PARASITOLOGI VETERINER
M. YOGRI BHAGASKORO
2002101010001
Kelas : 03
A. Taksonomi Taenia
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
B. Taksonomi Moniezea
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Anoplocephalidae
Genus : Moniezia
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taenidae
Genus : Echinococcus
3. MORFOLOGI UMUM
A. Taeniasis
B. Monieziasis
Moniezia expansa memiliki tubuh cestode yang khas , terdiri dari skoleks
anterior berukuran lebar 0,3-0,8 mikron yang di lengkapi dengan prominant
sucker, sucker pada kepala terdapat empat buah yang berfungsi sebagai pelekat
tampa pengait, serta diikuti oleh leher dan tubuh, strobilus. Telur Moniezia
expansa berkembang dalam uteri dari proglotid yang masak dan akan pecah
sebelum atau sesudah proglotid terpisah. Bentuk telur dari Moniezia expansa
berbentuk triangular dengan diameter 57 mikron. menyerang usus kecil pada
domba, kaning, sapi dan ruminansia lainya. Panjang cacing ini bisa mencapai
panjang 2-6 m dengan lebar 1-6 cm.
C. Echinococcosis
4. SIKLUS HIDUP
A. Taeniasis
Dalam kondisi alam kehadiran Cystisercus pada otot sapi tidak berasosiasi
pada suatu gejala klinis apapun, walaupun pada pedet atau anak sapi yang
terinfeksi secara massif akan menderita miokarditis dan kerusakan hati, yang
merupakan akibat manifestasi dari keberadaan Cystisercus di dalam hati
(Unquhart, 2002).
Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan
mentah atau setengah matang, Cysticercus bovis akan mengadakan evaginasi
(penonjolan keluar). Protoskoleks akan melekat pada mukosa usus, untuk
menjadi dewasa (masa inkubasi) membutuhkan 8-10 minggu (Natadisastra et al.,
2009; Soeharso, 2002). Dalam referensi lain disebutkan bahwa cacing Taenia
saginata menjadi dewasa setelah 10-12 minggu (sekitar 2 bulan) (Marianto,
2011). Enzim enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva
cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang
hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan. Cacing Taenia saginata yang
menempel tersebut yang menyebabkan seseorang mengalami Taeniasis (infeksi
cacing pita) (Martoyo, 2012). Pada cacing jenis ini (beef tapeworm) manusia
merupakan inang (hospes) definitive. Cacing dewasa Taenia saginata
menimbulkan infeksi pada usus manusia (Hartono, 2005). Menurut (Natadisastra
et al, 2009) cacing dewasa hidup di bagian atas jejunum. Cacing ini dapat
bertahan hidup sampai 25 tahun. Pada tubuh manusia biasanya ditemukan hanya
satu ekor cacing dewasa.
Siklus hidup Taenia saginata
B. Monieziasis
C. Echinococcosis
5. PATOGENESA
A. Taeniasis
Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging sapi yang mentah
atau setengah matang dan mengandung larva cysticercus. Di dalam usus halus,
larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gastero intestinal seperti
rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat,
diare. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk sehingga terjadi anemia,
malnutrisi. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid
menyasar masuk apendiks, atau terdapatileus yang disebabkan obstruksi usus oleh
strobilla cacing. Berat badan tidak jelas menurun. Sistiserkus hidup hanya
menimbulkan sedikit peradangan jaringan sekitar dan hanya hidupnya, sistiserkus
harus mampu hidup dalam otot hospes selama berminggu-minggu sampai
bulanan. Oleh karena itu, kista akan mengembangkan mekanisme untuk
mengatasirespon imun penjamu. Pada hewan yang telah terinfeksi sebelumnya
dengan stadium kistakebal terhadap reinfeksi onkosfer.
A. Monieziasis
Pada umumnya hanya hidup pada hewan dibawah 6 bulan dan terlihat
gejala yang timbul, meskipun parasit ini juga dapat terdapat pada hewan-hewan
dewasa juga bisa. Gejalaklinisnya tidak diketahui dengan jelas. Infeksi M.
expansa secara umum tubuh melemah danasymptomatic, bahkan ketika ada
dalam jumlah besar di dalam hewan muda yang seringterserang. Bagaimanapun
infeksi berat dapat menyebabkan terhambatnya sistem digesti,diare dan
kehilangan berat badan. Jaringan usus akan mengalami kerusakan akibat infestasi
cacing dewasa. Sedangkan jaringan otot akan terganggu saat cysticercus tersebar
keseluruh tubuh terutama di jaringan otot.dan akan nampak kista-kista di jaringan
otot.
B. Echinococcosis
6. GEJALA KLINIS
A. Taeniasis
Gejala klinis yang muncul pada penderita cacing pita Taeniasis saginata
adalah terjadi inflamasi sub-akut pada mukosa usus. Gelaja klinis taeniasis ini
bervariasi dan tidak patognomonis. Sebagian kasus tidak menunjuk kan gelaja.
Gejala dapar timbul karena ritasi usus dan juga toksin yang dihasilkan cacing.
Gelaja klinis yang dapat timbul antara lain nafsu makan menurun, mual,
kekurangan gizi, berat badan menurun, diare, pusinh, sukar buang air besar.
Proglotid dari taenia dapat berimigrasike berbagai seperti uterus, apendiks,
duktus biliaris, dan nasofaring sehingga dapat menyebabkan appendisitis,
kolesistitis dan lain-lain.
B. Monieziasis
Gejala klinis sapi yang terinfeksi cacing expansa tidak akan nampak
dalam waktu yang sangat singkat, gejala akan nampak jika penyakit sudah parah.
Gejala yang tampak adalah sapi mengalami ganguan pencernaan seperti diare dan
ganguan absorb makanan namun, gejala akut seperti keracunan yang diakibatkan
racun yang dihasilkan dari eksresi cacing dewasa dapat menyebabkan ganguan
metabolisme pada sapi. Infeksi ringan akan menyebabkan ganguan pencernaan
dan hambatan pertumbuhan. Sedangkan infeksi beratakan menyebabkan diare
karena darah diserap oleh cacing dewasa yang melekat pada dindingmukosa usus,
dan menyebankan diareprofus karena ganguan penyerapan makanan,
pertumbuhan akan terhambat dan bisa bersifat fatal pada anak sapi.
C. Echinococcosis
7. DIAGNOSIS
A. Taeniasis
B. Monieziasis
Diagnosis Moniezia expansa dilakukan dengan analisis sampel feses di
mana telur dapat dideteksi, atau sering dengan observasi proglottid gravid di
feses dan anus. Terlihatnya segmen yang menggantung di anus atau adanya
potongan segmen cacing bersama tinja dan disertai dengan gejala klinis cukup
memberikan petunjuk adanya infeksi cacaing Moniezea pada kambing. Apabila
potongan cacing tidak ditemukan, maka diagnosis didasarkan dengan
pemeriksaan telur cacing di bawah mikroskop.
C. Echinococcosis
1. Pemeriksaan hematologi
Dilakukan pemeriksaan darah dengan melihat jumlah eosinofil dan
dilihat presentase jenis eosinfil pada pemeriksaan differensial lekosit.
Eosinofilia sering terjadi sekitar 20-25% pada kasus infeksi Echinococcus
granulosus namun tidak terlalu memberi makna yang berarti
3. Mikroskopik Jaringan
6.Tes Radiologi
8. PROGNOSA
A. Taeniasis
C. Echinococcosis
9. TERAPI
A. Taeniasis
- Kimia :
- Herbal :
Kulit akar dan kulit kayu Punica granatum L.( delima ) dapat digunakan
untuk cacingan terutama cacing pita (Taeniasis) ( Nadra, 2011 ).
Kandungan aktif dalam buah pinang antara lain alkaloida yang sedikit
mengandung racun. Hal inilah yang membuat biji buah pinang digunakan sebagai
pembasmi penyakit cacingan terutama cacing pita.
B. Monieziasis
- Kimia :
4. Yosemen 75 mg/kg BB
- Herbal :
10. PREVENTIF
A. Taeniasis
Untuk mencegah, mengendalikan, dan mungkin menghilangkan T.
solium, diperlukan intervensi kesehatan masyarakat yang tepat dengan
pendekatan yang mencakup sektor veteriner, kesehatan manusia, dan lingkungan.
Delapan intervensi untuk pengendalian T. solium dapat digunakan dalam
kombinasi berbeda yang dirancang berdasarkan konteks di negara-negara:
pengobatan kasus taeniasis; intervensi pada babi (vaksinasi plus pengobatan
antelmintik) bersama dengan pemberian obat massal strategis untuk taeniasis;
pendidikan kesehatan, termasuk kebersihan dan keamanan pangan; peningkatan
sanitasi; peningkatan peternakan babi; dan peningkatan inspeksi daging dan
pemrosesan produk daging.
B. Monieziasis
Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap cacing
Moniezea, selain tindakan pengobatan pada ternak yang sakit, juga harus
dilaksanakan pemberantasan terhadap insekta (serangga) yang dapat digunakan
sebagai inang antara.
C. Echinococcosis
11. KERUGIAN
A. Taeniasis
B. Moniezia
C. Echinococcosis
Sutanto, I., Ismid, I.S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., (2013). Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran, Edisi ke-4 Penerbit Buku Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Marianto. (2011). Kontaminasi Sistiserkus pada Daging dan Hati Sapi dan Babi
yang Dijual di Pasar Tradisional pada Kecamatan Medan Kota. Medan,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1. Taenia saginata