Nama Kelompok :
1. Aricha Khoirunnisa (P27833318001)
2. Erlingga Sri C (P27833318002)
3. Alivia Amanatus S (P27833318005)
4. Intan Sigra N (P27833318006)
5. Rara Aldavina P A (P27833318010)
6. Isnaini Indriawati (P27833318011)
7. Helmi Adi Winata (P27833318019)
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mikrobiologi Lingkungan” ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Mikrobiologi Lingkungan. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Mikrobiologi Lingkungan Ibu Narwati,S.Si.,M.Kes.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Mikrobiologi
Lingkungan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.............................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.5 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Konsep Dasar dan Pengertian Mikrobiologi..................................................3
2.2 Ruang Lingkup dan Sejarah Mikrobiologi.....................................................3
2.2.1 Ruang Lingkup Mikrobiologi..................................................................3
2.2.2 Mikroskop dan Penemuan Dunia Jasad Renik........................................4
2.2.3 Teori Nutfah Penyakit..............................................................................8
2.2.4 Konsep Biakan Murni..............................................................................8
2.2.5 Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Disebabkan Mikrobe.........8
2.3 Jenis, Penggolongan dan Kebiasaan Hidup Mikroorganisme........................9
2.3.1 Virus.........................................................................................................9
2.3.2 Bakteri....................................................................................................17
2.3.3 Fungi......................................................................................................42
2.3.4 Algae......................................................................................................47
2.3.5 Protozoa.................................................................................................48
2.3.6 Penggolongan Mikroba..........................................................................52
2.3.7 Kebiasaan Hidup Mikroba.....................................................................52
2.4 Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme.................53
iii
BAB III PENUTUP..............................................................................................57
3.1 Kesimpulan...................................................................................................57
3.2 Saran.............................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58
LAMPIRAN..........................................................................................................59
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana jenis, penggolongan dan kebiasaan hidup mikroorganisme ?
4. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap mikroorganisme ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tersebut mempelajari mikroorganisme secara spesifik, rinci, dan menurut
pemanfaatannya. (Drs. Lestanto Unggul Widodo, M.Sc. : 2014)
4
Ia membuat sketsa sel bakteri dengan bentuk seperti bola (kini disebut
kokus), silindris atau bentuk batang (basilus), atau spiral (spirilum). Sebelum
tahun 1800 orang belum menyadari benar bahwa mikroorganisme adalah
penyebab banyak penyakit atau menyebabkan perubahan kimiawi pada bahan-
bahan disekitar kita yang tak terhitung banyaknya.
Ditemukannya suatu dunia organisme yang tidak tampak dengan mata
itu membangunkan minat terhadap perdebatan hebat pada masa itu mengenai
asal-muasal kehidupan. Dari manakah datangnya jasad-jasad renik ini ?
Ada yang menduga bahwa jasad renik itu muncul sebagai akibat
dekomposisi jaringan tumbuhan atau hewan yang mati. Dengan kata lain,
mereka mengira bahwa organisme hidup berasal dari bahan mati yang
mengalami penghancuran. Konsepsi ini, yaitu bahwa kehidupan berasal dari
bahan mati, dikenal sebagai generatio spotanea atau abiogenesis (abio, “tidak
hidup” ; genesis “asal”). Pemikiran mengenai generasi spontan sekurang-
kurangnya telah dicetuskan oleh bangsa Yunani Kuno yang menyakini bahwa
daging yang membusuk menghasilkan belatung dan bahwa lalat serta katak
muncul begitu saja dari lumpur pada keadaan-keadaan iklim tertentu. Banyak
orang pada masa yang lalu tidak sependapat bahwa mikroorganisme menjelma
melalui generasi spontan, tetapi tidak sedikit pula yang mendukung berlakunya
generasi spontan.
Bagi teori yang mengatakan bahwa benda hidup dapat bermulanya
secara spontan, terdapat baik penganut maupun penentangnya, masing-masing
dengan suatu penjelasan baru yang kadang-kadang mengagumkan ataupun
sedikit bukti percobaan.
Pada 1749, John Needham (1713-1781) melakukan percobaan dengan
daging yang dimasak dan mengamati bahwa terdapat mikroorganisme pada
awal percobaan dan berkesimpulan bahwa jasad-jasad tersebut berasal dari
daging. Kira-kira dalam waktu yang sama Lazzaro Spalanzani (1729-1799),
dalam usahanya untuk membuktikan konsepsi abiogenesis itu tidak benar,
mendidihkan kaldu daging, yaitu suatu larutan nutrien dalam labu selama satu
jam lalu wadah itu ditutupinya rapat-rapat. Maka tak ada jasad renik dalam
labu tersebut. Tetapi hasil percobaannya ini, yang dikuatkan dalam rangkaian
percobaan ulang, tidak dapat menyakinkan Needham bahwa mikrobe tidaklah
muncul karena generasi spontan. Needham bersikeras bahwa diperlukan udara
untuk generasi spontan mikrobe dan bahwa karena udara itu dikeluarkan dari
labu selagi percobaan Spallanzani, maka tak ada mikrobe yang muncul.
Perbedaan pendapat ini dipecahkan 80 atau 90 tahun kemudian oleh dua
peneliti secara terpisah, yaitu Franz Schluze (1815-1873) dan Thedor Schwan
(1810-1882). Schluze melakukan udara melewati larutan asam pekat ke dalam
labu berisi kaldu daging yang di didihkan, sedangkan Schwan melakukan udara
melalui tabung membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang di didihkan.
(Gambar 1-4 A dan B)
Maka di dalam masing-masing labu itu tidak ada mikrobe karena
terbunuh oleh asam dan panas yang luar biasa. Namun, tetap hal ini belum
menyakinkan mereka yang menyongkong konsepsi abiogenesis. Mereka
5
mengatakan bahwa asam dan panas mengubah udara sedemikian sehingga
tidak mendukung pertumbuhan. Sekitar 1850 Schroder dan von Dusch
melakukan percobaan yang lebih menyakinkan dengan melewatkan udara
melalui tabung berisi kapas ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya
dipanaskan (Gambar 1-4C). Mikrobe disaring ke luar dari udara oleh serat-
serat kapas dan dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu maka tidak ada
jasad renik yang tumbuh dalam kaldu tersebut.
Di antara bukti-bukti yang paling penting ialah hasil percobaan John
Tyndall pada awal tahun 1870-an. Ia menciptakan sebuah kotak bebas debu
(Gambar 1-4D) dan menempatkan tabung-tabung berisi kaldu steril di
dalamnya.
Selama udara dalam kotak itu bebas debu maka selama itu pula kaldu
dalam tabung tetap steril. Partikel-partikel debu mengendap dan tertahan pada
tabung berbentuk leher angsa yang menuju ke dalam kotak. Inilah bukti bahwa
mikrobe terbawa oleh partikel-partikel debu. (Michael J, dkk : 2013)
.
Percobaan Fransisco Redi, seorang dokter Italia, merupakan orang
pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori generatio
spontanea. Dia melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar.
Redi memerhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat selalu terdapat
tidak jauh dari sisa-sisa daging. Pada penelitiannya, Redi menggunakan keratan
daging segar yang diletakkan dalam 3 wadah (tabung).
6
Wadah I diisi sekerat daging segar dan dibiarkan terbuka. Wadah II diisi
sekerat daging segar dan ditutup dengan gabus. Wadah III diisi sekerat daging
segar lalu ditutup dengan kain kasa yang berlubang-lubang.
Ketika daging membusuk, datanglah lalat disekitar wadah. Beberapa
hari kemudian, pada daging wadah I terlihat cukup banyak belatung. Daging
pada wadah II bebas dari belatung. Beberapa ekor belatung juga terdapat di
atas permukaan kain kasa wadah III.
Dari percobaan tersebut, Redi membuktikan bahwa belatung tidak
terbentuk dari daging yang membusuk, melainkan berasal dari telur-telur lalat
yang ditinggalkan ketika lalat-lalat mengerumuni daging membusuk dan
permukaan kasa.
Percobaan redi membuktikan makhluk hidup tidak terbentuk begitu saja
terbentuk dari benda-benda mati, tetapi semua makhluk hidup terbentuk oleh
makhluk hidup juga.(Dra. D.A. Pratiwi, M.Pd, dkk : 2013)
Selama periode ini muncullah muka baru dalam ilmu pengetahuan,
yakni Louis Pasteur (1822-1895). Ia adalah seorang ahli kimia yang mendapat
pengakuan nasional. Secara teguh Pasteur menentang konsepsi generasi
spontan. Pasteur melakukan percobaan dengan mempersiapkan larutan nutrien
dalam labu yang dilengkapi dengan lubang panjang dan sempit berbentuk
“leher angsa”. Kemudian, ia memanaskan larutan nutrien itu dan udara tanpa
perlakuan dan tanpa disaring dibiarkannya lewat keluar masuk. Tidak ada
mikrobe dalam larutan itu. Alasannya untuk ini ialah bahwa partikel-partikel
debu yang mengandung mikrobe tidak mencapai larutan nutrien, mereka
mengendap dalam bagian tabung leher angsa yang berbentuk huruf U dan
aliran udara demikian berkurangnya sehingga partikel-partikel tadi tidak
dibawa ke dalam tabung. (Michael J, dkk : 2013).
7
dari telur, dan telur berasal dari kehidupan atau disebut juga”omne vivum ex
vivo”, yang artinya, kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya. (Dra. D.A.
Pratiwi, M.Pd, dkk : 2013)
8
etiologis (agen kausatif) untuk sebagian besar penyakit bakterial yang dikenal
masa kini.
2.3.1 Virus
Virus adalah mikroorganisme yang sedemikian kecilnya sehingga hanya
dapat dilihat pada perbesaran yang disediakan oleh mikroskop elektron. Virus
juga memperbanyak diri hanya di dalam sel-sel hewan, tumbuh-tumbuhan, dan
mikroorganisme lain. Karena alasan inilah maka mereka disebut parasit
intraseluler obligat.
Virus bergantung kepada sel-sel inangnya untuk bereproduksi karena
tidak mempunyai perlengkapan metabolik sendiri, virus tidak mampu
membangkitkan energi atau mensintesis protein. Mereka bergantung kepada
sel-sel inangnya untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang vital ini.
9
Namun demikian, seperti halnya sel-sel inangnya, virus mempunyai
informasi genetis untuk bereproduksi dan untuk mengambil alih sistem
pembangkit energi dan pembuat protein sel inangnya. Informasi ini ada di
dalam gen-gen virus.
Sesungguhnya, virus berpindah dari satu sel inang ke yang lain dalam
bentuk paket-paket gen berukuran kecil. Berbeda dengan sel-sel inang, bahan
genetis virus adalah DNA atau RNA tetapi tidak kedua-keduanya. Bahan
genetis tersebut terkemas di dalam selubung protein yang sangat khusus
dengan bentuk yang berbeda-beda. Selubung tersebut melindungi bahan
genetis ketika virus ada di luar sel inang dan berfungsi sebagai wahana masuk
ketika virus memasuki sel inang tertentu. Virus yang sempurna secara
struktural, matang, serta mampu menginfeksi disebut virion.
10
2.3.1.1.3 Struktur Fage
Struktur fage dijumpai dalam dua bentuk struktural yang
mempuyai simetri kubus dan helikal. Pada penampilan keseluruhan,
fage kubus adalah benda padat teratur atau lebih spesifiknya, polihedra
(tunggal, polihedron); sedangkan fage helikal berbentuk batang. Pada
banyak bakteriofage kepalanya polihedral tetapi ekornya berbentuk
batang.
Fase polihedral adalah ikosahedra, yaitu kapsidnya bersegi
20, masing-masing merupakan segitiga sama sisi. Keduapuluh segi ini
bersatu membentuk 12 puncak. Pada kapsin yang paling sederhana, ada
satu kapsomer pada setiap puncak; kapsomer ini dikelilingi oleh lima
kapsomer lain (Gambar 11-4A). Kapsid-kapsid yang lain bisa terdiri
dari beratus-ratus kapsomer, tetapi kesemuanya itu berdasar pada model
sederhana ini. Kepala fage yang memanjang ini merupakan derivatif
ikosahedron.
Pada virus berbentuk batang, kapsomernya tersusun secara
helikal dan tidak dalam bentuk cincin-cincin yang bertumpuk.
11
2.3.1.1.4 Reproduksi Virus Bakterial
12
Replikasi, Perakitan, dan Lisis, bahan virus yang memasuki
sel ialah asam nukleat (RNA atau DNA), yang membawa informasi
yang diperlukan bagi sintesis partikel-partikel virus baru. Segera setelah
infeksi asam nukleat virus ke dalam sel inang, virus itu mengambil alih
perlengkapan metabolik sel inang, menyebabkannya membuat asam
nukleat virus daripada asam nukleat bakteri. Kira-kira 25 menit setelah
infeksi awal, sejumlah 200 bakteriofage baru telah terakit, dan sel itu
pun meledak pecah, melepaskan fage-fage baru itu untuk menginfeksi
bakteri-bakteri lain dan memulai lagi daur tersebut.
Tidak semua infeksi pada sel bakteri oleh fage berlangsung
untuk menghasilkan lebih banyak partikel virus dan berakhir dengan
lisis. Suatu hubungan yang berbeda tersebut dikenal sebagai lisogeni,
dapat berkembang antara virus dan bakteri inangnya. Pada lisogeni,
DNA virus fage tenang itu tidak mengambil alih fungsi gen-gen sel,
tetapi menjadi tergabung ke dalam DNA inang dan menjadi profage
pada kromosom bakteri, berlaku seperti gen. Pada keadaan ini bakteri
itu bermetabolisme dan berbiak secara normal, dengan DNA virusnya
diteruskan kepada setiap sel anak melalui semua generasi berikutnya.
13
2.3.1.2 Virus Hewan dan Tumbuhan
2.3.1.2.2 Morfologi
Virus hewan dan tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam
4 kelompok berdasarkan pada morfologi keseluruhan sebagai berikut :
1. Ikosahedral : Contohnya ialah poliovirus dan adenovirus, masing
masing merupakan penyebab polio dan infeksi saluran
pencernafasan.
2. Helikal : Virus rabies merupakan salah satu contohnya. Banyak
virus tumbuhan berbentuk heliks.
3. Bersampul : Nukleokapsid bagian dalam virus ini, dapat berbentuk
ikosahedral ataupun helikal, dikelilingi oleh sampul seperti
membran. Beberapa sampul mempunyai proyeksi permukaan
yang disebut duri, terbuat dari glikoprotein. Virion bersampul
bersifat pleomorfik (bentuknya beragam) karena sampul itu
tidak kaku.
4. Kompleks : Beberapa virus mempunyai struktur yang rumit
contohnya, virus stomatis vesikular berbentuk peluru dan bagian
luar virion mempunyai duri-duri.
14
hewan. Pada virus tumbuhan, telah dijumpai RNA berutasan tunggal
dan ganda, dan juga DNA berutasan tunggal.
15
Perbanyakan berlangsungnya dengan replikasi, yaitu
protein virus beserta komponen-komponen asam nukleatnya
bereproduksi di dalam sel-sel inang yang rentan.
Proses keseluruhan infeksi itu dapat digambarkan sebagai
berikut, virion melekat pada suatu sel inang yang rentan pda situs-situs
yang kurang lebih spesifik. Seluruh virus atau hanya asam nukleatnya
menembus masuk ke dalam sel itu. Bila yang menembus masuk ke
dalam sel itu seluruh virus, maka harus terjadi pelepasan selubung virus
terlebih dahulu untuk membebaskan asam nukleatnya. Reproduksi virus
terjadi di dalam sitoplasma, di dalam inti, atau di kedua-duanya. Protein
serta komponen-komponen asam nukleat virus dirakit menjadi partikel
virus dan dibebaskan dari sel inang. Dengan demikian, maka langkah-
langkah infeksi virus adalah : 1. Pelekatan atau adsorpsi, 2. Penetrasi
dan pelepasan selubung, 3. Replikasi dan biosintesis komponen, 4.
Perakitan dan pematangan, 5. Pembebasan.
2.3.1.2.6 Klasifikasi
Salah satu cara klasifikasi yang mula-mula dipakai dulu
didasarkan pada afinitas jaringan virus, contohnya virus neutropik
(jaringan saraf) dan virus dermatropik (jaringan kulit). Dengan
berkembangnya metode-metode pengukuran ciri-ciri fiisk, kimiawi, dan
biologis virus, telah terhimpun informasi untuk merumuskan suatu
skema klasifikasi yang di dasarkan pada sifat-sifat ini untuk semua
virus. (Michael J, dkk : 2013)
16
2.3.2 Bakteri
17
morfologis ini ialah spirocaeta. Spiral yang pendek dan tidak lengkap disebut
sebagai bakteri koma, atau vibrio. (Michael J, dkk : 2013)
18
3) Kapsul, adalah lapisan yang terluar dari bakteri yang menyelimuti dinding
sel. Lapisan ini memiliki ketebalan yang bervariasi disetiap jenis-jenis
bakteri. Lapisan tebal tersebutlah yang disebut dengan kapsul, dan ada
juga lapisan tipis yang disebut lapisan lendir. Umumnya bakteri hidupnya
parasit dan bersifat patogen (penyebab penyakit) memiliki kapsul
sedangkan pada bakteri saproba ( mendapatkan makanan dari sisa
organisme) biasanya hanya memiliki lapisan lendir, sehingga mengapa
makanan yang terkena bakteri biasanya terlihat berlendir. Kapsul atau
lapisan lendir ini berupa senyawa yang kental dan lengket yang
disekresikan oleh bakteri. Kapsul sendiri tersusun dari glikoprotein
(senyawa campuran antara glikogen dan protein), sedangkan pada lapisan
lendir tersusun dari air dan juga polisakarida.
19
Fungsi dinding sel,adalah mempertahankan bentuk dari sel, memberikan
sebuah perlindungan fisik, menjaga sel agar tidak pecah dalam
lingkungan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih rendah
(hipotonis), sel bakteri dapat mengalami plasmolisis jika berada pada
lingkungan yang tekanan osmotik lebih tinggi (hipertonis), bakteri akan
mati jika berada pada larutan yang pekat misalnya mengandung banyak
garam atau banyak gula. (Agnes Sri Harti : 2012)
20
Skema pewarnaan gram positif dan gram negatif
Perbandingan struktur dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif
21
Bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae,
Salmonella sp, Shigella sp, E.coli dan sebagainya. Sedangkan, yang
termasuk bakteri gram positif adalah Staphylococci, Streptococci,
Enterococci, Clostridium, dan Bacillus. (Megananda Hiaranya Putri dkk :
2017)
Beberapa ciri bakteri gram positif dan gram negatif . (Agnes Sri Harti :
2012)
22
Fungsi struktur permukaan sel bakteri
Struktur Fungsi Komposisi kimiawi
Flagela Lokomosi Protein
Pili Tabung konjugasi Protein
Pelekatan sel
Kapsul dan Bahan Penutup lindung Polisakarida, polipeptida
Ekstraseluler Pelekatan sel
Makanan cadangan
Dinding Sel Penutup lindung Peptidoglikan,asam
Permeabilitas tekoat,polisakarida,
lipid, dan protein
Membran Sitoplasma Penutup semipermeabel Lipid, dan protein
dan Mesosom Mekanisme transpor
Pembelahan sel
Sintesis makromolekul
biologis
23
2.3.2.4 Reproduksi Bakteri
Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara
transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses pembiakan cara
seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses pembiakan
tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada eukariot,
yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika (rekombinasi genetik ).
Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri:
1) Vegetatif / Aseksual
a. Pembelahan Biner
24
2) Reproduksi bakteri secara paraseksual (pemindahan materi genetik)
dengan 3 cara berikut ini:
25
2.3.2.6 Kelompok-kelompok Utama Bakteri
1) Bakteri fototrofik
Ialah organisme yang berbeda secara morfologi dan semuanya
mengandung pigmen seperti klorofil, yakni bakterioklorofil. Ciri-ciri
terpilihnya :
Bentuk sel : bulat, batang, vibro, atau spiral.
Gram negatif
Perkembangbiakan dengan pembelahan biner
Bergerak dengan flagel atau nonmotil
Fotosintetik, proses terjadi dalam keadaan anaerobik, dan tidak
terbentuk oksigen
Bakterioklorofil, suatu pigmen fotosintentik, terdapat dalam semua sel
Berpigmen : ungu-lembayung, ungu, merah, coklat-jingga, hijau
Habitat : lingkungan aquatik
2) Bakteri luncur
Kelompok ini diwakili oleh beberapa tipe morfologi yang tidak
umum. Contoh, Cytophagales.Ciri-ciri terpilih :
Bentul sel : batang, bola, atau filamen
Gram negatif
Motil karena gerak luncur perlahan pada permukaan; tak ada organel
lokomotor
Sel-sel dapat terbenam dalam lendir
Beberapa membentuk tubuh buah
Habitat : tanah, bahan tumbuhan membusuk, lingkungan akuatik
26
3) Bakteri berselongsong
Kelompok ini bercirikan sel-sel berbentuk batang yang dikelilingi
selongsong, sehingga sel-sel individu tampaknya terkemas dalam tabung.
Ciri-ciri terpilih :
Sel terbungkus dalam selongsong yang terbuat dari deposit senyawa-
senyawa besi dan mangan yang tak larut
Bentuk sel : batang atau seperti filamen
Motil karena flagela atau nonmotil
Beberapa membentuk pelekap (dasar penghisap) yang dipergunakan
untuk menempelkan diri pada permukaan.
Gram negatif
Habitat : lingkungan akuatik, lumpur
4) Barteri berapendiks
Bakteri dalam kelompok ini mempunyai beberapa ciri struktur yang
khas. Beberapa membentuk tonjolan berbentuk filamen yang disebut
prosteka dari tubuh selnya.Ciri-ciri yang terpilih :
Sel dengan prosteka atau pelekap
Perbanyakan dengan berkuncup dan membelah
Beberapa spesies motil karena flagela kutub, spesies lain nonmotil
Bentuk sel : bola, oval, ginjal, batang dengan ujung meruncing;
beberapa menunjukkan pertumbuhan seperti hifa (filamen)
Habitat : tanah, lingkungan akuatik
27
5) Spiroket
Bakteri ini bercirikan sel-sel langsing, lentur, terpilin-pilin. Berbagai
spesies mempunyai ukuran panjang yang berkisar antara 3-500
mikrometer. Dapat bergerak dengan berbagai cara. Beberapa adalah
saprofit dan yang lain parasit. Contoh, Treponema pallidum.Ciri-ciri yang
terpilih :
Dinding sel : lentur
Morfologi sel : langsung, terpilin (spiral); ukuran, bentuk ujung, dan
derajat pilinnya merupakan ciri pembeda
Perbanyakan dengan pembelahan melintang
Motil karena rotasi cepat sepanjang sumbu panjang spiralnya ataupun
karena lenturan sel-selnya; gerak obeng
Banyak spesies gram negatif
Habitat : tanah dan lingkungan akuatik; setiap jaringan atau organ
vaskular pada tubuh, termasuk daerah genital (alat kelamin) dan
sistem saraf pusat pada manusia dan binatang lain.
Patogenesitas : beberapa spesies patogenik terhadap manusia dan
binatang lain.
28
Gram negatif
Habitat : lingkungan akuatik, organ-organ reproduktif, slauran
pencernaan, dan rongga mulut hewan (termasuk manusia)
Patogenesitas : beberapa spesies patogenik bagi binatang (termasuk
manusia)
29
9) Batang gram negatif anaerobik
Sel-sel bakteri dalam kelompok ini rupanya muncul dalam banyak
bentuk (pleomorfik), dan termasuk anaerob obligat. Ciri-ciri terpilih :
Morfologi sel : batang, lurus atau lengkung, memperlihatkan banyak
sekali pleomorfisme
Motilitas : sel-selnya peritrikus atau monotrikus (satu flagelum);
beberapa spesies nonmotil
Ciri-ciri biokimiawi : banyak sekali produk dihasilkan dari fermentasi
glukosa
Anaerob obligat : beberapa spesies sangat peka terhadap oksigen
bebas
Habitat : rongga-rongga alamiah pada manusia dan hewan, dan juga
saluran pencernaan serangga
Patogenesitas : beberapa spesies patogenik bagi manusia dan hewan
30
11) Kokus anaerobik gram negatif
Kelompok bakteri ini memperlihatkan banyak keragaman dalam hal
ukuran. Ciri-ciri terpilih :
Morfologi sel : sangat kecil (0,3-0,5 mikrometer) sampai sel-sel bulat
yang lebih besar (2,5 mikrometer) dalam massa atau rantai
Nonmotil
Anaerobik
Ciri-ciri biokimiawi : merombak karbohidrat dan asam-asam lemak
Habitat : saluran pernafasan dan saluran pencernaan bagi hewan dan
manusia
31
13) Bakteri penghasil metan (metanogenik)
Ciri pemersatu dalam kelompok ini adalah kemampuannya
menghasilkan metan. Gas ini dibentuk dalam keadaan anaerobik.Ciri-ciri
terpilih :
Autotrofik atau heterotrofik : energi dihasilkan dari oksidasi hidrogen
atau format atau asetat dengan pembentukan metan dan CO2
Morfologi sel : bola, batang, dan spiral
Motil karena flagela kutub atau nonmotil
Gram positif atau gram negatif
Anaerobik
Beberapa spesies termofilik
Habitat : saluran gastrointestinal pada binatang, endapan pada
lingkungan akuatik, dan limbah
32
Habitat : tanah, air tawar; kulit dan selaput lendir pada binatang
berdarah panas, termasuk manusia
Patogenesitas : beberapa spesies merupakan patogen penting pada
hewan dan manusia
33
Ciri-ciri metabolik : asam laktat merupakan produk akhir yang khas
dari fermentasi
Habitat : produk persusuan, produk dari daging dna butiran (grain),
air, limbah, produk fermentasi, rongga mulut, vagina, saluran
pencernaan makanan hewan dan manusia
18) Ricketsia
Termasuk bakteri yang paling kecil, ukurannya berkisar 0,3-0,7
mikrometer (lebar) dan 1-2 mikrometer (panjang).Ciri-ciri terpilih :
Morfologi sel : batang pendek, atau lonjong, beberapa membentuk
tubuh kokoid (tubuh elementer) yang berkembang menjadi tubuh lebih
besar dalam daur hidup yang khas
Gram negatif
Nonmotil
Parasit obligat intraseluler (kultivasi laboratoris dalam sistem kultur
jaringan atau hewan)
Habitat : serangga pembawa, burung, dan mamalia, termasuk manusia
34
Patogenesitas : patogen penting pada manusia dan hewan
19) Mikoplasma
Ciri khususnya ialah tidak adanya dinding sel sejati dan termasuk
pleomorfik.Ciri-ciri terpilih :
Morfologi sel : tidak ada dinding sel sejati; kandungan sel terbungkus
oleh membran berlapis tiga yang tak kaku. Beberapa sangat kecil (0,2
mikrometer); sangat pleomorfik
Biasanya nonmotil
Gram negatif
Anaerobik fakultatif
Habitat : selaput lendir saluran pernafasan dan saluran alat kelamin
Patogenesitas : parasit dan patogen pada banyak macam mamalia dan
burung, beberapa mungkin patogen terhadap tumbuhan.
35
Bakteri dan bakteri hijau diklasifikasikan sebagai tanaman primitif
karena :
a) Mempunyai dinding sel seperti tanaman
b) Beberapa Jenis bakteri dan semua bakteri hijau bersifat fotosintetik.
1. Klasifikasi Bakteri
Bakteri umumnya berbentuk 1-sel atau sel tunggal atau uniseluler, tidak
mempunyai klorofil berkembangbiak dengan pembelahan sel atau biner.
Karena tidak mempunyai klorofil, bakteri hidup sebagai jasad yang saprofitik
ataupun sebagai jasad yang parasitik. Tempat hidupnya tersebar di mana-
mana, yaitu di udara, di dalam tanah, didalam air, pada bahan-bahan, pada
tanaman ataupun pada tubuh manusia atau hewan.
Klasifikasi bakteri dapat didasarkan pada beberapa jenis penggolongan,
misalnya :
Klasifikasi Bakteri Patogen
Bergey’s Manual ed. 8 terakhir membagi Prokariota dalam 4 divisi utama,
berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu :
I. Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif
II. Firmicutes : Bakteri Gram Positif
III. Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel
IV. Archaebacteria
I, II dan III termasuk kedalam Eubacteria
Klasifikasi Berdasarkan Genetika
Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler memungkinkan
diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme-organisme pada
tingkat genetic berdasarkan :
I. Komposisi basa DNA
II. Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma
III. Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen
IV. Polimer-polimer pada sel
V. Struktur organel dan pola regulasinya
Berdasarkan Ekspresi Fenotipe :
VI. Morfologi Sel
VII. Morfologi Koloni
VIII. Sifat terhadap pewarnaan
IX. Reaksi pertumbuhan
X. Sifat pertumbuhan
Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel :
I. Bentuk bulat (coccus)
II. Bentuk batang
III. Bentuk spiral
IV. Bentuk vibrio
Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan :
I. Pewarnaan sederhana
II. Pewarnaan diferensial
III. Pewarnaan khusus
36
Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan :
I. Aerob
II. Anaerob
III. Mikroaerofilik
Klasifikasi berdasarkan metabolisme :
I. Bakteri Autotrophic
II. Bakteri Heterotrophic
2. Nomenklatur Bakteri
Seperti halnya tanaman, bakteri juga menggunakan 2 nama yaitu nama
binomial (binomial name), yang diajukan oleh Linnaeus pada tahun 1753
untuk penamaan tanaman. Kaidah penulisan nama bakteri pada tingkat
spesies ditulis dengan cara nama genus mendahului nama spesiesnya. Huruf
awal nama Genus ditulis dengan huruf besar dan nama spesies ditulis dengan
huruf kecil. Keseluruhan nama ditulis dengan dicetak miring.
Contohnya : Staphylococcus aureus.
Penamaan bakteri pada jenjang taksonominya dapat terlihat pada tabel 1.2
dibawah ini.
Tabel Jenjang Taksonomi
Jenjang Resmi Contoh
Dunia/Kingdom Prokaryotae
Divisi Gracilicutes
Klas Scotobacteria
Ordo Eubacteriales
Famili Entobacteriaceae
Genus Escherichia
37
Perbedaan sel prokariotik dari sel eukariotik adalah struktur dinding sel,
membran sel, serta tidak adanya organel, yaitu struktur seluler yang
terspesialisasi yang memiliki fungsi-fungsi spesifik.
a. Sel Prokariotik
Sel prokariotik secara struktural lebih sederhana dan hanya ditemukan
pada organisme bersel satu dan berkoloni, yaitu bakteri dan archaea. Dapat
dikatakan sel prokariotik sebagai suatu molekul yang dikelilingi oleh
membran dan dinding sel karena tidak mempunyai organel sel, tetapi
mempunyai sistem membran dalam dinding selnya. Sel prokaryotik
merupakan sel tanpa membran inti. Sel ini mempunyai materi genetik berupa
DNA yang tidak terbungkus oleh membran, tetapi hanya merupakan massa
yang kekentalannya lebih tinggi dibandingkan dengan kekentalan sitoplasma
di sekitarnya sehingga disebut sebagai nukleoid
Suatu sel prokariotik terdiri atas DNA, sitoplasma, dan suatu struktur
permukaan termasuk membran plasma dan komponen dinding sel, kapsul,
dan lapisan lendir (slime layer). Ciri-ciri sel prokariotik adalah:
Terdapat dinding sel yang bahan dasarnya peptidoglikan (kombinasi antara
protein dan karbohidrat), selain itu juga dijumpai adanya lemak. Sifat dari
dinding sel ini rigid (kaku) yang berada di luar membran sel, fungsinya
selain melindungi isi sel juga memberikan bentuk pada sel bakteri
Membran sel, berada di bagian dalam dari dinding sel tetapi di luar dari
sitoplasma, fungsinya memisahkan bagian dalam dan bagian luar dari sel.
DNA bentuknya sirkuler, superkoil, terdapat di dalam sitoplasma tanpa
adanya membran yang membungkus
Tidak dijumpai adanya nukleus, tetapi nukleoid
Tidak dijumpai retikulum endoplasma baik kasar maupun halus, tetapi
dijumpai ribosom yang merupakan partikel kecil yang tersusun dari
protein dan RNA. Sel bakteri adalah uniseluler tetapi mempunyai banyak
ribosom sampai 10.000 kopi ribosom. Fungsi ribosom sebagai tempat
sintesis protein (translasi)
Tidak dijumpai Mitokondria maupun badan golgi
Memiliki pilli/fimbriae yang tersusun dari protein pillin, fungsinya untuk
melekat pada sel host, sebagai awal terjadinya infeksi.
Memiliki flagella, tersusun dari protein flagellin, fungsinya untuk
bergerak.
38
Gambar 2.5.1.Struktur Ultra Sel Bakteri
b. Sel Eukariotik
Sel eukariotik mengandung organel seperti nukleus, mitokondria,
kloroplas, retikulum endoplasma (RE), badan golgi, lisosom, vakuola,
peroksisom, dan lain-lain. Organel dan komponen lain berada pada sitosol,
yang bersama dengan nukleus disebut protoplasma. Macam-macam organella
tersebut rata-rata diameternya adalah 5µm. Ciri-ciri sel eukariotik adalah:
1) Sitoplasma sel eukariotik tidak tampak berbutir-butir (bergranular),
karena ribosom terikat pada retikulum endoplasma;
2) Memiliki sejumlah organel yang dikelilingi oleh membran, termasuk
mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, lisosom, dan
kadang terdapat pula kloroplas;
3) DNA eukariotik terikat oleh protein kromosomal (histon dan non
histon). Struktur kromosom bersama protein kromosomal disebut
kromosom. Seluruh DNA Kromosom tersimpan dalam inti sel; dan
4) Sel eukariotik bergerak dengan menggunakan silia atau flagela yang
secara struktural lebih komplek dibandingkan silia atau flagela pada
sel prokariotik.
39
Gambar 2.5.2. Struktur Ultra Sel Eukaryot Beserta Macam-macam
Organellanya
40
Gambar 2.5.3. Macam-macam Organella Yang Dimiliki Sel Hewan
Secara rinci perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik dapat dilihat
pada tabel 1.3 berikut ini.
41
Ciri Sel Prokariotik Sel Eukariotik
Tipe inti Daerah nukleosit tanpa inti sejati Inti sejati dengan membran ganda
Pergerakan sel Flagela yang tersusun atas Flagela dan silia yang tersusun atas
protein flagelin protein tubulin
42
2.3.3 Fungi
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofilik (memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya). Bila mereka hidup dari benda organik mati
yang terlarut, mereka disebut saprofit.
2.3.3.1 Morfologi
Khamir sangat beragam ukurannya berkisar antara 1-5 mikrometer
lebarnya dan panjangnya dari 5-30 mikrometer atau lebih. Biasanya
berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola.
Khamir tidak dilengkapi flagelum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubu
suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian miselium dan spora (sel
resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa
filamen yang dinamakan hifa. disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma
bersama. Ada tiga macam morfologi hifa :
1. Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat
atau septum
2. Septat dengan sel-sel uninukleat.
3. Septat dengan sel-sel multinukleat.
2.3.3.2 Reproduksi
Secara alamiah cendawan berkembang biak dengan berbagai cara,
baik secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan
spora, dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel
induknya. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua
sel yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penonjolan
kecil pada sel inangnya. Ada banyak macam spora aseksual :
1. Konidispora atau konidium.
2. Sporangiospora
3. Oidium atau artrospora
4. Klamidospora
5. Blatospora
43
Spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus terbentuk
dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual. Ada
beberapa tipe spora seksual :
1. Askosprora
2. Basidiospora
3. Zigospora
44
4. Oospora
2.3.3.3 Fisiologi
Khamir itu bersifat fakultatif, artinya mereka dapat hidup baik dalam
keadaan aerobik maupun keadaan anaerobik. Cendawan dapat hidup dalam
kisaran suhu yang luas, dengan suhu optimal dari 22-30°C.
2.3.3.4 Klasifikasi
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas
cendawan :
1. Kelas phycomycetes
Cirinya-cirinya tidak adanyak sektum didalam hifa, yang
membedakannya dengan tiga kelas yang lainnya. Phycomycetes
mempunyai talus miselium yang berkembang dengan baik.
45
2. Kelas ascomycetes
Anggota ini dicirikan oleh pembentukan askus yang merupakan
tempat dihasilkannya askospora. Banyak khamir tergolong kelas
ascomycetes karena membentuk askospora.
3. Kelas basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan adanya basidiospora yang terbentuk diluar
pada ujung atau sisi basidium.
4. Kelas deuteromycetes
Kelas ini meliputi cendawan yang tingkat reproduksi perfek atau
seksualnya belum ditemukan. Namun demikian, untuk mempermudahkan
dan karena tingkat konidiumnya begitu jelas dan tidak asing, banyak
spesies masih di anggap tergolong dalam kelas ini. Meskipun tingkat
seksualnya sekarang telah diketahui dengan baik.
46
2.3.4 Algae
2.3.4.1 Morfologi
Banyak spesies ganggang terdapat sebagai sel tunggal yang dapat
berbentuk bola, batang, gada, atau kumparan. Algae, sebagaimana protista
eukarotik yang lain, mengandung nukleus yang dibatasi membran. Setiap sel
mengandung satu atau lebih kloroplas, yag dapat berbentuk pita atau seperti
cakram-cakram diskrit. Didalam matriks kloroplas terdapat gelembung-
gelembung pipih bermembran yang dinamakan tilakoid. Mebran tilakoid
berisikan klofil dan pigmen-pigmen pelengkap yang merupakan situs reaksi
cahaya pada fotosintesis.
2.3.4.2 Reproduksi
Algae berkembang biak secara seksual atau aseksual. Reproduksi
aseksual mencakup pembelahan biner sederhana seperti yang di jumpai pada
bakteri. Kebanyakan reproduksi aseksual lebih rumit dan melibatkan produksi
spora-spora uniseluler. Diantaranya adalah akinet yang pada dasarnya adalah
sel-sel vegetatif yang mempunyai dinding yang menebal dan dengan
demikian lebih dapat bertahan dalam keadaan kering dan kondisi-kondisi lain
yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sel vegetatif.
Semua bentuk reproduksi seksual dijumpai diantaranya algae. Dalam
proses ini terdapat konjugasi gamet sehingga menghasilkan zigot. Pada
bentuk-bentuk algae tingkat tinggi, sel-sel seksual menjadi lebi mudah
dicirikan antara betina dan jantan. Ovum berukuran besar dan nonmotil,
sedangkat gamet jantan itu kecil dan motil dengan aktif.
47
2.3.4.3 Fisiologi
Algae adalah organisme aerobik fotosintetik. Gangga mempunyai
tiga macam pigmen fotosintetik yaitu, klorofil, karotenoit, dan fikolibin.
Sebagai hasil kegiatan hasil fotosintetiknya, algae menyimpan berbagai
produk makanan cadangan sebagai granul atau globul dalam sel-selnya.
2.3.4.4 Klasifikasi
Algae diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri berikut :
1. Pigmen : susunan kimianya
2. Produk makanan cadangan : kimianya
3. Flagela (jika ada) : jumlah dan morfologinya
4. Dinding sel : kimia dan sifat-sifat fisikanya
5. Organisasi sel
6. Sejarah hidup dan reproduksi
48
2.3.5 Protozoa
2.3.5.1 Morfologi
Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam. Beberapa berbentuk
lonjong atau membola, ada yang memanjang, adapula yang polimorfik
(mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda
didalam daur hidupnya). Beberapa protozoa berdiameter sekecil satu mikro
meter seperti amoeba proteus. Beberapa ciliata yang umum mempunyai
ukuran 2mm.
Sel protozoa yang khas terbungkus oleh membran sitoplasma. Setiap
sel protozoa paling tidak mempunyai satu nukleus.
2.3.5.2 Reproduksi
Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual berlangsung dengan pembelahan sel atau
pembagian sel. Anak-anak sel dapat berukuran sama atau tidak sama. Jika ada
2 sel anak, maka proses pembagiannya adalah pembelahan biner. Jika
terbentuk banyak anak sel maka berlangsung pembelahan bahu rangkap.
Pembelahan dapat terjadi secara melintang atau secara membujur sepanjang
selnya.
Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa.
Konjugasi, yang merupakan penyatuan fisik sementara antara dua individu
49
yang dibarengi dengan pertukaran bahan nukleus, hanya dujimpai pada
ciliata.
2.3.5.3 Fisiologi
Stadium vegetatif protozoa yang hidup bebas terdapat dalam semua
lingkungan akuatik, pasir, tanah, dana bahan organik yang membusuk.
Kebanyakan protozoa mempunyai temperatur optimum untuk tumbuh antara
16-25°C, dengan maksimumnya 36-40°C. Sebagian besar protozoa
mempunyai pH optimum untuk kegiatan metabolisme yang maksimum
berkisar antara 6,0-8,0. (Michael J, dkk : 2013)
2.3.5.4 Klasifikasi
Filum protozoa dapat dibagi menjadi empat kelas utama yang di dasarkan
pada bentuk gerak alihnya:
1. Flagelata
Semua protozoa yang bergerak dengan menggunakan cambuk
digolongkan filum flagellata dan merupakan Protozoa yang paling primitif,
misalnya Trypanosoma.
Trypanosoma memiliki bentuk tubuh pipih dan seperti daun, merupakan
parasit dalam darah vertebrata, tidak membentuk kista. Jenisnya antara lain :
Trypanosoma lewisi. Hidup pada inang tikus hospes perantaranya melalui
kutu tikus.
Trypanosoma elevansi. Menyebabkan penyakit sura pada ternak hospes
perantaranya lalat tse-tse.
Trypanosoma cruzi. Penyebab penyakit anemia pada anak kecil.
Trypanosoma gambiense. Menyebabkan penyakit tidur pada manusia.
50
di ronggo mulut manusia adalah Entamoeba ginggivalis dan yang hidup di
usus manusia adalah Entamoeba histolytica.
Amoeba tidak memilik struktur tubuh yang tetap, bentuk selnya dapat
berubah-ubah. Pada bagian luar tubuh terdapat membran plasma yang
menyelubungi tubuhnya. Membran plasma ini berfungsi sebagai pelindung isi
sel, mengatur pertukaran zat contohnya zat makanan, ekskresi, pertukaran
gas. Pada bagian dalam terdapat sitoplasma yang dibedakan menjadi
ektoplasma dan endoplasma. Di tengah sel terdapat pula inti atau nukleus.
Berikut contoh Amoeba yang bersifat parasit:
Entamoeba ginggivalis. Hidup pada gusi yang kotor. Diduga protozoa ini
salah satu penyebab radang gusi.
Entamoeba histolytica. Amoeba ini hidup pada usus manusia yang masuk
kedalam melalui makanan misal dihinggapi lalat, tidak ditutup atau kurang
higienis. Akibatnya dapat menyebabkan diare yang biasanya diderita
penduduk yang hidup di lingkungan kurang sehat.
4
3. Ciliata atau Ciliophora ( cilia = rambut getar )
Semua protozoa yang bergerak dengan menggunakan bulu getar yang
tumbuh di permukaan membran selnya. Ciliatamemiliki bentuk tubuh yang
tetap umumnya berbentuk oval. Hidupnya pada tempat-tempat berair misal
sawah, rawa, tanah becek yang banyak mengandung bahan organik dan ada
juga yang bersifat parsit, misalnya paramecium.
Paramecium caudatum disebut juga hewan sandal karena bentuknya
sama seperti telapak kaki. Pada permukaan sel yang melekuk ada mulut sel
atau sitosom (cyto=sel, stoma= mulut). Pada luarnya ada pelikel yang
menyelubungi sel. Di dalam membran sel terdapat sitoplasma dan inti.
Organisme ini mempunyai dua inti yakni makronukleus dan mikronukleus.
Ada juga vakuola makanan dan juga vakuola berdenyut.
51
4. Sporozoa ( spora = alat reproduksi yang dapat tumbuh menjadi
individu baru )
Semua anggota filum Sporozoa bersifat parasit dan tidak memiliki alat
gerak khusus, juga berkembang biak dengan spora yang menyerupai protista
menyerupai jamur. Respirasi dan ekskresi terjadi secara difusi ,misalnya
plasmodium. Berikut ini ialah contoh-contoh dari Plasmodium:
Plasmodium falsivarum penyebab penyakit malaria tropikana.
Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria kuartana.
Plasmodium ovale penyebab penyakit limpa.
Plasmodium vivax penyebab penyakit malaria tertiana. (Koes Irianto :
2010)
52
1. Prokariotik
2. Eukariotik
Ciri pembeda sel-sel prokariotik dan eukariotik
2. Komensalisme
53
Komensalisme, makhluk hidup yang hidup pada makhluk hidup yang
lain, tapi tidak merusak makhluk hidup yang ditumpanginya. Beberapa bakteri
tertentu hidup pada permukaan tubuh bagian dalam dan luar. Biasanya memang
tidak menimbulkan sakit pada tuan rumah, tapi ada pula diantaranya, seperti
bakteri Coli bila hidup di organ lain dapat menimbulkan sakit.
3. Parasitisme
Disebut juga dengan kata patogenik, atau yang dapat menimbulkan
sakit pada tuan rumah. Mikroba tersebut akan tumbuh dan berkembang pada
sel dan jaringan yang mengakibatkan kerusakan pada sel dan jaringan tersebut,
sehingga dapat menimbulkan gejala-gejala dari penyakit-penyakit infeksi. (Dr.
Hasdianah H.R. :2012)
54
Ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungan,
yaitu : 1. Psikrofil, yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu dingin,
dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum di bawah 20C; 2. Mesofil, yaitu
mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu sedang,
mempunyai suhu optimum di antara 20-50C; 3. Termofil, yaitu mikroorganisme
yang tumbuh optimal atau suka pada suhu tinggi, mikroorganisme ini sering
tumbuh pada suhu di atas 40C. Bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat
panas bahkan di sumber-sumber mata air panas.
2) pH
Peningkatan dan penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan
ionisasi gugus dalam protein, amino, dan karboksilat, yang dapat menyebabkan
denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel. Mikroorganisme asidofil,
tumbuh pada kisaran pH optimal 1-5,3, mikroorganisme neutrofil, tumbuh pada
kisaran pH optimal 5,5-8, mikroorganisme alkalofil, tumbuh pada kisaran pH
optimal 8,5-11,5, sedangkan mikroorganisme alkalofil ekstrem tumbuh pada
kisaran pH optimal 10.
3) Tekanan osmotik
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena
ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik, air
akan masuk ke sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik, air akan
keluar dari dalam sel mikroorganisme, berakibat membran plasma mengkerut dan
lepas dari dinding sel (plasmosis), sel secara metabolik tidak aktif.
Mikroorganisme yang mampu tumbuh pada lingkungan hipertnonik dengan kadar
natrium tinggi dikenal dengan halofil, contohnya bakteri dalam laut.
Mikroorganisme yang mampu tumbuh pada konsentrasi garam yang sangat tinggi
(33% NaCl) disebut halofil ekstrem, misalnya Halobacterium halobium.
4) Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal dengan mikroorganisme aerob dan
anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernafas, sedangkan
mirkoorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen untuk bernafas, justru
adanya oksigen akan menghambat pertumbuhannya. Mikroorganisme anaerob
fakultatif, menggunakan oksigen sebagai pernafasan dan fermentasi sebagai
alternatif tetapi dengan laju pertumbuhan rendah. Mikroorganisme mikroaerofilik
dapat tumbuh baik dengan oksigen kurang dari 20%
5) Radiasi
Sumber radiasi dibumi adalah sinar matahari yang mencakup cahaya tampak,
radiasi ultraviolet, sinar inframerah, dan gelombang radio. Radiasi yang
berbahaya bagi mikroorganisme adalah radiasi pengionisasi, yaitu radiasi dari
gelombang panjang yang sangat pendek dan berneregi yang menyebabkan atom
kehilangan elektron (ionisasi). Pada level rendah radiasi pengionisasi dapat
mengakibatkan mutasi yang mengarah ke kematian, sedangkan pada radiasi tinggi
bersifat lethal.
55
6) Nutrisi
Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan
pembentukan energi. Ada dua jenis nutrisi mikroorganisme, yaitu makroelemen
dan mikroelemen. Makroelemen adalah elemen-elemen nutrisi yang diperlukan
dalam jumlah yang banyak (gram). Makroelemen meliputi karbon(C), oksigen
(O), hidrogen (H), nitrogen (N), sulfur (S), pospor (P), kalium (K), magnesium
(Mg), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
pospor diperlukan untuk pembentukan karbohidrat, lemak, protein, dan asam
nukleat. Kalium diperlukan oleh sejumlah enzim untuk mensintesis protein, dan
kalsium berperan dalam resistensi endospora bakteri terhadap panas.
Mikroelemen yaitu elemen-elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit
(dalam takaran mg hingga ppm), meliputi mangan (Mn), zinc (Zn), kobalt (Co),
nikel (Ni), dan tembaga (Cu). Mikroelemen kadang merupakan bagiam enzim
atau kofaktor yang membantu katalis dan membentuk protein.
7) Media kultur
Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme di
laboratorium disebut media kultur. Berdasarkan konsistensinya, media kultur
dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu media cair (liquid media), media padat
(solid media), dan semisolid.
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini
dibedakan menjadi 3 menurut bentuk dan wadahnya yaiu media tegak, media
miring, media lempeng. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung
kepada jenis atau kelompok mikroba yang dipelihara. Ada yang memerlukan
kadar air tinggi sehingga jumlah tepung agar-agar rendah tetapi adapula yang
memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung agar-agar harus
sedikit. Media padat umumnya digunakan untuk bakteri, ragi, jamur,dan kadang-
kadang juga mikroalga.
56
Menurut kandungan nutrisinya, media kultur dibedakan menjadi beberapa
macam yaitu :
Defined media (synthetic media), merupakan media yang komponen
penyusunnya sudah diketahui atau ditentukan.
Media komplek, merupakan media yang tersusun dari komponen secara kimia
tidak diketahui dan umumnya diperlukan karena kebutuhan nutrisi
mikroorganisme tertentu tidak diketahui.
Media penyubur (enrichment media). Media penyubur merupakan media yang
berguna untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme tertentu, bila ingin
menumbuhkan salah satu mikroorganisme dari kultur campuran.
Media selektif, merupakan media yang mendukung pertumbuhan
mikroorganisme tertentu (seleksi) dengan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang lain.
Media differensial, digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme
dan dapat digunakan untuk identifikasi, contohnya media agar tanah.
Pada fase pertumbuhan mikroorganisme terdapat empat fase pertumbuhan
yaitu fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase kematian.
Fase lag merupakan fase adaptasi yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada
suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel,
hanya peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah
awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.
Fase log merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media, dan
kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan masa yang
bertambah secara eksponensial, oleh karena itu fase log disebut juga fase
eksponensional.
Fase stasioner adalah pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi
keseimbangan antara sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Pada fase
ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik. Pada sebagian besar kasus
pergantian sel terjadi pada fase stasioner.
Fase kematian merupakan keadaan dimana jumlah sel yang mati meningkat,
dan faktor penyebabnya adalah ketidakseimbangan nutrisi dan akumulasi produk
buangan yang toksik. (Dr. Hasdianah H.R : 2012)
57
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain :
Mikrobiologi Lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
peranan mikroba yang ada di lingkungan alam (nature) maupun buatan
(artificial).
. Mikroorganisme memiliki banyak peranan dalam kehidupan, baik peranan
yang menguntungkan maupun peranan yang merugikan. Salah satu peranannya
yang merugikan adalah karena beberapa jenis mikroorganisme dapat
menyebabkan penyakit dan menimbulkan pencemaran. Sedangkan peranan yang
menguntungkan adalah peranannya dalam meningkatkan kesuburan tanah melalui
fiksasi nitrogen, bioremediasi, produksi antibodi, dan lain-lain
Jika setiap mikroorganisme mampu untuk beradaptasi dengan baik terhadap
perubahan lingkungan (tanah) maka populasinya bisa lestari atau tetap bertahan
hidup. Jika kalau tidak maka populasinya diganti dengan mikroba lainnya.
Perubahan lingkungan itu bisa saja perubahan fisik maupun kimiawi..
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan antara lain :
1. Perlu perhatian yang lebih lagi untuk pengembangan ilmu mikrobiologi,
mengingat begitu sentral dan pentingnya peranan mikroorganisme di
dalam kehidupan.
2. Perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut tentang kehidupan
mikroorganisme
58
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
6. Kehidupan berasal dari benda mati. Yang dikemukakan oleh Aristoteles disebut
juga dengan teori ?
A. Teori Biogenesis
B. Teori Big Bang
C. Teori Nebula
D. Teori Abiogenesis
E. Teori Evolusi Kimia
60
7. Mengapa John Needham percaya bahwa kehidupan berasal dari benda mati ?
A. Karena hewan-hewan yang hidup di air , ternyata ikan-ikan tertentu
melakukan perkawinan, kemudian bertelur. Dari telur-telur tersebut lahir
ikan-ikan yang sama dengan induknya.
B. Karena dari rebusan air kaldu yang dia diamkan selama beberapa hari
timbullah bakteri dalam kaldu tersebut.
C. Karena materi di angkasa menyatu dan memadat membentuk benda kecil
yang kemudian meledak. Ledakan ini menghasilkan bintang-bintang dan
planet.
D. Karena bahan organik merupakan bahan dasar organisme hidup, yang pada
mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di alam dengan bantuan
energi.
E. Karena terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi dan atmosfer.
8. Hipotesis yang menyatakan makhluk hidup hanya berasal dari sesuatu yang
hidup, disebut juga ?
A. Teori Biogenesis
B. Teori Big Bang
C. Teori Nebula
D. Teori Abiogenesis
E. Generatio Spontanea
61
12. Apa yang dapat disimpulkan dari percobaan yang dilakukan oleh Fransisco
Redi ?
A. Kehidupan berasal dari benda mati.
B. Senyawa-senyawa anorganik yang ada di atmosfer mengalami perubahan
sedikit demi sedikit membentuk senyawa organik. Senyawa organik itulah
yang merupakan komponen dasar makhluk hidup.
C. Timbulnya suatu kehidupan hanya mungkin jika telah ada suatu bentuk
kehidupan sebelumnya.
D. Asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi
dan atmosfer
E. Bahan organik merupakan bahan dasar organisme hidup, yang pada
mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di alam dengan bantuan
energi
62
17. Dalam jumlah yang lebih besar, mikroba tergantung pada tempat hidupnya.
Sebutkan bentuk hubungan kehidupan mikroba ?
A. Simbiosis, komensalisme, parasitisme
B. Ektoparasit dan endoparasit
C. Fisik dan kimia
D. Temporer dan stasioner
E. Monoxen, heteroxen, dan polixen
21. Pada pertumbuhan mikroorganisme sel baru terbentuk dengan laju konstan
dan masa yang bertambah secara eksponensial, terjadi pada fase ?
A. Fase log
B. Fase lag
C. Fase stasioner
D. Fase kematian
E. Semua benar
63
23. Faktor penyebab dari fase kematian dari pertumbuhan mikroorganisme
adalah?
A. Cahaya yang masuk ke dalam sel terlalu banyak
B. Sel tidak dapat membelah diri dengan baik
C. Ketidakseimbangan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik
D. Terjadi keseimbangan pH
E. Semua benar
64
Sel bakteri terdapat ribosom dan membrane plasma seperti yang terdapat pada
sel tumbuhan dalam perkembang biakan juga bakteri bisa berkembang biak
secara aseksual ataupun seksual. Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa
peptidoglikan. Peptidoglikan adalah suatu polimer yang terdiri dari
polipeptida pendek. Peptidoglikan memiliki ketebalan lapisan yang bervariasi
dari ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap respons pewarnaan, yang
digunakan dalam penggolongan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Dinding sel dari pada Eubacteria mengandung peptidoglikan, sedangkan pada
dinding sel Archaebacteria adalah tidak mengandung peptidoglikan. Dan salah
satu dari beberapa jenis bakteri mempunyai klorofil yaitu pigmen fotosintesis.
Virion hewan dan tumbuhan tersusun dari suatu inti asam nukleat yang
terletak di tengah dikelilingi oleh suatu kapsid, yang terbuat dari kapsomer-
kapsomer. Semua virion memiliki struktur simetri sejati namun, ada beberapa
virus hewan, nukleokapsid (asam nukleat dan kapsid) dibungkus oleh suatu
membran luar yang disebut sampul, yang terbuat dari lipoprotein dan
menyembunyikan simetri ini. asam nukleatnya itu sendiri mengandung ribose
dan deoksiribose. Beberapa virus hewan bersampul, seperti virus influenza
dan mikso virus yang lain, pada umumnya terdapat duri-duri yang terbuat dari
glikoprotein. Virus-virus hewan dan tumbuhan mengandung DNA atau RNA,
tetapi virion yang sama tidak dapat mengandung kedua-duanya.
65
media bentuk terdapat 3 macam cara yaitu media padat,media cair, dan media
semi padat.
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini
dibedakan menjadi 3 menurut bentuk dan wadahnya yaiu media tegak, media
miring, media lempeng. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan
tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang dipelihara. Ada yang
memerlukan kadar air tinggi sehingga jumlah tepung agar-agar rendah tetapi
adapula yang memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung
agar-agar harus sedikit. Media padat umumnya digunakan untuk bakteri, ragi,
jamur,dan kadang-kadang juga mikroalga.
66