Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

THIBBUN NABAWI
“TOKSIN DAN ANTI TOKSIN PADA LALAT “
Dosen Pengampu: Muhammad Zulhariadi M. Pd

Oleh Kelompok V
Semester/Kelas: VI/B

1. Anggun Lestari (210104084)


2. Ayu Safitri (210104089)
3. Putri Dara Ayu (210104091)
4. Julia Helmaliana P. (210104096)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT Sang pemilik dan
penguasa sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat, kasih dan sayang, taufik,
hidayah serta inayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pertama untuk
mata kuliah ekologi hewan yaitu membuat makalah yang berjudul tentang “toksin dan
anti toksin pada lalat” yang mana dosen pengampu mata kuliah ini ialah bapak
Muhammad Zulhariadi M.Pd.
Shalawat bermahkotakan salam tak lupa penulis haturkan atas junjungan nabi
besar kita Nabi Muhammad SAW, yang mana berkat jasa beliaulah pada saat ini kita
dapat menghirup segarnya udara dan merasakan indahnya hidup di alam yang disinari
dengan kilauan cahaya ilmu pengetahuan di bawah panji agama Allah SWT.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan,namun akan selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah ini
bermanfaat bagi banyak orang.

Mataram, 2 April 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................……....ii
DAFTAR ISI...................................................................................................……...iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................…….... 1
A. Latar Belakang.................................................................................…….... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................…….... 2
C. Tujuan..............................................................................................…….... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................…….... 3
A. Pengertian toksin dan anti toksin pada lalat.....................................…….... 3
B. Pengertian Lalat ..............................................................................…….... 3
C. AL-Quran Atau Hadist Tentang Toksin Dan Anti Toksin Pada Lalat …… 5
D. Bukti ilmiah tentang toksin dan anti toksin pada lalat ………………...... 7
E. Jurnal-jurnal penelitian tentang toksin dan anti toksin pada lalat....…….. 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................…….. 13
A. Kesimpulan .....................................................................................…….. 13
B. Saran.................................................................................................…….. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lalat dikenal sebagai binatang yang kotor dan menjijikkan, hampir
tidak ada orang yang suka dengan keberadaan binatang kecil ini. Apalagi
lalat juga dikenal sebagai agen pembawa penyakit pada manusia dan
berkontribusi dalam penularan patogen bersumber tinja manusia atau
binatang. Hal ini berkaitan dengan pola mencari makan secara pindah-
pindah, dan buang air besar tiap 5 menit. Berdasarkan hasil penelitian lalat
banyak mengandung kuman, tubuh bagian luar mengandung 3.683.000
kuman bakteri dan bagian dalam 6-8 kali bagian luar.
Sebuah penelitian mengungkapkan binatang kecil itu mempunyai
kebiasaan membersihkan diri sampai bagian-bagian terkecil dari
tubuhnya, membersihkan kaki dan tangannya secara terpisah serta
membersihkan debu yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan
menggunakan kaki dan tangannya secara sempurna. Satu lagi aktivitas
lalat yang tidak kita ketahui bahwa pada saat terbang lalat mengepakkan.
sayapnya kurang lebih 30.000 kali setiap menit (30.000 rpm), tetapi
anehnya sayapnya tidak robek.
Oleh Dokter Juan Alvarez Bravo dan timnya berhasil mengangkat
martabat binatang kotor dan menjijikan itu. Sebagaimana ditulis "The
Economist ternyata dari tubuh lalat bisa diangkat beraneka ragam bahan
antibiotik. Penemuan itu berawal dari pengamatan sepele yang
mempertanyakan mengapa larva lalat (belatung) bisa bertahan hidup di
lingkungan sampah yang penuh kuman. Perhatian pun tertuju pada lalat
hijau Sarcophaga peregina, yang suka mengerubuti daging busuk.
Ternyata dari perut serangga itu, Juan Alvarez menemukan enam macam
antibiotika. Salah satu diantaranya ditandai sebagai Sapecin-B, sebuah
senyawa kimia yang memiliki 34. gugus asam amino.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hadist yang membahas tentang toksin dan anti \toksin pada
lalat?
2. Apa yang dimakud dengan toksin dan antitoksin?
3. Apa saja jenis-jenis lalat?
4. Apa saja jurnal penelitian tentang toksin dan antitoksin pada lalat?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui hadist yang membahas tentang toksin dan antitoksin
pada lalat
2. Untuk mengetahui apa itu toksin dan antitoksin.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis lalat.
4. Untuk mengetahui jurnal penelitian tentang toksin dan
antitoksin pada lalat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toksin dan Antitoksin


Toksin (dari bahasa Yunani Kuno: toxikon) adalah sebuah zat beracun
yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup. Antitoxin adalah sebuah
antibodi dengan fungsi untuk menetralisir racun. Antitoxin pasti diproduksi
oleh hewan, tumbuhan, dan bakteri. Saat ini, manfaat dan hikmah dibalik
penciptaan lalat telah berhasil dibuktikan oleh sains modern, termasuk
didalamnya dunia medis yang berhasil menjelaskan tentang konsep toksin-
antitoksin dalam tubuh makhluk hidup. Oleh dunia medis, lalat dianggap
sebagai salah satu makhluk hidup yang dianggap sebagai salah satu makhluk
hidup yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bisa atau racun,
sebagai bentuk pertahanan diri.
Antitoksin adalah zat yang dihasilkan oleh tubuh atau yang diproduksi
secara sintetis untuk menghilangkan atau mengurangi efek toksik dari toksin.
Antitoksin bekerja dengan menyamakan struktur molekul toksin dengan
struktur molekul tubuh, sehingga toksin tidak dapat berinteraksi dengan
targetnya dan menyebabkan kerusakan. Antitoksin dapat diproduksi secara
alami oleh tubuh, seperti dalam kasus infeksi bakteri, atau diproduksi secara
sintetis untuk penggunaan dalam pengobatan.
B. Pengertian Lalat
Lalat merupakan jenis insekta yang lebih aktif bergerak menggunakan
sayap daripada menggunakan kakinya, termasuk kedalam Ordo Diptera.
Sayap lalat pada bagian belakang terdapat sepasang halter yang digunakan
sebagai alat keseimbangan. Lalat mempunyai sepasang antena dan mata
majemuk, dengan mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu
sama lain, tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian yaitu, kepala dengan sepasang

3
antenna, toraks, dan abdomen. Lalat mempunyai metamorfosis yang sempurna
yaitu, telur, larva, pupa, dan dewasa.
Dalam sekali bertelur, seekor lalat mampu mengeluarkan 1.200 – 1.500
butir telur. Dalam beberapa jenis lalat, termasuk lalat rumah, telur tersebut
sudah dapat menetas setelah 24 jam menjadi seekor larva. Lalat rumah bisa
mencapai jarak 15 km dalam jangka waktu 24 jam. Sebagian besar lalat tetap
berada pada radius 1.5 km dari tempat pembiakan mereka, meski pada
beberapa kasus para lalat bisa melakukan penjelajahan hingga 50 km dari
tempat asalnya. Secara umum, lalat dapat dibedakan menjadi empat jenis:
1. Lalat Rumah yang dikenal dengan musca domestica. Merupakan jenis
lalat yang paling sering menyebabkan berbagai macam penyakit pada
manusia. Lalat rumah menyukai tempat sampah, kotoran hewan dan juga
tempat-tempat yang lembab serta memiliki potensi sebagai makanan bagi
larva-larva lalat. Ciri morfologi lalat ini adalah bertubuh abu-abu kehitam-
hitaman dengan warna perut kuning oranye dan coklat kehitaman di ujung
perutnya.
2. Lalat rumah kecil atau Fannia sp. Lalat ini menyerupai lalat rumah tetapi
dengan ukuran yang lebih kecil dan memiliki kebiasaan menggigit.
Mereka berkembang biak di kotoran-kotoran hewan, manusia, atau
tumbuhan yang membusuk. Lalat jenis ini tidak berperan dalam penularan
penyakit pada manusia meski bisa memindahkan penyakit pada hewan.
3. Bottle flies dan blow flies. Lalat jenis ini hanya hidup sekitar 27 hari sejak
dari telur hingga dewasa. 16 jam pertama dalam bentuk telur, 24 jam
menjadi larva level 1, 20 jam larva level 2 dan 48 jam menjadi larva level
3. Masa menjadi pupa adalah masa paling panjang dalam kehidupan lalat
jenis ini, yaitu 14 hari. Setelah itu lalat akan menjadi dewasa dan hidup
hingga kurang lebih 8 hari. Masa 27 hari tersebut dipengaruhi oleh
temperatur dan sumber makanan tempat mereka hidup. Lalat jenis ini
senang meletakkan telur pada daging. Biasanya berkembang biak pada

4
tubuh hewan yang membusuk atau pada tumbuh-tumbuhan jika mereka
tidak menemukan tubuh hewan. Larva dari lalat jenis ini dapat
menyebabkan myasis pada binatang dan manusia.
4. Lalat Daging. Dibanding lalat jenis lainnya, lalat jenis ini memiliki tubuh
yang lebih besar dan terdapat bintik pada ujung badan mereka. Larva lalat
daging hidup di dalam daging, meski mereka juga dapat tumbuh pada
kotoran hewan. Lalat jenis ini juga menyebabkan myasis pada manusia.
C. AL-Quran atau hadist tentang toksin dan anti toksin pada lalat
AL-Quran atau hadist tentang toksin dan anti toksin pada lalat
1. (QS Al-Hajj [22]: 73)

"Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka


dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak
dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka
tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang
menyembah dan yang disembah" (QS Al-Hajj [22]: 73).
2. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:

‫إن في إحدى َج َناَح ْي ِه َداًء‬RR‫ة ف‬RR‫راب أحدكم فليغية ثم للنزع‬RR‫ذباب في ش‬RR‫ع ال‬RR‫إذا وق‬
‫َو اُأْلْخ َر ى ِش َفاَء‬

Artinya: “Jika lalat jatuh di minuman salah seorang dari kalian, maka
benamkanlah lalat tersebut, kemudian angkat kembali. Sebab, dalam salah

5
satu sayapnya ada penyakit, sedangkan pada sayap lainnya terdapat
obatnya”.
Jika merujuk pada hadis Rasulullah sebelumnya, anti racun tersebut
terletak pada salah satu sayapnya. Sebenarnya, serangga yang berasal dari
ordo Diptera ini bukanlah hewan yang menjadi agen infeksi, tetapi peran lebih
cenderung sebagai vector atau agen pembawa atau penular penyakit. Bentuk
anatomi tubuhnya yang nyaris dipenuhi bulu ini sangat mendukung dalam
menularkan penyakit. Melalui bulunya tersebut, bibit penyakit (virus, bakteri
protozoa) mudah melekat dan tersebar ke makhluk hidup lain.
Pada saat lalat hinggap diatas barang yang sudah dipenuhi kuman
penyebab penyakit, sebagian kuman tersebut kemudian menempel dibagian
tubuhnya, sementara sebagian yang lain dimakannya. Kuman yang dimakan
itulah, pada saat berada didalam tubuh lalat membentuk suatu anti-bodi
terhadap kuman berupa senyawa, dalam ilmu kedokteran diistilahkan
antibacterial. Senyawa inilah yang kemudian berfungsi untuk membunuh
banyak kuman penyakit dan memusnakannya selama senyawa tersebut masih
eksis. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa lalat tidak akan pernah
berpengaruh negatif terhadap tubuh manusia.
Kembali merujuk pada hadis rasullullah diawal, ada penjelasan bahwa
terdapat obat disalah satu sayap lalat. Secara medis, hal ini dapat dibenarkan,
karena lalat terbukti telah memojokkan bakteri sampai keujung sayapnya. Jika
ada lalat yang jatuh kedalam makanan atau minuman tersebut, sebab kuman
tersebut berada dibagian tubuhnya yang paling ujung dan terdekat dengan
makanan. Sementara, yang digunakan untuk melindungi dari kuman ini adalah
antibacterial yang ada dalam perut lalat (dekat dengan salah satu sayapnya).
Dengan demikian, apabila ada penyakit yang disebabkan oleh lalat,
maka penawarnya terdapat pada bagian terdekat dari penyakit itu
(yaitu bagian sayap lainnya). Sehingga, dengan mencelupkan lalat kedalam

6
minuman dan membuangnya, cukuplah kiranya untuk membunuh kuman
yang ditempelkannya.
D. Bukti Ilmiah Tentang Toksin Dan Anti Toksin Pada Lalat
Seiring dengan perkembangan zaman dan majunya dunia ilmu
pengetahuan, tampak jelaslah kebenaran hadits Nabi Saw tentang lalat. Dalam
hal ini, dunia kedokteran berhasil membuktikan keilmiahan ucapan Rasulullah
Saw itu. Penemuan membuktikan bahwa lalat mengandung virus pembunuh
kuman (bakterial). Dari penelitian itu ditemukan, bahwa lalat di samping
membawa kuman-kuman penyakit, ia juga membawa bakterial yang
membunuh kuman-kuman. Penelitian ini terhenti karena di saat yang
bersamaan, ditemukan struktur kimia sulfa.
Dalam tubuh lalat tersebar kuman, bakteri, virus, dan mikroba lainnya
yang membawa penyakit seperti kolera, disentri, dan lain-lain. Bahkan lalat
dinilai sebagai salah satu hewan yang paling banyak membawa bakteri
penyebab penyakit, karena dari 414 ekor lalat dalam setiap ekornya terdapat
1.250.000 bakteri yang dibawanya. Tetapi jika kita perhatikan mengapa
sekian banyak kotoran, kuman, virus, dan bakteri yang terdapat alam tubuh
lalat tiak mengakibatkan penyakit kepada lalat itu sendiri? Hal ini dikarenakan
lalat memiliki daya tahan tubuh yang menghasilkan sejenis toksin.
Toksin tersebut bertindak sebagai penawar (antidot) untuk melindungi
tubuh lalat itu sendiri dari bahaya bakteri dan toksin itu pula yang menjadi
penawar bakteri yang dibawa oleh lalat ketik ia jatuh pada makanan atau
minuman. Sehingga untuk memperoleh manfaat sepenuhnya dari toksin
tersebut, maka lalat hendaklah dibenamkan seluruhnya ke dalam
minuman.Persoalan ini telah didiskusikan di kalangan dokter ahli bedah dan
terbukti bahwa virus berbahaya yang dibawa lalat, ternyata obat penawarnya
ada pada sayap lalat itu sendiri.
Perlu diketahui, lalat hinggap pada barang-barang yang dipenuhi
kuman-kuman, yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Sebagian

7
kuman itu berpindah ke organ tubuh lalat, dan sebagian lainnya dimakan. Dari
kuman-kuman ini terbentuk unsur toxine di dalam tubuhnya, yang menurut
istilah medis disebut antibakteria. Dialah yang bertugas membunuh berbagai
kuman penyakit. Kuman-kuman penyakit ini tidak mungkin bertahan hidup
atau mempengaruhi tubuh manusia, selagi masih ada antibakteria, khususnya
pada salah satu sayap lalat.
Karenanya, ia mampu mengarahkan bakteri ke arahnya, maka jika ada
lalat yang jatuh pada makanan atau minuman, lalu kuman yang menempel
pada sebagian organ tubuhnya berpindah ke makanan atau minuman, maka
antibakteria yang juga dibawa lalat pada salah satu sayapnya akan bekerja
membunuh kuman. Bila di sana ada penyakit, maka obatnya juga tidak akan
jauh dari penyakit itu. Maka lalat tersebut dapat dibenamkan secara
keseluruhan,
Dokter Juan Alvarez Bravo dan timnya berhasil mengangkat martabat
binatang kotor itu. Sebagaiman ditulis “The Economist” ternyata dari tubuh
lalat bisa diangkat beraneka ragam bahan antibiotik. Penemuan itu berawal
dari pengamatan sepele yang mempertanyakan mengapa larva lalat (belatung)
bisa bertahan hidup di lingkungan sampah yang penuh kuman. Perhatian pun
tertuju pada lalat hijau Sarcophaga peregina, yang suka mengerubuti daging
busuk. Ternyata dari perut serangga itu Juan Alvarez menemukan enam
macam antibiotika. Salah satu diantaranya ditandai sebagai Sapecin B, sebuah
senyawa kimia yang memiliki 34 gugus asam amino.
Karena lalat dikenal sebagai antiboitik lalat, berdasarkan temuan bahan
antibiotik pada perut lalat. Musca domestica (lalat rumah) dan lalat lainnya
mungkin sekali mengandung banyak jenis antibiotik dalam lambungnya,
karena lalat-lalat yang menelan patogen (bakteri dan virus) mengapa tidak
terbunuh oleh patogen tersebut? Dikatakan lalat memiliki penawar dimana
racun pada sayap kiri lalat sebagai alat untuk mempertahankan dirinya dari
serangan musuh, sementara sebagai penawar pada sayap kanan untuk

8
memastikan keselamatan makhluk lain yang dicemari racunnya. Hasil
penelitian Shope pada tahun 1927, dan Glaser pada tahun 1938, lalat rumah
(Musca domestica) mengandung virus bacteriophage yang mampu kuman-
kuman Staphylococcus muscae, Escherichia coli, Salmonella paratyphi, dan
Eberthella typhosa.
Bertolak dari hal tersebut, beberapa catatan penting perlu dikemukakan
sebagai berikut:
1. Sebagian terbesar mikro makhluk hidup seperti kuman, virus, mikroba,
jamur (mycosis/al-futhri), partikel parasites (al-Thufailiyat) yang terdapat
dalam tubuh lalat termasuk lalat rumah dapat menyebabkan sejumlah
penyakit.
2. Faktor yang menggagalkan perkembangan mikro mahkluk hidup terhadap
bagian lain dalam tubuh lalat adalah terbenamnya lalat dalam setiap cairan
yang dihinggapinya. Karenanya, proses penenggelaman lalat dalam cairan
akan membunuh perkembangan partikel mikro makhluk hidup yang
menyebabkan penyakit.
3. Apabila terdapat makanan atau minuman dihinggapi lalat, kemudian lalat
tersebut terbang begitu saja dan membiarkannya tanpa melakukan
tindakan pembenaman secara sempurna kedalamnya, maka hal tersebut
akan menyebabkan makanan dan minuman terkontaminasi dengan mikro
makhluk hidup yang potensial terhadap penyakit. Akan tetapi, apabila lalat
dibenamkan dalam minuman atau makanan, maka justru akan menahan
dan membunuh mikro makhluk hidup yang berpotensi menjadi penyakit,
sehingga minuman dan makanan menjadi aman untuk dikonsumsi.

E. Jurnal-Jurnal Penelitian Tentang Toksin Dan Anti Toksin Pada Lalat

9
10
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Toksin (dari bahasa Yunani Kuno; τοξικόν, translit, toxikon) adalah
sebuah zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup. Antitoxin
adalah sebuah antibodi dengan fungsi untuk menetralisir racun. Antitoxin pasti
diproduksi oleh hewan, tumbuhan, dan bakteri. Saat ini, manfaat dan hikmah
dibalik penciptaan lalat telah berhasil dibuktikan oleh sains modern, termasuk
didalamnya dunia medis yang berhasil menjelaskan tentang konsep toksin-
antitoksin dalam tubuh makhluk hidup. Oleh dunia medis, lalat dianggap sebagai
salah satu makhluk hidup yang dianggap sebagai salah satu makhluk hidup yang
memiliki kemampuan untuk menghasilkan bisa atau racun, sebagai bentuk
pertahanan diri. la meletakkan antiracun dalam tubuhnya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini disusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Dalam penulisan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan sehingga penyususn mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fikriyati, U. U. (2019). Hadis Dhubābah Perspektif Teori Parity danSymmetric

Universe. Jurnal Living Hadis, 4(1), 27-44.

Hasibuan, M. (2017). Kontribusi Sains dalam Menentukan Kualitas Hadis (Doctoral

dissertation, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara). Edu

Riliga. 1(3). 226-341.

Said, N. I. (2023). Perilaku Harian Lalat Menurut Al-Qur’an Dan Hadits.

Yunita Kartika Sari., 2017. Studi Kualitas Hadis Tentang Lalat. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai