Anda di halaman 1dari 20

TAENIA SAGINATA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Parasitologi

Dosen Pengampu : Dra. Tjipto Rini, M.Kes.

Disusun Oleh

Puteri Ullyana Saragih P21345119059

Tingkat 1-D3B

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA II
Jalan Hang Jebat III F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120 Telp.
021.7397641, 7397643 FAX. 021.7397769
DAFTAR ISI
Halaman
TREMATODA (Cacing Hisap) ..................................................................... 1
Gambaran Umum ................................................................................. 1
Habitat ………………………………………...................................... 1
Distribusi Geografik ............................................................................. 1
Morfologi ............................................................................................. 1
Siklus Hidup ......................................................................................... 2
Cara Infeksi .......................................................................................... 2
Patologi dan Gejala Klinis ................................................................... 3
Diagnosis .............................................................................................. 3
Epidemiologi ........................................................................................ 3
CESTODA (Cacing Pita)

Gambaran Umum

 Termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea,fihxn Platyhelminthes.

 Merupakan cacing berbentuk pipih panjang seperti pita

 Cacing dewasa hidup pada saluran usus vertebrata, larvanya hidup pada jaringan
vertebrata dan invertebrata

 Badannya bersegmen-segmen (disebut proglotid), bila dewasa berisi alat reproduksi


jantan dan betina

 Bagian anterior berubah menjadi alat pelekat disebut skoleks

 Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus

 Telur berisi embrio (disebut onkosfer)

 Berubah menjadi bentuk infektif (larva) dalam hospes perantara

 Infeksi terjadi dengan menelan larva infektif atau telur

Spesies Patogen

Spesies patogen bagi manusia terdiri atas 6 spesies, yaitu:

o Taenia saginata
o Taenia solium
o Echinococus granulosus
o Echinococu multilocularis
o Diphyllobothrium latum
o Hymenolepis nana

Hospes dan Habitat

Manusia merupakan hospes Cestoda ini dalam bentuk:


1. Cacing dewasa, untuk spesies Taenia saginata (beef tapeworm), Taenia solium (pork
tapeworm), Hymenolepis nana (dwarf tapeworm), Hymenolepis diminuta (rat
tapeworm). Dipylidium caninum (double-pore dog worm).

2. Larva, untuk spesies Taenia saginata (cysticercus bovis), Taenia solium (cysticercus
cellulosa), Hymenolepis (cysticercoid), Echinococcus (kista hydatid), Multiceps
(coenurus), Diphyllobothrium sp ( ).

Morfologi

Badan cacing dewasa terdiri atas:

1. Skoleks, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan batil
isap atau dengan lekuk isap.
2. Leher, yaitu tempat pertumbuhan badan.
3. Strobila, yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Tiap
proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap;
keadaan ini disebut hermafrodit.

Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus. Embrio di
dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh menjadi bentuk infektif
dalam hospes perantara.

Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif atau menelan telur.

Siklus Hidup

1. Telur – Cestoda bereproduksi seksual, lalu menghasilkan (dan menyimpan) telur pada
proglotid-nya. Segmen proglotid yang matang kemudian “rontok” bersamaan dengan
telur-telur yang dikandungnya. Telur ini keluar melalui kotoran inang primer dan
dimakan oleh inang perantara (sapi, babi, dll.).
2. Onkosfer (en: oncosphere) – Dalam tubuh inang perantara, telur menetas menjadi
onkosfer, yaitu larva heksakant (en: hexacanth) yang masih dibungkus oleh lapisan
embrionik.
3. Larva heksakant – Onkosfer menjadi larva heksakant yang mampu menembus dinding
saluran pencernaan, dan terbawa menuju otot.
4. Sista sistiserkus (en: cysticercus) – larva heksakant yang telah berada di otot kemudian
membungkus diri menjadi sistiserkus. Sistiserkus ini bisa bertahan beberapa tahun pada
hewan (inang perantara), kemudian akan terbawa ke inang primer (inang definitif)
apabila termakan bersamaan dengan daging hewan.
5. Cacing pita muda – sistiserkus yang berada di usus inang primer akan menempel dan
mulai tumbuh menjadi dewasa.
6. Cacing pita dewasa – cacing dewasa menempel pada usus dengan skoleks dan mulai
melakukan reproduksi seksual, proglotid cacing pita mulai terisi dengan telur yang
berjumlah puluhan sampai ratusan ribu per segmen proglotid. Hebatnya, cacing pita bisa
memiliki 1.000 – 2.000 segmen.
7. Proglotid rontok – ketika sudah matang dan berisi telur, segmen-segmen proglotid yang
penuh dengan telur mulai berguguran dan terbawa melalui kotoran.

Cara Infeksi

Makan daging sapi mengandung cyste cercusbovis yang dimasak kurang matang

Patologi dan Gejala Klinis

Dapat disebabkan oleh :


1) cacing dewasa : bersifat ringan,

misalnya : iritasi usus (oleh toksin), anemia, gangguan absorbsi protein & vitamin

2) Satadium larva : bersifat fatal,

misalnya : larva T.solium  kelainan otak

larva E. granulosus  kelainan hati

Pada Cestoda dikenal dua ordo:

 Pseudophyllidea

PseudophyIIidea mempunyai skoleks dengan 2 lekuk isap (bothrium = suctorial groove).


Lubang genital dan lubang uterus terletak di tengah-tengah proglotid. Telur mempunyai
operkulum, berisi sel telur dan dikeluarkan bersama tinja. Dalam air, sel telur tumbuh
menjadi onkosfer. Telur menetas dan keluarlah korasidium, yaitu embrio yang mempunyai
banyak silia. Korasidium dimakan oleh hospes perantara I yang tergolong Copepoda
(Cyclops, Diaptomus) dan tumbuh menjadi proserkoid.

Cyclops yang mengandung parasit dimakan oleh hospes perantara II (ikan, kodok).
Dalam hospes perantara II larva tumbuh menjadi pleloserkoid (sparganum) yang merupakan
bentuk infektif. Cacing yang termastuk Pseudophyllidae adalah cacing Diphyllobothrium
latum dan D.mansoni (Diphyllabothrium binatang).

 Diphyllobothrium latum (Dibothriocephalus latus, broad tapeworm, fish


tapeworm)

Nama Penyakit

Sparganosis

Cara Infeksi

1. Adanya manusia atau binatang sebagai hospes definitif


2. Adanya hospes perantara yang sesuai (copepoda dan ikan)
3. Kebiasaan makanan di masyarakat ikan mentah atau yang kurang matang
4.
Hospes dan Nama Penyakit

Manusia adalah hospes definitif, hospes reservoarnya adalah anjing, kucing dan lebih
jarang 22 mamalia lainnya, antara lain walrus, singa laut, beruang, babi dan serigala. Parasit
ini menyebabkan penyakit yang disebut difilobotriasis.

Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, Eropa Tengah, daerah danau di Swiss,
Filandia, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika Tengah, Malagasi dan
Siberia.

Morfologi

 Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjangnya dapat 3-10
m dan terdiri atas 3000-4000 buah proglotid
 Tiap proglotid mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang lengkap.

 Telur operkulum, berukuran 70 x 45 mikron, dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid


gravid dan ditemukan dalam tinja.
 Telur menetas dalam air.

Siklus Hidup

Larva disebut koradisium dan dimakan oleh hospes perantara pertama, yaitu binatang
yang termasuk Copepoda seperti Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes ini larva tumbuh
menjadi proserkoid, kemudian Cyclops dimakan hospes perantara kedua yaitu ikan salem dan
proserkoid berubah menjadi larva pleroserkoid atau disebut sparganum. Bila ikan tersebut
dimakan hospes definitif, misalnya manusia, sedangkan ikan itu tidak dimasak dengan baik,
maka sparganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa.
Patologi dan Gejala Klinis

1. Diare
2. Tidak nafsu makan
3. Tidak enak di perut

Bila cacing hidup di permukaan usus halus, dapat timbul anemia hiperkrommakrositer,
karena cacing itu banyak menyerap vitamin B12, sehingga timbul gejala defisiensi vitamin
tersebut.

Bila jumlah cacing banyak, mungkin terjadi sumbatan usus secara mekanik atau terjadi
obstruksi usus, karena cacing-cacing itu menjadi seperti benang kusut.

Diagnosis

Menemukan telur atau proglotid yang dikeluarkan dalam tinja.

Terapi

Atebrin, kamokunin, yomesan


Pengobatan

 Obat pilihan adalah niclosamid (Yomesan), dengan dosis tunggal peroral diberikan 4
tablet (2 gram) dikunyah sekaligus setelah makan hidangan ringan.
 Biothinol dengan dosis 30mg/kg berat badan.
 Penderita diberikan obat Atabrin ( Kuinakrin Hidroklorida) dalam keadaan perut kosong,
disertai pemberianNa-bikarbonas, dosis 0,5 g. Jika cacing tidak keluar dalam 2 jam
diberikan sebagai pencahar magnesium sulfat 15 g.
 Obat lain yang juga efektif adalah paromomisin, yang diberikan dengan dosis 1 gram
setiap 4 jam sebanyak 4 dosis. Selain itu dapat dipakai prazikuantel dosis tunggal l0
mg/kg berat badan.
Prognosis

Prognosis diri lobotriasis baik, walaupun dengan anemia berat, karena setelah cacing
dikeluarkan anemianya akan sembuh.

Pencegahan

Menghindari memakan ikan mentah atau kurang matang serta menjaga pencemaran air
oleh tinja manusia

Epidemiologi

 Ikan air tawar


 Anjing
 Kucing
 Babi

Untuk mencegah terjadinya infeksi, ikan air tawar yang tersangka mengandung bibit
penyakit harus terlebih dahulu dimasak dengan sempuma sebelum dihidangkan. Anjing
sebagai hospes reseryoar sebaiknya diberi obat cacing.

 Diphyllobothrium mansoni

hospes perantara pertama, yaitu Cyclops, dibentuk proserkoid dan dalam hospes
perantara kedua yaitu hewan pengerat kecil, ular dan kodok, ditemukan pleroserkoid atau
sparganum.

Hospes

Manusia, kucing dan anjing

Siklus Hidup

Hospes perantara pertama, yaitu Cyclops, dibentuk proserkoid dan dalam hospes
perantara kedua yaitu hewan pengerat kecil, ular dan kodok, ditemukan pleroserkoid atau
sparganum.

Patologi dan Gejala Klinis


Diagnosis

Menemukan larva ditempat kelainan. Untuk identifikasi diperlukan binatang percobaan

Pengobatan

Dilakukan pembedahan dan pengangkatan larva

Prognosis

Tergantung pada lokasi parasit dan pembedahan yang berhasil

Epidemiologi

Ditemukan di Asia Timur dan Asia Tenggara, Jepang, Indonesia, Cina, Afrika, Eropa,
Australia, Amerika Utara-Selatan

Manusia menderita sparganosis karena :

1) minum air yang mengandung Cyclops yang infektif


2) makan kodok, ular atau binatang pengerat yang mengandung pleroserkoid
3) menggunakan daging kodok yang infektif untuk obat

 Cyclophyllidea

Cylophyllidea mempunyai skoleks (kepala) dengan 4 batil isap dan dilengkapi rostelum
dengan atau tanpa kait-kait, lubang kelamin terdapat di pinggir proglotid, dapat unilateral
atau bilateral selangseling. Rostelum adalah penonjolan di skoleks. Lubang uterus (uterine
pore) tidak ada. Proglotid gravid merupakan kantong telur yang keluar bersama tinja. Telur
yang berisi onkosfer tumbuh dalam hospes perantara dan menjadi bentuk infektif. Ordo
Cyclopltyllidea termasuk kelas Cestoidea. Cacing tersebut dikenal dengan nama umum
cacing pita.
TAENIA SAGINATA

Nama Penyakit

Taeniasis Saginata

Hospes

Manusia

Hospes Perantara

Sapi dan Kerbau

Distribusi Geografik

Dapat ditemukan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin,
Rusia dan juga Indonesia, yaitu Bali, Jakarta dan lain-lain.

Morfologi

a. Cacing Dewasa
 Scorlex (kepala)
Bentuknya bulat diameter 1-2 mm, mempunyai 4 buah sucker (alat penghisap), setengah
bulat, tidak mempunyai rostellum pada kepala
 Panjangnya 4-12 m, mempunyai 1000-2000 proglottid terdiri dari :
 Proglottid belum matang di belakang leher
 Proglottid matang dibagian tengah
 Proglottid gravid di sepertiga posterior
b. Proglottid Gravid
 Ukuran panjang lebih besar daripada lebarnya, besarnya 18x6 mm
 Folikel testis yang berjumlah 300-400 buah tersebar di bidang dorsal
 Cabang-cabang uterus berjumlah 15-30 pasang dan berisi telur lubang genitalia di sisi
lateral
 Tidak mempunyari uterine pore (lubang uterus), genital pore terletak di tepi/sisi lateral

c. Telur
 Berbentuk bulat, berdinding tebal dengan struktur radiair, berdiameter 35 mikron
 Telur berisi heksakan embrio, telur taenia saginata, dan telur taenia solium tidak dapat
dibedakan

Siklus Hidup
Patologi dan Gejala Klinis

Gejala Ringan

1. Sakit ulu hati


2. Perut merasa tidak enak
3. Mual
4. Muntah
5. Diare
6. Pusing
7. Gugup

Gejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak


lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja.

Gejala Berat
1. Berat badan tidak jelas menurun

2. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.

Gejala yang lebih berat terjadi apabila proglotid masuk apendiks, tejadi ileus yang
disebabkan obsturksi usus oleh strobila cacing.

Diagnosis

Ditemukannya proglotid yang aktif bergerak dalam tinja, atau keluar spontan; juga
dengan ditemukannya telur dalam tinja atau usap anus.

Pengobatan

 Obat tradisional: Biji labu merah, biji pinang.


 Obat lama: Kuinakrin (Atabrine), Amodiakuin (Camoquine), niklosamid (yomesan).
 Obat baru: Mebendazol (Vermox), prazikuantel (Biltricide), Bitionol (Bitin)

Pencegahan

Mendinginkan daging sampai 10ºc, iradiasi dan memasak daging sampai matang.

Epidemiologi

T. saginata sering ditemukan di negara yang penduduknya banyak makan daging


sapi/kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut yaitu matang (well done), setengah
matang (medium) atau mentah (rare); dan cara memelihara ternak memainkan peranan.
Taenia Solium

Nama Penyakit

Taeniasis solium, Cystecercosis cellulosae

Hospes

Manusia

Hospes Perantara

Babi

Distribusi Geografik

Dapat ditemukan di Eropa, (Czech, Slowakia, Kroatia, Serbia), Amerika Latin, Cina,
India, Amerika Utara dan juga di beberapa daerah di Indonesiaantaralain di Papua, Bali dan
Sumatera Utara.

Morfologi

a. Cacing Dewasa
 Scolex
Bulat diameter 1 mm, dengan 4 buah sucker (alat penghisap), mempunyai rostellum dan
hocklets (kait-kait)
 Panjangnya 2-4 m terdiri dari 1000 proglottid

b. Proglottid Gravid
 Ukuran panjang lebih besar daripada lebarnya 1,5 kali
 Cabang-cabang uterus berjumlah 7-12 pasang dan berisi telur-telur
c. Cysticercus cellulosa
 Pada potongan melintang tampak potongan kepala, sucker dan kait-kait
 Besarnya 1,5-2 cm bahan berasal dari otot babi
 Bila sudah tua dapat mengalami pengapuran
Siklus Hidup

proglotid gravid (100.000 telur) keluar bersama tinja

1. telur tertelan manusia  sistiserkosis di otot,mata, otak, kulit dll


2. telur tertelan HP (babi)  larva (sistiserkus selulose)  termakan manusia  skoleks
keluar  melekat pada mukosa usus halus dewasa (8-10 minggu)

Cara Infeksi

Makan daging babi mengandung Cystercercus cellulosae dimasak kurang matang,


autoinfeksi.

Patologi dan Gejala Klinis


Diagnosis

Menemukan telur dan proglotid. Telur sukar dibedakan dengan telur Taenia saginata.
Dapat dilakukan dengan cara :

1. Ekstirpasi benjolan yang kemudian diperiksa secara histopatologi.


2. Radiologis dengan CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
3. Deteksi antibodi dengan teknik ELISA, Western Blot (EIBT), uji hemaglutinasi, Counter
Immuno Electrophoresis (CE)
4. Deteksi coproantigen padatinja.
5. Deteksi DNA dengan teknik PCR.

Pengobatan

Digunakan prazikuantel, albendazol atau dilalrukan pembedahan.

Prognosis

Pada sistiserkosis, prognosis tergantung berat ringannya infeksi dan alat tubuh yang
dihinggapi. Bila yang dihinggapi alat penting, prognosis kurang baik.

Epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai