Anda di halaman 1dari 16

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU – B

PEMERIKSAAN DAN UJI KERENTANAN SERTA UJI BIO ASSAY


PADA NYAMUK

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Pangestu, M.Kes


Beben Saiful Bahri, SKM, MKM
Dini Syafitri, SKM., MKM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 (D-IV A)

1. Ani Nuraini (P21335121010)

2. Aqiera Faiz Putra Wardoyo (P21335121011)

3. Balqis Amanda Salsabila (P21335121017)

3. Farhan Aulia Rizky (P21335121033)

6. Hizwa Naufal Muhammadi (P21335121041)

PRODI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN JAKARTA II
TAHUN AJARAN 2022/2023
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemeriksaan

dan Uji Kerentanan Serta Uji Bio Assay Pada Nyamuk”. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang

Penganggu - B semester lima program studi Sarjana Terapan jurusan Kesehatan Lingkungan

yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu - B

yaitu Bapak Drs. Pangestu, M.Kes, Bapak Beben Saiful Bahri, SKM, MKM dan Ibu Dini

Syafitri, SKM., MKM.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak

yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga segala bantuan yang telah

diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 10 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................

1.3 Tujuan.................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Siklus Hidup dan Tempat Perkembangbiakkan Nyamuk...................................................

2.2 Prosedur Pembuatan Spesimen Nyamuk............................................................................

2.3 Prosedur Pengepakkan dan Pengiriman Spesimen Nyamuk..............................................

2.4 Konsep Uji Kerentanan......................................................................................................

2.5 Uji Bio Assay Pada Nyamuk..............................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) yakni kejadian penyakit pada Masyarakat di Indonesia
dengan prevalensi yang tinggi. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia dan telah
menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Demam Berdarah
Dengue memiliki gejala berupa demam, sakit atau nyeri pada ulu hati terus-menerus,
pendarahan pada hidung, mulut, gusi atau memar pada kulit (InfoDatin, 2018).

Demam Berdarah Dengue tersebar luas di berbagai belahan dunia dan jumlah kasus
meningkat setiap tahun. Menurut World Health Organization (WHO) kasus Demam
Berdarah Dengue meningkat dari 505.000 pada 2019 menjadi 4,2 juta kasus. Jumlah
kematian yang dilaporkan juga meningkat pada tahun 2015 dari 960 menjadi 4.032.
Penyakit ini telah menyebar ke wilayah baru, termasuk Asia, Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi (WHO, 2019).

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peransebagai vektor dari agen
penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamukmasih merupakan masalah kesehatan
bagi masyarakat, baik di perkotaanmaupun di pedesaan, seperti: Demam Berdarah
Dengue (DBD), Malaria,Filariasis (kaki gajah), Chikungunya dan Encephalitis. Biasa
(KLB) yang pada beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami peningkatan jumlah
kasus maupun kematiannya. Nyamuk yang menyebabkan penyakit-penyakit tersebut
diantaranya adalah nyamuk anopheles, aedes,culex, dan lainnya (Suharyo, 2006).

Pengendalian vektor nyamuk terdiri dari beberapa langkah.langkah awal dengan


menurunkan populasi nyamuk, denganmemberantas tempat perindukan nyamuk dan juga
aktivitas untukmembunuh nyamuk dewasa ataupun larva nyamuk dengan
insektisida(Komariah, 2010). Penyemprotan rumah dan pemakaian kelambu
berinsektisida pada prinsipnya memperpendek umur nyamuk sehingga penyebaran dan
penularan penyakit dapat terputus (Sucipto, 2011).
Lnsektisida umumnya hanya diuji pada skala laboratorium,sementara berbagai faktor di
lapangan sangat berpengaruh. Faktor-faktoryang mempengaruhi residu insektisida
diantaranya adalah dosis, suhu dan kelembaban, jenis permukaan benda, alat semprot dan
ukuran droplet (Hariastuti, 2007).

Metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan/ daya bunuh insektisida yang
digunakan serta efek residual insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor
secara kimiawi disebut dengan metode bioassay, baik untuk pemberantasan nyamuk
dewasa maupun jentik. Dengan kata lain bioassay dilakukan untuk mengetahui efektif
atau tidaknya insektisida yang digunakan terhadap vektor dalam program pemberantasan
vektor.
2 Binatang pengganggu adalah binatang yang sifatnya mengganggu,
3 merusak, merugikan manusia baik secara fisik, ekonomi, kenyamanan dan
4 mental. Binatang yang dimaksud tidak hanya arthropoda, namun dapat
5 juga golongan vertebrata seperti tikus dan burung. Tikus memiliki kaitan
6 dan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang sangat erat. Karena
7 sifatnya yang merugikan
8 Binatang pengganggu adalah binatang yang sifatnya mengganggu,
9 merusak, merugikan manusia baik secara fisik, ekonomi, kenyamanan dan
10 mental. Binatang yang dimaksud tidak hanya arthropoda, namun dapat
11 juga golongan vertebrata seperti tikus dan burung. Tikus memiliki kaitan
12 dan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang sangat erat. Karena
13 sifatnya yang merugikan
14 Binatang pengganggu adalah binatang yang sifatnya mengganggu,
15 merusak, merugikan manusia baik secara fisik, ekonomi, kenyamanan dan
16 mental. Binatang yang dimaksud tidak hanya arthropoda, namun dapat
17 juga golongan vertebrata seperti tikus dan burung. Tikus memiliki kaitan
18 dan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang sangat erat. Karena
19 sifatnya yang merugika
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana siklus hidup dan tempat perkembangbiakkan nyamuk?

2. Bagaimana prosedur pembuatan specimen nyamuk?

3. Bagaimana prosedur pengepakkan dan pengiriman specimen nyamuk?

4. Bagaimana konsep uji kerentanan?

5. Bagaimana uji assay pada nyamuk?

1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai siklus hidup dan tempat
perkemmbangbiakkan nyamuk.

2. Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana prosedur pembuatan


specimen, prosedur pengepakkan hingga pengiriman specimen nyamuk.

3. Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai uji kerentanan dan uji bio assay pada
nyamuk.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Siklus Hidup dan Tempat Perkembangbiakkan Nyamuk

A. Siklus Hidup Nyamuk


1. Siklus Hidup Nyamuk (Aedes, Culex, dan Anopheles)
Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva (beberapa instar), pupa, dan
dewasa.
a. Telur
Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau dalam kelompok.
Telur-telur dari jenis Culex dan Culiseta, telur-telurnya biasa diletakkan berkelompok
(raft). Dalam satu kelompok bisa terdapat puluhan atau ratusan butir telur nyamuk.
Nyamuk Anopheles dan Aedes meletakkan telur di atas permukaan air satu per satu.
Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman.
Namun, bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah
diletakkan.
b. Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik. Berbeda dengan larva
dari anggota-anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai,
larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang
cukup jelas. Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan dirinya pada
permukaan air. Untuk mendapatkan oksigen dari udara, jentik-jentik nyamuk Culex
dan Aedes biasanya menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus pada permukaan
air,sedangkan Anopheles biasanya secara horizontal atau sejajar dengan permukaan
air. Ada jenis larva nyamuk yang hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin
(cutaneous diffusion) seperti Mansonia spp. Jenis-jenis Mansonia memiliki tabung
udara yang berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar
tanaman air (Harwood & James, 1979). Kebanyakan larva nyamuk menyaring
mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan
pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah sekitar 7 hari.
c. Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak
pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu.
Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Bila perkem-bangan
pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau tiga hari, maka kulit pupa pecah dan
nyamuk dewasa keluar serta terbang.
d. Dewasa

Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air
untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya dan sesudah mampu
mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari makan. Dalam keadaan
istirahat, bentuk dewasa dari Culex dan Aedes hinggap dalam keadaan sejajar dengan
permukaan, sedangkan Anopheles hinggap agak tegak lurus dengan permukaan.

B. Tempat Perkembangbiakkan Nyamuk


a. Aedes sp.
Nyamuk-nyamuk Aedes yang aktif pada waktu siang hari seperti Ae. aegypti dan Ae.
albopictus biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat penampungan
air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga (di
rumah, sekolah, kantor, atau di pekuburan), kaleng-kaleng atau kantung-kantung
plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, kulit-kulit
buah seperti kulit buah rambutan, tempurung kelapa, ban-ban bekas, dan semua
bentuk container yang dapat menampung air bersih (Gambar 4.2) (Sembel dkk.
2001/2002). Jentik-jentik nyamuk (nyamuk muda) dapat terlihat berenang naik turun
di tempat-tempat penampungan air tersebut. Kedua jenis nyamuk Aedes tersebut
merupakan vektor utama penyakit demam berdarah.
b. Culex sp.
Nyamuk-nyamuk Culex ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada yang aktif
pada waktu sore atau malam. Nyamuk-nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di
selokan- selokan yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik
yang kotor (air organik), serta di tempat-tempat penggenangan air domestik atau air
hujan di atas permukaan tanah Jentik-jentik nyamuk Culex sering kali terlihat dalam
jumlah yang sangat besar di selokan-selokan air kotor. Jenis-jenis nyamuk seperti
Culex pipien dapat menularkan penyakit filariasis (kaki gajah), ensefalitis, dan virus
chikungunya.
c. Armigeres sp.
Nyamuk Armigeres ada yang berbiak dalam kantung tanaman yang menampung air,
contohnya Armigeres sembeli (Toma & Miyagi, 2002). Jentik-jentik nyamuk
berkembang dalam air yang tertampung dalam kantung tanaman seperti Nephenthes
ampularia dan tumbuh disana sampai menjadi dewasa.
d. Mansonia sp.

Nyamuk Mansonia biasanya berbiak dalam kolam-kolam air tawar seperti kolam ikan.
Larva-larva nyamuk ini bernapas dengan memenetrasi akar tanaman air. Nyamuk
Mansonia selain menularkan penyakit chikungunya juga dapat menularkan penyakit
filariasis dan ensefalitis.

2.2 Prosedur Pembuatan Spesimen Nyamuk

- Tujuan

Tujuan Umum : mendapatkan spesimen nyamuk untuk koleksi referensi

Tujuan Khusus

a. Tim pengumpul data dapat membuat awetan kering nyamuk

b. Tim pengumpul data dapat memberi identitas spesimen dengan benar

c. Tim pengumpul data dapat mengelola spesimen kering nyamuk

- Prinsip

Spesimen nyamuk yang telah diidentifikasi dibuat awetan kering dengan ditempelkan
pada paper point pada jarum serangga nomor 3 dengan menggunakan cat kuku.
Spesimen diberi identitas spesies, lokasi penangkapan, tanggal penangkapan dan
metode penangkapan yang ditulis pada kertas label.

- Alat dan Bahan

1. Nyamuk hasil koleksi, atau nyamuk hasil pemeliharaan jentik dari genus selain
Aedes.

2. Aspirator

3. Pensil

4. Spidol 0,1

5. Cawan petri

6. Kertas label

7. Pinset

8. Kotak serangga

9. Pinning block

10. Mikroskop

11. Punch point

12. Buku identifikasi

13. Jarum serangga no 3

14. Cat kuku bening

15. Kapur barus

16. Kertas buffalo

17. Campuran Etil asetat dan Chloroform

18. Kapas

19. Stiker kode lingkungan

- Cara Kerja

1. Paper point dibuat dengan menggunakan punch point.

2. Jarum serangga no 3 ditusukkan pada sisi paper point yang lebar.


3. Proses penusukan jarum pada paper point dilakukan dengan menggunakan
pinning block.

4. Potongan kapas dibasahi dengan etil asetat.

5. Kapas diletakkan di atas kasa penutup gelas kertas untuk mematikan nyamuk.

6. Nyamuk dipindahkan di dalam cawan petri berisi kapas etil asetat, dan diatur
supaya posisi nyamuk tidak saling bertumpukan. Cawan petri ditutup, nyamuk
didiamkan hingga kaki-kakinya menjulur lurus.

7. Posisi nyamuk yang akan dibuat spesimen diatur agar kepala berada disebelah
kanan.

8. Bagian ujung runcing paper point dicelup ambroid/kuteks bening kemudian


dilekatkan pada bagian lateral (samping) thoraks nyamuk.

9. Masing-masing spesimen diidentifikasi. Identitas mengenai spesies, lokasi


penangkapan, tanggal penangkapan dan metode penangkapan ditulis pada kertas
label yang ditusukkan pada bagian bawah paper point.

10. Spesimen nyamuk teridentifikasi disimpan pada kotak serangga yang telah
dilengkapi dengan kapur barus.

11. Stiker kode lingkungan ditempelkan pada bagian luar kotak serangga.

2.3 Prosedur Pengepakkan dan Pengiriman Spesimen Nyamuk

2.4 Konsep Uji Kerentanan

2.5 Uji Bio Assay Pada Nyamuk

Dasar Pemikiran

Kekuatan atau daya bunuh insektisida yang di gunakan untuk pengendalian vektor cara
kimiawi, baik untuk pengendalian stadium dewasa maupun jentik perlu diukur. Kecuali
daya bunuhnya terhadap nyamuk sasaran , efek residual insektisida yang digunakan perlu
pula diketahui. Untuk keperluan tersebut,di gunakan suatu alat yang dinamakan Bio
Assay Test Kit. Uji boi assay ini dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa ataupun
untuk jentik.

Uji Bio Assay Untuk Nyamuk Dewasa

a. Uji untuk daya bunuh kontak yang di semprotkan di dinding.

Perlakuan pada nyamuk-nyamuk yang mempunyai keadaaan fisiologis yang sama


pada suatu tempat yang permukaan dindingnya telah di semprot dengan insektisida
tertentu, selama priode waktu tertentu (minimsl 30 menit), kemudian angka
kematiannya di hitung setelah observasi 24 jam.

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : nyamuk dari species
tertentu yang akan di coba, beberapa jenis permukaan dindingnya yang sudah di
semprot dengan insectisida yang bersifat residual misalnya tembok, papan kayu,
bambu dan lain-lain, aspirator bengkok (sucking tube), kerucut bio assay (bio assay
cone), dello pane (untuk melekatkan bio assay cone pada permukaan dinding, gelas
kertas (paper cup), kotak nyamuk (untuk nyamuk hidup), tomer (pengukur waktu),
larutan air gula dan kapas.

Cara kerja uji bio assay untuk daya bunuh kontak adalah sebagai berikut:

1. Menempelkan bio assay cone pada suatu permukaan dinding yang telah di
semprot.

2. Masukan nyamuk-nyamuk yang sehat (blood fed) yang akan di coba ke dalam
kerucut bio assay dengan menggunakan aspirator sampai priode waktu tertentu
yang diperlukan,misalnya 30 menit ,1 jam,2 jam dan seterusnya. Waktu yang di
sarankan adalah 1 jam (standart).

3. Setelah batas waktu yang di tentukan ,pindahkan nyamuk-nyamuk yang masih


hidup untuk masing-masing kerucut ke grlas kertas yang bersih untuk
penyimpanan selama 24 jam dalam kotak nyamuk dengan diberi makan larutan
gula dan ditaruh thermometer untuk mengukur tempratur selama observasi 24
jam. Setelah priode 24 jam penyimpanan, dapat di ketahui angka kematinnya.
Apabila presentase kematian control berkisar antara 5 - 20 % maka digunakan
rumus Abbot untuk factor koreksi. Pengukuran kelembaban dan tempratur di
lakukan selama pengamatan 24 jam.

Gambar: Peralatan Uji Coba Bio Assay Untuk Racun Kontak:

(1) Aspirator bengkok (2) pita spon berperekat (3) Kone plastik trnsparan.

Gambar : Mengisi dan mengambil nyamuk yang diuji dari kone pada dinding.

Uji Untuk Insektisida Yang Digunakan Untuk Pengabutan

Perilaku terhadap nyamuk-nyamuk sejenis yang disimpan pada kurungn kecil terhadap
efek dari pengabutan dari swingfog(ULV) selam jangka waktu tertentu (biasanya 1 jam)
pada waktu pengabutan sedang berlangsumg atau beberapa waktu tentu setelah
pengabutan. Kemudian nyamuk- nyamuk tersebut dipisahkan dan disimpan pada tempat
yang bersih selama 24 jam dengan diberi makan larutan gula.

Alat dan bahan yang di gnakan uji bio assay untuk insektisida pengabutan adalah sebagai
berikut: kurungan kecil (rangkanya terbuat dari dari kawat dikelilingi oleh kasa yang
merupakan dinding dari kurungan tersbut),alat pengabut (swingfog/ULV), nyamuk
sejenis dari species tertentu yang akan dicoba, aspirator(sucking tube), larutan gula dan
kapas, hygrometer dan thermometer, gelas kertas (paper cup), kotak nyamuk (untuk
nyamuk hidup).

Gambar : Kurungan Nyamuk


Cara Kerja Uji Bio Assay untuk insektisida yang digunakan untuk pengabutan
adalah sebagai berikut :

1. Masukan kira –kira 20 ekor nyamuk betina dari jenis tertentu yang akan di coba ke
dalam ruangan kecil ( sebaiknya nyamuk tersebut dipilih yang sehat).

2. Gantungkan kurungan keil yang telah berisi nyamuk pada ruangan yang akan di kabut
(diasap). Pengabutan dilakukan pada ruangan dimaksud dan tutup semua pintu dan
jendela ruangan .

3. Diamkan kurungan yang berisi nyamuk selama 1 jam .Setelah 1 jam, periksa dan
hitung bila ada nyamuk yang mati, sedangkan nyamuk yang hidup dipindahkan dan
simpan pada tempat yang bersih selama priode 24 jam dan di beri makan air gula.

Uji Bio Assay Untuk Jentik

Uji coba assay jentik bertujuan untuk menilai secara langsung efek daya racun dari
larvasida pada sarang nyamuk yang telah diberi larvasida (mengandung larvasida)
dengan cara memasukan jentik nyamuk dari species tertentu yang berasal dari koloni
laboratorium, selama jangka waktu tertentu ke dalam suatu tempat (sarang nyamuk) yang
telah diberi larvasida .

Alat dan bahan yang digunakan uji bio assay untuk jentik adalah sebagai berikut:

beberapa silinder berukuran kira-kira 20 Cm dan gratis tengah 10 Cm yang terbuat dari
kawat kecil yang dibatasi dinding kain kasa halus yang tidak dapat dilauli oleh jentik
(terutama stadium III dan stadium IV), jentik stadium III dan IV yang akan digunakan
dalam test, piper kecil untuk jentik, ciduk (saringan) jentik terbuat dari kain kasa yang
halus, thermometer air.

Cara Kerja Uji bio assay jentik adalah sebagai berikut :

1. Masukan silinder (kurugan jentik) ke dalam air sarang nyamuk dengan posisi kira-kira
13-15 Cm tinggi silinder tersebut berada di bawah permukaan air (terendam)
sedangkan tinggi silinder yang 7 Cm tetap berada di atas permukaan air dan di
usahakan silinder tersebut tidak hanyut atau tengelam.
2. masuakan sejumlah jentik ke dalam silinder tersebut dan kemudian diadakan
pengamatan terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh larvasida dengan periode
waktu tidak lebih dari 24 jam.

3. Catat dan hitung angka kematiannya. Sebaiknya dilakukan pengukuran temperature


air.

Interpretasi Data

Apabila uji ditunjukan untuk insektisida yang disemprotkan di dinding, baik daya bunuh
kontak maupun fumigasi, maka angka kematian antara 50-100% masih dapat
digolongkan baik. Tetapi apabila uji ditunjukan terhadap pengabutan, maka pengabuatan
dikatakan baik apabila uji tersebut menunjukan kematian 1000%.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Kuat Prabowo dan Syamsuddin. 2019. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan : Pengendalian
Vektor dan Tikus. Halaman 47-55. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai