Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PARASITOLOGI

KELOMPOK 3
ECHINOCOCCUS GRANULOSUS

DISUSUN OLEH:
1. Diana Nurulina E0021054
2. Intan Fitrotus Salamah E0021061
3. Maris Ikhvi Khasbiah E0021066
4. Muhammad Zidni Ilman E0021069
5. Queena Yasmin Aisy Muhtadi E0021076
6. Tiara Dwi Pratiwi E0021080
7. Hafidz Rifqi Maulana E0021090
8. Salma Zahra E0021096

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

PROGRAM STUDI FARMASI S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SEMESTER I1

2022
1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................1

BAB I PENDAHULUAN...............................................................3

A. Latar Belakang.................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................4

C. Tujuan...............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................5

BAB III PENUTUP......................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................12

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergantung pada organisme lain yang
dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit
sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek moyang.
Hewan-hewan parasit telah dikenal dan dibicarakan sejak zamannya Aristoteles
(384-322) dan Hipocrates (460-377 SM) di Yunani, tetapi ilmu parasitnya baru
berkembang setelah manusia menyadari pentingnya ilmu parasit.
Dalam hubungan timbal balik atau macam simbiosis, yang berkaitan dengan parasit
disebut dengan simbiosis parasitisme. Terdapat istilah lain untuk parasit, yaitu
parasitisma. Parasitisma itu berarti cara organisme parasit yang menjadikan
makhluk hidup lain sebagai habitat atau sumber makanan. Sedangkan jenis makhluk
hidup yang dihinggapi oleh parasit disebut dengan hospes. Hospes dapat berupa
tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Parasit dibedakan menjadi banyak jenis.
Perbedaannya dilihat dari faktor-faktor tertentu, yaitu berdasarkan cara pengambilan
makanan, berdasarkan lama waktu hidup dari parasit, berdasarkan sifat parasit, dan
berdasarkan efek penularan penyakit.
Echinococcus granulosus disebut juga cacing hidatidosa adalah parasit yang
menginfeksi manusia dan hewan. Parasit ini menyebabkan penyakit zoonosis yang
dikenal sebagai echinococcosis (hidatidosis). Cacing dewasa hidup di usus anjing
yang merupakan hospes definitif. Hidatidosis dikenal sejak zaman dahulu dan
merupakan salah satu penyakit epidemik yang berbahaya bagi manusia dari segi
kesehatan dan ekonomi di sebagian besar negara di dunia. Hydatidosis atau
echinococcosis unilokular umum terjadi di banyak negara Arab, termasuk Libya,
Sudan, Mesir, Lebanon, Suriah, Aljazair, Palestina, Irak, dan lainnya serta Afrika
Utara, Timur, dan Selatan, Eropa Barat dan Selatan, dan Amerika Selatan. Studi
menunjukkan bahwa penyakit ini menyebar di daerah yang sebelumnya benar-benar
bebas seperti Amerika Utara dan Kanada. Tercatat bahwa kejadian penyakit ini di
daerah pedesaan mendekati 50%, dan ini disebabkan oleh pembiakan besar hewan
ternak dan adanya pemakan daging, yang membantu melengkapi siklus hidup
parasit ini, yang membutuhkan hospes perantara (hewan ternak dan manusia) dan
hospes definitif (Canidae).

3
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian echinococcus granulosus
2. Klasifikasi spesies echinococcus granulosus
3. Hospes definitif echinococcus granolosus
4. Siklus hidup parasit echinococcus granolosus
5. Penyakit yang ditimbulkan dari echinococcus granolosus
6. Morfologi echinococus granulosus
7. Pencegahan penyakit yang di timbulkan oleh echinococus granulosus

C. Tujuan Penulisan
Bertujuan untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenal spesies parasit
echinococcus granulosus dimulai dari klasifikasi, hospes definitif, siklus hidup
parasit, morfologi dan penyakit yang ditimbulkan dari echinococcus granolosus
serta cara pencegahan nya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian echinococcus granulosus


Echinococcus Granulosus Penyakit cacing pita pathogen anjing pada
manusia diproduksi oleh kista-kista yang merupakan tahap larva dari cacing
Echinococcus granulosus. Beni benih cacing dibentuk didalam kista kista yang
mengandung 30-40 protosoleses. Setiap Protosoleses sanggup berkembang
menjadi cacing dewasa. Simtom tergantung pada lokasi kista didalam tubuh
dan berkembang akibat tekanan, Infeksi atau gesekan panas organ tubuh,
yang paling umum Echinococcus granulosus berkembang di lever, beberapa di
otak, paru paru dan ginjal serta Jantung, kelenjar gondok dan tulang juga bisa
menjadi tempat berkembang, tapi sangat jarang terjadi. Kista didalam tubuh
bisa tetap hidup atau mati terurai menjadi calcium. Mereka bisa dideteksi
lewat sinar X .Prognosis umumnya bagus dan tergantung wilayah dan potensi
luka dan penyebaran organ dalam tubuh. Kista yang tiba tiba pecah sebelum
waktunya bisa menyebabkan alergi, Pasien yang kistanya sudah mati dan
berubah menjadi kalsium masih memiliki infeksi aktif dalam dirinya. Cacing
Echinococcus granulosus Cacing ini mempunyai 3 sampai 5 ruas, cacing ini
termasuk cacing yang berukuran pendek. Cacing dewasa terdapat dalam usus
halus anjing, serigala, fox dan beberapa binatang liar pemakan daging.
Larvanya disebut kista hydatid yang umumnya terdapat di dalam hati, paru-
paru, jeroan lain dan jaringan-jaringan lain dari manusia, sapi, domba, babi
yang ketularan larva cacing pita ini karena kemasukan telur cacing dan telur

5
tersebut akan menetas dalam usus manusia atau hewan-hewan tersebut akan
menetas dalam usus manusia atau hewan-hewan tersebut kemudian
berimigrasi dan tumbuh menjadi larva (kista hydatid). Anjing ketularan cacing
pita Echinococcus granulosus ini karena makan daging terutama jeroan sapi,
domba, kambing dan babi yang mengandung kista hydatid Ciri-ciri cacing
dewasa Echinococcus granulosus : Cacing dewasa berukuran 2,5 – 9 mm
Scolex berbentuk bulat dengan rostelum yang menonjol, dua baris kait yang
terdiri dari 30 – 60 kait-kait dan mempunyai 4 batil isap Proglotid terdiri dari 3
buah antara lain : proglotid imature dimana organ genital belum matang,
proglotid mature dengan organ genital yang sudah lengkap dan ukurannya
lebih panjang daripada proglotid imature, dan proglotid gravid dengan uterus
ditengah dengan 12 – 15 cabang yang melebar terdiri atas ± 500 telur.
(Gandahusada 2004)

2. Klasifikasi spesies echinococcus granolusus


Klasifikasi genus Echinococcus telah lama menjadi kontroversi, dan 16 spesies
dan 13 subspesies dari genus ini telah dideskripsikan, berdasarkan perbedaan
sifat struktural dan fenotipik parasit dan karakteristik inang dan jenisnya, hanya
4 di antaranya yang diadopsi secara taksonomi, yaitu E. granulosus, E.
multilocularis, dan E. oligarthrus, klasifikasi parasit granulositik adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Superclass : Eucestoda
Class : Cestoda
Subclass : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : Echinococcus granulosus
(Rahman dkk 2015)

3. Hospes definitif echinococcus granolosus


Hospes definitif Echinococcus granulosus adalah manusia, anjing, kucing, dan
serigala, sedangkan hospes intermedier adalah herbivora seperti domba, sapi.
Hospes intermedier menelan telur Echinococcus granulosus, kemudian akan di
6
keluar bersama feses di hospes definitif. Telur akan menembus ke dalam
dinding usus dan bersama aliran darah akan terbawa masuk ke organ hati, paru-
paru. Di dalam organ-organ tersebut akan terbentuknya kista hydatid. Kista
hidatid akan termakan oleh hospes definitif, kemudian akan berkembang
menjadi cacing dewasa (Soedarto 2011).

4. Siklus hidup parasit echinococus granulosus


Echinococcus granulosus dewasa hidup dalam lumen usus, keluar bersama tinja
lalu tertelan hospes perantara dan menetas diusus halus melepaskan onkosfer
menembus dinding usus dan terbawa bersama aliran darah ke berbagai organ
terutama hati dan paru-paru. Di dalam organ tersebut terbentuk kista hydatid.
Menempel pada mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa dalam 32-80
hari, (Soedarto 2011)

Gambar siklus hidup echinococcus granulosus:

5. Penyakit yang ditimbulkan dari echinococcus Granolosus Ekinokokosis


genus Echinococcus adalah Penyakit yang sering di timbulkan biasanya disebut
hydatidosis, penyakit hidatid, hidatidosis. Ada dua jenis utama dari penyakit ini,
ekinokokosis sistik dan ekinokokosis alveolar. Dua jenis lainnya yang lebih
jarang ditemukan adalah ekinokokosis polisistik dan ekinokokosis unisistik.
Penyakit ini sering kali diawali tanpa gejala dan bisa berdiam dalam tubuh
penderita selama bertahun-tahun. Gejala dan tanda-tanda yang diperlihatkan
tergantung pada lokasi dan ukuran kista. Ekinokokosis alveolar biasanya diawali
di liver namun bisa menyebar ke bagian-bagian lain tubuh, misalnya paru-paru
atau otak. Ketika livernya terserang penyakit ini, penderita akan mengalami rasa

7
sakit di bagian perut, penurunan berat badan, dan warna kulit menjadi kuning.
Penyakit paru-paru bisa menyebabkan rasa sakit di dada, nafas tersengal-sengal
dan batuk , DIsebabkan oleh paling sedikitnya 9 (sembilan) galur cacing
echinococcus granulosus yg berbeda secara biologi serta beberapa spesies lain
dari echinococus. cacing dewasa hidup dalam usus kecil mamalia dan larva pada
jaringan inangnya, cacing dewasa berbentuk gilik, kecil dan panjang, biasanya
hanya terdiri dari 3 proglotid, telur cacing menyerupai telur taenia, Parasit cacing
dewasa berukuran kecil dengan panjang 3-6mm, dan berada diusus kecil. Cacing
yg tersegmentasi terdiri dari scolex dengan pengisian dan kait yang
memungkinkan keyerikatan pada dinding mukosa, lehernya pendek
menghubungkan kepala dan proglotid dengan segmen tubuh cacing yang berisi
telur, dan kemudian dikeluarkan bersama feses. (Anonim 1979 )

6. Morfologi echinococus granulosus

Panjang 3 – 6 mm (cacing pita terkecil dari kelompok Cestoda), Terdiri


atas skoleks , leher dan 3 buah proglotid(1 imatur, 1 matur dan 1 gravid),
Proglotid gravidnya paling besar dan paling panjang, Cacing dewasa hidup
melekat pd vilus usus halus anjing, karnivora dan Hospes definitif lainnya, Telur
dikeluarkan bersama tinja anjing Hp: kambing, domba, babi, unta,& manusia.
Bila telur tertelan oleh hospes perantara, maka telur menetas di rongga
duodenum dan embrio yang keluar menembus dinding usus, aliran limfe dan
peredaran darah, alat-alat dalam spt. hati, paru, otak, ginjal, limpa, otot, tulang
dll, Dalam organ terbentuk kista hidatid (tipe unilokular). Ukuran dapat sebesar
buah kelapa dalam 10-20 thn. Morfologi Spesifik : Cacing dewasa adalah cacing
kecil yang berukuran 3-6 mm. Skoleks bukat, dilengkapi 4 batil isap dan
rostelum dengan kait-kait, mempunyai leher. Mempunyai 1 proglotid imatur, 1
proglotid matur, 1 proglotid gravid Cacing dewasa hidup dalam usus halus
hospes definitif, panjangnya sekitar 3-6 mm yang terdiri dari skolex, leher yang
pendek dan 3 segmen proglotida. Segmen yang telah masak melepaskan diri dan

8
mengeluarkan telur yang infektif. Bila telur tertelan hospes intermedier akan
berkembang menjadi “uniceluler hydatid”. Dalam waktu 5 bulan hydatid
berkembang dan lapisan bagian dalamnya memproduksi protoscolic yang
infektif terhadap hospes definitif. Cysta yang kecil disebut “brood capsules”
berisi 10-30 protoscolic, yang biasanya menempel pada lapisan germinal. Bila
hydatid termakan oleh carnivora, dinding cysta terdigesti dalam saluran
pencernaan dan protoscolic akan terbebaskan dan menempel pada vili
intestinum, kemudian protoscolic berkembang dan menjadi dewasa dalam waktu
56 hari dan cacing dewasa tersebut dapat tahan hidup sampai 5-6 bulan.
(Brotowijojo 1978)

7. Pencegahan penyakit oleh echinococus granulosus

1. Menghindari/mencegah anjing memakan sisa daging/bangkai hewan ternak.

2. Mengurangi populasi anjing.

3. Pengobatan massal thdp anjing utk membunuh cacing dewasanya. Proteksi


perorang Hindari hubungan yg erat dg anjing, kucing & hewan karnivora
lainnya, Hindari makanan sayuran mentah/yg terkontaminasi tinja anjing.

4. Pemeriksaan secara periodik trhdp orang-orang di daerah endemik/erat


hubungannya dgn anjing, utk tes serologis tentang zat anti Echinoccocus.

Cara Kemunculan dan Efeknya Bagi Masyarakat Penyakit cacing pita potogen
anjing Echinococcus granulosus sudah mendunia dan banyak menyerang
manusia dipeternakan domba, Tapi anjing kota yang makan daging domba atau
sapi yang terinfeksi Echinicocus granulosus juga bisa menularkan pada manusia
dikota, Begitu juga para pelancong yang dari dan menuju peternakan yang
hewannya ada yang terinfeksi, bisa terkena . Para pemburu dan penangkap
anjing liar juga bisa terkena infeksi, Tapi rata rata kasus per Negara yang
memiliki peternakan domba tidak begitu banyak, sekitar 16-25 kasus per tahun
dengan tingkat fasilitas rendah. a. Pembawa Penyakit Anjing peliharaan

9
merupakan pembawa cacing Echinococcus granulosus, yang bisa mengandung
sampai ribuan cacing pita tanpa pernah menunjukan gejala. Hewan karnivora
lain seperti kucing tidak cocok untuk mengudang cacing parasit ini. Justru hewan
herbivora lain bisa cocok, seperti sapi, domba, kambing, babi., kuda, dan unta.
Hewan hewan herbivora ini bisa memakan telur cacing dari tanaman yang
terpupuk oleh feses anjing, Dan ketika anjing diberikan makan daging dari
hewan heewan herbivora tersebut. Khususnya Lever dan paru parunya, maka
cacing dewasa masuk ke perut anjing dan mulai bertelur lagi. Metode
Penyebaran Infeksi terhadap manusia terjadi lewat transfer telur cacing dan
tangan ke mulut dari makanan yang terkontaminasi oleh feses anjing. Larva
cacing menembus masuk lender usus besar, naik keatas memasuki system porial
lalu terbawa aliran darah ke berbagai organ tubuh untuk menghasilkan kista
tempat protosoleses sumber infeksi penyakit ini berkembang. Namun siklus
terpenting hidup cacing pita ini adalah anjing atau hewan ternak dan anjing
ternak Karna biasanya sulit terdeteksi. Dan bisa tetap hidup di lever dan paru,
Jantung bahkan di Otak sekalipun hewan ternaknya sudah dipotong.walau
daging sudah di masak. Penularan Antar Manusia Penyakit kista cacing tidak
ditularkan dari manusia ke manusia . Anjing menularkan telur cacing kira kira 7
minggu setelah infeksi. Apabila anjing tidak lagi terinfeksi, Ia akan sembuh
dalam waktu 1 tahun.(setelah pemberian obat cacing 80 dosis pemberian secara
rutin ) pencegahan : a. Infeksi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
tinja anjing, terutama pada anak-anak. b. Meningkatkan kesadaran higienis dan
sanitasi air. c. Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan terutama anjing
dan kucing. d. Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah
menghindari menelan makanan atau bahan lain yang terkontaminasi dengan
kotoran anjing. F. Pengobatan a. Dilakukan dengan pembedahan yang hanya
berhasil pada penderita dengan kista unilokuler. b. Dengan mebendazol selama
jangka waktu panjang pada dosis rendah. (Geral D 2006).

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan Spesies yang termasuk dalam cestoda darah dan jaringan adalah E.
granulosus, Echinococcus multilocularis, Multiceps serialis, Taenia solium, dan
Spirometra mansoni. Hospes definitif adalah anjing, kucing, dan hewan-hewan
karniforalainnya. Hospes perantaranya adalah domba, kambing, hewan herbivora
lainnya dan manusia. Penyebaran banyak ditemukan di negara-negara yang
penduduknya menyayangi hewan karnivora domestik dan penduduk yang
beternak hewan herbivor. Cacing dewasa mirip Taenia.sp hanya ukurannya lebih
kecil. Gejala klinis disebabkan oleh stadium kista dan larva yang ada dalam
jaringan.

SARAN

Selalu menjaga kebersihan lingkungan, terutama pada lingkungan yang banyak


ditinggali oleh hewan berupa anjing dan kucing karena hewan tersebut yang
dapat menyebabkan penyakit Hidatidosis perhatikanlah kebersihan anak-anak
yang gemar bermain di area tanah, rerumputan, lapangan, dan area dimana
cacing Echinococcus granulosus dapat tumbuh dengan baik Sebaiknya bagi yang
memiliki hewan peliharaan jenis anjing dan kucing, agar diperhatikan juga
kebersihannya, tempat makan, tempat buang air dan sebagainya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1979. the merck veterynary manual. A hanboox of diagnosis and


therapy for the veterinarian. USA
Brotowidjojo MD, 1987. Parasit dan Parasitisme Ed. I. Jakarta: PT. Media
Sarana Pres
Gerald D. schmidt & Larry S. Roberts’Foundations of parasitology Ed. IV at
Florida International University
Gandahusada, 2004. Parasitologi Kedokteran Edisi III, Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rahman WA, Elmajdoub LE, Noor S, Wajidi MF. (2015) Present status on the
taxonomy and morphology of Echinococcus granulosus.
Soedarto. 2011. Buku Ajar Prasitologi Kedokteran (Handbook of Medical
Parasitology). Jakarta: Sagung Seto.

12

Anda mungkin juga menyukai