HALAMAN JUDUL
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexia
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Cryptosporidiidae
Genus : Cryptosporidium
Spesies : Cryptosporidium parvum (terdiri dari dua genotype, yaitu genotip
satu menyerang Manusia, serta genotype dua yang menyerang
manusia, lembu dan mamalia lainya), Cryptosporidium homnis
(Pada manusia), Cryptosporidium baileyi (pada burung),
Cryptosporidium felis (pada kucing), Cryptosporidium muris (pada
ikan dan lembu), Cryptosporidium nasorum (pada ikan),
Cryptosporidium serpentitis ( pada ular ), Cryptosporidium wrairi (
pada babi).
2
Ookista, Biasanya berbentuk bulat, berdiameter 4 - 6 um mengandung 4
sporozit yang tidak terlalu terlihat,refraktil, terdiri 1-8 granula yang
menonjol dan dilapisi dua dinding tebal. Ookista resisten dan sangat
resisten terhadap proses klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan
konvensional.
3
seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka
waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi Parasit
menginfeksi sel epitel saluran pencernaan dan parasit memperbanyak diri
mula-mula dengan cara schizogony, diikuti dengan siklus seksual dengan
membentuk ookista dan dapat ditemukan pada tinja. Ookista dapat hidup di
lingkungan yang jelek dalam waktu yang lama. Ookista sangat resisten
terhadap desinfektan kimia yang digunakan untuk menjernihkan dan
disinfeksi air minum. Sekali waktu siklus autoinfeksi bisa terjadi pada
manusia.
4
(berkembang menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari
ookista yang berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara
ookista berdinding tebal akan keluar melalui feses dan apabila tertelan akan
segera menginfeksi.
5
Criptosporidium melekat pada mikrovili usus halus atau hidup bebas pada
kripta mukosa usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan
bagian mukosa. Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak
terlalu parah dan bisa sembuh sendiri kerena system imun dapat melawan
infeksi. Sedangkan pada penderita penderita immunodefisiensi panyakit ini
dapat menjadi parah karena sistem imunnya yang rusak.
Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat
menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka
dapat mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit
dapat menulari biliary tract (sekitar lever), menyebabkan biliary
cryptosporidiosis. Hal ini menyebabkan cholecystitis dan cholangitis.
Pada usus, mekanisme cryptosporidiosis menyebabkan diare pada manusia
belum sepenuhnya dapat dimengerti. Namun adanya kegagalan absorbsi dan
meningkatkan sekresi usus halus banyak dijumpai pada kasus-kasus tersebut.
Adhesi/invasi dari merozoit/sporozoit Cryptosporidium parvum
kemembran apical dari sel epitel usus meransang sel epitel usus untuk
memproduksi prostaglandin shyntase, IL-8, dan TNF-ά .Adanya sel
polymerase (oleh IL-8), aktifasi makrofag (oleh TNF-ά),diproduksinya
prostaglandin (oleh prostaglandin shyntasei) dan perubahan fungsi ion
diperkirakan merangsang sekresi usus untuk merespon infeksi seluler
terhadap Cryptosporidium parvum. Infeksi seluler juga pendataran dan juga
bersatunya villi usus, merupakan kemungkinan kedua yang terjadi pada
infeksi sel dan atau dalam respon imunologi seluler. Gambaran ini
berhubungan dengan malabsorpsi, dan akan memperberat diare. Sebagai
tambahan, adanya proses-proses apoptosis sel-sel yang mati dan enteric
nervous system juga member peranan terhadap patofisiologi diare ini. Pada
gambaran histopatologi menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia krypta,
dan infiltrasi ringan sampai sedang ( biasanya sel plasma atau netrofil tetapi
dapat juga makrofag dan liphosit) pada lamina propria.
Pada Saluran Empedu, walaupun gambaran klinis dan radiologi dari
billiary cryptosporidiosi telah dapt diketahui, namun patogenitas sepenuhnya
6
belum dapat sepenuhnya dimengerti. Gambaran histopatologi yang diperoleh
dari biopsy ampulla vateri menunjukan menunjukan infiltrasi submukosa,
inflamasi periductus dengan oedema interstisial, infiltrasi neutrofil dan
hyperplasia/dilatasi kelenjar periduktus.
Pada Saluran Pernafasan, patogenitas dari respiratory cryptosporidiosis
juga masih belum dimengerti. respiratory cryptosporidiosis melibatkan trakea,
bronkus, dan jarang melibatkan parenkim paru, dapat ditemukan pada
penderita immunosuppressed dengan gagal nafas. Dari tahun 1983 sampai
1996 diperkirakan ada 13 kasus respiratory cryptosporidiosis yang hanya
melibatkan region tracheobroncial atas. Cryptosporidium sp yang dideteksi
secara mikroskop diparenkim paru hanya dua kasus, satu kasus yang diderita
oleh penderita AIDS dan penderita lain dengan acute nonlymphatic leukemia.
7
atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop fluoresen,menunjukan
adanya parasit dalam jaringan . Deteksi dengan pewarnaan antibody
monoclonal dapat memperkuat diagnosis. Pemeriksaan serologis misalnya
dengan ELISA (Enzym Linked Immunosorbant assay), Immunofluorescens
Antibody Technique (IFAT0 serta deteksi IgG dan IgM dalam membantu
menetapkan diagnosis.
8
muntahan dan sprei serta sarung bantal dan baju yang terkontaminasi;
orang yang terinfeksi tidak diijinkan menangani makanan dan merawat
pasien yang dirawat di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan merawat
pasien yang dirawat di tempat spesifik; penderita asimptomatik yang
bekerja pada bidang pekerjaan yang sensitif tidak diijinkan lagi bekerja
sampai mereka sembuh. Tekankan tentang pentingnya kebiasaan
mencuci tangan dengan benar.
Disinfeksi serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang
terkontaminasi dengan tinja. Pada masyarakat modern dengan sistem
jamban saniter, tinja dapat dibuang langsung ke saluran pembuangan
tanpa perlu di disinfeksi. Lakukan pembersihan terminal. Disinfeksi
dapat dilakukan dengan pemanasan hingga 450 C (1130F) selama 5 –
20 menit, 600 C (1400 F) selama 2 menit atau disinfeksi kimia dengan
10 % cairan formalin atau 5 % ammonia, cara-cara tersebut cukup
efektif.
Investigasi kontak atau sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan
mikroskopis terhadap tinja anggota rumah tangga dan kontak lain yang
dicurigai, terutama orang-orang tanpa gejala. Terhadap mereka yang
kontak dengan hewan ternak dan binatang peliharaan diharuskan juga
untuk dilakukan pemeriksaan. Jika dicurigai penularan terjadi melalui
air, penyaringan air dalam jumlah sampel yang besar dapat dilakukan
untuk melihat adanya oocyst pada air.
Pengobatan spesifik : Tidak ada pengobatan spesifik untk
kriptosoridiosis selain rehidrasi, jika diperlukan, rehidrasi telah terbukti
efektif; pemberian antibodi pasif dan antibiotik saat ini sedang dalam
penelitian. Mereka yang dalam pengobatan dengan obat imunosupresif,
sebaiknya menghentikan pengobatan itu untuk sementara atau
mengurangi dosisnya jika memungkinkan.
3. Penanggulangan wabah
9
Untuk menanggulangi wabah perlu dilakukan Investigasi epidemiologis
terhadap kasus yang berkelompok yang terjadi pada suatu daerah atau
institusi tertentu untuk mengetahui sumber infeksi dan cara-cara
penularannya; selidiki kemungkinan sumber penularan "Common
source", seperti sarana rekreasi air, air minum, susu mentah atau
makanan atau minuman yang potensial tercemar dan lakukan upaya
pencegahan dan pemberantasan yang mudah di terapkan. Upaya untuk
mencegah penularan dari orang ke orang atau dari binatang ke manusia
menekankan pada upaya kebersihan perorangan dan pembuangan tinja
yang saniter.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
http://pisangkipas.wordpress.com/2009/06/13/cryptosporidiosis/
http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wcf271583c9957.htm
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/99/Cryptosporidium_parvum_
01.jpg
http://ec.asm.org/content/vol8/issue4/images/medium/coverfig.gif
http://leighbrandon.typepad.com/.a/6a00d834536a0169e201156fc04a7f970c-
800wi
12