1. JESISKA YOLANDA
2. LILI AULIA
3. NENI TRIASTUTI
4. NUR LATIFAH PRATIWI
5. TIOMSA
Elisabeth Kübler-Ross seorang dokter dan ahli tentang kematian yang lahir
di Swiss pada tahun 1926 telah melakukan penelitian yang luas menyangkut latar
belakang usia, agama, asal-usul, warna kulit dan mendalam tentang proses
menjelang kematian. Ia melakukan wawancara dengan lebih dari dua ratus orang
yang mengalami terminal illness untuk mengetahui pengalaman menjelang
kematian. Dalam buku On Death and Dying, Elisabeth Kübler-Ross menyebutkan
ada lima tahap tanggapan manusia pada saat menjelang kematian, dan terjadinya
berurutan dari tahap satu ke tahap berikutnya mulai dari sikap penyangkalan,
isolasi, kemarahan, tawar menawar, depresi hingga penerimaan.
2. Tahap Kemarahan
Bila pada tahap pertama yang berupa penyangkalan tidak dapat mengubah apaapa
lagi, maka muncullah perasaan marah. Pada tahap kemarahan ini, pasien berubah
menjadi tidak bersahabat dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk kepada
dokter, perawat, keluarga dan sahabat-sahabatnya.
3. Tahap Tawar Menawar
Menurut Elisabeth Kbüler-Ross, tawar-menawar merupakan suatu usaha untuk
menunda kematian. Bila pasien sudah menyadari tidak mampu lagi menghindari
kenyataan yang sangat menyedihkan dan sikap marah tidak bisa mengubah
keadaan, ia akan mengupayakan jalan damai dengan membuat suatu perjanjian
yang dapat menunda
kematiannya dan berupaya untuk memperpanjang hidupnya.
4. Tahap Depresi
Elisabeth Kübler-Ross menyebutkan setelah tahap kemarahan akan muncul dua
jenis depresi yaitu depresi reaktif dan depresi preparatory (persiapan). Pada jenis
depresi reaktif, pasien sudah mengalami peristiwa kehilangan, misalnya
pekerjaan,
penghasilan dan harta benda yang harus digunakan untuk biaya perawatan,
demikian
juga organ tubuh yang diangkat, sehingga merasa menjadi manusia yang tidak
sempurna.
5. Tahap Penerimaan
Hasil penelitian Elisabeth Kübler-Ross menunjukkan bahwa pada tahap
penerimaan terjadi kelelahan sehingga membutuhkan waktu tidur yang lebih
banyak.Seseorang yang berada pada tahap ini akan merenungkan akhir hidupnya
dengan pengharapan tertentu, ia enggan diajak berbicara
BAB III
KERACUNAN ZAT KIMIA (sianida)
b) Bantuan hidup dasar dan bantuan pertama pada penyakit jantung (Basic
Life Support (BLS)/Advanced Cardiac Life Support (ACLS).
Menurut American Hearth Association Guidelines tahun 2005, tindakan BLS
ini dapat disingkat dengan teknik ABC yaitu airway (membebaskan jalan nafas),
breathing (memberikan nafas buatan), dan circulation (pijat jantung pada kondisi
syok). Namun, pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB (circulation,
breathing, airway). Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari
kerusakan yang ireversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti
selama 3-4 menit.
Pada kasus keracunan sianida di mana terjadi penurunan utilisasi,
pemberian oksigen 100% pada pasien dengan masker nonrebreather atau tube
endotrakeal bisa membantu. Hal ini bisa membantu efektifitas penggunaan antidot
dengan mekanisme kompetisi dengan sianida ke sisi ikatan sitokrom oksidase.
c) Terapi pendukung
Terapi pendukung yang bisa dilakukan pada pasien adalah dengan:
1. Memonitor fungsi jantung, pernafasan dan kardiovaskuler pasien di ruang
ICU
2. Melakukan uji laboratorium untuk memonitor kadar gas dalam darah
arteri, kadar laktat dalam serum, tes darah lengkap, kadar gula darah, kadar
sianida dalam darah dan kadar elektrolit.
3. Monitoring dan terapi aritmia.
4. Maonitoring dan terapi efek samping penggunaan antidot.
BAB VI
ASKEP TENTANG KERACUNAN SIANIDA
1.Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. IDENTITAS klien
Nama : ny. S
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : desainer grafis
Pendidikan terakhir : S1 desiner
Agama : islam
Alamat : jakarta selatan, Perumahan indah no 28
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien :
Kesadaran : somnolen
Tanda-tanda vital :
Td : 100/60 mmhg
HR : 65 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 37,0 ͦ c
e. Data spiritual
Pelaksanaan ibadah : selama dirawat klien tidak bisa melakukan ibadah
1) Terafi medis
Cairan infus Dextros 25 g 30 gtt/i
Obat :
epineprin (untuk alergi yang sangat serius )
lorazepam (untuk kejang)
amilnitrit ( untuk dihirup )
atrofin sulfat ( menghambat efek akumulasi pada tempat
penumpukan)
2. ANALISA DATA
3. Diagnosa
Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifan pola napas b/d Defresi pernafasan
akibat efek langsung dari racun sianida
4. Intervensi ( perencanaan )
Diagnosa Intervensi
keperawatan Tujuan kriteria intervensi Rasional
hasil
1) Tidak Setelah 1. Pantau 1. Efek sianida
efektifan dilakukan tingkat mendepresi SSP yg
pola napas tindakan irama dapat
b/d Defresi keperawatan pernafasan, mengakibatkan
pernafasan diharapkan suara nafas hilangnya
akibat efek pola nafas serta pola kepatenan aliran
langsung menjadi efektif pernafasan. udara atau depresi
dari racun RR dalam pernafasan.
sianida batas normal,
jalan nafas
bersih tidak 2. Tinggikan 2. Menurunkan
ada sekret Kepala kemungkinan
tempat tidur aspirasi diafragma
bagian bawah utk
meningkatkan
infasi paru.
3. Dorong 3. Memudahkan
untuk batuk / ekspansi paru,
nafas dalam mobilisasi sekresi,
mengurangi resiko
pneumonia
4. Berikan O2 4. Hipoksia mungkin
jika terjadi akibat
dibutuhkan depresi pernafasan
2) Penurunan Setelah 1. Monitoring 1. Bila ada perubahan
kesadaran dilakukan TTV yg bermakna
b/d Defresi perawatan merupakan indikasi
sistem diharapkan dari penurunan
saraf pusat tingkat kesadaran
kesadaran
klien dapat
dipertahankan 2. Observasi 2. Penurunan
Dengan tingkat kesadaran sebagai
kriteria hasil kesadaran indikasi penurunan
Kesadaran pasien aliran darah ke otak
Composmentis
TTV dalam 3. Kaji adanya 3. Gejala tersebut
batas normal tanda distres merupakan
pernafasan, manifestasi dari
nadi cepat, perubahan pada
sianosis dan otak, jantung dan
kolapsnya paru
pembuluh
darah
( Bila perlu )
3) Resiko Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui
gangguan dilakukan intake dan inteke dan
keseimban tindakan output output cairan
gan cairan keperawatan cairan
Tubuh b/d diharapkan 2. Observasi 2. Mual muntah
output kekurangan adanya mual dapat
yang cairan tidak muntah menyebabkan
berlebihan terjadi dengan kekurangan
kriteria hasil cairan
TTV normal, 3. Pantau TTV 3. Hipotensi,
output cairan takikardi
normal peningkatan
pernafasa meng
indikasikan
kekurangan
cairan(dehidrasi
/Hipopolemia
5.implementasi
No Tgl dan Diagnosa Tindakan
jam ke
1 Kamis DP 1 1. Pantau tingkat irama pernafasan,
27-06- suara nafas serta pola pernafasan.
2015 2. Tinggikan Kepala tempat tidur
/18.00 3. Dorong untuk batuk / nafas dalam
wib 4. Berikan O2 jika dibutuhkan
2 Jumat 28- DP 2 1. Monitoring TTV
06-2015 2. Observasi tingkat kesadaran pasien
/10.00 3. Kaji adanya tanda distres pernafasan,
wib nadi cepat, sianosis dan kolapsnya
pembuluh darah
( Bila perlu )
3 Sabtu DP 3 1. Monitor intake dan output cairan
29-06- 2. Observasi adanya mual muntah
2015 / 3. Pantau TTV
14.00 wib
6.Evaluasi
No Hari / tgl Diagnosa Perkembangan
1 Kamis 27- DP 1 - pola nafas efektif
06-2015 - RR dalam batas normal
/18.00 wib - jalan nafas bersih
- tidak ada sekret
2 Jumat 28-06- DP 2 - TTV dalam batas normal
2015 - tingkat kesadaran klien dapat
/10.00 wib dipertahankan Dengan Kesadaran
Composmentis
3 Sabtu DP 3 - Intake dan output cairan dalam
29-06-2015 / batas normal
14.00 wib - mual muntah teratasi
- TTV normal
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke
arah kematian yang membutuhkan pendekatan dengan perawatan Palliative
sehingga menambah kualitas hidup seseoran. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh
Indonesia.Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya
dan tenaga terkait serta Institusi-institusi terkait. Prinsip perawatan palliative
adalah menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan
keluarga pasien,dukungan untuk caregiver, Palliative care merupakan accses yang
competent dan compassionet, mengembangkan profes-sional dan social support
untuk pediatric palliative care
DAFTAR PUSTAKA