Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MIKROBIOLOGI

PARASIT

“Echinococcus Granulosus”

OLEH :

NOPA OSPITA SARI

1813201009

DOSEN PEMBIMBING

HARRY ADE SAPUTRA,M.Si

PROGRAM STUDI

S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita bersama, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang saya beri judul
“Echinococcus Granulosus ”.
Adapun makalah parasit echinococcus granulosus ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin , sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bukittinggi, 17 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.........................................................................................................


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................

BAB II DASAR TEORI

2.1 Morfologi.................................................................................................................

2.2 Distribusi geografis..................................................................................................

2.3 Siklus hidup..............................................................................................................

2.4 Akibat yang ditimbulkan..........................................................................................

2.5 Pemeriksaan Laboratorium.......................................................................................

2.6 Pengobatan dan Pencengahan..................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................

3.2 SARAN...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Echinococcus granulosus yaitu cacing pita subkelas cestoda,kelas cestoidea,dan filum


phlatyhelmintes. Cacing dewasa nya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup
di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang
menyerupai pita,biasanya pipih dorsoventral,tidak mempunyai alat cerna atau saluran
vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila
dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi
sebuah alat pelekat,disebut skoleks,yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies
penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah Taenia saginata,
T.solium, Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, dan
E.multilokularis.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian echinococcus granulosus ?


2. Bagaimana morfologi echinococcus granulosus ?
3. Bagaimana distribusi geografis echinococcus granulosus?
4. Bagaimana siklus hidup echinococcus granulosus ?
5. Apa akibat yang ditimbulkan echinococcus granulosus?
6. Bagaimana pemeriksaan laboratorium echinococcus granulosus ?
7. Bagimana cara pengobatan dan pencengahan echinococcus granulosus ?

1.3 TUJUAN

1.Mengetahui pengertian echinococcus granulosus!


2.Mengetahui bagaimana morfologi!
3.Mengetahui bagaimana distribusi geografis!
4.Mengetahui bagaimana siklus hidup!
5.Mengetahui apa akibat yang ditimbulkan!
6.Mengetahui bagaimana pemeriksaan laboratorium!
7.Mengetahui bagaimana pengobatan dan pencengahan!
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN

Echinococcus Granulosus Penyakit cacing pita pathogen anjing pada manusia


diproduksi oleh kista-kista yang merupakan tahap larva dari cacing Echinococcus granulosus.
Beni benih cacing dibentuk didalam kista kista yang mengandung 30-40 protosoleses. Setiap
Protosoleses sanggup berkembang menjadi cacing dewasa.

Simtom tergantung pada lokasi kista didalam tubuh dan berkembang akibat tekanan,
Infeksi atau gesekan panas organ tubuh, yang paling umum Echinococcus granulosus
berkembang di lever, beberapa di otak, paru paru dan ginjal serta Jantung, kelenjar gondok
dan tulang juga bisa menjadi tempat berkembang, tapi sangat jarang terjadi. Kista didalam
tubuh bisa tetap hidup atau mati terurai menjadi calcium. Mereka bisa dideteksi lewat sinar
X .Prognosis umumnya bagus dan tergantung wilayah dan potensi luka dan penyebaran
organ dalam tubuh. Kista yang tiba tiba pecah sebelum waktunya bisa menyebabkan alergi,
Pasien yang kistanya sudah mati dan berubah menjadi kalsium masih memiliki infeksi aktif
dalam dirinya.

Cacing Echinococcus granulosus Cacing ini mempunyai 3 sampai 5 ruas, cacing ini
termasuk cacing yang berukuran pendek. Cacing dewasa terdapat dalam usus halus anjing,
serigala, fox dan beberapa binatang liar pemakan daging. Larvanya disebut kista hydatid
yang umumnya terdapat di dalam hati, paru-paru, jeroan lain dan jaringan-jaringan lain dari
manusia, sapi, domba, babi yang ketularan larva cacing pita ini karena kemasukan telur
cacing dan telur tersebut akan menetas dalam usus manusia atau hewan-hewan tersebut
akan menetas dalam usus manusia atau hewan-hewan tersebut kemudian berimigrasi dan
tumbuh menjadi larva (kista hydatid). Anjing ketularan cacing pita Echinococcus granulosus
ini karena makan daging terutama jeroan sapi, domba, kambing dan babi yang mengandung
kista hydatid. Hospes definitif : Anjing dan carnivora lainnya. hidatidosis (tipe
unilokular),Manusia terinfeksi oleh stadium larva.Penyebaran : Australia, Afrika,Amerika,
Eropa, RRC, Jepang, Filipina dan Arab.

2.2 DISTRIBUSI / TAKSONOMI Echinococcus granulosus

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Famili : Taeniidae
Genus : Echinococcus

Spesies : Echinococcus granulosus

Echinococcus granulosus merupakan cacing dari kelas cestoda yang paling kecil.
Pada manusia cacing ini dapat menimbulkan penyakit Echinococcosis cystic, penyakit ini
disebut juga dengan hidatid atau hidatidosis. Hospes definitif parasit ini adalah anjing dan
hewan carnivora lain, sedangkan hospes intermediernya adalah hewan herbivora (domba,
kambing, babi, sapi, kuda, unta).
Alveolar echinococcosis ditandai oleh tumor parasit di hati dan dapat menyebar ke
organ lain termasuk paru-paru dan otak. Pada manusia bentuk larva Echinococcus
multilocularis tidak sepenuhnya matang menjadi kista tetapi menyebabkan vesikel yang
menyerang dan menghancurkan jaringan di sekitarnya dan menyebabkan ketidaknyamanan
atau rasa sakit, penurunan berat badan, dan rasa tidak enak. Alveolar echinococcosis dapat
menyebabkan gagal hati dan kematian karena penyebaran ke jaringan terdekat. Alveolar
echinococcosis adalah penyakit berbahaya yang mengakibatkan tingkat kematian antara 50%
dan 75%, terutama karena sebagian besar orang yang terkena dampak tinggal di lokasi
terpencil dan memiliki perawatan kesehatan yang buruk.

2.3 Siklus Hidup Echinococcus granulosus

Echinococcus granulosus dewasa hidup dalam lumen usus halus anjing → telur keluar
bersama tinja → tertelan hospes perantara (domba, kambing, babi, sapi, kuda, unta) atau
manusia → telur menetas di usus halus dan melepaskan onkosfer → menembus dinding usus
dan bermigrasi melalui sistem peredaran darah ke berbagai organ, terutama hati dan paru-
paru → onkosfer berkembang menjadi kista hidatid → kista hidatid membesar secara
bertahap menghasilkan protoscolices → hospes definitif menjadi terinfeksi dengan menelan
organ yang mengandung kista hidatid → menempel pada mukosa usus → berkembang
menjadi dewasa dalam waktu 32 – 80 hari.
2.4 Morfologi Echinococcus granulosus

Cacing dewasa Echinococcus granulosus (sumber : http://www.cdc.gov/)

Scolex Echinococcus granulosus (sumber : http://www.cdc.gov/)

Ciri-ciri cacing dewasa Echinococcus granulosus :


1.Cacing dewasa berukuran 2,5 – 9 mm
2.Scolex berbentuk bulat dengan rostelum yang menonjol, dua baris kait yang terdiri dari 30
– 60 kait-kait dan mempunyai 4 batil isap
3.Proglotid terdiri dari 3 buah antara lain : proglotid imature dimana organ genital belum
matang, proglotid mature dengan organ genital yang sudah lengkap dan ukurannya lebih
panjang daripada proglotid imature, dan proglotid gravid dengan uterus ditengah dengan 12 –
15 cabang yang melebar terdiri atas ± 500 telur

Telur Echinococcus

Ciri-ciri telur Echinococcus granulosus :


1.Telur berbentuk bulat
2.Ukuran 30 – 37 μm
3.Dinding 2 lapis, mempunyai silia (bulu getar)
2.5 Akibat atau Gejala Echinococcosis

Echinococcus disebabkan oleh cacing Echinococcus granulosus atau Echinococcus


multilocularis. Gejalanya :

 Sakit perut
 Kulit gatal
 Batuk
 Nyeri dada
 Demam

Patologi dan Gejala Klinis

•Ada beberapa hal gejala, yaitu:


1. Desakan kista hidatid
2. Cairan kista yang dapat menmbulkan reaksi alergi
3. Pecahnya kista, cairan kista masuk peredaran darah, dapat menimbulkan renjatan
anaflaktik yang dapat menyebabkan kematian
•Gejala-gejala lain: hemoptisis ringan, batuk, dispnea, sakit dada yang tidak menetap,
palpitasi, urtikaria.
•Infeksi ditandai dengan adanya pembentukan kista tunggal unilokular atau majemuk
yang membesar.

Seseorang yang terinfeksi echinococcosis sering kali tanpa gejala sampai kista hidatid
yang mengandung parasit larva tumbuh menjadi besar yang menyebabkan ketidaknyamanan,
rasa sakit, mual, dan muntah. Kista tumbuh selama beberapa tahun sebelum mencapai
kematangan dan tingkat di mana gejala muncul biasanya tergantung pada lokasi kista. Kista
terutama ditemukan di hati dan paru-paru tetapi juga dapat muncul di limpa, ginjal, jantung,
tulang, dan sistem saraf pusat, termasuk otak dan mata. Pecahnya kista paling sering
disebabkan oleh trauma dan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis ringan hingga berat,
bahkan kematian, sebagai akibat dari pelepasan cairan kistik.

2.6 Cara Pemeriksaan Laboratorium Echinococcosis

Pemeriksaan laboratorium ada 2 macam cara yaitu :

A. Metode kompresi
Spesimen berupa sepotong daging/organ diperoleh dari otopsi atau biopsi, diletakan
diantara gelas obyek dan ditekan sampai otot menjadi tipis, kemudian diperiksa
dengan mikroskop.
B. Pemeriksaan Serologi
Immunodiagnostic Test, Haemagglutination/Flucculation technique, Complemen
Fixation Test, Skin Test, dan ELISA.

Diagnosa klinis berdasarkan adanya tumor berupa kista di hati. Pemeriksaan


laboratorium yang bisa dijalankan adalah tes castoni atau tes serologi lainnya. Diagnosa dapat
juga ditegakkan dengan pemeriksaan histologis dari hasil pembedahan.
2.7 Pencegahan dan Pengobatan Echinococcosis

Pencegahan Echinococcosis :
1.Jauhkan anjing dari tempat pemotongan hewan dan tidak boleh makan makan sisa atau
sampah hasil dari pemotongan hewan
2.Berikan obat anti cacing pada anjing 1-2 kali dalam setahun.
3.Mengontrol populasi anjing liar
4.Jangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang kemungkinan terkontaminasi oleh
kotoran anjing
5.Cuci tangan dengan sabun setelah memegang anjing, dan sebelum makan
6.Mengajari anak-anak pentingnya mencuci tangan untuk mencegah infeksi
7.Infeksi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan tinja anjing, terutama pada
anak-anak.
8.Meningkatkan kesadaran higienis dan sanitasi air.
9.Menjaga kebersihan dan kesehatan hewan piaraan terutama anjing dan kucing.
10.Cara terbaik untuk menghindari infeksi manusia adalah menghindari menelan makanan
atau bahan lain yang terkontaminasi dengan kotoran anjing.

Pengobatan Echinococcosis Granulosus :

*Dilakukan dengan pembedahan yang hanya berhasil pada penderita dengan kista unilokuler.
*Dengan mebendazol selama jangka waktu panjang pada dosis rendah.

Dimasa lalu, operasi adalah satu-satunya pengobatan untuk kista echinococcal kistik.
Kemoterapi, tusukan kista, dan PAIR (Percutaneous Aspiration, Injection of chemicals and
Reaspiration) telah digunakan untuk menggantikan operasi sebagai perawatan yang efektif
untuk echinococcosis kistik. Namun, pembedahan tetap merupakan pengobatan yang paling
efektif untuk menghilangkan kista dan dapat menyebabkan penyembuhan total. Beberapa
kista tidak menyebabkan gejala apa pun dan tidak aktif; kista-kista itu seringkali hilang tanpa
pengobatan.

Banyak pasien dapat diatasi dengan Albendazole atau mebendazole. Namun jika kista
berada pada lokasi yang sulit, kemungkinan dioperasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Echinococcus Granulosus Penyakit cacing pita pathogen anjing pada manusia


diproduksi oleh kista-kista yang merupakan tahap larva dari cacing Echinococcus granulosus.
Beni benih cacing dibentuk didalam kista kista yang mengandung 30-40 protosoleses. Setiap
Protosoleses sanggup berkembang menjadi cacing dewasa

Echinococcosis (Ekinokokus) adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pita


parasit. Penyakit ini sering juga disebut hydatidosis, penyakit hidatid, hidatidosis. Ada dua
jenis utama dari penyakit ini, ekinokokosis sistik dan ekinokokosis alveolar. Dua jenis lainnya
yang lebih jarang ditemukan adalah ekinokokosis polisistik dan ekinokokosis unisistik.
Penyakit ini sering kali diawali tanpa gejala dan bisa berdiam dalam tubuh penderita selama
bertahun-tahun. Gejala dan tanda-tanda yang diperlihatkan tergantung pada lokasi dan
ukuran kista. Ekinokokosis alveolar biasanya diawali di liver namun bisa menyebar ke
bagian-bagian lain tubuh, misalnya paru-paru atau otak. Ketika livernya terserang penyakit
ini, penderita akan mengalami rasa sakit di bagian perut, penurunan berat badan, dan
warna kulit menjadi kuning. Penyakit paru-paru bisa menyebabkan rasa sakit di dada, nafas
tersengal-sengal dan batuk.

3.2 SARAN

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : https://medlab.id/echinococcus-granulosus/

Sumber : detikhealth.com

https://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/08/18/echinococcus-granulosus/

http://wiki.isikhnas.com/images/a/a7/Penyakit_ECHINOCOCCOSIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai