Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH JURNAL

LALAT RUMAH (Musca domestica)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah “Parasitologi”

Dosen: Nurul Inayati, S.si.,M. sc

Disusun oleh:

DWI OKTAVIANI
NIM. P07134120010A

PRODI D4 TEKNIK LABORATORIUM MEDIS

ALIH JENJANG SEMESTER VII

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MATARAM

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas yang telah
diberikan oleh salah satu dosen dari mata kuliah Parasitologi, makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis maupun mahasiswa jurusan kesehatan
lingkungan lainnya, terutama bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapakn terima kasih bagi semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala
senantiasa memberikan rahmat serta lindungan-Nya untuk kami. Aamiin.

Mataram, 01 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
A. Klasifikasi dan Morfologi lalat Musca domestica ............................ 4
B. Siklus Hidup ..................................................................................... 4
C. Sifat dan Perilaku ................................................................................ 7
D. Peranan lalat........................................... .......................................... 9
E. Potensi musca domestica sebagai vektor beberapa penyakit.............. 9

F. Pengendalian kepadatan lalat ............................................................. 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 20


A. Kesimpulan....................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa Agen Penyakit yang dapat Dipindahkan oleh Musca

ii
domestica

DAFTAR GAMBAR

iii
Gambar 1. Morfologi Lalat Musca domestica
Gambar 2. Siklus Hidup lalat Musca domestica

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang termasuk dalam Ordo Diptera
family Muscidae. Lalat rumah dikenal sebagai vektor penyakit bagi manusia.
Distribusinya sangat luas dan bergantung pada kebersihan lingkungan. Habitat lalat
rumah banyak ditemukan di tempat sampah.
Vektor penyakit adalah organisme hidup yang dapat menularkan agent penyakit
dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia. Penularan penyakit pada manusia
melalui vektor berupa serangga dikenal sebagai vectorborne disease (Chandra, 2007).
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit
sehingga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai
vector – borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat
endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
Penularan Melalui Vektor dibagi 2 yaitu:
a) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya
bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya
atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran
pencernaan serangga. Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan.
b) Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan
(propagasi/multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau
kombinasi kedua-duanya. (“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit
ditularkan oleh serangga kepada orang/binatang lain.
Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit
penyakit bisa ditularkan secara vertical dari induk serangga kepada anaknya melalui
telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari
satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh serangga
dari bentuk nimfe ke serangga dewasa. Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga

1
menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan
cara deposisi kotoran serangga pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam
tubuh manusia melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini
bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan
penyakit dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.
Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan
penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD),
malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera,
typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan
dapat melalui beberapa cara yaitu :
a. Dari orang ke orang
b. Melalui udara
c. Melalui makanan dan air
d. Melalui hewan
e. Melalui vektor arthropoda (Chandra,2003).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah


sebagai berikut.
1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi dari lalat rumah (Musca domestica)?

2. Bagaimana siklus hidup dari lalat rumah (Musca domestica)?

3. Bagaimana kebiasaan/cara hidup populasi lalat rumah (Musca domestica)?

4. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan larva musca domestica?

5. Bagaimana potensi musca domestica sebagai vektor penyakit?

6. Bagaimana cara pengendalian lalat musca domestica?

2
C. TUJUAN
Untuk mengetahui klaisfikasi/taksonomi, ciri- ciri, siklus hidup, sifat dan
perilaku, peranan, pengendalian, kepadatan populasi, pertumbuhan perkembangan dan
vektor penyakit lalat rumah Musca domestica.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi/ Taksonomi

Diptera merupakan salah satu ordo terbesar dari serangga dengan keragaman
jenis yang tinggi dan sebagian besar tersebar secara kosmopolitan yang artinya dapat
ditemukan di sebagian besar belahan bumi. Istilah “Diptera“ menunjukkan bahwa
kelompok serangga ini memiliki dua pasang sayap pada masa embrional. Pasangan
sayap belakang mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi alat keseimbangan
berupa sepasang kenop bertangkai yang disebut halter sedang sepasang sayap lainnya
menjadi sayap sejati. Kebanyakan Diptera bertubuh lunak serta mempunyai
kepentingan ekonomi yang cukup besar (Borror et al. 1992).
Klasifikasi Musca domestica Linn dalam West (1951) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Cylorrhapha
Famili : Muscidae
Subfamili : Muscinae
Genus : Musca
Spesies : Musca domestica
Gambar 1. Morfologi Lalat
Keterangan:
A. Tarsus
B. Antena
C. Toraks
D. Mata Sayap

(Sumber Panca,2012)

4
Musca Domestica Tanda-tanda umum:
1. Ukuran 6-9 mm, warnanya kelabu hitam
2. Pd bag dorsal thorax tdp 4 buah garis longitudinal
3. Kepala: sepasang antene yg ta 3 segmen berbulu/ arista
4. Mempunyai mulut tipe menghisap
5. Mempunyai satu pasang sayap dg ciri khusus vena ke 3 & ke 4 saling bertemu pd
bag terminal
6. Mempunyai 3 pasang kaki, jenis kelamin terpisah
7. Habitat: tempat kotor (sampah, kotoran hewan, bangkai)
8. Mata majemuk: jantan (holoptik), betina (dichoptik)
Berikut adalah struktur morfologi dari lalat rumah, yang merupakan vector
penyakit parasit. Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam
keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina
mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas,
ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan
bawah. Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan
untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian
ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan
saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya
mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap
mendekati garis ketiga.
Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan
pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya
mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar
rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada
permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya.

5
B. Siklus Hidup
Gambar 2. Siklus Hidup Musca Domestica

Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna, diawali


dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih tempat-
tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah dan bahan
busuk lainnya (Kadarsan 1983).
Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai krem,
berukuran panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya tumpul dan bulat,
ujung anterior lebih lonjong (West 1951). Telur menetas kurang dari 24 jam setelah
diletakkan, tergantung pada keadaan cuaca. Pada suhu 15-20 oC, periode menetas telur
berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu 25-35 oC hanya 8-12 jam. Musca domestica
bertelur secara berkelompok pada bahan organik yang basah tetapi tidak cair (Chong
dan Zairi 1995 dalam Permatasari 2002). Setiap kelompoknya mengandung 100-150
butir telur. Dalam waktu sekitar 10-20 jam telur menetas menjadi larva (Kadarsan
1983).
Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu segmen
kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna putih dan berbentuk
silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul, sedangkan di bagian anterior
berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva terbentuk dari selaput luar (kutikula) dan
lapis dalam yaitu epitelium. Larva tidak mempunyai mata atau anggota badan walaupun
mempunyai beberapa duri di bagian ventral yang berfungsi membantu pergerakan

6
(Axtell 1986).
Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II lamanya 24
jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II tembus cahaya dan larva III
putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai sepasang spirakel posterior yang
bersklerosis yang berbentuk khusus dan dapat menjadi ciri identifikasi larva. Larva
memakan bakteri, jamur dan bahan yang membusuk. Sebelum menjadi pupa, larva
tersebut tidak makan dan migrasi ke tempat kering dan dingin (Chong dan Zairi 1995
dalam Permatasari 2002).
Ketika pupa terbentuk, kulit larva akan mengkerut dan membentuk puparium
yang silinder. Selanjutnya kutikula mulai mengeras. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari
pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka hidup pada kelembaban rendah daripada larva (West
1951).
Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian depan pupa,
dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium) yang berada di depan
kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak, berwarna abu-abu dan sayapnya
kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya direntangkan kemudian kutikula mengeras
dan menjadi gelap. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan setelah sayapnya
direntangkan yaitu 2-24 jam setelah keluar dari pupa (Chong dan Zairi 1995 dalam
Permatasari 2002).

C. Sifat dan Perilaku

1. Kebiasaan Hidup
Lalat musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe alat mulut
penjilat dan penghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe penggigit. Lalat
musca domestica paling dominan banyak ditmukan ditimbunan sampah dan kandang
ternak. Musca domestica lebih banyak mengerumuni bahan-bahan sampah yang berupa
sayur-sayuran dan yang mengandung karbohidrat dan kurang menyukai bahan yang
mengandung protein.
2. Tempat Prindukan atau Berkembang Biak
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda – benda organik,

7
tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh – tumbuhan bususk.
3. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata –
rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari tempat berkembangbiak.
4. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke makanan yang
lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan oleh manusia (susu, gula)
pada tinja dan darah juga disukai oleh lalat, pada protein lebih suka digunakan untuk
bertelur. Sehubung dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau
makanan basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi dulu oleh ludahnya baru
kemudian dihisap. Lalat memepunyai kebiasaan memuntahkan makanan yang telah
dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi menularkan bibit penyakit pada manusia.
5. Tempat Istirahat
Lalat beristirahat ditempat – tempat tetentu. Pada siang hari bila lalat tidak
makan, mereka akan beristirahat di lantai, dinding, langit – langit, jemuran pakaian,
rumput- rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat – tempat dengan tepi yang
tajam dan permukaan vertikal. Biasanya tempat istirahatnya terletak berdekatan dengan
tempat makanannya atau tempat berkembangbiaknya dan biasanya terlindung dari
angin.
6. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada
musim panas berkisar antara 2 – 4 minggu, sedang pada musim dingin bisa mencapai
70 hari.
7. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 150C dan aktivitas optimum pada
temperatur 210C. Pada temperatur dibawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi
kematian pada lalat.
8. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temepratur setempat. Dimana
kelembaban ini berbalik terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musim hujan

8
lebih banyak daripada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin kencang,
sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan pada waktu kecepatan angin yang
tinggi.
9. Sinar
Lalat merupakan serangga bersifat fototropik (menyukai sinar). Pada malam
hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung
sepenuhnya pada temperatur dan kelembababan.

D. Peranan Lalat

Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak


diketahui. Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di tempat-tempat yang
kotor yaitu tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat membawa
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Lalat selain sangat mengganggu juga ada
yang berperan sebagai vector mekanik beberapa penyakit (Kartikasari, 2008).

E. Potensi musca domestica sebagai vektor beberapa penyakit

Organisme yang disebarkan M. domestica kurang lebih ada 100 jenis yang
bersifat patogen terhadap manusia dan hewan. Lalat ini membawa agen penyakit yang
diperoleh dari sampah, limbah buangan rumah tangga dan sumber kotoran lainnya.
Agen penyakit ditularkan dari mulut melalui vomit drops, feses dan bagian tubuh
lainnya yang terkontaminasi dan dipindahkan pada makanan manusia atau pakan
hewan/ternak.
Lalat rumah berperan dalam transmisi atau penularan agen penyakit secara
mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusian maupun hewan. Dan berbagai
penyakit penting yang dapat ditularkan oleh lalat pengganggu ini adalah penyakit viral
seperti poliomielitis, hepatitis, trakhoma, coxsackie dan infeksi ECHO virus. Lalat
rumah dapat menimbulkan penyakit seperti lambung dan usus (enterogastrik), disentri,
diare, salmonellosis (tifoid, paratifoid, enteritis, keracunan makanan), kolera dan wabah
penyakit mata (epidemic conjuctivitis).

9
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa
dan telur cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya.
LalatMusca domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Tricuris
trichiura,Cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamlia, dan Balantidium coli), bakteri usus (Salmonella,
Shigella dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia),
dan Mycobacteriumtuberculosis. Lalat domestica dapat bertindak sebagai vector
penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit. Lalat Stomoxys merupakan penyakit
surra (disebabkan oleh Trypanosima evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic
miasis dan enteric pseudomiasis (walaupun jarang).(Kartikasari, 2008).
M. domestica bertindak sebagai vektor penyakit, artinya lalat ini bersifat
pembawa/memindahkan penyakit dari satu tempat ke tempat lain. Terdapat dua
macam vektor yaitu vektor mekanis dan vektor biologis. Disebut vektor mekanis
apabila agen penyakit di dalam tubuh vektor tidak mengalami perubahan. Sedangkan
bila agen penyakit pengalami perubahan (bertambah banyak, berubah siklus atau
keduanya) di dalam tubuh vektor disebut sebagai vektor biologis.
M. domestica bukan merupakan parasit obligat tetapi merupakan vektor yang
penting dalam penyebaran agen penyebab penyakit. Disamping itu juga dapat
menyebabkan myiasis atau memperparah keadaan luka pada jaringan akibat infestasi
lalat.
M. domestica adalah spesies lalat yang banyak berperan sebagai vektor mekanis
pada beberapa penyakit (7,9). Menurut Arroyo (1998), seekor lalat M. domestica dapat
membawa sekitar lebih dari 100 macam organisme patogen yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan.
Selama ini lalat rumah dikenal hanya dapat menyebabkan penyakit secara tidak
langsung karena perannya sebagai vektor mekanik atau perantara berbagai penyakit.
Lalat berkembang biak pada media berupa tinja atau feses, karkas, sampah, kotoran
hewan dan limbah buangan yang banyak mengandung agen penyakit, dengan demikian
lalat mudah tercemari oleh agen penyakit baik di dalam perut, bagian mulut dan kaki.
Kontaminasi terjadi pada bagian mulut atau bagian tubuh lalat yang lain seperti kaki,

10
ketika lalat tersebut makan feses yang mengandung agen penyakit, kemudian terbang
dan hinggap pada makanan sehat sambil memindahkan agen penyebab penyakit (4).
Transmisi mekanis patogen biasanya harus terjadi dalam beberapa jam agar dapat
dengan efektif menginfeksi karena daya tahan sebagian agen penyebab penyakit ketika
berada dalam vektor pembawa sangat singkat.
Patogen ditularkan oleh M. domestica ke manusia saat lalat hinggap pada
makanan dan melakukan regurgitasi (vomit drops) yang secara alami dilakukan
sebelum dan selama menelan makanan untuk membantu makannya serta defikasi (4).
Eskreta dari regurgitasi dan defekasi inilah yang mengandung agen penyakit. Lalat ini
bukan pemakan darah, tetapi dapat mengikuti lalat penghisap darah, makan darah yang
busuk dan cairan jaringan. Agen penyakit berpindah dari feses atau ludah pada kutikula
dan probosis lalat ke manusia/ hewan akibat perilaku yang dikenal dengan istilah
regurgitasi. Bibit penyakit dipindahkan melalui rambut- rambut yang terdapat pada kaki
dan badan serta bagian mulut dari lalat (1). Kebiasaan terbang kemudian pergi dan
kembali lagi dari feses ke makanan sangat memungkinkan untuk terjadinya proses
penularan penyakit.

Berbagai penyakit penting yang dapat ditularkan oleh lalat antara lain penyakit
viral seperti poliomielitis, hepatitis, trakhoma, coxsackie dan infeksi ECHO virus.
Berbagai jenis bakteri enteropatogen yang berhasil diisolasi dari M. domestica yang
dikoleksi dari tempat sampah dan kandang ayam antara lain adalah Acinetobacter sp,
Cirtobacter freundii, Enterobacter aerogenes, Enterobacter aggolerans, Escherichia
coli, Hafnia alvei, Klebsiella pneumoniae, Morganella morganii, Proteus vulgaris,
Pseudomonas sp dan Salmonella sp., (4). Graczyck et al., (1999) menyatakan M.
domestica juga berperan sebagai inang transport (pembawa) Staphylococcus sp dan
Pseudomonas sp.
Penyakit lambung dan usus (enterogastrik) pada manusia seperti bacillary
disentri, salmonellosis (thypoid, parathypoid fever), enteritis, keracunan makanan dan
cholera juga ditularkan oleh lalat rumah (4). Pada beberapa kasus, lalat rumah juga
bertindak sebagai vektor penyakit kulit seperti lepra dan yaws (frambusi atau patek)
juga vektor untuk wabah sakit mata (epidemic conjunctivitis)

11
Tabel 1. Beberapa Agen Penyakit yang dapat Dipindahkan

oleh M. domestica
Protozoa Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Sarcocystis
sp, Trichomonas sp, Eimeria tenella dan Isospora sp,
Giardia Lamblia
Cacing Enterobius vermicularis, Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma, Necator, Taenia, Dipylidium caninum,
Trichuris trichiura, Habronema muscae, Toxocara
canis dan Strongyloides stercoralis.
Bakteri Acinetobacter sp, Cirtobacter freundii, Enterobacter
aerogenes, Enterobacter agglomerans, Hafnia alvei,
Klebsiella pneumonia, Moganella morganii, Proteus
vulgaris, Pseudomonas sp, Salmonella sp, Listeria sp,
Shigella sp, Vibrio cholera, Staphylococcus aureus dan
M. leprae.
Virus Virus penyebab poliomielitis, hepatitis, trakhoma,
coxsackie, infeksi ECHO virus dan Aujeszky’s disease

Munculnya penyakit menular tertentu saat ini yang disebut emerging diseases,
disebabkan oleh agen penyakit golongan bakteri, virus, protozoa dan penyakit yang
ditularkan oleh vektor. Pengendalian penyakit menular perlu ditingkatkan karena
disamping penyakit emerging juga terdapat kelompok penyakit lain yang kembali
muncul yaitu penyakit re-emerging dan new emerging. Emerging, re- emerging dan
new emerging diseases merupakan penyakit yang cepat menyebar dan menjadi fokus
perhatian dalam pencegahan dan pengobatan penyakit dibidang kesehatan masyarakat
baik di negara industri maupun negara berkembang.
Mengutip dari beberapa jurnal hasil penelitian tentang pertumbuhan dan
perkembangan larva dari musca domestica serta kepadatan lalat di tempat pembuangan
sampah di jatibarang tahun 2017
1. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan dari larva lalat rumah yang hidup pada

12
kotoran ternak yang berbeda. Berdasarkan pada rata-rata waktu perkembangan,
keberhasilan hidup larva, dan ukuran tubuh imago maka urutan dari kotoran
hewan yang terbaik sebagai media hidup larva lalat rumah adalah kotoran ayam,
kotoran kuda, dan kotoran sapi
2. Lalat rumah lebih menyukai kondisi fisik sampah yang sebagian besar
merupakan sampah baru dengan bahan organik yang banyak sehingga
mengundang lalat untuk mencari sumber makanan dan untuk berkembang biak,
telur lalat diletakkan pada bahan organik yang membusuk dan lembab.

F. Pengendalian kepadatan Lalat

Lalat banyak terdapat di berbagai habitat, misalnya air, pasir, tumbuhan,


dibawah kulit kayu, batu dan binatang. Salah satu habitat lalat yang cukup baik
adalah di tempat pembuangan sampah. Hal ini berhubungan dengan insting dan
bionomik lalat memilih tempat-tempat yang kelak secara langsung dijadikan sumber
makanan bagi larva setelah menetas dari telur, yang semuanya dapat ditemukan pada
sampah.
Keberadaan sampah dapat memberikan pengaruh kesehatan bagi masyarakat
karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan penyakit. Pengaruh sampah
terhadap kesehatan secara tidak langsung dapat berupa penyakit bawaan vektor yang
berkembangbiak di dalam sampah, sampah yang telah mengalami penimbunan dapat
dimanfaatkan oleh lalat sebagai sarang dalam proses perkembangbiakannya.
Usaha pengendalian lalat seharusnya merupakan salah satu program di setiap
daerah. Perlu diadakan pengendalian lalat yang melibatkan partisipasi masyarakat yang
dinamakan dengan community fly control. Program ini dilakukan karena jarak terbang
lalat yang jauh yaitu sekitar 6-9 Km, apabila pengendalian dilakukan perorangan akan
sulit berhasil sehingga diperlukan partisipasi dari banyak individu masyarakat untuk
proses pengendaliannya.

Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang

13
sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam
lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif
serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan.
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.

1) Kandang ternak
b) Kandang harus dapat dibersihkan
c) Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari
d) Terdapat saluran air limbah yang baik (HAKLI, 2009).
2) Kandang ayam dan burung
a) Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar,
kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
b) Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval
(disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992).
3) Timbunan kotoran ternak
Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur
tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian, kotoran
sebaiknya diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi selokan agar
lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran
sacara menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan
kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat
membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoranakibat proses
fermentasi (HAKLI, 2009)
4) Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah
perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya
menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu
dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic
tank (HAKLI, 2009).
Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial untuk

14
tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada daerah tersebut jarang
sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi syarat kesehatan, bahkan banyak
diantaranya yang hanya menggunakan lahan terbuka sebagai jamban. Sebaiknya, bila
fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang
air besar pada jarak ± 500 meter dengan arah angin yang tidak mengarah ke dekat
tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air bersih dengan
membuat lubang dan menutupnya secara berlapis agar tidak menimbulkan bau yang
dapat merangsang lalat unutk datang dan berkembang biak (DEPKES, 1992).
5) Sampah basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan
baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan
pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke
lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang
sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah
dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 –4 hari (DEPKES, 1992).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal
yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut.
Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan
sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari dengan tanah setebal 15 - 30 cm. Hal ini
bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang biakan lalat. Lokasi tempat
pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak beberapa kilometer dari rumah
penduduk.
6) Tanah yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, septic tank dan
rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor.
Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu
dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi.
Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan
ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan
(DEPKES, 1992).

15
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dilakukan dengan:
1) Menjaga kebersihan lingkungan
2) Membuat saluran air limbah (SPAL)
3) Menutup tempat sampah
4) Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat
pembuang bau (Exhaust) (DEPKES, 1992).

c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman


penyakit.
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak
antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa
kontak dengan kotoran.
2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan
penderita sakit mata.
3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan
bangkai binatang.
4) Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak dengan lalat
dengan :
a) Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
b) Makanan disimpan di lemari makan
c) Membungkus makanan
d) Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
e) Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
f) Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat
g) Penggunaan kelambu atau tudung saji

16
h) Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
i) Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap (DEPKES, 1992).

2. Pemberantasan secara langsung


Metode membunuh telur, larva, maupun lalat dewasa secara langsung dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Metode fisik
Metode fisik merupakan metode yang murah, mudah dan aman tetapi kurang
efektif apabila digunakan pada tempat dengan kepadatan lalat yang tinggi. Cara ini
hanya cocok digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel,
supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, atau buah-buahan
(DEPKES, 1992).
1) Fly traps
Metode ini terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan kontainer/kaleng
tempat umpan (bait) dengan volume 18 liter. Bagian kedua terdiri dari sangkar tempat
lalat terperangkap berbentuk kotak dengan ukuran : 30 cm x 30 cm x 45 cm. Dua
bagian tersebut disusun dengan sangkar berada diatas, jarak antara dua bagian tersebut
diberi sekat berlubang 0,5 cm sebagai jalan masuk lalat ke dalam perangkap (HAKLI,
2009).
Kontainer/kaleng harus terisi setengah dengan umpan yang akan membusuk di
dalam kontainer/kaleng tersebut. Perlu diperhatikan bahwa jangan sampai ada air
tergenang dibagian bawah kotainer tersebut. Dekomposisasi sampah basah dari dapur
seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan merupakan umpan yang paling baik
(DEPKES, 1992).
Model ini bisa digunakan selama 7 hari setelah itu umpan dibuang dan
diganti. Fly traps dapat menangkap lalat dalam jumlah besar dan cocok untuk
penggunaan diluar rumah, diletakkan pada udara terbuka, tempat yang terang dan
terhindar dari bayang-bayang pohon (HAKLI, 2009).

2) Sticky tapes

17
Alat ini berupa tali/pita yang dilumuri larutan gula sehingga lalat akan lengket
dan terperangkap. Bila tidak tertutup debu alat sticky tapes bisa bertahan selama
beberapa minggu. Cara pemasangannya adalah dengan menggantungkannya dekat atap
rumah (HAKLI, 2009).

Insektisida juga bisa ditambahkan untuk mematikan lalat yang telah menempel
pada perangkap tersebut. Insektisida yang biasa dipakai antara lain adalah diazinon,
malathion, ronnel, DDVP, dibrom, dan bayer L 13/59 (Santi, 2001).

3) Light trap with electrocutor


Prinsip alat ini adalah membunuh lalat dengan listrik. Lalat yang hinggap pada
lampu akan kontak dengan electrocuting grid yang membingkai lampu dengan
cahaya blueatau ultraviolet. Dalam penggunaannya perlu diujicoba terlebih dahulu
karena tidak semua lalat tertarik dengan alat ini. Alat ini banyak dipakai di dapur rumah
sakit, restoran, lokasi penjualan buah supermarket (HAKLI, 2009).

4) Pemasangan kawat/plastik kasa pada pintu dan jendela serta lubang


angin/ventilasi
5) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri (DEPKES, 1992).

b. Metode kimia

Pengendalian lalat dengan bahan kimia (insektisida) direkomendasikan hanya


jika benar-benar diperlukan misalnya pada kondisi KLB kolera, disentri, atau trachoma.
Hal ini dilakukan guna menghindari kemungkinan terjadinya resistensi. Beberapa
metode kimia yang dapat dilakukan adalah Vaporizing (slow release), toxic bait, space
spraying (quickly knocked down, short lasting) di dalam rumah maupun di luar rumah,
dan residual spraying (slow lasting) pada tempat peristarahatan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang termasuk dalam Ordo Diptera
family Muscidae. Lalat rumah dikenal sebagai vektor penyakit bagi manusia.
Distribusinya sangat luas dan bergantung pada kebersihan lingkungan. Habitat lalat
rumah banyak ditemukan di tempat sampah.
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna, diawali
dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat memilih tempat-
tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik seperti sampah dan bahan
busuk lainnya.
Lalat rumah berperan dalam transmisi atau penularan agen penyakit secara
mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusian maupun hewan.
Pengendalian lalat rumah (Musca Domestica) dapat dilakuan dengan Perbaikan
Hygiene dan sanitasi lingkungan dan pemberantasan secara langsung.

B. Saran
Ada baiknya kita dapat menjaga hygiene sanitasi untuk menghindari tingkat
kepadatan lalat yang tinggi atau menghindari adanya lalat di lingkungan sekitar kita,
karena lalat dapat memindahkan penyakit yang cukup berbahaya bagi manusia.

19
Daftar Pustaka

Dewi, Epi Kumala. 2006. Jumlah Lalat Rumah (Musca Domestica) Yang Berhasil
Menjadi Dewasa Pada Feses Ayam Yang Diberi Pakan Serbuk Kunyit (Curcuma
Domestica Val.). Bogor

http://bio.unsoed.ac.id/780-beberapa-jenis-cendawan-entomopatogen-ditemukan-pada-
lalat-rumah-musca-domestica-di-berbagai#.UY8aoVJqPIU diakses tanggal 10 Mei
2013

http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/ordo-diptera-
lalat/ diakses tanggal 10 Mei 2013

http://dauzbiotekhno.blogspot.com/2013/04/lalat-rumah-musca-domestica.html diakses
tanggal 10 Mei 2013

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 5, Nomor 4, Oktober


2017 (ISSN: 2356-3346) SURVEI KEPADATAN LALAT DI TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH JATIBARANG TAHUN 2017

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIII, No. 3, Desember 2007 Korespondensi:


Pudji Hastutik; Lab. Entomologi dan Protozoologi, Departemen Parasitologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Telp: 08123025514

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai