioaktif alam (uranium, thorium, radium) masuk bersama
makanan dan minuman menyebabkan ionisasi internal.
3)  Sinar ultraviolet matahari, karena daya tembusnya hanya beberapa mm
ke dalam kulit, sehingga menyebabkan mutasi pada sel-sel kulit.
4)  Temperatur yang terlalu tinggi
5)  Kekeliruan metabolisme, terjadi pada saat replikasi gen.
6)  Virus, asam nukleatnya merusak DNA sel inang.
Mutagen buatan, misalnya:
1)   Sinar-sinar radioaktif buatan (sinar x, β, γ).
2)   Penggunaan senjata nuklir.
3)   Zat-zat alkilase (gas mustard, etil metil sulfat, etil metan sulfat).
4)   Zat-zat yang sifatnya sama dengan basa nitrogen dapat menggantikan
basa normal pada saat replikasi.
3. Mekanisme Mutasi
Mutagenesis merupakan suatu teknik biologi molekuler di mana suatu mutasi
diciptakan pada suatu bagian molekul DNA tertentu, yang dikenal sebagai
plasmid. Peristiwa kimia yang paling umum yang dapat menyebabkan mutasi
spontan adalah depurinasi dan deaminasi basa-basa tertentu. Pada peristiwa
depurinasi, adenin dan guanin tersingkir dari DNA karena terputusnya ikatan
kimia antara purin dan deoksiribose. Pada peristiwa depurinasi, jika tersingkirnya
purin itu tidak segera diperbaiki maka pada saat replikasi tidak terbentuk pasangan
basa komplementer yang lazim. Yang terjadi adalah secara random basa apapun
dapat diadakan. Pada replikasi berikutnya, keadaan tersebut dapat menyebabkan
mutasi jika basa baru yang diadakan secara acak tersebut tidak sama dengan basa
mula-mula.
Sementara pada proses deaminasi, peristiwa yang terjadi adalah tersingkirnya
gugus amino dari basa. Contoh dari deaminasi adalah deaminasi sitosin menjadi
urasil. Oleh karena urasil merupakan basa nitrogen yang tidak lazim bagi DNA
maka sebagian besar urasil tersebut harus segera disingkirkan dan diadakan proses
perbaikan untuk mengembalikan sitosin. Apabila urasil tidak segera diperbaiki
maka hal itu akan menyebabkan pengadaan adenin pada unting DNA baru hasil
replikasi berikutnya, dan sebagai hasilnya adalah terjadinya mutasi berupa
perubahan pasangan bsa S-G menjadi T-A.
Mekanisme dasar:
a. Mensintesis DNA yang di dalamnya terdapat bagian yang ingin dimutasi.
b. Hasil sintesis ini harus dihibridisasi dengan DNA lain dari gen yang
diinginkan.
c. Fragmen tersebut diperluas lagi oleh DNA polimerase
d. Molekul yang diperoleh akan diadaptasikan ke dalam sel inang dan
dikloning.
e. Pemilihan mutan.
2.6 Tipe Mutan Bakteri
Semua sifat sel-sel hidup dikendalikan oleh gen maka ciri sel yang manapun
dapat berubah karena mutasi. Beberapa dari tipe-tipe utama mutan adalah sebagai
berikut:
1. Mutan yang memperlihatkan toleransi yang meningkat terhadap unsur-
unsur penghambat, terutama antibiotik (mutan yang resisten terhadap
antibiotik atau obat-obatan).
2. Mutan yang menunjukkan kemampuan fermentasi yang berubah atau
meningkatnya atau berkurangnya kapasitas untuk menghasilkan
beberapa produk akhir.
3. Mutan yang mempunyai defisiensi akan nutrisi (oksotrofik), yaitu
membutuhkan medium yang lebih kompleks untuk tumbuhnya daripada
biakan aslinya.
4. Mutan yang tidak mampu menggunakan substrat.
5. Mutan yang memperlihatkan perubahan dalam bentuk koloni
atau kemampuan untuk menghasilkan pigmen.
6. Mutan yang menunjukkan perubahan pada struktur permukaan dan
komposisi selnya (mutan antigenik).
7. Mutan yang resisten terhadap aksi bakteriofage.
8. Mutan yang memperlihatkan beberapa perubahan pada ciri-ciri morfologis,
misalnya hilangnya kemampuan untuk menghasilkan spora, kapsul atau
flagella.

Ada banyak implikasi praktis yang berkaitan dengan terjadinya mutan


mikroorganisme. Hal ini digambarkan oleh contoh-contoh berikut: 
1.    Diketahui ada beberapa mikroorganisme yang menggambarkan resistensi
terhadap antibiotik-antibiotik tertentu akibat mutasi. Kenyataan ini sangat
penting dalam pengobatan penyakit, karena antibiotik yang pada mulanya
efektif untuk mengendalikan suatu infeksi bakteri menjadi kurang atau
tidak lagi efektif ketika muncul mutan-mutan yang resisten terhadap
antibiotik yang bersangkutan.
2.   Dapat diisolasi mutan biokimiawi yang mampu menghasilkan
suatu produk akhir dalam jumlah besar. Hal ini penting dalam industri.
Sebagai contoh, jumlah penisilin yang dihasilkan dalam produksi
komersial meningkat secara dramatis melalui seleksi galur-galur mutan
Penicillium.
3.   Pemeliharaan biakan murni spesies-spesies jasad renik yang tipikal
mensyaratkan tercegahnya mutasi, kalau tidak maka biakan tersebut
tidak akan tipikal lagi.
4.   Mutan mikroorganisme telah digunakan secara meluas di dalam
penyelidikan berbagai proses biokimiawi, terutama reaksi-reaksi bio-
sintetik. Sebagai contoh, mutan-mutan yang terhalang atau rusak pada
langkah-langkah enzimatik yang berbeda-beda telah digunakan untuk
menyingkap seluk  beluk rangkaian metabolik.
5.   Banyak mutan, mungkin sebagian besar dapat balik ke kondisi
liar melalui mutasi balik, yaitu kembalinya sel-sel mutan ke fenotipe
asalnya. Akan tetapi, hal ini tidak mesti disebabkan oleh pembalikan
mutasi aslinya secara tepat. Kadang-kadang, pengaruh mutasi asli dapat
ditekan sebagian atau seluruhnya oleh mutasi kedua pada situs yang
berbeda pada kromosom.

2.7 Mekanisme Pemindahan Materi Ganetik pada Bakteri


Perpindahan gen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bakteri dengan
mengirimkan informasi genetik (DNA) dari sel donor ke sel resipien. Pertukaran
gen antar bakteri dapat terjadi karena bakteri pada umumnya hidup berkoloni
bahkan bercampur dengan banyak bakteri jenis lain. Pertukaran gen akan
menghasilkan rekombinan baru. Pertukaran gen atau materi genetik secara garis
besar dilakukan melalui cara transfer gen dan transposisi.
Transfer gen merupakan perpindahan materi genetik termasuk plasmid dari
sel donor ke sel resipien. Sedangkan transposisi merupakan pemindahan rantai
DNA pendek (hanya beberapa urutan saja) antara satu plasmid ke plasmid lain,
atau dari kromosom ke plasmid dalam sel tersebut. Transfer gen terjadi melalui
beberapa cara yaitu:
1. Transformasi
Materi genetik berada di DNA dipublikasikan oleh O.T. Avery, C.M.
Macleod dan M. McCarty pada tahun 1944. Mereka mengumumkan bahwa
komponen sel yang bertanggung jawab fenomena transformasi pada bakteri
Diplococcus pneumonia adalah DNA.
Transformasi adalah rekombinasi (pertukaran atau penyaluran materi genetik
antara organisme atau dari satu organisme ke organisme lain) yang terjadi hampir
di seluruh spesies bakteri. Salah satu fenomena transformasi diselidiki oleh
Frederick Griffith tahun 1928 yang menyelidiki terjadinya transformasi pada
bakteri pneumococcus.
Pneumococci, memiliki macam-macam perbedaan genetik yang bisa dikenali
dengan dua macam fenotip, 1) ada tidaknya kapsul polisakarida 2) Jenis
polisakarida yang menyusun kapsul. Ketika dibiakkan pada medium yang sesuai
di cawan petri, pneumococci dengan yang diselubungi kapsul membentuk koloni
yang luas dan halus yang diberi kode S. Tipe ini bersifat pathogen hampir pada
setiap mamalia. Patogen ini (pneumococci tipe S) bermutasi menjadi tidak
berbahaya dan tidak memiliki kapsul polisakarida.
Pada pneumococci yang tidak diselubungi kapsul membentuk koloni yang
kecil dengan permukaan kasar, yang akhirnya diberi kode R. Berdasarkan jenis
polisakarida penyusun kapsul, maka diberi 2 macam kode. Perbedaan tipe kapsul
dapat diselidiki melalui sistem imun. Ketika tipe II disuntikkan pada kelinci, maka
sistem imun akan membentuk antibody yang akan melawan sel tipe II juga.
Namun antibody tipe II tidak bisa mengatasi antigen tipe III dan sebaliknya.
Berikut prosedur percobaan Griffith:
1. Tikus diinjeksikan dengan pneumococci tipe III S yang telah dipanaskan
menghasilkan tikus yang masih hidup.
2. Tikus disuntik tipe II R yang masih hidup menghasilkan tikus yang tetap
hidup.
3. Tikus disuntikkan tipe III S yang masih hidup menghasilkan tikus yang
akhirnya mati.
4. Tikus yang disuntikkan tipe II R dan tipe III S yang sama-sama masih
hidup menghasilkan tikus yang mati.
5. Tikus disuntikkan pneumococci tipe III S bersama dengan pneumococci
tipe II R pada tikus. Hasilnya banyak tikus yang mati dan di tubuhnya
ditemukan sel tipe III S yang hidup. Sedangkan tikus yang disuntik
dengan tipe III S yang telah dipanaskan menghasilkan tikus yang masih
hidup.
Eksperimen yang dilaksanakan oleh Griffith ini menunjukkan konsep
transformasi dan prinsip transformasi berdasarkan DNA ditunjukkan oleh O.T.
Avery, C.M. Macleod dan M. McCarty ditahun 1944. Mereka menulis DNA steril
dari tipe III S bakteri pneumococci juga ditemukan dalam tipe II R bakteri
pneumococci, beberapa bakteri berubah menjadi tipe III S.
Sehingga, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa materi genetik di
pneumococcus berasal dari DNA hal ini disebutkan pada segmen DNA dari
kromosom bakteri pneumococcus tipe III bergabung dengan kromosom resipien
yakni bakteri tipe II R melalui proses rekombinasi yang menghasilkan
transformasi.
2. Konjugasi
Konjugasi merupakan pemindahan bahan genetik dari suatu sel bakteri yang
bertindak sebagai donor kepada sel bakteri yang bertindak sebagai resipien. Pada
proses konjugasi, sel donor (jantan) memasukkan sebagian DNA ke dalam sel
resipien melalui pili seks yang dimiliki oleh sel jantan. Setelah DNA donor masuk
ke dalam sel resipien, enzim-enzim yang bekerja pada DNA resipien menggunting
dan mengeksisi suatu fragmen DNA resipien. Kemudian DNA donor dipadukan
ke dalam kromosom resipien di tempat DNA yang tereksisi. Pemindahan ini
dikode oleh plasmid.
Plasmid adalah unsur genetis ekstra kromosomal (diluar kromosom) dan
dapat melangsungkan replikasi didalam sitoplasma sel bakteri. Plasmid adalah
potongan bundar DNA yang merupakan gen tambahan. Bila unsur ekstra
kromosomal dapat bereplikasi dan terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut
episom. Hal ini membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak terpadu
ke dalam kromosom. Pada bakteri gram negatif misalnya E.coli, konjugasi terjadi
dengan cara perlekatan antara sel donor dengan sel resipien melalui piliseks atau
faktor F (faktor kesuburan atau fertility factor). Pada bakteri gram positif
misalnya Streptococcus faecalis, perlekatan antara sel donor dan resipien tidak
melaui pili. Proses konjugasi secara artificial dapat digunakan untuk memetakan
gen pada bakteri (Ristiati, 2000).
3. Transduksi
Transduksi merupakan proses pemindahan bahan genetik dari suatu bakteri ke
bakteri lain melalui bakteriofage. Bila bakteriofage menyerang bakteri maka DNA
bakteriofage diijeksikan ke dalam sel bakteri. Saat DNA fage dikemas di dalam
pembungkusnya untuk membentuk bakteri-bakteri fage baru, DNA fage tersebut
dapat membawa sebagian dari DNA bakteri yang telah menjadi inangnya.
Selanjutnya, bila fage menginfeksi bakteri lainnya, maka fage akan memasukkan
DNA-nya yang mengandung sebagian dari DNA bakteri inang sebelumnya.
Dengan demikian, fage tidak hanya memasukkan DNA-nya sendiri ke dalam
sel bakteri yang diinfeksinya, tetapi juga memasukkan DNA dari bakteri lain yang
ikut terbawa pada DNA fage. Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu
sel bakteri ke bakteri lainnya. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu sel
mengalami lisis atau bersifat lisogenik (Snustad, 2012).
Ada dua tipe transduksi, yaitu:
(Keduanya berasal dari penyimpangan pada siklus reproduksi faga (virus
yang menginfeksi bakteri)
a. Transduksi terbatas
Pada proses ini tidak semua gen dapat ditransfer. Transduksi terbatas terjadi
saat profage telah terintegrasi pada kromosom bakteri. Gen-gen bakteri yang 
mengalami transduksi terbatas adalah yang berdekatan dengan profage yang
terintegrasi.
 Bentuk transduksi ini memerlukan infeksi oleh fage temperat.
 Genom fage temperat berintegrasi sebagai profage kedalam
kromosom bakteri inang, biasanya disuatu tempat yang spesifik.
 Ketika genom fage dipisahkan dari kromosom yang kadangkala
membawa DNA dari bakteri yang berdampingan dengan profage.
 Ketika suatu virus yang membawa DNA bakteri seperti ini
menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-
sama dengan genom fage.
 Transduksi khusus atau terbatas hanya mentransfer gen-gen yang
berada didekat tempat profage pada kromosom tersebut.
b. Transduksi umum
Transduksi umum terjadi bila suatu fage memindahkan gen dari kromosom
bakteri atau plasmid. Pada saat fage memulai siklus litik, enzim-enzim virus
menghidrolisis kromosom bakteri menjadi potongan-potongan kecil DNA. Setiap
bagian dari kromosom bakteri tersebut dapat digabungkan dengan kepala fage
selama perakitan fage. Fage yang telah berisi DNA sel bakteri dapat menginfeksi
sel lain dan mentransfer gen bakteri di dalam sel resipien DNA bakteri dan
bergabung dengan rekombinasi homolog menggantikan gen dalam sel resipien.
Transduksi ini terjadi pada bakteri gram positif dan gram negatif.
 Fage akan menginfeksi sel bakteri kemudian masuk ke dalam sel
inang. Molekul asam nukleat virus akan terbungkus di dalam kapsid
dan pada saat itu sel inang lisis maka fage lengkap akan dilepaskan.
 Kadangkala sebagian kecil DNA sel inang ikut terdegradasi dan
terbungkus dalam kapsid fage menggantikan genom fage. Virus ini
cacat (nongenetik).
 Tetapi bila fage ini kemudian menempel pada bakteri lain dan
menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapat dari sel pertama.
 Beberapa DNA ini kemudian dapat menggantikan daerah homolog
dari dua sel. Rekombinasi genetik telah terjadi.
 Jenis transduksi ini disebut dengan transduksi umum karena gen-gen
bakteri ditransfer secara acak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Genetika mikroorganisme adalah ilmu yang mempelajari tentang hereditas
(sifat turun temurun) sifat induk dan variasi sifat
karakteristik mikroorganisme.
2. Bahan genetik bakteri terdiri atas kromosom dan plasmid. Sifat dari
kromosom bakteri mempunyai beratnya 2-3% dari berat kering satu sel,
pada sel haploid (prokariot) bersifat kromosom tunggal dan tidak
berpasangan. Sedangkan ukuran plasmid lebih kecil daripada kromosom.
3. Struktur rantai DNA terdiri dari empat jenis nukleotida, yang dapat
dibedakan menurut jenis basa nitrogennya yaitu  basa purin dan basa
pirimidin. Pada basa purin terdiri dari adenin (A) dan guanin (G) yang
mempunyai dua cincin, dan pada basa pirimidin terdiri dari timin (T) dan
sitosin (C) yang hanya mempunyai satu cincin. Sedangkan dalam RNA,
timin digantikan oleh urasil (U).
4. Ada 3 model replikasi DNA yaitu: Model konservatif, Model semi
konservatif, dan Model dispersi.
5.  Mutasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada bahan genetika sehingga
ekspresinya (fenotip) berubah. Sedangkan mutagen adalah senyawa kimia
atau faktor fisikawi yang dapat menyebabkan mutasi.
6. Salah satu dari tipe-tipe utama mutan pada bakteri yaitu: mutan yang
memperlihatkan toleransi yang meningkat terhadap unsur-unsur
penghambat, terutama antibiotik (mutan yang resisten terhadap antibiotik
atau obat-obatan), mutan yang menunjukkan kemampuan fermentasi yang
berubah atau meningkatnya atau berkurangnya
7.  Mekanisme pemindahan bahan genetik pada bakteri secara umum dilakukan
dengan tiga cara yaitu transformasi, konjugasi,  dan transduksi.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang genetika mikroorganisme, sehingga dapat menambah pengetahuan
mengenai materi tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Gardner, dkk. 2000. Principle of Genetic. New York: John Wiley & Sons Inc.
Jawetz, dkk. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.
Pelczar, Michael. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Snustad, P.D. and Simmons, M. J. 2012. Principles of Genetics. 6th ed. United
States of America: John Willey & Sons Inc.

Anda mungkin juga menyukai