Anda di halaman 1dari 37

BAHAN AJAR

PROTOZOA SALURAN CERNA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR

Pengampu : Ida Bagus Made Oka


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha


Esa, atas berkat dan rahmatNya penyusunan bahan ajar PROTOZOA
SALURAN CERNA ini dapat diselesaikan.

Bahan ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa semester


III yang memprogramkan mengikuti kuliah PARASITOLOGI
VETERINER I terutama bisa mejelaskan morfologi dan siklus hidup
parasit protozoa saluran cerna yang menginfeksi hewan.

Bahan ajar ini disusun berdasarkan beberapa buku acuan yang


dimiliki, serta dilengkapi dengan acuan lain yang dapat diunggah. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada sejawat
yang ikut melengkapi bahan ajar ini.

Harapan penulis semoga bahan ajar ini bisa memenuhi haparan


sesuai dengan tujuan diatas. Demi penyempurnaan dan
kesempurnaannya, bahan ajar ini akan direvisi setiap tahun dengan
menambahkan acuan baru dan disesuaikan dengan peta perkembangan
penyakit.

Denpasar.

Pengampu

Pengampu : Ida Bagus Made Oka


DAFTAR ISI

KULIT DEPAN ................................................................................ i


KATA ii
PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
Klasifikasi Protozoa ............................................................................. 1
Filum APICOMPLEXA ..................................................................... 3
Genus Eimeria ....................................................................... 8
Spesies Eimeria pada Ayam .......................................... 8
Spesies Eimeria pada Angsa ......................................... 9
Spesies Eimeria pada Merpati ........................................ 9
Spesies Eimeria pada Kalkun ……………..………… 10
Spesies Eimeria pada Kelinci …..…………………… 11
Spesies Eimeria pada Sapi ………………………….. 12
Spesies Eimeria pada Domba ……………………….. 13
Spesies Eimeria pada Kambing ……………………… 15
Spesies Eimeria pada Babi……………………………. 16
Genus Isospora ...................................................................... 17
Spesies Isospora pada Anjing ........................................ 17
Spesies Isospora pada Kucing ...................................... 19
Genus Cryptosporidium ....................................................... 20
Filum SARCOMASTIGOPHORA, Subfilum SARCODINA ............. 21
Genus Entamoeba ................................................................. 22
Filum SARCOMASTIGOPHORA, Subfilum MASTIGOPHORA..... 25
Genus Giardia ...................................................................... 25
Filum CILIOPHORA ....................................................................... 27
Genus Balantidium ............................................................... 28
PUSTAKA ....................................................................................... 29

Pengampu : Ida Bagus Made Oka


KLASIFIKASI)

Klasifikasi protozoa menurut Levine (1995), dapat dibedakan


menjadi 3 filum :

1. Filum APICOMPLEXA

Ciri karakteristiknya, pada beberapa stadium perkembangannya,


memiliki apical komplex (terdiri dari : cincin polar, roptri, mikronema,
konoid dan mikrotubulus subpellikular) dan hanya terlihat dengan elektron
mikroskop. Nukleusnya berbentuk vesikuler, tidak memiliki silia,
berkembangbiak dengan cara singami. Anggotanya yang termasuk kedalam
Epitelio-apicomplexa (hidup di dalam epitel saluran cerna) yang bersifat
parasitik, diantaranya : Eimeria, Isospora, Crypto-sporidium, Tyzzeria, dan
Wenyonella; dan yang termasuk Haemo-apicomplexa (hidup di dalam
darah/apicomplexa darah), diantaranya : Haemoproteus, Leucocytozoon,
Plasmodium, Babesia, Theileria, serta yang hidup didalam saluran cerna
dan organ lainnya, diantaranya : Sarcocystis, Toxoplasma dan Neospora.

2. Filum SARCOMASTIGOPHORA.

Memiliki inti tunggal, reproduksi kalau ada secara singami, bergerak


dengan mengunakan flagela, dan atau pseudopodia. Filum Sarco-
mastigophora memiliki 2 subfilum : SARCODINA dan MASTIGOPHORA.

SARCODINA, bergerak dengan Pseudopodia (aliran protoplasmik),


juga beberapa diantaranya bergerak dengan flagela, kalau ada biasanya
terbatas pada beberapa stadium perkembangannya, reproduksinya secara
aseksual secara pembelahan dan seksual (kalau ada) dengan gamet yang
berflagel atau yang lebih jarang lagi dengan gamet amoeboid. Anggota yang
terpenting : Amoeba (Endamoeba, Endolimax, Entamoeba, Iodamoeba,
Dientamoeba).

MASTIGOPHORA, memiliki 1 atau lebih flagela, secara khas


ditemukan trofozoit, reproduksi aseksual dengan pembelahan longitudinal dan
juga ada beberapa reproduksi seksual. Anggota yang terpenting : Leishmania,
Trypanosoma, (keduanya hidup dalam darah) Giardia, Spironucleus

Pengampu : Ida Bagus Made Oka


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

(Hexamita), Enteromonas, (berpredileksi daram saluran cerna) dan


Histomonas, (berpredileksi pada saluran cerna dan organ), sedangkan
Tritrichomonas salah satunya berpredileksi pada saluran kelamin

3. Filum CILIOPHORA

Memiliki silia sebagai alat pergerakan paling sedikit pada satu


stadium siklus hidupnya, mempunyai infrasiliatur subpellikular, memiliki 2
tipe nukleus (makronukleus dan mikronukleus), perkembangan dengan
pembelahan biner traversal, perkembangan dengan konjugasi atau autogami
dan sitogami. Anggota yang terpenting : Balantidium sp (berpredileksi di
dalam saluran pencernaan)

4. Filum MYXOZOA

Spora-spora berasal dari banyak sel, dengan satu atau lebih kapsul
polar dan sporoplasma dan mempunyai 1-3 (jarang lebih) katup; umumnya
parasitik pada ikan.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 2


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Filum : APICOMPLEXA
APICOMPLEXA SALURAN CERNA
(Epitelio Apicomplexa)

Pendahuluan, filum Apicomplexa, Familia Eimeriidae anggotanya


umumnya bersifat homoxen dan mempunyai hospes tunggal. Merogoni
dan gametogoni (gamogoni) berlangsung didalam sel (umumnya epitel
saluran pencernaan) hospes dan sporogoni terjadi diluar tubuh hospes.
Ookistanya ada yang mengandung sporokista dan ada pula yang tidak
mengandung sporokista. Genusnya dibedakan berdasarkan jumlah sporokista
yang terbentuk didalam ookista; serta jumlah sporozoit pada setiap
sporokista. Ringkasannya berikut ini :

Ooskista Sporokista Sporosoit


Eimeria 4 2
Isospora
Toxoplasma 2 4
Neospora
Sarcocystis
Cryptosporidium 0 4
Tyzzeria 0 8
Wenyonella 4 4

Familia Eimeriidae, ordo koksidia (kebanyakan berparasit didalam


saluran pencernaan vertebrata), selama siklus perkembangannya memiliki dua
stadium, antara lain : stadium tropozoit dan stadium Ookista.

Morfologi stadium
tropzoit, yang dikenal dengan
sporozoit bentuknya menyerupai
pisang, salah satu ujungnya
meruncing (tetapi tetap tumpul)
dan ujung lainnya agak membulat,
memiliki inti tunggal. Jika diamati
dengan menggunakan elektron mikroskop, akan ditemukan beberapa organela

Pengampu Ida Bagus Made Oka 3


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

lainnya, antara lain : kompleks apical (ciri karakteristik Apicomplexa), yang


terdiri dari (cincin kutub =”polar ring”)) berjumlah 1atau lebih, konoid,
roptri berjumlah 2 atau lebih (tersusun dari struktur tubuler) yang memanjang
melalui konoid pada ujung anterior dan melebar menjadi struktur seperti suatu
kantung pada ujung yang lain, roptri diduga mensekresi sesuatu, tetapi belum
diketahui secara pasti. Kadang-kadang ditemukan sejumlah besar mikronema
berbentuk tongkat yang melekat erat pada roptri dan sejumlah mikrotubulus
subpelikuler yang menjulur ke belakang dari cincin kutub, yang diduga
sebagai alat gerak. Sebagai organella tambahan lainnya, kebanyakan
Apicomplexa mempunyai 1 atau lebih mikropore yang nampaknya
dipergunakan untuk menelan makanan.

Morfologi Ookista, Ookista


strukturnya khas, dindingnya
tersusun oleh 1 atau 2 lapis dan
mungkin dibatasi selaput.
Kadang – kadang terdapat
suatu tempat terbuka atau
tempat yang lunak yang
disebut mikropil. Mikropil
kadang – kadang mempunyai
topi dan ada juga yang tidak memiliki topi. Kebanyak coccidia merupakan
parasit intraseluler pada epitel saluran pencernaan, tetapi beberapa ada yang
berpredileksi di dalam sel hati, dan ginjal. Setiap jenis koksidia umumnya
bersifat hospes spesifik pada tempat yang spesifik (hospesnya tertentu pada
tempat predileksi yang tertentu pula)

Siklus hidup, semua spesies siklus hidupnya umumnya mirip, pada bahan ajar
ini siklus hidup Eimeria tenella yang menginfeksi sekum ayam dipakai contoh
untuk pembahasan lebih lanjut :

Pengampu Ida Bagus Made Oka 4


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Selama siklus hidup Eimeria tenella mengalami perkembangan:


SPOROGONY, MEROGONY dan GAMOGONY (gametogony)

SPOROGONY, terjadi di luar tubuh hospes, dimulai sejak Ookista


keluar bersama tinja yang awalnya belum
mengalami perkembangan (didalam
setiap ookista mengandung sel tunggal
sporon) sampai terbentuk Ookista infektif
(didalam ookista telah terbentuk 4
sporokista dan masing-masing mengandung 2 sporosoit atau dikenal juga
dengan ookista yang telah bersporulasi. Sporogony ini membutuhkan waktu 1
hari atau lebih tergantung, tersedianya banyak oksigen, suhu dan
kelembaban optimum. Untuk mempercepat berlangsungnya Sporogony
didalam laboratorium, biasanya dilakukan sporulasi dengan melakukan
pemupukan menggunakan media Kalium Bichromat (K2Cr2O7)

SPOROGONY, adalah perkembangan aseksual Ookista di luar tubuh


hospes sampai didalamnya terbentuknya SPOROKISTA dan
SPOROZOIT

Pengampu Ida Bagus Made Oka 5


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

MEROGONY, terjadi di dalam tubuh hospes, dimulai sejak Ookista


infektif (ookista bersporulasi) tertelan bersama makanan dan atau minuman,
dinding ookista akan tercerna oleh enzim pencernaan di dalam empedal,
sehingga terbebaslah Sporokista. Sporozoit yang ada di dalam sporokista
akan diaktifkan oleh cairan empedu atau tripsin jika sudah berada di dalam
usus halus, akhirnya sporozoit keluar. Sporozoit akan memasuki vili epitel
dari sekum, terjadi perkembangan MEROGONY I, mengalami perbanyakan
berlipat ganda schizogony menghasilkan MEROZOIT generasi I berjumlah
kira-kira 900 dengan panjang sekitar
2 – 4 mikron. Merozoit generasi I,
karena jumlahnya semakin banyak
menyebabkan sel epitel yang
terinfeksi akan pecah, sehingga
merozoit tertumpah keluar sel. Merozoit generasi I ini, selanjutnya akan
masuk ke dalam sel epitel vili sekum yang baru, akan terjadi proses
MEROGONY II, perbanyakan berlipat ganda kedua schizogoni lagi masing-
masing Merozoit generasi I akan membentuk kira – kira 200 – 350
MEROZOIT generasi II (Merozoit √ kata yunani “ Meros” = bagian) dengan
panjang sekitar 16 mikron. Merozoit generasi ke II inipun akan menyebabkan
sel epitel pecah dan merozoit keluar berhamburan. Perkembangan selanjutnya
ada beberapa teori yang menyebutkan :

Merozoit generasi II ini akan memasuki sel epitel vili sekum


baru yang utuh, selanjutnya ada yang menjelaskan akan langsung
mengalami perkembangan seksual; tetapi ada juga yang menjelaskan
mengalami perkembangan MEROGONI III, sehingga terbentuk kira –
kira 4 – 30 MEROZOIT generasi III, dan setelah itu baru melaksanakan
perkembangan secara Seksual.

MEROZOIT generasi II dan atau generasi III, akan memasuki sel


epitel sekum yang baru, kemudian mengalami perkembangan Seksual.

MEROGONY adalah perkembangan aseksual Sporozoit di dalam tubuh


hospes sampai terbentuknya MEROZOIT.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 6


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

GAMOGONY atau gametogony, adalah perkembangan seksual


secara penguncupan (budding) terbentuknya gamet (makro- dan mikro)-gamet
oleh (makro-mikro)-gametosit. Gametogony, terjadi di dalam tubuh hospes,
dimulai sejak merozoit generasi II dan atau III, memasuki sel epitel seka yang
baru, selanjutnya akan membulat menjadi Makrogametosit (gamet betina)
yang akan memperbanyak diri secara penguncupan (“budding”)
menghasilkan Makrogamet dan yang lain menjadi Mikrogametosit yang
menghasilkan Mikrogamet (gamet jantan) yang berflagela.

GAMETOGONY adalah perkembangan seksual Merozoit generasi II


dan atau III di dalam tubuh hospes sampai terbentuknya (MIKRO dan
MAKRO)-GAMET.

Siklus lebih lanjut, Mikrogamet akan keluar dari dalam sel epitel seka
dan dengan bantuan flagelanya akan bergerak untuk melakukan
perkembangan seksual secara singami dengan Makrogamet, menghasilkan
ZIGOT. Zigot selanjutnya akan mengelilingi diri dengan dinding menjadi
Ookista. Ookista ini kemudian terbawa keluar bersama tinja.

Secara teoritis, setiap Ookista dapat memproduksi 2,52 juta merozoit


generasi II, dan memproduksi lebih dari 2 juta Ookista generasi III, tetapi
kenyataannya faktor – faktor seperti umur induk semang, kekebalan dan dosis
infeksi membatasi jumlah ini menjadi 8 – 400.000 ookista.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 7


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies
Eimeria
Ayam

Eimeria spp yang menginfeksi ayam telah teridentifikasi ada 9 spesies.


diantaranya :

Spesies Predileksi Patogenitas Bektuk-


Eimeria Ukuran
Okista (µm.)
E. tenella, sekum Paling ovoid ,
patogen 14–31 X 9–25
E. brunetti Usu halus, sekum, patogen Ovoid
rektum, kloaka 14-34 x 12-26
E. necatrix Usus halus, sekum patogen Ovoid
12– 9 x 11–24
E. mitis (beachi) Usus halus posterior, Sedang agak bulat
sekum 10-21 x 9-18
E. mivati Usus halus anterior Sedang Elipsoid-ovoid,
dan rektum 11-20 x 12-17
E. maxima pada ½ bagian usus Sedang Ovoid
halus posterior. 21-42 x 16-30
E. acervulina usus halus bagian Sedang Ovoid
anterior 12-23 x 8-17
E. praecox 1/3 usus halus Tidak Ovoid
anterior patogen 20-25 x 16-20
E. hagani ½ usus halus anterior. Tidak Ovoid
patogen 16-21 x 14-19

Pengampu Ida Bagus Made Oka 8


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

(a) E. Maxima, (b) E. Brunetti, (c) E. Tenella, (d) E. Necatrix, (e) E. Praecox,
(f) E. Acervulina dan (g) E. Mitis

Predileksi (a) E. acervulina, (b) brunetti, (c) E. hagani, (d) E. maxima, (e) E.
mivati, (f) E. mitis, (g) E. necatrix, (h) E. praecox, (i) E. tenella,

Pengampu Ida Bagus Made Oka 9


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
Pada ANGSA

Etiologi : satu-satunya spesies Eimeria sp


yang sangat patogen ditemukan menginfeksi
angsa diseluruh dunia adalah, E. truncata
(Sinonim Coccidium trumcatum).

Predileksi : lebih banyak pada epitel tubulus ginjal dibandingkan epitel usus
halus. Ookistanya berbentuk ovoid dengan ujung kecil berukuran 14-27 x 12-
22 µm, memiliki mikropil serta ditemukan topi.

Spesies lainnya, seperti : E. anseris, E. kotlani dan E. nocen, hanya baru


ditemukan di Eropa dan daerah bekas Uni Soviet.

1. Tyzzeria parvula, 2. E, anseris, 3. E. truncata, 4. E, stigmosa, 5. E. hermani,


6. E. fulva dan 7. E. nocens

Pengampu Ida Bagus Made Oka 10


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
pada BURUNG MERPATI

Etiologi, disebabkan oleh Eimeria columbae, E.


columbarum, E. labbeana dan E. tropicalis (sinonim
E. Labbeana.

Sifat-sifat, Eimeria labbeana merupakan spesies yang paling sering


menginfeksi burung merpati dengan patogenitas ringan sampai sangat patogen
tergantung pada umur burung pada saat terinfeksi. Merpati yang paling peka
berumur 2 – 3 minggu.

Morfologi, Ookista E. labbeana berbentuk agak bundar sampai bundar,


berukuran 16,7 x 15,3 µm dengan kisaran 15 – 18 X 14 – 16 µm (1) ada juga
yang menyebutkan berukuran 13 – 24 X 12 – 23 µm. Memiliki dinding halus,
tidak berwarna atau berwarna agak coklat kekuningan, terdiri dari 2 lapis,
lapisan dalam warnanya lebih gelap dibandingkan dinding luarnya, tidak
memiliki mikropil. Sporokista berbentuk ovoid memanjang ditemukan badan
stidae dan residu. Sporozoit berbentuk seperti bulan sabit dengan salah satu
ujungnya lebih lebar dan yang lainnya lancip, ujung yang melebar
berdampingan dengan ujung yang lancip di dalam sporokista dan setiap
sporozoit memiliki gelembung yang terang disetiap ujungnya.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 11


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
pada KALKUN,

Spesies Eimeria Predileksi Patogenitas Bentuk dan


Ukuran
Ookista
adenoides usus halus Patogen ellipsoid –
posterior, ovoid, 19-31 x
sekum, rektum, 13-21 µm dan
kadang-kadang
ada mikrophil.
meleagrimitis, usus halus atau Patogen hampir bulat
sepanjang usus, (subspherical),
16-27 x 13-22
µm.
gallopavonis ileum, rektum Agak/Kurang Elipsoid, 22-23 x
atau seka, Patogen 15-19 µm.
dispersa usus halus Agak/Kurang Ovoid, 22-31 x
Patogen 18-24 µm.
meleagridis, Pertengahan Tidak Patogen Elipsoid, 19-31 x
usus halus, seka, 14-23 µm
rektum

Pengampu Ida Bagus Made Oka 12


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Pengampu Ida Bagus Made Oka 13


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
pada KELINCI,

Spesies Eimeria yang berpredileksi pada :

A. Saluran Cerna

Spesies Predileksi Patogenitas Bektuk- Ukuran


Eimeria Ookista (µm.)
E. flavescens (E. Usus halus – Patogen Ovoid, 25-37 X 14-
pellerdyi, E. posterior, sekum 24 µm, ada
hakei) dan kolon mikropil
E. irresidua Usus halus, Patogen Elipsoid, 35-42 X
19-28 µm ada
mikropil
E.piriformis Usus besar Patogen Piriform, 26-33 x
15-21 µm, ada
mikropil.
E. magna (E. Usus halus Kurang Ovoid, 27-41 X 17-
perforans var bagian tengah patogen 49 µm ada mikropil
magna) dan posterior, dan kerah
E. media Usus halus dan Kurang ovoid – elipsoid,
usus besar patogen 19-37 x 13-22 µm
ada mikropil
Neoleporis Usus halus Kurang Selindris– elepsoid,
posterior dan patogen 33-44 X 16-23 µm,
usus besar ada mikropil.
Exigua Tak patogen
Perforans/nana/ Tak patogen
Lugdunumensis

Pengampu Ida Bagus Made Oka 14


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

B. SALURAN EMPEDU

Etiologi, oleh : Eimeria stidae (Monocystis stidae, Psorospermium cuniculi,


Coccidium cuni-culi, C. oviforme) hidup didalam dinding saluran empedu
dalam hati.

A. E. coecicola, B. E. exigua, C. E. flavescens, D. E. intestinalis, E. E.


irresidua, F. E. magna, G. E. media, H. E. perforans, I. E. periformis dan J.
E. stidae

Pengampu Ida Bagus Made Oka 15


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
pada SAPI

Etiologi, spesies Eimeria spp yang


telah teridentifikasi menginfeksi sapi perah
di Kabupaten bandung dan Sukabumi Jawa
Barat, diantaranya : E. zuernii, E. bovis, E.
illinoisensis, E. bukidnonensis (Iskandar),
E. ellipsoidalis, E. cylindrica, E.
auburnensis, E. canadensis, E. pellita, E.
alabamensis dan E. subspherica (Soekardono, 1992 dalam Iskandar)

Spesies Predileksi Patogenitas Bentuk-ukuran


Ookista (µm)
E. zuernii 2,3 usus halus usus Paling patogen agak bulat, bulat
besar dan elip
18 x 15 (2)
E. bovis usus halus, patogen 27-29 x 20-2 (2)
sekum
E. auburnensis ½ - 1/3 bagian Kurang ovoid 36–41 x 22– 26
posterior usus patogen (2)
halus 1,2
E. cylindrica Belum jelas Kurang Elipsoid
patogen 16-34 x 12-191,2
E. ellipsoidalis Usus halus Kurang Ovoid
patogen 12-32 x 10-291,2
E. alabamensis Usus halus, ttp Tidak patogen Ovoid
Sekum an kolon 13-25 x 11-173
E. subsperica Belum jelas Tidak patogen Bundar - agak bundar
9-14 x 28-133
E. ellinoisensis Belum jelas Tidak patogen elipsoid agak
ovoid
32-42 x 22 – 27
E. canadensis Belum jelas Tidak patogen elipsoid
28-39 x 20-293

Sifat-sifat, terutama menyerang sapi berumur muda (3 minggu sampai 6


bulan), sapi yang lebih dewasa atau tua dapat terserang pada kondisi

Pengampu Ida Bagus Made Oka 16


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

pencemaran berat, tetapi biasanya tidak teramati gejala klinis (bersifat carier
terhadap sapi muda). Keadaan berdesak-desakan dan sanitasi yang jelek akan
meningkatkan infeksi parasit ini.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 17


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
pada DOMBA

Spesies Eimeria Predileksi


Patogenita Bentuk dan
s Ukuran Ookista
ovinoidalis (sin : E. usus halus Patogen elipsoid – ovoid, 16
Ninakohlyakimovae) posterior, – 18 X 23 – 24 µm
sekum, kolon
ahsata pertengahan Patogen elipsoid – ovoid, 23
usus halus – 48 X 17 – 30 µm
ada mikropil dan
ada topinya
crandalis, , usus halus Kurang berukuran 18-28 x
anterior, Patogen 15-20 µm
katup
ileocecal
faurei (sin : berpredileksi Kurang berbentuk ovoid, 24
Coccidium faurei, pada usus Patogen – 37 X 18 – 28 ada
C.ovis, E. Aemula), halus dan mikropil
usus besar,
intricata, usus halus,. Kurang Elipsoid - agak
Patogen ovoid, 39-59 x 27-
47 µm
ovina (sin : usus halus elipsoid – ovoid , 23
– 36 X 16 – 24 µm.
arloingi,hawkinsi,ba
kuensis)
pallida, Tidak elipsoid – ovoid, 12
Patogen – 20 X 8 – 15 µm

Pengampu Ida Bagus Made Oka 18


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

parva, usus halus, Tidak Piriform, 12 – 13 X


sekum dan Patogen 10 – 19 µm, ada
kolon mikropil
puctata (sin : E. belum Tidak elipsoid – ovoid, 18
honessi), diketahui, Patogen – 28 X 16 – 21 µm
ada mikropil dan
topi
weybridgensis belum Tidak elipsoid – bundar,
(Sinonim : E. diketahui,3) Patogen 17 – 31 X 14 – 19
arloingi”B”) µm ada mikropil
dan topi

(a) E. ashata; (b) E. bakuensis; (c) E. crandallis; (d) E. granulosa; (e) E.


faurei; (f) E. ovinoidalis; (g) E. pallida; (h) E. parva (i) E. alijevi; (j) E.
ninakohlyakimovae; (k) E. hirci; (l) E. arloingi; (m) E. jolchijevi; (n) E.
christenseni; (o) E. caprovina; (p) E. caprina (scale bar = 10 μm).

Pengampu Ida Bagus Made Oka 19


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Spesies Eimeria
pada KAMBING

Spesies Eimeria Predileksi Patogenitas Bentuk dan


Ukuran Ookista
alijevi (E. galauzoi, E. usus halus dan Patogen pisiform 15-23 x 12-
kandilovi, E. parva) usus besar 22 µm, ada mikropil
tetapi tidak jelas
terlihat.
arloingi (Coccidium usus halus Patogen Ovoid-ellipsoid, 27-
arloingi, E. caprae) 44 x 17-31 µm, ada
mikropil dan topi.
christenseni (E. usus halus Patogen Ovoid-ellipsoid, 27-
Tirupatiensis, E. 44 x 17-31 µm, ada
ahsata) mikropil dan topi.

Eimeria usus halus Agak/Kurang berukuran 19 – 28 X


ninakohlyakimovae posterior, juga Patogen 14 – 23 µm ada
(E. Ninakohlya- sekum dan mikropil.
kimovi) kolon,
apsheronica usus halus Agak/Kurang Ovoid, 24-37 X 18-
(Coccidium caprae, Patogen 26 µm, ada mikropil
E. Aemula, E. Faurei)
E. hirci (E. crandalis) belum diketahui Agak/Kurang elipsoid – bundar, 17
Patogen – 29 X 14 – 22 µm

Pengampu Ida Bagus Made Oka 20


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

KOKSIDIOSIS
pada BABI,

Etiologi, Spesies Eimeria agak/kurang


patogen :. E. polita (E. cerdonis), berpredileksi
pada epitel villi jejunum dan ileum, ookistanya
berbentuk elipsoid jarang ovoid berukuran 22-
39 X 17-26 µm. E. spinosa, berpredileksi pada
epitel ileum dan jejunum, ookistanya berbentuk ovoid – elipsoid berukuran
14-26 X 12-21 µm (3).

Spesies Predileksi Patogenitas Bentuk dan


Eimeria Ukuran
Ookista
deblecki (1,2) Usus halus bagian Patogen piriform, 20-30
(Coccidium suis, anterior X 14–20 µm (2)
E. Jalina, E.
Scrofae)
scabra (E. epitel villi dan leher Patogen ovoid – ellipsoid,
Romaniae, E. crypta usus halus 25-45 X 18-28
Scarba) bagian posterior, µm, ada
sekum dan kolon, mikropil
neodeblecki Tidak Elipsoid atau
patogen ovoid, 17-26 X
13-20 µm.
E. perminuta Tidak Elipsoid dan
patogen jarang ovoid,
22-39 x 17-26
µm.
E. porci jejenum bagian Tidak Ovoid, 18-27 x
posterior dan ileum, patogen 13-18 µm
E. suis, Tidak Elipsoid sampai
patogen agak bundar
(subspherical),

Pengampu Ida Bagus Made Oka 21


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

13-22 x 11-16
µm.

Genus
ISOSPORA

Pendahuluan, genus isospora


termasuk familia Eimeriidae memiliki ciri-
ciri umum berkembang hanya di dalam sel
hospes, ookistanya yang sudah bersporulasi
ditemukan 2 sporokista dan masing-masing
terkandung 4 sporozoit. Hidup secara
homoxenous (hanya membutuhkan satu
hospes selama siklus hidupnya), merogoni
terjadi di dalam dan gametogoni di dalam
tubuh hospes dan sporogoni di luar tubuh
hospes. Mikrogamet memiliki 2 – 3 flagela

Spesies Isospora
pada ANJING

Etiologi, disebabkan oleh Cystoisospora (sin.


Isospora) canis (Nemeseri, 1959), C. Ohioensis
(Dubey, 1975), C. burrowsi (Trayser dan Todd,
1978) dan C. Neorivolta (Dubey dan Mahrt,
1978). C. Canis merupakan spesies yang paling patogen (Mitchell, 2008).

Ookista, Cystoisospora canis berukuran >33 µm, namun identifikasi 3 spesies


lainnya (C. ohioensis, C. Burrowsi dan C. neorivolta) dikelompokkan menjadi
C. Ohioensis komplek, memerlukan pemeriksaan struktural lebih rinci lagi
dan pengetahuan siklus hidupnya, karena ukuran ookistanya ketiganya sama
<30 µm (Mitchell, 2008).

Pengampu Ida Bagus Made Oka 22


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Siklus hidup, hampir mirip dengan siklus hidup Eimeria spp, tetapi pada
hospes definitif sporozoit juga bisa meninggalkan sel epitel usus dan
menginfeksi jaringan lainnya serta mengalami stadium ekstra-intestinal
(stadium diluar epitel usus) yang disebut (kista monozoic, kista unizoit, kista
hypnozoit) yaitu satu sporozoit yang dikelilingi oleh dinding tebal; yang
sering ditemukan pada kelenjar getah bening, tetapi pernah juga ditemukan
hati dan limpa. Selain itu Cystoisospora spp dapat menginfeksi melalui
hospes paratenik, seperti (mencit, tikus dan hamster); setelah hospes paratenik
terinfeksi akan mengalami perkembangan aseksual intra-intestinal
membentuk kista monozoic yang lokasinya sama dengan pada hospes definitif
(Mitchell, 2008).

Cara penularan, selain karena tertelannya ookista yang telah bersporulasi


bersama makanan dan atau minuman, juga bisa karena tertelannya hospes
paratenik yang mengandung kista monozoic (menyebabkan perioda
prepatennya dipersingkat) (Mitchell, 2008).

Spesies Isospora
pada KUCING

Etiologi, koksidiosis pada kucing


disebabkan oleh Isospora felis dan
Isospora rivolta. Isospora felis
berpredileksi pada usus halus, kadang-
kadang pada sekum dan kolon, kucing
peliharaan dan liar, harimau, singa,
jaguar. Ookistanya berbentuk ovoid, berukuran 32-53 x 26-43 µm, berdinding
halus berwarna kekuningan sampai coklat muda dan tidak memiliki mikropil.
Isospora rivolta, berpredileksi didalam usus halus dan kadang-kadang pada
sekum dan kolon, ookistanya berbentuk elipsoid sampai agak ovoid berukuran

Pengampu Ida Bagus Made Oka 23


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

21-29 x 18-26 µm, berdinding halus, tipis dan tidak berwarna sampai coklat
sangat muda dan tidak memiliki mikropil (3)

Hospes transpor percobaan, antara lain : tikus rumah, tikus laboratorium,


golden hamster, anak sapi, kucing dan anjing, hipnozoit ditemukan didalam
kelenjar linfe, hati, limpa, mesenterium dan kadang-kadang pada otot rangka
(3)

Genus
Cryptosporidium

Cryptosporidiosis disebabkan oleh parasit protozoa dari genus


Cryptosporidium (Famili Cryptosporidiidae, ordo Eucoccidiorida,
subclass Coccidiasina, kelas Sporozoasida, filum Apicomplexa). Telah
dilaporkan lebih dari 20 'spesies' parasit koksidia berdasarkan hospes
hewan yang telah berhasil diisolasi, spesifisitas hospes sebagai kriteria
untuk membedakan spesies tampaknya tidak berdasar, karena
kurangnya spesifisitas seperti beberapa 'spesies' dari filum apicomplexa
lainnya. Definisi spesies dan identifikasi genus ini terus berubah,
dengan penambahan spesies 'baru' terutama didasarkan pada kriteria
molekuler. Saat ini telah teridentifikasi beberapa spesies :

Species Ukuran predileksi Hospes zoonosis


Oocyst (μm)
C. hominis 4.5 × 5.5 Usus halus manusia ya
C. parvum 4.5 × 5.5 Usus halus Neonatal ya
mamalia, sapi,
manusia
C. suis 5.05 × 4.41 Usus halus Babi ya
C. felis 4.5 × 5.0 Usus halus Kucing ya
C. canis 4.95 × 4.71 Usus halus Anjing ya
C. meleagridis 4.5-4.0 × usus kalkun ya
4.6-5.2

Pengampu Ida Bagus Made Oka 24


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

C. muris 5.5 × 7.4 Lambung rodensia ya


C. andersoni 5.6 × 7.4 lambung tidak
(5.0–6.5 ×
8.1–6.0)
C. wrairi 4.0–5.0 × Usus halus marmut tidak
4.8–5.6
C. bovis 4.7–5.3 × Usus halus sapi tidak
4.2–4.8
C. baileyi 4.6 × 6.2 Trakea, bursa unggas tidak
fabriceus,
kloaka
C. galli 8.0–8.5 × Proventrikulus ayam tidak
6.2–6.4
C. serpentis 5.6–6.6 × lambung reptilia tidak
4.8–5.6

FILUM SARCOMASTIGOPHORA
Subfilum SARCODINA

(Honigberg and Balamuth, 1963)

Pendahuluan, protozoa subfilum Sarcodina bergerak menggunakan


kaki semu (pseudopodia), dan hanya kadang-kadang menggunakan flagela
dalam lingkungan khusus. Perbanyakan secara aseksual dengan pembelahan
ganda, cara mendapatkan makanan secara holozoic, dengan memakan bakteri,
protozoa dan metazoa kecil, kebanyakan membentuk kista.

Anggota dari subfilum sarcodina (Amebae), kebanyakan hidup bebas,


beberapa anggota (genus) yang bersifat parasitik penting, antara lain : (1)
Entamoeba,(2) Endolimax, (3) Iodamoeba dan (4) Dientamoeba, identifikasi
dapat dilakukan berdasarkan struktur inti, seperti berikut :

Pengampu Ida Bagus Made Oka 25


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Identifikasi Identifikasi
Genus berdasarka Genus berdasarka
n Struktur n Struktur
Inti Inti
Selaput Kariosum
intinya di- (endosome)
batasi oleh bentuknya
butir-butir khas karena
kromatin, berukuran
sedangkan besar dan
kariosum dikelilingi
Entamoeba (endosome) Iodamoeba oleh bulatan
tampak – bulatan
gelap dan
terletak di
tengah atau
di tepi inti
(di = dua),
Kariosum me-miliki 2
(endosome) buah inti
bentuknya dengan kari-
tidak teratur osom
dan terletak (endosome)
Endolimax di tepi inti yang terdiri
Dientamoeba atas 6 butir
kromatin

Dari empat genus yang telah dituliskan terlebih dahulu, hanya genus
Entamoeba yang terpenting dan akan dibahas selanjutnya.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 26


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Beberapa species dari genus Amebae, diantaranya :

GENUS
ENTAMOEBA

Spesies yang terpenting darigenus Entamoeba adalah : Entamoeba


histolitica dengan penyakitnya dikenal Amoebiosis, desintri Amoeba.

ENTAMOEBA HISTOLITICA
Scaudinn, 1903

(sinonim : Amoeba coli, A. dysenteriae, E. caudata, E. dispar, E. dysentriae,


E. nuttali, E. pitheci, E. tetragena, E. venaticu)

Pendahuluan, merupakan satu – satunya spesies entamoeba yang


menyebabkan disentri pada manusia dan merupakan reservoir untuk hewan.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 27


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Menginfeksi terutama primata dan secara eksperimental dapat menginfeksi :


anjing, kucing, babi, tikus, mencit, marmut dan kelinci

Morfologi, Selama hidupnya bisa ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu


Tropozoit, dan Kista

Trofozoit merupakan bentuk yang


aktif, dapat berkembangbiak dan aktif
mencari makanan menggunakan
pseudopodinya sehingga bentuknya tidak
tetap berdiameter 12 – 30 mikron, 10 – 60
mikron. ektoplasmanya jernih, sedangkan
endoplasmanya berbutir – butir (granuler).

Tanda menciri (karakteristik) aktif


bergerak dengan pseudopodia, dengan satu
inti berbentuk lonjong berukuran 4 – 7 mikron (tidak nampak kalau tanpa
pewarnaan). Selaput inti yang tipis dan dibatasi oleh butir-butir kromatin yang
halus dan rata. Selain itu, dibagian tengah (central) inti ditemukan kariosum
(endosome) tampak berupa titik kecil dan dikelilingi oleh bagian terang
disebut ”halo” dengan diameter kira-kira 0,5 mikron. Di dalam endoplasma
sering ditemukan sel-sel darah merah, sel lekosit dan sisa jaringan yang
membuktikan protozoa dalam stadium aktif

Kista, bentuknya umumnya bulat


dengan dinding kista dari hialin,
berukuran 10 – 20 mikron dengan rata –
rata 12 mikron, 5 – 20 mikron. Ada yang
berukuran kecil disebut (minutaform)
berukuran antara 6 – 9 mikron dan
bentuk besar disebut (magnaform)
berukuran antara 10 – 15 mikron. Pada
awal kista, sitoplasma mengandung 1 – 4
buah badan kromatoid, juga dapat
dijumpai adanya masa glikogen yang pada pewarnaan Iodine berwarna coklat.
Pada kista matang kedua bentuk tersebut tidak dijumpai lagi. Inti kista muda

Pengampu Ida Bagus Made Oka 28


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

berjumlah 1 – 2, dan yang sudah matang berjumlah antara 1 – 4 buah.


Penyakitnya disebut : Desentri Amoeba atau Amoebiosis.

Lokasi, usus besar, kadang-kadang hati, paru-paru dan jarang pada organ
lainnya termasuk otak dan limpa.

Cara Penularan, tertelannya kista bersama makanan atau minuman.

Siklus Hidup, Entamoeba histolitica berkembang biak dalam stadium


tropozoit secara pembelahan sederhana (biner) dan mempunyai 6 kromosum.
Sebelum membentuk kista Entamoeba sp membulatkan diri menjadi lebih
kecil dan membuang vakuola makanan, kemudian inti terbagi menjadi 2 dan
kemudian 4 inti kecil. Setelah Amoba berinti 4, kemudian keluar dari kista,
baik inti dan sitoplasma membelah lagi sehingga terbentuk 8 Amoebulae kecil
yang kemudian masing-masing tumbuh menjadi satu tropozoit normal

FILUM SARCOMASTIGOPHORA
SUBFILUM MASTIGOPHORA

Protozoa Subfilum Mastigophora bergerak dengan menggunakann


flagela yang kebanyakan ditemukan didalam saluran pencernaan. Hanya
beberapa yang patogen, dan sebagian besar adalah bersifat komensal.
Beberapa diantaranya sama sekali tidak parasitik tetapi koprofilic atau telah
ditemukan sebagai pencemar dalam cucian preputium sapi jantan

Flagelata Parasitik
GENUS GIARDIA

Pendahuluan, Subphylum Mastigophora dengan famili Hexamitidae (Kent,


1880) dengan genus Giardia, Enteromonas dan Spironucleus (Hexamita)
yang akan dibahas lebih lanjut

Pengampu Ida Bagus Made Oka 29


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

GIARDIA LAMBLIA
Kofoid and Christiansen, 1915)

Morfologi, Selama siklus hidupnya terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk


tropozoit dan kista.

Tropozoit, pada keadaan mendatar


berbentuk bilateral simetris seperti raket badminton
(4), piriform sampai elipsoid, buah per yang dibelah
(6). Semua alat – alat tubuhnya berpasang -
pasangan. Ditemukan 2 buah aksostil (batang
median), 2 buah inti dan 4 pasang (8 buah) flagela.
Permukaan tubuh bagian dorsal cembung,
sedangkan bagian ventralnya cekung. Ujung anteriornya melebar serta
membulat, sedangkan pada bagian posterior tubuhnya meruncing.

Kista berbentuk lonjong, berukuran panjang 12 mikron dan lebar 7


mikron (2,3, 4), 8 -14 µm dan 6 – 10 µm (6), mempunyai 2 - 4 buah inti

Predileksi : berpredileksi di dalan duodenum dan bagian lain dari usus halus
dan mungkin di dalam kolom manusia, kera, dan babi dan secara eksperimen
dapat menginfeksi tikus (Rattus norvegicus), tetapi Rattus rattus dan mencit
(mice) tidak diinfeksi. Reproduksi (perbanyakan diri) secara aseksual dengan
pembelahan ganda.

SiklusHidup, Dalam bentuk tropozoit, parasit memperbanyak diri di dalam


usus. Jika lingkungan usus halus (duodenum) tidak sesuai dengan kondisi
optimal, maka parasit akan berubah menjadi bentuk kista (biasanya
pembentukan kista terjadi pada usus besar). Kista kemudian keluar bersama
tinja. Infeksi terjadi secara fecal-oral, karena termakannya kista bersama
makanan dan atau minuman, 30 menit setelah infeksi kista berkembang
menjadi bentuk tropozoit

Pengampu Ida Bagus Made Oka 30


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

SPESIES

SPESIES HOSPES PREDILEKSI UKURAN


GIARDIA DEFINITIF µm
bovis Sapi Usus halus Trop. 11-19 X 7-
(Fantham,1921) 10 Kista 7-16 X 4-
10
equi Kuda Usus besar Trop. 17-21 X9-12
Kista12-6 X 8-9,5
caprae/ovis/ Kambing dan Usus halus
quadrii domba
canis Anjing Duodenum, Trop. 12 – 17 X 7 – 10
(Hegner, 1922) jejenum, ileum Kista 9 – 13 X 7 – 9
bagian atas
cati / felis Kucing Usus halus dan Trop. 10-18 X 5-9
Deschiens,1925) usus besar µm (rata-rata 13 x
7 µm)
Kista 10,5 X 7 µm
duodenalis kelinci Usus halus Trop. 13-19 X 8-
11
lamblia / Manusia Duodenum, Trop. Panjang 9-
intestinalis jejenum dan 21 (biasanya 12-
bagian atas 15) µm, lebar 5-15
ileum µm, tebal 2-4 µm
Kista 8-12 x 7-10
µ m mengandung
4 inti
Sumber : (2,3, 6)

Pengampu Ida Bagus Made Oka 31


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

Filum CILIOPHORA

Pendahuluan, anggota dari filum Ciliophora bergerak dengan


menggunakan cilia, umumnya memiliki 2 inti, (mikronukleus dan
makronukleus). Makronukleus berhubungan dengan fungsi fisiologis dan
Mikronukleus berperan dalam reproduksi (perbanyakan). Perbanyakan
aseksual secara pembelahan sederhana (biner ) secara tranversal dan
perbanyakan seksual secara konyugasi. Dalam Levine (1990) Phylum
ciliophora memiliki ordo (Prostomatorida, Trichostomatorida, Suctoriorida,
Ento-diniomorphidorida) dengan beberapa genus yang kesemuanya sampai
saat ini belum penting dipelajari, karena belum menimbulkan gangguan
kesehatan ternak

Hanya dari kelas Kinetofragminophorea dengan genus Balantidium


dan dari Ordo Rickettsiales dengan genus Anaplasma yang menimbulkan
penyakit pada hewan dan akan dibahas lebih lanjut. Balantidium dan
spesiesnya Balantidium coli tersebar di seluruh dunia, bersifat zoonosis,
hidup di dalam usus besar (sekum dan kolon), manusia, babi, kera, jarang
pada anjing dan tikus

Pengampu Ida Bagus Made Oka 32


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

GENUS BALANTIDIUM COLI


(Malmstem, 1857; Stein, 1862)(3)
Morfologi,
Tropozoit berbentuk oval sampai
lonjong (3), bentuk lonjong dengan panjang 60
– 70 mikron dan lebar 40 – 50 mikron ovoid
(30-150 X 25-120 mikron), ellipsoid.
Tubuhnya tertutup oleh deretan silia
longitudinal agak miring, kecuali pada bagian
anterior ditemukan cekungan yang disebut
(”peristom”) tempat bermuaranya mulut
(”sitostom”) silianya agak lebih panjang
(disebut aural silia). Mempunyai 2 inti,
Makronukleus berbentuk seperti ginjal (sosis) dan mikronukleus berbentuk
bintik-bintik kecil yang letaknya pada cekungan makronukleus. Di dalam
sitoplasma ditemukan vacuola kontraktil, vakuola makanan. Balantidium coli
aktif bergerak dan berpindah jika dilihat secara mikroskopis dan jika
lingkungan tidak optimum akan berubah membentuk kista.

Kista berbentuk bulat sampai lonjong.


Bentuk bulat berukuran : 50 – 60 mikron, 40 – 60
mikron, berwarna hijau kekuning-kuningan,
sitoplasmanya berbutir-butir (granuler),
ditemukan juga makronukleus berbentuk seperti
ginjal (sosis) dan mikronukleus.

Stadium kista dan tropozoit bisa ditemukan


dalam hospes alaminya adalah babi, sedangkan manusia adalah hospes
isidental.

Siklus Hidup dan Cara Penularan, penularan melalui kista. Bila kista
tertelan bersama makanan atau minuman, di dalam usus besar akan
berkembang menjadi bentuk tropozoit. Di dalam mukosa usus atau lumen usus
besar akan memperbanyak diri dengan pembelahan ganda tranversal atau

Pengampu Ida Bagus Made Oka 33


Bahan Ajar : Parasitologi Veteriner, FKH-Unud

konjugasi dan jika lingkungan usus besar tidak menguntungkan akan segera
berubah menjadi bentuk kista.

Balantidium coli, hidup komensal dan tidak bisa merusak selaput


lendir usus besar, tetapi jika ada penyebab lain yang mendahului merusak
mukosa; maka Neuraminidase yang dihasilkan oleh Balantidium coli akan
berdampak memperparah terjadinya kerusakan (terbentuk ulkus dengan
Balantidium coli ada di dalamnya)

PUSTAKA

Amidou SAMIE*, Machuene Ambrocious TSIPA, Pascal BESSONG (2013).


The epidemiology of cryptosporidium in cats and dogs in the
Thohoyandou region, South Africa. African Journal of Microbiology
Research Vol. 7(21), pp. 2510-2518, 21 May, 013
Dirkeswan (1981). Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid I.
Cetakan kedua. Direktorat kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal
Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Levine, N.D (1995). Protozoologi Veterine. Penerjemah Soeprapto
Soekardono dan Mukayat Djarubito Brotowidjoyo. Gadjah Mada
University Press.
Nugroho (1981). Penyakit Hewan di Indonesia. Jilid I.Eka Offset Semarang
OIE Terrestrial Manual 2008. Cryptosporidiosis.
Soedarto (1990). Protozoologi Kedokteran. Widya Medika. Jakarta
Soeprapto S dan S. Partosoedjono (1986). Parasit-parasit Ayam. PT.
Gramedia Jakarta.
Soulsby, E.J.L (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated
Animals. Bailliere Tindall. London.

Pengampu Ida Bagus Made Oka 34

Anda mungkin juga menyukai