Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STUDI LITERATUR LARVA ANOPHELES DAN CULEX

DISUSUN OLEH

NAMA : FARISKA SARI

NIM : PO7233320 803

KELAS : 1B SANITASI

MATA KULIAH : TUGAS TERSTRUKTUR ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari
bantuan dari berbagai referensi, untuk itu dalam kesempatan ini saya sebagai penulis
mengucapkan banyak terimakasih.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian saya sudah berusaha dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima segala masukan
ataupun kritikan guna penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Senayang, 13 Maret 2021

Fariska Sari
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................2

DAFTAR ISI.................................................................3

BAB I.........................................................................4

1.1 Latar belakang..........................................4


1.2 Rumusan masalah.....................................5
1.3 Tujuan.......................................................6
BAB II.........................................................................7

2.1 Klasifikasi Nyamuk Anopheles.............................7

2.2 Morfologi Anopheles.....................8

2.3 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles……………..10

2.4 Pengendalian Nyamuk Anopheles………...10

2.5 Taksonomi Culex spp…………………12

2.6 Morfologi Culex spp………………….13

2.7 Siklus Hidup Nyamuk Culex spp……………..13

2.8 Habitat Nyamuk Culex spp……………..15

2.9 Bionomik Nyamuk Culex spp…………..15

BAB III........................................................................18

3.1 Kesimpulan................................................18

3.2 Saran..........................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex,
Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk
jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua
sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi
jarang sekali melebihi 15 mm. Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai “Mosquito”,
berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil.
Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583.

Kebiasaan makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang menusuk
manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar tanaman. Beberapa
nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang. Nyamuk betina mengigit
manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing, dan sebagainya; Semua jenis burung
termasuk ayam; semua jenis binatang liar, termasuk rusa,kelin(i, dan mereka juga mengigit darah
ular, kadal, katak, dan sebagainya. Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang
cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan
makanan darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur.

Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit
mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap
darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet
nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk
betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan
berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.
Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah.
Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo
tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang
menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab,
pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina
memberi nutrisi pada telurnya.  telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam
darah untuk berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan.
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat
ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya.
reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk
nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara
bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-
telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Selesai itu,
telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna
terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir
dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva
nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase
transisi. Fase ini dinamakan “fase pupa”.
Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum
pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa
itu digunakan untuk alat pernafasan . Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan
siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata
besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat
ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan.
Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah
menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat
menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya
setelah istirahatsekitar setengah jam.
Beragam jenis nyamuk berfungsi sebagai vektor atau pembawa protozoa, virus, dan tidak
sedikit pula pembawa larva cacing yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit pada
manusia. Cara hidup dan cara “menusuk”- nya pun berbeda-beda. Beberapa genus nyamuk yang
mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita adalah Anopheles, Aedes, dan Culex.
1.2 Rumusan Masalah
1. Klasifikasi nyamuk anopheles
2. Morfologi anopheles
3. Siklus hidup nyamuk anopheles
4. Pengendalian nyamuk anopheles
5. Taksonomi culex spp
6. Morfologi atau anatomi culex spp
7. Siklus hidup nyamuk culex spp
8. Habitat nyamuk culex spp
9. Bionomic nyamuk culex spp
1.3 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi nyamuk anopheles
2. Mengetahui morfologi anopheles
3. Mengetahui siklus hidup nyamuk anopheles
4. Mengetahui pengendalian nyamuk anopheles
5. Mengetahui taksonomi culex spp
6. Mengetahui morfologi atau anatomi nyamuk culex spp
7. Mengetahui siklus hidup nyamuk culex spp
8. Mengetahui habitat nyamuk culex spp
9. Mengetahui bionomic nyamuk culex spp
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih
terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan
malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria
di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles
yang mampu menularkan penyakit Malaria.
Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit
malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar
malaria di Asia.
Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda / Insecta
Sub Class : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub Famili : Anophellinae
Genus : Anopheles
Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara
lain :
a. Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya
ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan enteromopha, chetomorpha
dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar
seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada
ketinggian 1000 meter.
b. Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian.
Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada
ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vector pada
daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran
rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada
tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh
seperti pada sawah dan parit.
d. Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada
tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan, dan sawah
yang siap ditanami.
e. Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini
terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik
ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
f. Anopheles subpictus
Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi
dua spesies yaitu :
1) Anopheles subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau dengan
kadar garam tinggi.
2) Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada
air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit.
g. Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan
bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.
2.2 Morfologi Anopheles
Morfologi nyamuk anopheles berbeda dari nyamuk culex.
a. Telur anopheles diletakkan satu persatu di atas permukaan air sehingga seperti membentuk
perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang
pelampung pada lateral.
b. Larva anopheles tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, spirakel pada posterior
abdomen, tergel plate pada tengah sebelah dorsal abdomen dan sepasang bulu palma pada lateral
abdomen.
c. Pupa anopheles mempunyai tabung pernafasan berbentuk seperti trompet yang lebar dan
pendek , digunakan untuk mengambil oksigen dari udara
d. Nyamuk dewasa pada jantan memiliki ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club
form) pada betina ruasnya mengecil. Sayap bagian pinggir (kosta dan vena I ) ditumbuhi sisik-
sisik sayap berkelompok membentuk belang hitam putih, ujung sayap membentuk lengkung.
Bagian posterior abdomennya melancip.
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria disebabkan oleh
protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Sampai
sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
a. plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika.
b. plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
c. plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana.
d. plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan
Malaria Tertiana.
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk.
Siklus aseksual didalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni dan siklus seksual yang
terbentuk sporozoit disebut sebagai sporogoni.
1) Skizogoni
Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam aliran
darah hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30 menit memasuki
sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari daur hidupnya. Di dalam sel hati parasit
tumbuh skizon.
2) Sporogoni
Sporogoni terjadi didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak
dicernakan bersama sel–sel darah lain. Pada Mikrogametosit jantan titik kromatin membagi diri
menjadi 6–8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir beberapa filament dibentuk seperti
cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu yang menjadi 6–8 mikrogametber inti tunggal,
didesak keluar akhirnya lepas dari sel induk. Proses ini disebut sebagai aksflagelasi.
Sementara makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri atas sebuah badan
dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan sekelompok kromatin ditengah. Pembuahan
(fertilisasi) terjadi karena masuknya satu mikrogamet kedalam mikrogamet untuk membentuk
Zigot.
2.3 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam metamorfosa
sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa. Telur ke larva
mengalami pengelupasan kulit/eksoskelet 4 kali) lalu pupa dan menjadi nyamuk dewasa Waktu
pertumbuhan 2 sampai 5 minggu tergantung pada spesies, makanan yang tersedia, dan suhu
udara.
2.4 Pengendalian Nyamuk Anopheles
1. Pengendalian yang mungkin dan sudah di lakukan
Nyamuk Anopheles dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vector dan binatang
pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah
dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1) Pengendalian dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.
a. Penggunaan kawat kasa pada ventilasi.
Dimana keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini
berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
b. Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
Kebiasaan menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat
tidur dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur dan waktu
penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah.
c. Menggunakan zat penolak (Repellent).
Untuk kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk
menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari.
2) Pengendalian dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa.
3) Pengendalian dengan cara menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang
termasuk kegiatan ini adalah :
a. Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air.
b. Pengeringan berkala dari satu sistem irigasi.
c. Pengaturan dan perbaikan aliran air.
d. Pembersihan tanaman air dan semak belukar.
e. Pengaturan kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang.
4) Pengendalian Cara Biologi.
Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya
(predator) atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta jenis-jenis
nematoda.
5) Pengendalian Cara Fisika-Mekanik.
Pengendalian dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan
dan memanfaatkan faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan cara-cara mekanis.
6) Pengendalian dengan cara pengolaan lingkungan (Environmental management).
Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu .
a. Perubahan lingkungan (Environmental Modivication).
Meliputi kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan
tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan
nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kuwalitas lingkungan hidup
manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling), pengertian (draining),
perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan, sehingga vektor dan binatang penganggu
tidak mungkin hidup.
b. Manipulasi Lingkungan (Environment Manipulation)
Sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembnang dengan
baik. Kegiatan ini misalnya dengan merubah kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air
atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan nyamuk sehingga tempat
itu tidak mendapatkan sinar matahari.
2. Pengendalian Dengan Cara Kimia (Chemical Control
Pengendalian dengan cara kimia (Chemical Control) ini disebut juga pengendalian
dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat membunuh vektor
dan binatang pengganggu. Disamping pengendalian secara langsung kepada vektor,
pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan
vektor dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan pestisida untuk
mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang sangat efektif tetapi dapat
menimbulkan masalah yang serius karena dapat merugikan manusia dan lingkungannya.
3. Pemanfaatan Ekstrak Daun Zodia
Zodia merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari daerah Irian (Papua). Oleh
penduduk setempat tanaman ini biasa digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk
apabila hendak pergi ke hutan, yaitu dengan cara menggosokkan daunnya ke kulit.
Selain itu tanaman yang memiliki tinggi antara 50 cm hingga 200 cm (rata-rata 75 cm) di
percaya mampu mengusir nyamuk dan serangga lainnya dari sekitar tanaman. Oleh sebab itu,
tanaman ini sering di tanam di pekarangan ataupun di pot untuk menghalau nyamuk. Aroma
yang dikeluarkan oleh tanaman zodia cukup wangi.
Biasanya tanaman ini mengeluarkan aroma apabila tanaman tergoyah oleh tiupan angin
hingga di antara daunnya saling menggosok maka keluarlah aroma yang wangi.
Saat ini sebagian masyarakat menyimpan tanaman zodia pada pot didalam ruangan
sehingga selain memberikan aroma yang khas, juga aromanya dapat menghalau nyamuk didalam
ruangan. Namun demikian tidak berarti bahwa nantinya di dalam ruangan terdapat bangkai
nyamuk sebagai akibat dari tanaman ini, nyamuk hanya terusir karena tidak menyukai aroma dari
tanaman ini. Penyimpanan tanaman juga sering diletakkan disekitar tempat angin masuk ke
dalam ruangan, nyamuk yang hendak masukpun terhalau.
2.5 Toksonomi culex spp
Taksonomi Culex menurut Romosfer dan Stoffoano (1998) dalam
Shidqon (2016) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Subclassis : Pterygota
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicideae
Subfamilia : Culianeae
Genus : Culex
Spesies : Culex spp
2.6 Morfologi atau anatomi culex spp
Nyamuk Culex spp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya rapuh. Pada
kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada
nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan
digunakan untuk menghisap zat-zat seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahn dan juga
keringat. Terdapat palpus yang mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15
yang terletak di kanan dan di kiri probosis. Pada nyamuk jantan terdapat rambut yang lebat
(plumose) pada antenanya, sedangkan pada nyamuk betina jarang terdapat rambut (pilose)
(Sutanto, 2011).
Sebagian besar toraks yang terlihat (mesonotum) dilingkupi bulu-bulu halus. Bagian
belakang dari mesonotum ada skutelum yang terdiri dari tiga lengkungan (trilobus). Sayap
nyamuk berbentuk panjang akan tetapi ramping, pada permukaannya mempunyai vena yang
dilengkapi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya menyesuaikan vena. Terdapat barisan
rambut atau yang biasa disebut fringe terletak pada pinggir sayap. Abdomen memiliki 10 ruas
dan bentuknya menyerupai tabung dimana dua ruas terakhir mengalami perubahan fungsi
sebagai alat kelamin. Kaki nyamuk berjumlah 3 pasang, letaknya menempel pada toreks, setiap
kaki terdiri atas 5 ruas tarsus 1 ruas femur dan 1 ruas tibia (Hoedojo, 2008 dalam shidqon, 2016).
2.7 Siklus hidup nyamuk culex spp
Seluruh siklus hidup Culex spp mulai dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu
sekitar 14 hari. Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat yang sesuai seperti genangan
air yang lembab (Astuti, 2011).
Nyamuk Culex spp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva, pupa, dan
imago (dewasa) antara lain sebagai berikut:
a. Telur
Nyamuk Culex spp meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombol dan
bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Sekali bertelur menghasilkan 100
telur dan biasanya dapat bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah
sekitar 2 hari (Astuti, 2011). Masing-masing spesies nyamuk memiliki perilaku dan kebiasaan
yang berbeda satu sama lain. Diatas permukaan air, nyamuk Culexspp menempatkan telurnya
secara menggerombol dan berkelompok untuk membentuk rakit. Oleh karena itu mereka dapat
mengapung diatas permukaan air (Borror, 1992 dalam Shidqon, 2016 ).
b. Larva
Telur berkembang menjadi larva dan larva mendapat makanan dari bahan-bahan organik
yang terdapat di dalam air. Larva nyamuk bernafas dengan siphon. Larva nyamuk Culex
memiliki siphon yang agak ramping dan lebih panjang dibandingkan dengan siphon larva
nyamuk Aedes dengan kumpulan bulu lebih dari satu. Kepala larva nyamuk Culex spp
mempunyai lebar hampir sama dengan lebar toraks (Portunasari et, al., 2016). Salah satu ciri dari
larva nyamuk Culex spp adalah memiliki siphon. Siphon dengan beberapa kumpulan rambut
membentuk sudut dengan permukaan air. Nyamuk Culex spp mempunyai 4 tingkatan atau instar
sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :
1) Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-
duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.
2) Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri-duri belum
jelas, corong kepala mulai menghitam.
3) Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas. Duri-duri dada
mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
4) Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas, dengan
warna kepala (Astuti, 2011).
c. Pupa
Pupa merupakan fase berikutnya setelah larva. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan
kepalanya besar. Sebagian kecil tubuh kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet
panjang dan ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011).
Pada stadium ini tidak membutuhkan nutrisi dan berlangsung proses pembentukan sayap
sampai mampu terbang. Stadium kepompong terjadi dalam jangka waktu mulai satu sampai dua
hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa tidak melakukan aktivitas konsumsi sama sekali dan
kemudian akan keluar dari larva dan menjadi nyamuk yang sudah bisa terbang dan
meninggalkan air. Nyamuk memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi
nyamuk dewasa (Wibowo, 2010 dalam Shidqon, 2016).
d. Imago (Dewasa)
Ciri-ciri nyamuk dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala berwarna
hitam dengan putih dada ujungnya. Pada bagian toraks terdapat 2 garis putih berbentuk kurva
(Astuti, 2011).Nyamuk jantan dan betina akan melakukan perkawinan setelah keluar dari pupa.
Seekor nyamuk betina akan melakukan aktivitas menghisap darah dalam waktu 24-36 jam
setelah dibuahi oleh nyamuk jantan. Untuk proses pematangan telur sumber protein yang paling
penting adalah darah. Perkembangan nyamuk mulai dari telur sampai dewasa membutuhkan
waktu sekitar 10 sampai 12 hari (Wibowo, 2010 dalam Shidqon, 2016).
2.8 Habitat nyamuk culex spp
Habitat pertama nyamuk ini yaitu habitat bersifat alamiah seperti pada air yang kotor
seperti limbah pembuangan mandi, got atau selokan, dan sungai yang penuh sampah. Habitat
kedua nyamuk Culex spp yaitu habitat buatan manusia seperti daerah sawah, irigasi, kolam
(Kemenkes RI, 2014).
Menurut penelitian Portunasari et. al. (2016) larva nyamuk Culex ditemukan di kolam
ikan yang sudah tidak dipakai. Penelitian yang dilakukan oleh Wetzel et al. (2015), nyamuk
Culex ditemukan di drainasesaluran limbah, drainase yang terkontaminasi limbah, genangan air
banjir, air mancur di taman kota, dan ember terbuka yang berisi air hujan.
2.9 Bionomik nyamuk culex spp
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perkembangbiakan, perilaku, umur,
populasi, penyebaran, fluktuasi kepadatan musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya, berupa lingkungan fisik (kelembaban, musim, matahari, arus air), lingkungan
kimiawi (kadar garam, pH), dan lingkungan biologik (tumbuhan, ganggang, vegetasi di sekitar
perindukan). Distribusi dan kepadatan nyamuk sangat ditentukan oleh vaktor alami setempat,
seperti cuaca, kondisi fisik, dan kimiawai medium (Depkes RI, 1995 dalam Shidqon, 2016).
Setiap nyamuk memiliki waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat, dan
berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Nyamuk betina melakukan aktivitas
menghisap darah untuk proses pematangan telur (Supartha, 2008). Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah namun cukup menghisap sari bunga. Nyamuk membutuhkan 3 macam
tempat dalam kehidupannya, yaitu tempat untuk memperoleh umpan/darah, tempat untuk
melakukan istirahat dan tempat untuk melangsungkan perkembangbiakan (Iskandar, 1985 dalam
Shidqon, 2016).
a. Tempat Istirahat (Resting Places)
Nyamuk akan melakukan istirahat selama 2 sampai 3 hari sesudah menggigit orang atau
hewan. Kebiasaan beristirahat setiap jenis nyamuk berbeda-beda satu dengan lainnya. Nyamuk
Culex spp mempunyai kesukaan beristirahat di dalam rumah. Spesies nyamuk ini sering kali
ditemukan berada di dalam rumah, sehingga sering disebut sebagai nyamuk rumahan (Wibowo,
2010 dalam Shidqon, 2016).
Berdasarkan data dari Depkes RI (2004) dalam Shidqon (2016), tempat beristirahat yang
disenangi nyamuk Culex adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti kamar
mandi, dapur, dan WC. Di dalam rumah, nyamuk ini beristirahat di baju-baju yang digantung,
kelambu, dan tirai. Di luar rumah nyamuk ini beristirahat pada tanaman-tanaman yang ada di
luar rumah.
b. Perilaku menggigit (Feeding Habit)
Nyamuk Culex spp disebut nokturnal atau memiliki kebiasaan menggigit manusia dan
hewan utamanya pada malam hari. Waktu yang biasanya digunakan oleh nyamuk Culex spp
untuk menghisap darah adalah beberapa jam sesudah terbenamnya matahari hingga sebelum
matahari terbit. Pada pukul 01.00-02.00 merupakan puncak dari aktivitas menggigit nyamuk
Culex spp (Tiawsirisup, 2006 dalam Shidqon, 2016).
Nyamuk Culex memiliki kepadatan 5,25 ekor/orang/jam di dalam rumah. Kepadatan di
luar rumah adalah 5,64 ekor/orang/jam. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 jam terdapat sekitar
5-6 nyamuk yang mengigit manusia baik di dalam maupun di luar rumah (Dinkes Kab.
Pekalongan, 2011 dalam Shidqon, 2016).
c. Tempat Perkembangbiakan (Breeding Place)
Tempat yang biasanya digunakan oleh nyamuk Culex sppuntuk berkembang biak adalah
di sembarang tempat seperti di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, selokan terbuka,
dan empang ikan. Dalam air yang mengandung pencemaran organik tinggi dan letaknya tidak
jauh dari tempat tinggal manusia biasanya dapat ditemukan larva. Nyamuk cenderung memilih
tempat perkembangbiakan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari, permukaan
terbuka lebar, berisi air tawar jernih, dan tenang (Soegijanto, 2006 dalam Shidqon, 2016).
Nyamuk Culex biasanya memilih genangan air tanah sebagai tempat perindukannya,
seperti pada pohon berlubang, ruas dan tunggul bambu, dan tempat-tempat penampungan air
lainnya. Larva-larva ditemukan di genangan air yang berasal dari mata air seperti penampungan
air yang dibuat untuk mengairi kolam, untuk merendam bambu/kayu, mata air, bekas telapak
kaki kerbau, dan kebun salak. Pada umumnya kehidupan larva dapat hidup secara optimal pada
genangan air yang terlindung dari sinar matahari langsung, diantara tanaman/vegetasi yang
homogen seperti kebun salak, kebun kapulaga, dan lain-lain. Ada yang umumnya ditemukan di
daerah pegunungan, ditemukan pula di daerah persawahan dan daerah pantai yang ada sungai
kecil-kecil dan berbatu-batu (Barodji, 2001 dalam Shidqon, 2016).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nyamuk Anopheles adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Anopheles gambiae adalah
paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di
Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia. Hanya nyamuk betina
yang sering menghisap darah dan nyamuk Anopheles sering menghisap darah diluar rumah dan
suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari (Eksofagik).
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting
seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk dewasa
dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga
bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut.
3.2 Saran
Nyamuk anopheles dan nyamuk culex adalah jenis nyamuk yang bisa
menyebabkan penyakit penting. Maka dari itu, sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang
nyamuk anopheles dan nyamuk culex. Untuk pencegahan pribadi atau pencegahan dari gigitan
nyamuk yaitu tidak keluar rumah antara senja sampai malam hari, Bila terpaksa keluar,
sebaiknya mengenakan kemeja atau baju dan celana panjang berwarna terang. Dan untuk para
petugas kesehatan agar Meningkatkan penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, melalui
kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk,
PSN). Serta dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan jadi mohon untuk kritik dan
sarannya agar kami dapat memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/307018333/MAKALAH-nyamuk-Anopheles

http://rusdhyrsc17.blogspot.com/2012/07/antrhopoda-nyamuk-anopheles.html?m=1

http://repositori.unsil.ac.id/751/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai