Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 1

BAB II ISI ....................................................................................................... 2

2.1 Taksonomi Cryptosporidium ..................................................................... 2

2.2 Morfologi Cryptosporidium ...................................................................... 2

2.3 Distribusi Penyakit Cryptosporidium......................................................... 3

2.4 Proses Penularan Cryptosporidium ............................................................ 3

2.5 Siklus Hidup Cryptosporidium .................................................................. 4

2.6 Patogenesis Cryptosporidium .................................................................... 5

2.7 Diagnosis Cryptosporidium ....................................................................... 6

2.8 Cara Penanggulangan Cryptosporidium .................................................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cryptosporidium pertama kali ditemukan didalam lambung dan


usus halus tikus oleh Tyzzer (1907). Semenjak itu Cryptoporidium sp telah
diidentifikasi dari 170 spesies binatang, termasuk ayam, kalkun, babi,
kuda, domba, anjing, tikus liar, burung, ikan, reptile. Dua laporan yang
pertama mengenai infeksi pada manusia yaitu pada tahun 1976, yang
menyerang anak berusia 3 tahun dengan keadaan immunocompetent dan
orang dewasa dengan immunocompromised. Dari tahun 1976 sampai
tahun 1982, kejadian infeksi pada manusia jarang dilaporkan. Pada tahun
1982 dalaporkan kejadian infeksi yang disebabkan meningkat drastic
setelah diketahui criptosporodiosis infeksi opportunistic yang terjadi pada
penderita AIDS.
Protozoa ini mempunyai siklus hidup yang kompleks melibatkan
dari silus hidup seksual (Sporogoni) dan aseksual (Scyzogoni), tapi tidak
memerlukan vector perantara ia mampu menyelesaikan siklus hidupnya
dalam satu hospes. Ookista merupakan stadium infektif . Oosista keluar
keluar dari tubuh hospes melalui feses.

1.2.Tujuan dan Manfaat

Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan


informasi tentang taksonomi, morfologi, distribusi penyakit, proses
penularan, siklus hidup, patogenesis, diagnosis, dan cara pencegahan dari
Cryptosporidium.

Manfaat yang didapatkan dari makalah ini adalah dapat menambah


pengetahuan dan informasi tentang taksonomi, morfologi, distribusi
penyakit, proses penularan, siklus hidup, patogenesis, diagnosis, dan cara
penanggulangan dari Cryptosporidium.

1
BAB II

ISI

2.1. Taksonomi Cryptosporidium

Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexia
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Cryptosporidiidae
Genus : Cryptosporidium
Spesies : Cryptosporidium parvum (terdiri dari dua genotype, yaitu genotip
satu menyerang Manusia, serta genotype dua yang menyerang
manusia, lembu dan mamalia lainya), Cryptosporidium homnis
(Pada manusia), Cryptosporidium baileyi (pada burung),
Cryptosporidium felis (pada kucing), Cryptosporidium muris (pada
ikan dan lembu), Cryptosporidium nasorum (pada ikan),
Cryptosporidium serpentitis ( pada ular ), Cryptosporidium wrairi (
pada babi).

2.2. Morfologi Cryptosporidium

Cryptosporidium sp terdiri dari banyak spesies tapi yang paling pathogen


yaitu Cryptosporidium parvum yang menyebabkan diare kronis dan muntah
menyebabkan diare (kebanyakan kronis). Dalam siklus hidupnya
Cryptosporidium sp mengalami beberapa kali perubahan bentuk (Stadium).
Berikut ini ciri morfologi :
 Sporozoit, mempunyai bentuk seperti pisang dimana bagian anteriornya
meruncing dan bagian posteriornya membulat.
 Gametosit dan skizon, ukuran 2-4 mikro meter diproduksi dalam siklus
hidup Cryptosporidium parvum ,tapi jarang ditemukan pada feses manusia.

2
 Ookista, Biasanya berbentuk bulat, berdiameter 4 - 6 um mengandung 4
sporozit yang tidak terlalu terlihat,refraktil, terdiri 1-8 granula yang
menonjol dan dilapisi dua dinding tebal. Ookista resisten dan sangat
resisten terhadap proses klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan
konvensional.

2.3. Distribusi Penyakit Cryptosporidium


Cryptosporidium sp tersebar diseluruh dunia(Kosmopolit). Ookista nya
ditemukan pada spesimen tinja manusia di lebih dari 50 negara di enam
benua. Di negara maju seperti AS dan Eropa, prevalensinya kurang dari 1 –
4.5 % dari hasil survei pemeriksaan tinja. Di negara berkembang,
prevalensinya sangat tinggi berkisar antara 3 – 20 %. Anak-anak usia
dibawah 2 tahun, mereka yang merawat binatang, pelancong, kaum
homoseksual dan mereka yang kontak erat dengan orang-orang yang
terinfeksi (keluarga, petugas kesehatan dan perawat di rumah penitipan anak)
biasanya lebih mudah tertulari. KLB dilaporkan terjadi di tempat penitipan
anak hampir diseluruh dunia. KLB juga di sebabkan oleh air minum yang
tercemar (setidaknya 3 KLB besar yang pernah dilaporkan berkaitan dengan
fasilitas air minum untuk umum); penularan dapat terjadi di tempat rekreasi
yang menggunakan air seperti "waterslide", kolam renang dan danau; cuka
apel yang tidak dipasturisasi yang terkontaminasi dengan kotoran sapi, pernah
dilaporkan sebagai penyebab infeksi.

2.4. Proses Penularan Cryptosporidium


Infeksi penyakit ini dari bahan yang terkontaminasi seperti tanah, air,
makanan yang tidak dimasak atau kontak dengan kotoran manusia atau
hewan yang terinfeksi.
Cara penularan melalui rute orofekal, yaitu penularan dari orang ke orang,
dari binatang ke orang, melalui air dan penularan melalui makanan. Hal ini
terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak dengan air tawar saat
berenang. Tingginya resistensi oocysts Cryptosporidium terhadap disinfektan

3
seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka
waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi Parasit
menginfeksi sel epitel saluran pencernaan dan parasit memperbanyak diri
mula-mula dengan cara schizogony, diikuti dengan siklus seksual dengan
membentuk ookista dan dapat ditemukan pada tinja. Ookista dapat hidup di
lingkungan yang jelek dalam waktu yang lama. Ookista sangat resisten
terhadap desinfektan kimia yang digunakan untuk menjernihkan dan
disinfeksi air minum. Sekali waktu siklus autoinfeksi bisa terjadi pada
manusia.

2.5. Siklus Hidup Cryptosporidium

Ookista yang telah mengalami sporulasi, terdiri dari 4 sporozoit,


dikeluarkan melalui feses organism yang terinfeksi dan mungkin mengalami
rute yang lain seperti melalui sekresi saluran pernafasan (1). Transmisi dari
Cryptosporidium parvum dan Cryptosporidium hominis umumnya terjadi
melalui kontak dengan air yang telah terkontaminasi. Banyak wabah yang
terjadi di Amerika Serikat terjadi di taman air, kolam renang, dan pusat
pelayanan umum (2). Setelah tertelan (dan mungkin terhirup) oleh hospes (3)
eksistasi terjadi (a). Empat sporozoit dikeluarkan dari tiap ookista, menembus
epithelial (b,c) usus dan jaringan lain seperti saluran pernafasan. Sporozoid
akan berkembang menjadi tropozoit. Kemudian mengalami multiplikasi
aseksual (skizogoni atau merogoni) (d,e) yang menghasilkan meront tipe I.
merozoit yang dihasilkan meron tipe satu dapat mereinfaksi sel dan
mengulang kembali siklus asekseual atau menginfeksi sel dan berkembang
menjadi meront tipe II (f). Tiap meron tipe II akan membesaskan 4 merozoit.
Diyakini hanya merozoit tipe II inilah yang mengalami multiplikasi seksual
(gametogoni) menghasilkan mikrogametosit(g) dan makrogametosit(h).
Mikrogamet keluar dari mikrogametosit akan membuahi makrogamet yang
keluar dari makrogametosit dan menghasilkan zigot (i). Sekitar 80% zigot
akan berkembang menjadi ookista berdinding tebal (j) dan 20% zigot
berkembang menjadi ookista berdinding tipis (k). Ookista akan bersporulasi

4
(berkembang menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari
ookista yang berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara
ookista berdinding tebal akan keluar melalui feses dan apabila tertelan akan
segera menginfeksi.

2.6. Patogenesis Cryptosporidium


Cryptosporidium sp terutama pada spesies Cryptosporidium parvum
(spesies yang paling patogen) menyebabkan cryptosporidiosis yaitu penyakit
Zoonosis yang sering menimbulkan gangguan gastroenteritis. Penyakit ini
ditularkan secara fekal oral. Berbagai jenis mamalia, unggas, reptile, ikan,
dapat bertindak sebagai sumber infeksi.

5
Criptosporidium melekat pada mikrovili usus halus atau hidup bebas pada
kripta mukosa usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan
bagian mukosa. Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak
terlalu parah dan bisa sembuh sendiri kerena system imun dapat melawan
infeksi. Sedangkan pada penderita penderita immunodefisiensi panyakit ini
dapat menjadi parah karena sistem imunnya yang rusak.
Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat
menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka
dapat mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit
dapat menulari biliary tract (sekitar lever), menyebabkan biliary
cryptosporidiosis. Hal ini menyebabkan cholecystitis dan cholangitis.
Pada usus, mekanisme cryptosporidiosis menyebabkan diare pada manusia
belum sepenuhnya dapat dimengerti. Namun adanya kegagalan absorbsi dan
meningkatkan sekresi usus halus banyak dijumpai pada kasus-kasus tersebut.
Adhesi/invasi dari merozoit/sporozoit Cryptosporidium parvum
kemembran apical dari sel epitel usus meransang sel epitel usus untuk
memproduksi prostaglandin shyntase, IL-8, dan TNF-ά .Adanya sel
polymerase (oleh IL-8), aktifasi makrofag (oleh TNF-ά),diproduksinya
prostaglandin (oleh prostaglandin shyntasei) dan perubahan fungsi ion
diperkirakan merangsang sekresi usus untuk merespon infeksi seluler
terhadap Cryptosporidium parvum. Infeksi seluler juga pendataran dan juga
bersatunya villi usus, merupakan kemungkinan kedua yang terjadi pada
infeksi sel dan atau dalam respon imunologi seluler. Gambaran ini
berhubungan dengan malabsorpsi, dan akan memperberat diare. Sebagai
tambahan, adanya proses-proses apoptosis sel-sel yang mati dan enteric
nervous system juga member peranan terhadap patofisiologi diare ini. Pada
gambaran histopatologi menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia krypta,
dan infiltrasi ringan sampai sedang ( biasanya sel plasma atau netrofil tetapi
dapat juga makrofag dan liphosit) pada lamina propria.
Pada Saluran Empedu, walaupun gambaran klinis dan radiologi dari
billiary cryptosporidiosi telah dapt diketahui, namun patogenitas sepenuhnya

6
belum dapat sepenuhnya dimengerti. Gambaran histopatologi yang diperoleh
dari biopsy ampulla vateri menunjukan menunjukan infiltrasi submukosa,
inflamasi periductus dengan oedema interstisial, infiltrasi neutrofil dan
hyperplasia/dilatasi kelenjar periduktus.
Pada Saluran Pernafasan, patogenitas dari respiratory cryptosporidiosis
juga masih belum dimengerti. respiratory cryptosporidiosis melibatkan trakea,
bronkus, dan jarang melibatkan parenkim paru, dapat ditemukan pada
penderita immunosuppressed dengan gagal nafas. Dari tahun 1983 sampai
1996 diperkirakan ada 13 kasus respiratory cryptosporidiosis yang hanya
melibatkan region tracheobroncial atas. Cryptosporidium sp yang dideteksi
secara mikroskop diparenkim paru hanya dua kasus, satu kasus yang diderita
oleh penderita AIDS dan penderita lain dengan acute nonlymphatic leukemia.

2.7. Diagnosis Cryptosporidium

Dalam kondisi normal, infeksi dengan parasit ini hanya menimbulkan


gejala kriptosporidiosis yang ringan. Pada penderita imunokompeten keluhan
dan gejala dapat berupa enteritis ringan, diare cair tidak lebih dari 10 kali
sehari,dengan tinja tidak berdarah dan tidak berlendir. Umumnya penderita
juga mengalami demam ringan, malaise, mual, mutah, kejang perut, dan berat
badan menurun. Penyakit akan sembuh sendirinya dalam waktu 2-10 hari.

Pada penderita imunodefisiensi (misalnya penderita AIDS) yang


terinfeksi dapat menyebabkan diare berat mirip diare kolera sebanyak sampai
70 kali seharidengan pengeluaran cairan lebih dari 10 liter per hari yang
berlangsung berbulan-bulan. Penderita mengalami malabsorpsi berat,
gangguan keseimbanagan cairan, berat badan menurun cepat dan terjadi
limfadenopati. Pada immunodefisiensi demam jarang terjadi.

Untuk memperoleh diagnosis yang akurat perlu dilakukan pemeriksaan


di laboratorium. Pemeriksaan mikroskopis pada tinja penderita menunjukkan
adanya ookista parasit yang khas bentuknya. Pemeriksaan hitologis atas
biopsi mukosa dengan menggunakan modifikasi ABF (Acid Fast Staining)

7
atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop fluoresen,menunjukan
adanya parasit dalam jaringan . Deteksi dengan pewarnaan antibody
monoclonal dapat memperkuat diagnosis. Pemeriksaan serologis misalnya
dengan ELISA (Enzym Linked Immunosorbant assay), Immunofluorescens
Antibody Technique (IFAT0 serta deteksi IgG dan IgM dalam membantu
menetapkan diagnosis.

2.8. Cara Penanggulangan Cryptosporidium


1. Cara pencegahan :
 Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara menjaga
kebersihan perorangan
 Membuang tinja pada jamban yang saniter, hati-hati dalam menangani
kotoran manusia atau binatang.
 Mereka yang kontak dengan anak sapi atau binatang lain yang terkena
diare sebaiknya segera mencuci tangan dengan seksama.
 Rebus sampai mendidih air minum selama 1 menit; disinfeksi dengan
bahan kimia tidak efektif melawan oocyst. Hanya filter yang dapat
menyaring partikel dengan diameter 0,1 – 1 µm yang bisa di gunakan
untuk menyaring oocyst.
 Pindahkan orang yang terinfeksi dari pekerjaan menangani jenis bahan
makanan yang tidak segera akan dimasak.
 Pisahkan anak yang menderita diare dari tempat penitipan anak hingga
diare sembuh.

2. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.


 Laporan kepada instansi kesehatan setempat; kasus dilaporkan ke
instansi kesehatan setempat dengan cara yang paling praktis, kelas 3B
(lihat tentang pelaporan penyakit menular).
 Isolasi : bagi penderita yang dirawat di Rumah Sakit, lakukan tindakan
kewaspadaan enterik dalam menangani tinja, begitu juga terhadap

8
muntahan dan sprei serta sarung bantal dan baju yang terkontaminasi;
orang yang terinfeksi tidak diijinkan menangani makanan dan merawat
pasien yang dirawat di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan merawat
pasien yang dirawat di tempat spesifik; penderita asimptomatik yang
bekerja pada bidang pekerjaan yang sensitif tidak diijinkan lagi bekerja
sampai mereka sembuh. Tekankan tentang pentingnya kebiasaan
mencuci tangan dengan benar.
 Disinfeksi serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang
terkontaminasi dengan tinja. Pada masyarakat modern dengan sistem
jamban saniter, tinja dapat dibuang langsung ke saluran pembuangan
tanpa perlu di disinfeksi. Lakukan pembersihan terminal. Disinfeksi
dapat dilakukan dengan pemanasan hingga 450 C (1130F) selama 5 –
20 menit, 600 C (1400 F) selama 2 menit atau disinfeksi kimia dengan
10 % cairan formalin atau 5 % ammonia, cara-cara tersebut cukup
efektif.
 Investigasi kontak atau sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan
mikroskopis terhadap tinja anggota rumah tangga dan kontak lain yang
dicurigai, terutama orang-orang tanpa gejala. Terhadap mereka yang
kontak dengan hewan ternak dan binatang peliharaan diharuskan juga
untuk dilakukan pemeriksaan. Jika dicurigai penularan terjadi melalui
air, penyaringan air dalam jumlah sampel yang besar dapat dilakukan
untuk melihat adanya oocyst pada air.
 Pengobatan spesifik : Tidak ada pengobatan spesifik untk
kriptosoridiosis selain rehidrasi, jika diperlukan, rehidrasi telah terbukti
efektif; pemberian antibodi pasif dan antibiotik saat ini sedang dalam
penelitian. Mereka yang dalam pengobatan dengan obat imunosupresif,
sebaiknya menghentikan pengobatan itu untuk sementara atau
mengurangi dosisnya jika memungkinkan.

3. Penanggulangan wabah

9
 Untuk menanggulangi wabah perlu dilakukan Investigasi epidemiologis
terhadap kasus yang berkelompok yang terjadi pada suatu daerah atau
institusi tertentu untuk mengetahui sumber infeksi dan cara-cara
penularannya; selidiki kemungkinan sumber penularan "Common
source", seperti sarana rekreasi air, air minum, susu mentah atau
makanan atau minuman yang potensial tercemar dan lakukan upaya
pencegahan dan pemberantasan yang mudah di terapkan. Upaya untuk
mencegah penularan dari orang ke orang atau dari binatang ke manusia
menekankan pada upaya kebersihan perorangan dan pembuangan tinja
yang saniter.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Peningkatan penderita HIV/AIDS dan tuberkulosis di Indonesia perlu


akan menimbulkan peningkatan kasus kriptosporidiosis. Cryptosporidium sp
perlu dipertimbangkan dalam diagnosa penyakit pada penderita HIV/AIDS
dan tuberkulosis. Adanya kemungkinan adanya penularan kriptosporidiosis
melalui sekresi pernafasan baik dari droplet, aerosol, maupun kontak dengan
muntahan harus diantisipasi untuk mencegah penularan terutama pada
individu imunokompromi/imunodefisiensi.

Teknik diagnosa secara tepat menggunakan RDT yang mempunyai


sensitivitas dan spesifitas yang tinggi sangat membantu penemuan kasus dan
surveilans kriptosporidiosis di Indonesia. Pentingnya menjaga sanitasi
lingkungan dan ternak, higiene perseorangan, pengelolaan air minum dan
makanan untuk mencegah penularan kriptosporidiosis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sudarto. 2007. Kedokteran Tropis.Surabaya: Airlangga Univercity Press

Sinambela, adelina Haryani. 2008 . Criptosporidiosis.USU-e repository

http://pisangkipas.wordpress.com/2009/06/13/cryptosporidiosis/

http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wcf271583c9957.htm

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/99/Cryptosporidium_parvum_
01.jpg

http://ec.asm.org/content/vol8/issue4/images/medium/coverfig.gif

http://leighbrandon.typepad.com/.a/6a00d834536a0169e201156fc04a7f970c-
800wi

12

Anda mungkin juga menyukai