Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH ENTOMOLOGI

DIPTHERA (NYAMUK) DAN SHIPONA.PTERA (PINJAL) DAN


(TUNGAU DEBU)

Disusun oleh :
Alfiah Fitri Setyani (P1337433120016)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PRODI SANITASI PROGRAM DIPLOMA III
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dalam
kesempatan yang berbahagia ini penyusun masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas Makalah Entomologi.

Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, penulis menggunakan buku panduan dan
internet. Penyusun makalah bermaksud untuk memperdalam pemahaman sebagai seorang
mahasiswa dan melatih kemandirian agar tidak hanya menerima dari dosen, tetapi harus
mengembangkan sendiri dengan cara mencari informasi yang bersangkutan.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang
membaca dan memerlukannya.

Kebumen, 4 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………,.ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………1

B. Tujuan…………………………………………………………………………….…4

C. Manfaat……………………………………………………………………...……….5

D. Rumusan Masalah…………………………………………………………….……..5

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

A. Nyamuk

1. Nyamuk Anhopeles sp ……………………………………………………….6

2. Nyamuk Anhopeles sp ……………………………………………………….10

3. Nyamuk Culex sp…………………………………………………….……….16

B. Pinjal

1. Klasifikasi…………………………………………………………………….18

2. Morfologi……………………………………………………………………..19

3. Siklus Hidup………………………………………………………………….19

4. Kerugian yang Ditimbulkan…………………………………………………..21

5. Pencegahan dan Pengobatan………………………………………………….21

C. Tungau

1. Pengertian Tentang Tungau…………………………………………………..22

2. Tungau Debu Dermatophagoides…………………………………………….23

iii
3. Tungau Sarcoptes Scabiei……………………………………………………28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….36

B. Saran………………………………………………………………………………....37

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..39

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NYAMUK

Nyamuk adalah serangga yang tergolong dalam ordo Diptera; genus termasuk Anopheles,
Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus
untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies
berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal
sebagai “Mosquito”, berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis
yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583.

Kebiasaan makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk
manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar
tanaman..Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk
betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya;
semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa, kelinci, dan
mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll. Kebanyakan nyamuk betina harus
mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika
mereka tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan
telur.

Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit
mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap
darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet
nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk
betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan
berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap
darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap
darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.

1
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo
tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya nyamuk betina saja
yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan.
Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab
nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein
yang terdapat dalam darah untuk berkembang.

Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan.
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan
tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah
perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat
ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1
mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies
nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa
terdiri dari 300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada
periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai
keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini
selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai
berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan “fase pupa”.

Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum
pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air.
pipa itu digunakan untuk alat pernafasan . Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup
dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap,
perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa
disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang
paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air,
sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting,
meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas
untuk penerbangan perdananya setelah istirahatsekitar setengah jam.

Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak
sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit
pada manusia. Cara hidup dan cara “menusuk”- nya pun berbeda-beda. Beberapa genus

2
nyamuk yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan
Culex.

PINJAL

Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai


ordoAphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200
genus.Sekarang ini baru 200 spesies pinjal yang telah diidentifikasi. Seringkali orangtidak
dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan seranggaektoparasit yang
hidup pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutamahewan peliharaan seperti
kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus,unggas bahkan kelelawar dan hewan
berkantung.Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat. Pinjal merupakankutu
hewan umum. Selain anjing, Pinjal juga suka hinggap di kucing, kelinci,kambing, tikus,
hamster dan lain-lain, bahkan juga suka mengigit manusia.Karena induk semangnya
banyak, pinjal bisa menjadi pembawa penyakit antarhewan, terutama dari hewan liar. Bila
populasi pinjal terlalu banyak di tubuhanjing, maka anjing bisa terkena anemia atau kurang
darah merah.Secara morfologi perbedaan yang jelas antara kutu dan pinjal yang sama-sama
tidak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral.,sedangkan kutu
tubuhnya pipih dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjalsecara utuh dapat dilihat
dari pandangan samping. Bentuk tubuhnya yang unik initernyata amat sesuai dengan
habitatnya diantara bulu atau rambut inangnya.Pengenalan pinjal secara mudah adalah
apabila kita mengelus kucing, dan tiba-tiba secara sekelebat kita menemukan makhluk kecil
yang melintas diantara bulu-bulu kucing dan kemudian menghilang.Gigitan pinjal ini
dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudianberlanjut hingga menjadi radang
kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selainakibat gigitannya, kotoran dan saliva pinjal pun
dapat berbahaya karena dapatmenyebabkan radang kulit.

TUNGAU

Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran
kecil. Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan
dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya. Serangga dan tungau / akarina kalau
diperhatikan ternyata paling banyak berasosiasi dengan kehidupan manusia, dan berbagai
usaha telah dilakukan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya keragaman genetik yang dimiliki oleh serangga dan tungau, sehingga dapat
beradaptasi pada berbagai habitat alamiah maupun habitat buatan yang dikembangkan oleh

3
manusia. Sejak jaman dahulu manusia telah bersaing dengan Arthropoda dalam mendapatkan
makanan, ternyata manusia tidak selalu menang.

Tungau yang dalam bahasa Inggris disebut mites atau ticks, merupakan salah satu hama yang
mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Tungau / akarina sangat melimpah dan terjadi
pada beberapa habitat yang dapat hidup pada berbagai jenis tanaman, bahan yang disimpan,
dalam tanah, bahkan pada tubuh manusia atau hewan.

Diberbagai belahan dunia, laporan kasus scabies yang disebabkan oleh serangga tungau ini
sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi yang
rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau
cenderung jelek. Sehingga sangat berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat.

Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada anggotanya
yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan
ada yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor)
dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan
lain namun saling menguntungkan. Demikianlah hal tersebut menjadi latar belakang
dibuatnya penulisan makalah ini untuk lebih mendalami avertebrata khususnya serangga.
Serangga dalam hal ini yaitu tungau (mites).

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan tersebut di atas, penulisan makalah ini
bertujuan untuk :

1. Mengetahui morfologi nyamuk Aedes aegypti, Anopheles sp, dan Culex sp


2. Mengetahui siklus hidup nyamuk
3. Memahami perilaku-perilaku nyamuk yang hidup di sekitar kita
4. Mengetahui morfologi Ctenocephalides canis
5. Mengetahui siklus hidup Ctenocephalides canis
6. Mengetahui kerugian yang ditimbulkan Ctenocephalides canis
7. Mengetahui pencegahan dan pengobatan jika terserang Ctenocephalides canis
8. Mengetahui tentang morfologi Tungau
9. Mempelajari jenis-jenis Tungau bersifat parasite
10. Mengetahui dan mempelajari penyakit yang disebabkan oleh Tungau

4
C. Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang hewan yang bersifat parasit.
2. Sebagai sebuah media pembelajaran tentang entomologi.
3. Menambah wawasan serta pengetahuan tentang entomologi kesehatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penyusunan makalah ini penyusun


merumuskan permasalahan ke dalam beberapa point di bawah ini:

1. Bagaimana morfologi nyamuk Aedes aegypti, Anopheles sp dan Culex sp ?


2. Bagaimana siklus hidup nyamuk ?
3. Bagaimana perilaku nyamuk yang hidup di sekitar kita?
4. Bagaimana morfologi Ctenocephalides canis?
5. Bagaimana siklus hidup Ctenocephalides canis?
6. Apa-apa saja kerugian yang ditimbulkan Ctenocephalides canis?
7. Bagaimana pencegahan dan pengobatan jika terserang Ctenocephalidescanis?
8. Bagaimana morfologi Tungau?
9. Bagaimana jenis-jenis Tungau bersifat parasite?
10. Penyakit apa saja yang disebabkan oleh Tungau?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. NYAMUK

A. Nyamuk Anhopeles sp

1. Taksonomi

Kingdom : Animal

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diphtera

Family : Culicidae

Sub Family : Anophelini

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles sp

2. Morfologi Nyamuk Anopheles sp

A. Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya.

B. Dalam keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan
air dan ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian
tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen.

C. Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan air.

D. Pupa, Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan
pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.

E. Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45
derajat suatu permukaan.

6
F. Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak- bercak
putih.

3. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-


tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya
terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :

1. Tingkatan di dalam air.

2. Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).

Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan
terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong.
Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar
jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam
pertumbuhannya jentik Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.

Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada
suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong
(pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan
kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari
kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah
mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya
didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan hanya
kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat
keluarnya dari kepompong.

4. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur,


populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar
gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar
tempat perindukan dan musim alami.

7
Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus
disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi
tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda.
Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari
luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena
ulah manusia.

5. Perilaku Mencari Darah.

Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu.

Nyamuk Anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari.
apabila dipelajari dengan teliti ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada
spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.

b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat.

Apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan
diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan
nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang
lebih senang mencari darah didalam rumah.

c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah.

Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik
apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap
darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.

d. Frekuensi menusuk

Telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama
hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya
memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan
mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur
dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu
antara 48-96 jam.

6. Perilaku Istirahat.

8
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama
waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang
teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species
ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-
tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-
tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk
kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula
yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk
beristirahat.

7. Perilaku Berkembang Biak.

Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau


tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus),
ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu
berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus)
dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan
suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan
dalam program pemberantasan.

8. Peranannya dalam kesehatan

Nyamuk Anopheles bisa menyebabkan penyakit malaria. Nyamuk ini suka menusuk
dalam posisi menungging alias posisi badan, mulut, dan jarum yang dibenamkan ke kulit
manusia dalam keadaan segaris. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini
dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Pada saat ini nyamuk vektor malaria di
Indonesia yang ditemukan sebanyak20 spesies dari genus Anopheles.Empat di antaranya
adalah Anopheles Aconitus, Anopheles Sundaicus, Anapheles Maculatus dan Anopheles
Barbirostris.

Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya.

1. An. Aconitus.

2. An. Sundaicus.

9
3. An. Maculatus.

4. An. Barbirostris.

9. Epidemiologi

Untuk menentukan apakah nyamuk anophelini yang hidup di alam bebas berfungsi
sebagai vektor malaria adalah dengan jalan menemukan stadium sporozoit dari plasmodium
di kelenjar liur nyamuk. Cara untuk menemukan sporozoit ini adalah dengan membedah
nyamuk betina.

Untuk menentukan vektor di suatu daerah endemik malaria, perlu diketahui beberapa faktor,
antara lain:

 Kebiasaan nyamuk anophelini mengisap darah manusia.


 Umur nyamuk betina yang lebih dari 10 hari.
 Kepadatan nyamuk anophelini melebihi spesies lain.
 Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan kemampuan mengembangkan
plasmodium menjadi stadium sporozoit bila nyamuk betina diinfeksi.
10. Pengendalian Vektor

Untuk pemberantasan malaria ini dapat dilakukan berbagai cara, antara lain:

a. Mengobati penderita sampai sembuh hingga tidak ada sumber penularan.

b. Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan nyamuk anophelini
dengan cara:

o Memasang kawat kasa di bagian-bagian rumah yang terbuka seperti jendela, pintu dan
ventilasi lainnya.
o Penggunaan kelambu.
o Melindungi dari gigitan nyamuk dengan repellent.
o Memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan
pemusnahan tempat perindukan nyamuk.

B. Nyamuk Anhopeles sp

1. Klasifikasi ilmiah dari nyamuk Aedes aegypti

Kerajaan : Animalia

10
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Aedes

Upagenus : Stegomyia

Spesies :Aedes aegypti

2. Morfologi nyamuk Aedes aegypti

1) Telur

Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan
berbentuk oval. Di alam bebas, telur nyamuk terdapat pada air dan menempel pada dinding
wadah atau tempat perindukan nyamuk sejauh kurang lebih 2,5 cm. Setiap kali bertelur
nyamuk betina mengeluarkan telur sebanyak 100 butir perhari apabila berada pada tempat
yang kering (tanpa air).

2) Jentik

Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu sederhana
yang tersusun bilateral simetris. Jentik ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya
mengalami empat kali pergantian kulit (tingkatan) yang biasa disebut instar dan terdiri dari
instar I, II, III, IV. Jentik instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm,
duri- duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan (siphon)
belum menghitam. Jentik instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum
jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Jentik instar IV telah lengkap struktur
anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax),dan
perut (abdomen).

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-
duri, dan alat- alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan
terdapat bulu- bulu simetris. Perut tersusun atas delapan ruas. Pada ruas perut kedelapan, ada
alat untuk bernafas yang disebut corong. Corong pernafasan tanpa duri- duri, berwarna hitam
dan ada seberkas bulu- bulu (tuft). Ruas kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu-

11
bulu sikat (brush) dibagian ventral dan gigi- gigi sisir (comb) yang berjumlah 15 – 19 gigi
yang tersusun dalam satu baris.

Gigi- gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Jentik ini tubuhnya
langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, waktu istirahat membentuk
sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.

3) Kepompong (Pupa) pernafasan.

Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala- dada
(chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak
seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti
terompet. Pada ruas perut kedelapan terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk
berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh pada ruas
kedelapan tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah
bila dibandingkan dengan jentik. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang
permukaaan air.

4) Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan
perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat
mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking) dan termasuk lebih
menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk hjantan bagian mulut lebih lemah
sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan
tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose.

Dada nyamuk ini tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax dan metathorax.
Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus
(tampak). Pada ruas- ruas kaki terdapat gelang- gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki
belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-
noda hitam. Bagian punggung (mesontuim) ada gambaran garis- garis putih yang dapat
dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti
berupa sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian di
tengahnya.

12
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas- ruas tersebut terdapat bintik- bintik putih.
Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan
yang dihinggapinya.

3. Perilaku dan Siklus hidup

Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan
penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah.
Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari
nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda
berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang
tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan
virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah,
berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga
nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi
semakin besar.

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan


perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun
tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A.
albopictusyang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan
air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan
yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan
waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva
memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa
keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7
hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

13
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam
keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya,
larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat
berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh,
populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang
cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk-nyamuk.

Secara bioekologis nyamuk tersebut mempunyai dua habitat yaitu aquatic(perairan)


untuk fase pradewasanya (telur, larva dan pupa), dan daratan atau udara untuk serangga
dewasa. Walaupun habitat nyamuk di daratan atau udara, namun juga mencari tempat di
dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur yang diletakkan itu tidak
mendapat sentuhan air atau kering masih mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu
tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan
lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk menetas. Terlur itu akan menetas antara 3 –
4 jam setelah mendapat genangan air menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari telur
tersebut hidup mengapung di bawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut
berhubungan dengan upayanya menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon menjangkau
permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk bernafas. . Perkembangan dari instar 1 ke
instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah
menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum
akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung. Habitat seluruh masa pradewasanya dari telur, larva dan pupa hidup di dalam air
walaupun kondisi airnya sangat terbatas .

4. Perilaku Mencari Darah

 Mempunyai perilaku makan yaitu mengisap nectar dan jus tanaman sebagai sumber
energinya.

 Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur

 Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali

 Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 – 12.00
dan jam 15.00 – 17.00.

14
 Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menusuk lebih dari satu
orang.

 Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

 Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

5. Perilaku Pada Saat Istirahat

 Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari untuk
mematangkan telur.

 Tempat istirahat yang disukai :

 Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC

 Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai

 Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

6. Perilaku Berkembang Biak

1. Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih
seperti : Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan,
drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.

2. Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga,
ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan
air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume
kecil.

3. Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air.

4. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan
ukuran sekitar 0,7 mm per butir.

5. Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan.

6. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air.

7. Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.

8. Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1– 2
hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru.

15
7. Cara Penularan Penyakit.

Apabila nyamuk terinfeksi itu menusuk inang (manusia) untuk mengisap cairan darah,
maka virus yang berada di dalam air liurnya masuk ke dalam sistem aliran darah manusia.
Setelah mengalami masa inkubasi sekitar empat sampai enam hari, penderita akan mulai
mendapat demam yang tinggi. Untuk mendapatkan inangnya, nyamuk aktif terbang pada pagi
hari yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00. Nyamuk yang
aktif mengisap darah adalah yang betina untuk mendapatkan protein. Tiga hari setelah
menghisap darah, nyamuk betina menghasilkan telur sampai 100 butir telur kemudian siap
diletakkan pada media. Setelah itu nyamuk dewasa, mencari inang luntuk menghisap darah
untuk bertelur selanjutnya.

8. Peranannya dalam kesehatan

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir
semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictusmenciptakan siklus
persebaran dengue di desa dan kota.

9. Pengendalian vektor

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan
penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan
penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu
menguras, menutup, dan mengubur.

 Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
 Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke
tempat itu untuk bertelur.
 Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan
tempat nyamuk bertelur.

Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue ini, antara
lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk Toxorhyncites sp.Predator larva
Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi penyebaran virus dengue.

16
Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik
sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis.
Penggunaan insektisida juga akhirnya memunculkan masalah resistensi serangga sehingga
mempersulit penanganan di kemudian hari.

C. Nyamuk Culex sp

1. Taksonomi

Kingdom : Animal

Phylum : Arthropoda

Family : Culicidae

Kelas : Insecta

Ordo : Dipthera

Sub Family : Culicini

Genus : Culex

Spesies : Culex sp

2. Morfologi Nyamuk Culex sp

Telur berwarna coklat, panjang dan silinder, vertical pada permukaan air, tersementasi
pada susunan 300 telur. Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm Telur.
Telur culex diletakkan secara berderet- deret rapi seperti kait dan tanpa pelampung yang
berbentuk menyerupai peluru senapan. Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai
siphon yang mengandung bulu- bulu siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb
dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak
tergantung pada permukaan air. Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang
bentuknya kelihatan sempit dan panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen. Pada
nyamuk dewasa, Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, wsedang nyamuk jantan
palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa
costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna sehingga tampak sisik sayap
membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih dan kuning atau putih dan cokelat,
juga putih dan hitam. Ujung perut selalu menumpul.

3. Siklus hidup
17
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa lebih
pendek antara 1 – 2 minggu. Tempat perindukan nyamuk Culex dapat bertelur di air jernih
maupun di air keruh. Permukaan air dapat ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman air.

4. Perilaku nyamuk

Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan mengisap darah pada malam hari. Jarak terbang
biasanya pendek mencapai jarak rata- rata beberapa puluh meter saja. Umur nyamuk Culex
baik di alam maupun di laboratorium sama seperti Anopheles, biasanya kira- kira dua
minggu.

5. Peranannya dalam kesehatan

Culex sp. bertindak sebagai vektor Filariasis, Japanese Encephalitis, dan demam
Chikungunya. Japanese encephalitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini
disebarkan melalui tusukan nyamuk Culex.

6. Cara Penularan

Awalnya virus japanese encephalitis berkembang biak dalam tubuh babi. Lalu
nyamuk betina Culex mengisap darah babi dan menularkan virus ini saat menusuk manusia.

B. PINJAL

Pinjal termasuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal sebagai ordo
Aphniptera. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai tubuh pipihberukuran 1,5-4 mm,
tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untukmenusuk-mengisap, mempunyai
kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat,pada daerah dekat mata terdapat ocular
bristle, mempunyai abdomen dengan 10-12 segmen : pada segmen ke-8 atau ke-9 terdapat
spermatheca (pinjal betina),sedangkan pada yang jantan, penis terdapat pada segmen
abdomen ke-5 atau ke-6.Juga terdapat comb (rambut seperti sisir) yang penting untuk
differensiasi pinjalyang terdiri dari Genal comb di atas mulut dan thoracal comb yang
terdapat disegmen pertama toraks.. Metamorfosa pada pinjal adalah metamorfosa
sempurna.Adapun jenis pinjal, diantaranya Ctenocephalides canis, Ctenocephalides
felis,Pulex irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal tikus).

A. Klasifikasi Pinjal Ctenocephalides canis

Menurut Soulsby (1982), Ctenocephalides canis berdasarkan taksonominya termasuk ke


dalam:

18
Phylum: Arthropoda

Kelas: Insekta

Sub Kelas: Pterygota

Ordo: Siphonaptera

Super Famili: Pulicoidae

Famili: Pulicidae

Genus: Ctenocephalides

Spesies: Ctenocephalides canis

B. Morfologi

Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar,Tubuh gepeng di
sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah kebelakang dan rambut keras,
Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk didalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap
dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak
berperekat, abdomen terdiri dari10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan.
Perbedaan antara jantan danbetina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada
ujung posteriorbentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih
panjang,sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari
jantan.Pinjal dewasa berwarna hitam kecoklatan, tapi tampak hitam kemerahan setelahmakan
darah. Pinjal dewasa panjangnya 3-4mm. Memiliki baik ctenidia genal danpronatal, memiliki
mata, pada koksa kaki ke-2 (mesopleuron) ditemukan batangpleural (batang meral).

C. Siklus Hidup

19
Pinjal mengalami metamorphosis yang sempurna, yang dimulai dari telur,larva, pupa
kemudian menjadi pinjal dewasa. Dibutuhkan sekitar 30 sampai 40hari untuk pinjal anjing
dalam mengerami telur menjadi telur yang sempurna,meskipun ada beberapa kasus yang
menunjukkan siklus ini berlangsung selamasatu tahun.Pinjal betina mulai bertelur dalam
waktu 2 hari makan darah pertamanya.Telur pinjal berbentuk oval, berwarna putih dan kecil
(0.5mm) tetapi dapat dilihattanpa menggunakan mikroskop. Telur diletakkan pada rambut,
bulu atau dalamhabitat hospesnya, mereka kemudian jatuh ke tempat-tempat seperti tempat
tidur,karpet atau perabot. Beberapa pinjal meletakkan 3-18 telur sekaligus pada tubuhanjing,
hal ini berpotensi memperbanyak telur hingga 500 telur selama beberapa bulan. Telur
menetas dalam 1-12 hari setelah disimpan kemudian memproduksilarva seperti cacing yang
tidak memiliki kaki dan tidak ada mata.Larva berwarna putih dan 1,5-5mm panjang dengan
pelindung dari bulu tipis.Mereka jarang tinggal di tubuh inang mereka, kemudian mereka
segera mencaridaerah tertutup seperti tempat tidur hewan peliharaan, serat karpet dan
retakanpada lantai di mana mereka mencari makanan sementara menghindari cahaya.Larva
memakan berbagai bahan organik termasuk kulit-kulit yang terjatuh,kotoran hewan
dan kotoran dewasa (terdiri dari darah). Larva memungkinkanuntuk mengganti kulit mereka
untuk tumbuh dan berubah menjadi kepompongselama 5-15 hari. Sisa larva sebagai pre-pupa
selama 3 hari sebelum molting lagiuntuk membentuk pupa.Pupa berkembang dalam kokon
dari lima hari sampai lima minggu. Dalamkondisi normal, bentuk dewasa siap untuk muncul
setelah kira-kira 2 minggutetapi pada temperatur yang lebih tinggi perubahan akan lebih
cepat. Merekakadang-kadang tetap tinggal di kokon sampai getaran atau kebisingan
dirasakan(yang mengindikasikan keberadaan manusia atau binatang) yang berarti karenatidak
ada gerakan bentuk dewasa dapat tinggal di kokon sampai dengan 6 bulan.

20
Pinjal dewasa, tidak bersayap, ukuran 2-8mm panjang dan lateral dikompresi.Mereka
tercakup dalam bulu dan sisir yang membantu mereka untuk menempelpada host dan
memiliki antena yang dapat mendeteksi dihembuskannya karbondioksida dari hewan.
Antena mereka juga sensitif terhadap panas, getaran, bayangan dan perubahan arus
udara. Semua Pinjal bergantung pada darah untuknutrisi mereka tetapi mampu hidup
dalam waktu yang lama tanpa makan,biasanya sekitar 2 bulan. Dalam kondisi yang
menguntungkan dan disertai dengansumber t makanan (darah) yang memadai, Pinjal dapat
hidup sampai satu tahun.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup dari
pinjal C.canisdewasa adalah temperature dan kelembaban lingkungan. Ctenocephalides
canisdewasa dapat hidup optimal pada lingkungan yang bertemperatur 27oC-
39oCdengan kelembaban 75-92%. Pada lingkungan yang kelembaban 60% C.canisdapat
hidup selama 62 hari.

D. Kerugian yang Ditimbulkan

Diperkirakan bahwa 50% dari kasus dermatitis yang dilaporkan oleh dokterhewan disebabkan
oleh gigitan pinjal. Dinyatakan pula bahwa Ctenocephalidescanis merupakan penyebab
utama flea allergic dermatitis (FAD) pada anjing dankucing. FAD merupakan reaksi
hipersensitivitas terhadap komponen antigenicyang terkandung dalam saliva pinjal.Selain
bertindak sebagai vektor penyakit, ektoparasit ini juga dapat bertindaksebagai inang antara
bagi parasit lain misalnya cacing pita pada anjing dan kucing(Diphylidium caninum) dan
larva cacing filarial anjing (Dipetalonemarecondinatum).

E. Pencegahan dan Pengobatan

21
Membasmi pinjal anjing bisa dilakukan lewat berbagai media, seperti shampoo,
kalung, bedak, dll. Yang perlu diketahui adalah kebanyakan produk antipinjal hanya bisa
membasmi pinjal dewasa tapi tidak memberantas telur dan kepompong yang tersebar
di sekitar rumah. Selain itu, pemberian obat yang melebihi dosis pemakaian tidak
akan membuat pinjal cepat mati tapi justru bisa memiliki dampak racun bagi anjing.
Beberapa cara pembasmian pinjal yangumum dicoba adalah:

1.Shampoo anti pinjal, dapat berguna sebagai langkah cepat membasmi pinjal
yang banyak terlihat di badan anjing. Namun, efek anti pinjal shampoo tidak
mencapai seminggu. Sisa bahan kimia yang menempel di tubuh anjing anda tidak akan
berbahaya bila menuruti dosis yang dianjurkan.

2.Larutan anti pinjal, memiliki campuran kimia yang jauh lebih kuat dari shampoo. Tanpa
petunjuk Dokter sebaiknya jangan dipakai. Baik Shampoo maupun larutan untuk
merendam anjing anda hanya efektif membasmi pinjal dewasa, bukan telur dan
kepompongnya.

3.Kalung anti pinjal. Efektif membasmi kutu dewasa saja. Cara kerja kalunganti pinjal,
pertama dengan mengeluarkan gas beracun yang mampumembunuh Pinjal. Cara
kedua adalah bahan kimianya meresap ke lapisanlemak kulit. Gas beracun hanya mampu
membunuh kutu yang ada didaerah leher dan punggung sehingga kurang efektif
dibandingkan yang mampu meresap ke seluruh lapisan lemak kulit.

4.Bedak dan semprotan anti pinjal. Kedua produk ini melindungi anjing daripinjal selama 2-3
hari. Di beberapa produk, bahkan mampu melindungianjing dari serangan kutu lain seperti
Caplak. Efektif membasmi kutudewasa saja.

5.Obat Minum atau Pill anti Pinjal, mencegah larva keluar dari telur. Bila seekor kutu betina
menghisap darah anjing yang telah minum obat ini, maka telur-telur yang dihasilkan tidak
akan bisa menetas. Obat ini tidak memberantas kutu dewasa. Pengobatan ini bagus untuk
memutuskan matarantai siklus hidup kutu di lingkungan rumah anda.Untuk mencegah pinjal
berkembang-biak, Sanitasi rumah perlu diperhatikan. Populasi kutu yang hinggap di badan
anjing anda hanya sekitar 10% dari totalpopulasi Kutu di rumah anda. Telur, larva,
kepompong dan sebagian kutu dewasa lainnya bertahan di karpet, seprai, tempat anjing
biasa tidur dan pojok-pojok ruangan yang gelap, hangat dan lembab. Membiarkan 90%
populasi tersebut,tidak akan bisa memberantas Kutu secara menyeluruh dari anjing. Sapu dan

22
pellantai tiap hari, ganti seprai dan kain-kain lain secara teratur. Semprot pestisida(baygon)
ke pojok-pojok ruangan.

C. TUNGAU
A. Pengertian Tentang Tungau

Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses
beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil
sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah
menyebar. Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada
anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau
tumbuhan, bahkan ada yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar
penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup
menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan.

Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk
(umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah
Panonychus citri McGregor), merusak daun ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan
Solanaceae (cabai, tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies, penyakit pada kulit
yang mudah menular. Ada lebih dari 45 ribu jenis tungau yang telah dipertelakan. Para
ilmuwan berpendapat, itu baru sekitar 5% dari kenyataan total jenis yang ada. Hewan ini
dipercaya telah ada sejak sekitar 400 juta tahun. Ilmu yang mempelajari perikehidupan
tungau dan caplak dikenal sebagai akarologi.

B. Tungau Debu Dermatophagoides.

Gambar Tungau Dermatophagoides

23
a. Bentuk Tungau Debu Dermatophagoides.

Satu di antara penyebab alergi dan asma adalah bahan pencetus alergi atau alergen yang
terdapat pada debu. Alergen itu berasal dari mahluk hidup yang keberadaannya bersama debu
dan tergolong ke dalam jenis tungau (mite), yaitu Dermatophagoides (famili Pyroglyphidae,
kelas Arachnida). Dalam bahasa inggris tungau ini dikenal dengan nama house dust mite atau
yang dikenal populer dengan nama tungau debu.

Tungau debu berukuran sangat kecil, sehingga tidak dapat dideteksi dengan mata telanjang.
Tungau jantan panjangnya 370-430 mikron dan yang betina 300-350 mikron. Larva tungau
mempunyai tiga pasang kaki, sedangkan yang dewasa mempunyai empat pasang, pasangan
kaki pertama lebih tebal dari pasangan kaki yang lain, sehingga tampak seperti kepiting. Kaki
ketiga lebih panjang 1,5 kali panjang kaki keempat dan langsing terkulai. Tubuhnya
dilengkapi sepasang seta panjang di dorsal dan 2 pasang rambut panjang di lateral (tidak
berasal dari keping). Bagian ventralnya dilengkapi seminal reseptakel yang meluas dan
berbentuk seperti bunga daisy atau matahari dan ujung distal (bursa kopulatriks) sedikit
mengalami sklerotisasi.

Tungau debu banyak dilaporkan di Amerika Serikat dan Hawai, Kanada, Eropa, Asia, Timur
Tengah dan berbagai negara bagian di Australia, serta Amerika Selatan.

Secara ilmiah, taksonomi dan klasifikasi tungau debu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Chelicerata

Classis : Arachnida

Ordo : Acariformes

Subordo : Astigmata

Subordo : Astigmata

Familia : Pyroglyphidae

Genus : Dermatophagoides

Species : Dermatophagoides pteronyssinus

24
Dermatophagoides farinae

b. Habitat Tungau Debu Dermatophagoides.

Tungau ini banyak ditemukan pada debu yang terdapat pada berbagai peralatan rumah
tangga, khususnya perabotan yang terdapat di sekitar kamar tidur, seperti kasur, seprei,
selimut, wool dan peralatan lain. Mengapa banyak terdapat di sekitar kamar tidur. Hal ini
disebabkan oleh debu di sekitar kamar tidur biasanya banyak terdapat makanan tungau
tersebut, seperti skuama atau rentuhan sel-sel kulit manusia yang banyak ditemukan di tempat
tidur. Dermatophagoides menyukai tempat yang hangat, kering dan lembab. Meskipun
tungau ini tidak menggigit dan tidak menularkan suatu penyakit, namun tungau ini
menghasilkan material atau bahan yang bersifat alergen. Material tersebut berukuran sangat
kecil dan ringan sehingga mudah terbang dan bersatu dengan debu di udara. Bila terhisap
dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang yang sensitif, sehingga menimbulkan
pembengkakan pada saluran pernafasan yang akan memicu munculnya serangan asma,
terutama bagi individu yang sensitif. Jenis tungau debu yang banyak ditemukan di Indonesia
adalah dua jenis yaitu:

Dermatophagoides pteronyssinus dan Dermatophagoides farinae. Keduanya merupakan


tungau debu yang umum tersebar secara kosmopolit, di seluruh dunia. Selain itu, mungkin
banyak jenis lainnya namun belum diteliti lebih mendalam.

Distribusi atau sebaran spesies Dermatophagoides sangat dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban, sehingga keberadaannya berbeda-beda di setiap wilayah. Sebagai contoh,
Dermatophagoides pteronyssinus lebih banyak ditemukan di daerah yang memiliki
kelembaban yang tinggi seperti di negara-negara Eropa dan Inggris, sedangkan
Dermatophagoides farinae lebih banyak ditemukan di daerah yang memiliki cuaca kering
yang panjang seperti di benua Amerika. Dominasi habitat tungau di suatu tempat tersebut
menyebabkan orang awam menamakannya European house dust mite atau tungau debu Eropa
untuk Dermatophagoides pteronyssinus, dan American house dust mite atau tungau debu
Amerika untuk Dermatophagoides farinae. Meskipun demikian penamaan ini sebenarnya
kurang tepat mengingat kedua jenis tungau tersebut dapat ditemukan dimana-mana di dunia
ini.

c. Daur Hidup Tungau Debu Dermatophagoides

25
Secara umum semua spesies tungau debu memiliki daur hidup yang mirip dengan tungau
lainnya. Tungau debu bersifat ovipara. Siklus tungau debu dimulai dari telur, larva,
protonimfa, tritonimfa dan dewasa. Siklus hidup ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban, dan suhu optimsl bsgi pertumbuhan tungau adalah 25 – 30 derajat celcius pada
kelembaban 70 – 80 persen. Waktu yang diperlukan perkembangan kedua spesies dari
periode telur hingga dewasa adalah rata-rata 35 hari, tetapi yang betina lebih panjang yaitu
sekitar 70 hari. Makin tinggi suhu periode siklus hidup akan semakin cepat, sebaliknya makin
rendah suhu peride siklus hidup makin lambat. Adapun periode bertelur Dermatophagoides
farinae berlangsung selama 30 hari, dan mampu memproduksi sekitar satu telur per hari,
sedangkan Dermatophagoides pteronyssinus mampu bertelur sekitar 80 -120 telur selama
periode 45-hari.

Bahaya Tungau Debu Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus


adalah dua spesies tungau debu yang paling umum dan paling banyak menjadi pencetus
alergi yang tersebar di lingkungan di dalam perumahan dan perkantoran di seluruh dunia
dengan periode paparan alergen sepanjang tahun. Oleh karena itu semua individu manusia
baik di dalam rumah maupun di dalam kantor mempunyai kesempatan terpapar tungau debu
yang sama sepanjang tahun di Indonesia, khususnya.

Hasil tes alergi terhadap orang-orang menunjukkan bahwa tungau debu diakui sebagai
penyebab alergi yang paling umum dan sering ditemui di seluruh di dunia. Lebih dari 50%
orang-orang yang diperiksa, peka terhadap alergen tungau debu tersebut. Tungau debu
bersama dengan sisa-sisa dan reruntuhan sel-sel kulit manusia, berlimpah di kasur, kursi,
karpet dan barang-barang rumah tangga lainnya, bahkan tungau juga sering ditemukan di
tempat-tempat kerja. Oleh karena itu perkembang biakan dan sebaran tungau dan alergennya
tidak hanya ditemukan di dalam rumah, tetapi juga di kantor banyak dijumpai. Tidak heran
kalau debu dan tungau debu merupakan pemicu asma yang luar biasa.

Langkah-langkah untuk Mencegah Tungau debu dapat dimusnahkan dengan cara hidup
bersih dan sehat. Lakukan dengan secara teratur upaya membersihkan dan mencuci barang-
barang yang terdapat di dalam rumah, khususnya di ruang tidur dan ruang keluarga dan ruang
lainnya. Demikian pula di dalam lingkungan perkantoran.

Tempat tidur setiap hari dibersihkan, kalau perlu dijemur secara berkala dan teratur. Karpet
adalah sumber tungau debu yang juga perlu dibersihkan secara teratur. Upayakan kamar tidur
dalam kondisi terang dan kering. Cara termudah adalah dengan mengijinkan udara dan sinar

26
matahari masuk lewat jendela atau lubang ventilasi. Pertukaran udara dalam ruang mampu
melenyapkan kelembaban, sedangkan sinar matahari memang tidak disukai oleh tungau debu.

Alat penyejuk ruangan seperti AC juga dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan


kelembaban udara menjadi rendah, yang membuat tungau tidak optimal berkembang.
Bersihkan kamar tidur secara teratur debu yang menjadi sarang tungau harus dibersihkan
setiap hari. Gunakan lap basah atau vacuum cleaner. Hindari penggunaan kemoceng, karena
ini membuat debu bertebaran dan debu hanya berpindah tempat. Gantilah seprei, sarung
bantal dan guling, setidaknya sekali seminggu. cuci dengan air panas di atas agar tungau debu
mati. Gorden sebaiknya dicuci setiap 3 bulan sekali. servis AC setiap 6 bulan sekali untuk
menghindari bertumpuknya debu di filter.

Percuma mengandalkan vacuum cleaner untuk menyedot debu di kasur ataupun sofa, jika
debu yang sudah tertampung malah menumpuk di dalam alat. Penampung debu vacuum
cleaner terbagi menjadi dua jenis, yang berkantong, dan tanpa kantong (bagless). Keduanya
memiliki prinsip yang tidak jauh berbeda. Membersihkan debu dalam penampung pun harus
diperhatikan, yaitu dekat dengan tempat sampah dan jauh dari kasur ataupun sofa agar debu
dan tungau tidak kembali lagi. Gunakan vacuum cleaner yang dapat menjangkau daerah
sudut rumah yang sulit untuk dijangkau agar dapat menghasilkan bersih yang maksimal.

d. Penyakit yang Disebabkan oleh Tungau Debu Dermatophagoides

Tungau debu rumah adalah penyebab utama serangan mengi dan asma. Hewan tersebut
berasal dari keluarga laba-laba, berukuran kurang dari setengah milimeter dan memiliki
warna putih. Tungau berkembang biak dalam tempat lembab dan gelap dan bersuhu 25
derajat Celcius.

Sel kulit mati manusia adalah makanan favorit hewan ini. Tak mengherankan populasi tungau
banyak ditemukan pada kasur dan mainan berbahan lembut seperti boneka. Kotoran tungau
mengandung protein dan ketika dihirup atau disentuh seseorang yang alergi mendorong
produksi antibodi. Hal ini menyebabkan pelepasan bahan kimia yang disebut histamin dalam
jumlah yang sangat banyak. Dampaknya terjadi pembengkakan dan iritasi pada saluran
pernapasan sehingga penderita sulit bernapas.

Penderita yang sensitif terhadap kotoran tungau debu disarankan melakukan pencegahan
termasuk membersihkan dinding dan lantai dengan kain basah, menggunakan plastik untuk
tirai dan membekukan bantal dan mainan yang sering digunakan sebulan sekali.

27
Penderita asma juga membawa dampak bagi anggota keluarga yang lain, karena bunyi ngik-
ngik yang frekuensi rancap setiap kali penderita menarik napas, atau tarikan napas yang
tersengal-sengal. Hal ini membuat orang lain kuatir selain menjadi terganggu. Asma berasal
dari kata Yunani yaitu Ashma – artinya sukar bernafas. Penyakit ini bukan penyakit menular,
tetapi mengikuti faktor genetika terutama dari garis keturunan ibu. Sehingga seorang gadis
atau ibu yang sedang hamil sebaiknya melakukan antisipasi agar kemungkinan anak yang
dikandung mengidap asma bisa diperkecil, salah satu caranya dengan tidak merokok atau
berdekatan dengan perokok (baik aktif maupun pasif) juga menghindari asap rokok dan diberi
air susu ibu eksklusif selama 4-6 bulan – bayi yang baru lahir jangan diberi protein tinggi dari
susu hewan (susu instan – susu formula) karena protein susu sulit diserap oleh sistem
pencernaan bayi.

Asma merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh namun bisa dikontrol dan diobati.
Sebaiknya penderita asma menghindari faktor pencetus asma yaitu debu rumah. Debu rumah
ini adalah kotoran kutu yang disebut tungau-tungau (Dermatophagoides pteronyssinus) yang
gemar hidup di tempat tidur (kapuk tilam) dan di tempat yang lembab. Tungau-tungau
memakan sisik kulit manusia yang terjatuh. Setiap orang rata-rata menjatuhkan 0,5 – 1 gram
sisik kulit setiap hari yang cukup menjadi makanan ratusan tungau-tungau. Dalam satu gram
debu rumah mengandung sekitar 5000 ekor tungau yang tidak kasat mata karena berukuran
kecil dan sulit dibedakan dengan butiran debu.

Alergen (penyebab alergi) sebenarnya berasal dari protein kotoran tungau, dan butiran tinja
ini mudah dihirup oleh manusia. Reaksi alergi mengarah ke penyakit asma. Pada penderita
asma, pipa saluran udara (saluran pernapasannya) sangat peka dan sensitif terhadap alergen
sehingga mudah meimbulkan batuk, sesak napas diikuti bunyi tiupan saat menghembuskan
napas (ngik-ngik).

Supaya tidak kerap kambuh, penderita harus menjalani gaya hidup sehat, mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, banyak minum, kurangi kerja berlebihan, istirahat yang cukup
seimbang, berolah raga, jangan beraktivitas hingga larut malam (semakin malam semakin
dingin juga), olah raga yang dianjurkan adalah renang dan olah nafas.

Pengobatan alternatif untuk ashma dengan jenis herbal, yang terbaik di antaranya adalah
Cordyceps – Cordyzhi – herbal alami yang mengandung nutrisi tinggi mutu sangat baik untuk
terapi kesehatan. Ribuan tahun lalu ditemukan di dataran tinggi Tibet, Cina, dan Nepal.
Mengandung bahan aktif cordycepic acid, cordycepin amino acid, glutamic acid,

28
polisakarida, vitamin B12 dan vitamin lainnya. Herbal ini terkenal sebagai obat tradisional
untuk mengatasi masalah kesehatan diantaranya meningkatkan fungsi paru, metabolisme
tubuh, anti oksidan, dan meningkatkan stamina tubuh.

C. Tungau Sarcoptes Scabiei

Gambar Tungau Sarcoptes scabiei

a. Penyakit yang Disebabkan oleh Tungau Sarcoptes scabiei

Scabies adalah kondisi kulit yang gatal dikarenakan hewan kecil (tungau) yang disebut
Sarcoptes scabiei. Tungau ini menggali lubang pada kulit dan menyebabkan rasa gatal pada
area tersebut. Rasa gatal akan menguat khususnya ketika tidur. Scabies menular dan
menyebar dengan cepat melalui kontak fisik. Meskipun obat yang diberikan membunuh
hewan kecil tersebut, tetapi rasa gatal akan tetap dialami untuk beberapa minggu.

Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang
dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita.
Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini
belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya
adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah,
demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup
tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.

Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita
maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah
digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Scabies
menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Scabies
identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang

29
terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang
mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada
suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara
serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular
kembali penyakit scabies

b. Tanda dan Gejala

Gejala yang paling umum dari kudis adalah gatal yang parah, yang mungkin lebih buruk pada
malam hari atau setelah mandi air hangat. Sebuah infeksi kudis dimulai sebagai benjolan
kecil, gatal, lecet, atau berisi nanah benjolan yang pecah ketika tergores. Kulit gatal dapat
menjadi tebal, bersisik, berkerak, dan saling silang dengan tanda awal. Gatal ini disebabkan
reaksi hipersensitivitas terhadap tungau dan/atau kotorannya dan telur.

Daerah tubuh yang paling sering terpengaruh oleh kudis adalah tangan dan kaki (terutama
jaring kulit antara jari tangan dan kaki), bagian dalam pergelangan tangan, dan lipatan di
bawah lengan. Hal ini juga dapat mempengaruhi area lain dari tubuh, terutama siku dan
daerah sekitar payudara, alat kelamin, pusar, dan bokong.

Jika seorang anak dengan goresan kudis daerah gatal kulit, meningkatkan kemungkinan
bahwa kulit terluka juga akan terinfeksi oleh bakteri. Impetigo, infeksi kulit bakteri, dapat
terjadi pada kulit yang sudah terinfeksi kudis. Pada bayi dan anak kecil, ruam dapat berada di
kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki. Ruam pada bayi dan anak muda bisa tampak
lebih memerah atau dengan lecet yang lebih besar.

c. Gejala Klinis

Terdapat 4 gejala utama scabies adalah (Referatkedokteran, 2012) :

1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2) Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

30
3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

d. Siklus Hidup Tungau

Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-
kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina
yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai
3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -
3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8 – 12 hari.

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa

31
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7–14 hari.
Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang
dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

Penyakit ini menular dari hewan ke manusia (zoonosis), manusia ke hewan, bahkan dari
manusia ke manusia. Cara penularannya adalah lewat kontak langsung maupun tak langsung
antara penderita dengan orang lain, melalui kontak kulit, baju, handuk dan bahan-bahan lain
yang berhubungan langsung dengan si penderita. Tempat-tempat yang menjadi favorit bagi
sarcoptes scabei tinggal adalah daerah-daerah lipatan kulit, seperti telapak tangan, kaki,
selakangan, lipatan paha, lipatan perut, ketiak dan daerah vital.

Sarcoptes scabei betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan stratum lucidum
membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina
bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes
muda dengan tiga pasang kaki. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi
yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal, akibatnya
penderita menggaruk kulitnya sehingga terjadi infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak
berwarna coklat keabuan yang berbau anyir. Sarcoptes tidak tahan dengan udara luar. Kalau
orang yang menderita kudisan dan sering menggaruk pada kulit yang terkena tungau, tungau-
tungau itu tetap dapat bertahan hidup karena kerak yang copot dari kulit memproteksi (jadi
payung) tungau terhadap udara luar. Akibat lain kegiatan menggaruk tadi adalah mundulnya
infeksi sekunder, dengan munculnya nanah (pus) dalam luka tadi. Hal ini akan menyulitkan
pengobatan.

Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya
muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain adalah munculnya
garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang
digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit.

Diagnosa pasti scabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna
kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan agak dalam hingga
kulit mengeluarkan darah karena Sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan
membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen.
selanjutnya hasil kerokan tersebut diamatai dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.

32
e. Klasifikasi Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Handri,
2008):

a. Skabies pada Orang Bersih

Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan
terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan
lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

b. Skabies Inkognito

Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan
respon imum seluler.

c. Skabies Nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat di
daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari
satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan
sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

d. Skabies yang ditularkan melalui hewan

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.
Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi
lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

e. Skabies Norwegia

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang

33
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

f. Skabies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.

g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.

h. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain

Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis,
pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.

f. Komplikasi

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

g. Pengobatan

Pengobatan scabies tidak terlalu sulit. Oleskan krim permetrin 5% seluruh tubuh dari leher ke
bawah, selama semalam lalu basuh hingga bersih. Pengobatan ini biasanya diulang setelah 1
minggu. Alternatif pengobatan lainnya adalah dengan krim lindane, dioleskan seluruh tubuh
dari leher ke bawah, dan dibersihkan setelah 8 jam. Kedua obat tersebut efektif, tetapi lindane
cenderung mengiritasi kulit, lebih toksik dan tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan ibu
hamil. Selain itu, dapat diberikan pengobatan per oral, dengan ivermectin. Dosisnya adalah
200 mikrogram per kilogram berat badan, dosis tunggal. Pengobatan ini diulang setelah 2
minggu. Dapat dipergunakan pula antihistamin seperti CTM untuk mengurangi gatal. Hal lain

34
yang dapat dilakukan adalah merendam pakaian, seprei dan selimut yang dipakai ke dalam air
panas.

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya.
Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu :

1) Permetrin. Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi,
mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan
leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat
lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih.
2) Air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari
kemudian.
3) Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.
4) Sulfur. Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan
pada malam hari selama 3 malam.
5) Monosulfiran. Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2 – 3 bagian dari air dan digunakan selama 2 – 3 hari.
6) Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan). Kadarnya 1 % dalam krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan
jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil
karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
7) Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek
sebagai antiskabies dan antigatal.
8) Yang terpenting dalam pengobatan scabies, adalah seluruh orang yang tinggal
ditempat yang sama dengan penderita juga harus diobati. Semua pakaian, handuk,
bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya agar tungau mati
karena sinar matahari. Pakaian dicuci dengan menggunakan cairan karbol. Dan bila
semua telah dilakukan, terpenting adalah mengubah cara hidup sehari-hari dengan
tidak saling meminjamkan pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang lain. Dengan
begitu, scabies pasti akan musnah ditelan bumi, dan anak-anak pesantren pun akan

35
tersenyum bangga, bebas dari penyakit yang selama berabad-abad identik dengan
kehidupannya (Handri, 2008).

h. Pencegahan

Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1) Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3) Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyamuk

a.   Morfologi  Nyamuk Anopheles sp

 Panjang telur kurang-lebih 1mm dan memiliki pelampung di kedua sisinya.


 Dalam keadaan diam (istirahat), jentik nyamuk Anopheles sejajar dengan permukaan
air dan ciri khasnya yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada
bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen.
 Larva beristirahat secara paralel dengan permukaan air.
 Pupa, Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar dan
pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.
 Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan 45
derajat suatu permukaan.
 Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-
bercak putih.

36
b.   Morfologi nyamuk Aedes aegypti
 Telur Aedes aegypti berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan
berbentuk oval.
 Jentik Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu- bulu
sederhana yang tersusun bilateral simetris.
 Kepompong (Pupa) pernafasan, Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya
bengkok, dengan bagian kepala- dada (chepalothorax) lebih besar apabila
dibandingkan dengan besar perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”.
 Nyamuk Dewasa, nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu
kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan
antena yang berbulu. tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena
tipe pilose.

c.  Morfologi Nyamuk Culex sp
      Pada stadium jentik nyamuk Culex mempunyai siphon yang mengandung bulu- bulu
siphon (siphonal tuft) dan pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth),
segmen anal dengan pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
      Stadium pupa Culex mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan
panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen. PAada nyamuk dewasa, palpus nyamuk betina
lebih pendek dari proboscis, wsedang nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang.
Pada sayap mempunyai bulu yang simetris dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk
kelompok sisik yang berwarna sehingga tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada
sayap berwarna putih dan kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut
selalu menumpul.

Pinjal

Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat dan termasuk kedalam ordo
Siphonaptera Pinjal mengalami metamorphosis yang sempurna, yangdimulai dari telur, larva,
pupa kemudian menjadi pinjal dewasa.Ctenocephalides canis merupakan penyebab utama
flea allergic dermatitis(FAD) pada anjing dan kucing. Selain itu Ctenocephalides canis
sebagai vektorpenyakit, juga dapat bertindak sebagai inang antara bagi parasit lain
misalnyacacing pita pada anjing dan kucing (Diphylidium caninum) dan larva
cacingfilarial anjing (Dipetalonema recondinatum).

37
Tungau

Banyak diantara anggota tungau yang hidup bebas di daratan, namun ada anggotanya yang
menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga). Tungau menyukai tempat –
tempat yang lembab dan tempat yang tidak terkena sinar matahari. Beberapa tungau diketahui
menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau
yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Scabies adalah
kondisi kulit yang gatal dikarenakan hewan kecil (tungau) yang disebut Sarcoptes scabiei
Fotosintesis sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting diantaranya cahaya, enzim,
substrat dan suhu. Tungau debu rumah adalah penyebab utama serangan mengi dan asma
Produk yang dihasilkan dari proses ini adalah glukosa dan O2.

B. Saran

Nyamuk

Pengendalian Nyamuk yaitu dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan


nyamuk.

 Penggunaan kawat kasa pada ventilasi.


 Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
 Menggunakan zat penolak (Repellent).
 Pengendalian dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada
nyamukdewasa.-Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air.
 Pengeringan berkala dari satu sistem irigasi.
 Pengaturan dan perbaikan aliran air.
 Pembersihan tanaman air dan semak belukar.
 Pengaturan kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang.

Pinjal

Pinjal merupakan serangga kecil dan lincah yang hidup dengan memakan darah
hewan lain. Jika sudah berada di dalam rumah, serangga ini bisa tinggal di karpet dan
menempel pada hewan peliharaan. Untuk membasmi pinjal, dapat menggunakan insektisida
dan menyedot karpet dan furnitur yang berlapis kain. Selain itu juga harus memandikan
hewan peliharaan secara menyeluruh. Apabila benar-benar melakukan pembasmian pinjal
dengan keras, serangga ini bisa hilang secara penuh dalam waktu satu atau dua minggu.

38
Tungau

Kepada seluruh masyarakat dan para mahasiswa diharapkan menjaga kebersihan


pribadi dan lingkungan lebih baik lagi sehingga kondisi kesehatan dapat tercipta dengan baik.
Selain itu, diharapkan agar tungau (mites) ini dapat didalami lebih lanjut dengan melakukan
penelitian sehingga kita dapat mengetahui cara mencegah serta mengobati penyakit akibat
serangga tungau ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian serta menjadi
jalan untuk kita mempelajari Tungau lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Annonimus. 2010. Nyamuk Aedes aegypti. http://id.shvoong.com/medicine-and health/epidemology-


public-health/2066459-nyamuk-aedes-aegypti. Diakses pada Kamis, 5 April 2012, Pukul 14.00 WIB

Judarwanto, Widodo. 2007. Profil Nyamuk Aedes pembasmiannya.


http://indonesiaindonesia.com/f/2010/01/21/ciri-ciri-nyamuk-aedes pembasmiannya/. Diakses pada
Kamis, 5 April 2012, Pukul 12.30 WIB

http://yunitamongdo.blogspot.com/2016/11/makalah-vektor-nyamuk.html

https://pdfcoffee.com/makalah-parasit-pinjal-pdf-free.html

http://nightray13-kuro.blogspot.co.id/2012/05/parasitologi-scabies-yang-disebabkan.html

http://100makalah.blogspot.com/2016/06/makalah-parasitologi-tungau.html

39

Anda mungkin juga menyukai