TINJAUAN PUSTAKA
sangat cepat berkembang biak, cocok sebagai penghasil daging, serta mampu
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Upafamili : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : C. aegagrus
Sub spesies : C. a. hircus
yang sering terjadi pada kambing dan domba. Hal ini disebabkan karena
kebiasaan ternak merumput, sumber air minum yang kotor dan sanitasi kandang
yang kurang baik. Kerugian yang ditimbulkan akibat infestasi cacing saluran
kematian pada infestasi parasit cacing yang berat (Hassan et al., 2011 dan Ayaz et
al., 2013). Di samping itu, infestasi parasit cacing akan menimbulkan lemahnya
4
kekebalan tubuh, sehingga ternak lebih rentan terhadap infeksi penyakit patogen
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylida
Super Famili : Trichostrongylidae
Famili : Trichostrongylidae
Genus : Trichostrongylus
Cooperia
Nematodirus
Haemonchus
Mecistocirrus
Oesophagostomum
Bunostomum
lebih besar dibanding individu jantan. Organ reproduksi jantan dan betina
terpisah. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung
yang meruncing, tubuhnya tidak beruas. Nematoda berbentuk bulat pada potongan
melintang, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan
sel langsung dibawahnya untuk melindungi diri dari enzim pencernaan inang.
badan cacing nematoda dilapisi dengan selaput seluler yang disebut pseudosel
terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior,
5
sedangkan anus terdapat pada ujung posterior. Beberapa memiliki kait pada
seluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. Cacing nematoda tidak memiliki
6
Telur nematoda memiliki kulit yang tersusun dari kapsul kitin yang
transparan. Bagian luar telur terdapat permukaan eksternal yang terdiri dari
lapisan protein yang halus, bagian dalam telur terdapat lapisan lipid atau lapisan
lemak internal (membrane vitelline) yang tipis dan terdapat cairan yang mengisi
ruang yang memisahkan kapsul dan embrio di dalam telur (Georgi, 1969).
Telur yang dihasilkan oleh cacing betina dewasa keluar bersama feses. Telur
berembrio akan menetas di luar tubuh inang menjadi stadium larva 1 (L1) yang
dapat terjadi secara cepat selama 7 sampai 14 hari. Ketika larva sudah mencapai
fase larva infektif, larva tersebut dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan
perkembangan larva ke tahap dewasa. Total siklus hidup dari telur menuju telur
7
Loyacano, 2001). Gambar 3 menunjukkan siklus hidup cacing nematoda
gastrointestinal.
kelenjar lambung dan berkembang menjadi L4 selama sepuluh hingga empat belas
2.2.3 Nematodiasis
makanan, darah, cairan tubuh dan memakan jaringan tubuh. Dalam jumlah cacing
8
nematoda banyak dapat menyebabkan sumbatan usus dan menyebabkan
terjadinya berbagai macam reaksi tubuh akibat toksin yang dihasilkan (Beriajaya
dan Priyanto, 2004). Terdapat sekitar 10.000 jenis nematoda yang hidup di segala
jenis habitat mulai dari tanah, air tawar, air asin, tanaman, hewan dan manusia
(Kennedy, 2004). Cacing nematoda umumnya berada pada daerah yang memiliki
kelembaban tinggi dikarenakan cocok untuk menetasnya telur dan larva infektif
bertahan hidup. Kadarsih dan Siwitri (2004) menjelaskan bahwa dataran rendah
Cooperia spp (Preston et al., 2014). Cacing strongly yang ditemukan pada
Kota Kupang pada musim kemarau adalah golongan strongil, Strongyliodes, dan
63,33% dan trichurosis sebesar 30,00%, hal ini disebabkan oleh faktor musim. Di
musim kering, larva cacing strongil banyak yang mati di lingkungan karena
dengan telur infektif sehingga larva terlindungi oleh kerabang telur dan dapat
mulai makan sisa tumbuhan yang dekat dengan permukaan tanah, sehingga
9
memperbesar peluang terinfeksi Trichuris dan Strongyloides yang termasuk soil
transmitted helminth (Pfukenyi dan Mukaratirwa 2013 dalam Laut et al., 2019).
cacing dewasa dan akan bermigrasi menuju organ yang sesuai untuk
sari makanan dari host. Cacing nematoda juga menghisap darah atau cairan tubuh
seperti penurunan berat badan, bulu rontok dan kusam, tubuh lemah, dan diare
dikarenakan mukosa usus halus dan lambung tempat cacing menghisap darah
Pemeriksaan telur cacing dilakukan dengan metode natif, metode apung dan
10
histopatologi dan patologianatomi juga dapat dilakukan untuk mendiagnosa
nematodiasis.
dengan jenis obat cacing yang tepat, sehingga pengobatannya menjadi lebih
2.3 Antihelmintik
mengurangi atau menghilangkan cacing dalam lumen usus dan jaringan tubuh
hewan atau manusia. Obat cacing komersial sudah digunakan sejak lama di
berbagai negara untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh infeksi cacing,
membasmi cacing. Cacing yang sering terpapar oleh obat cacing akan menjadi
resisten. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu jenis cacing, sehingga
diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu (Syarif dan
11
digunakan pada kambing dan domba, sedangkan Tabel 2 menunjukkan cara kerja
12
Thiopanate Semua jenis 50 mg/kg
nematoda saluran
pencernaan
Netobimine Semua jenis 7,5 mg/kg (20
nematoda saluran mg/kg untuk
pencernaan, menghambat
cacing hati, larva,cacing hati
cacing pita dan cacing pita)
Imidazothiazole Levamisole Semua jenis 7,5 mg/kg
nematoda saluran
pencernaan dan
cacing paru
Morantel Semua jenis 10 mg/kg
nematoda saluran
pencernaan
Makrosiklik Ivermectin Semua jenis 0,2 mg/kg
lakton nematoda dan
ektoparasit
(Sumber: Brander et al., 1991 dalam Beriajaya et al., 2002)
13
Gologan kimia Obat ( Zat Aktif) Cara Kerja
Benzimidazole Albendazole Disrupsi dari
Oxfendazole mikrotubulus
Fenbendazole
Thiabendazole
Probendazole Febantel Disrupsi dari
Netobimine mikrotubulus
Imidazothiazole Levamizole (LEV) Agonis reseptor
Tetramizole nicotinic
acetylcholine
Tetrahydrophyrimidines Morantel Agonis reseptor
Pyrantel nicotinic
acetylcholine
Makrosiklik lakton (MLs) Ivermectine Agonis
Glutamate- gatted
Doramectine
chloride channel
Eprinomectine
Abamectine
Milbemycines Milbemycine Agonis
Moxidectine Glutamate- gatted
chloride channel
untuk ternak ruminansia yang paling banyak digunakan adalah dari golongan
benzimidazole (BZ) karena mudah didapat dan efektivitasnya baik (Astiti et al.,
2011).
2.3.1 Albendazole
adalah obat cacing derivat BZ. Albendazole merupakan obat cacing berspektrum
luas yaitu memiliki daya bunuh pada berbagai jenis cacing nematoda
14
Trichostrongylus spp., Nematodirus spp., Oesophagostomum spp., Bunostomum
domba, babi, anjing, kucing, dan mamalia lainnya (Katzung, 2004). Pada
pemberian peroral obat ini diserap oleh usus dan cepat dimetabolisme menjadi
albendazole sulfoksida dan sebagian besar diekskresi melalui urin dan feses.
Waktu paruh albendazole 8 sampai 9 jam, sebagian besar metabolit terikat dengan
protein dan didistribusi ke jaringan. Efek samping dari albendazole adalah nyeri
pembentukan mikrotubulin pada sel nematoda. Hal ini berakibat hilangnya fungsi
serap usus parasit dan menurunkan pemasukan glukosa yang berakibat sel parasit
jaringan pada parasit (Riviere dan Papich, 2018). Obat ini juga memiliki efek
dan infeksi cacing tambang serta efek ovisidal (membunuh telur) pada ascariasis,
15
2.4 Resistensi Antihelmintik
peternakan saat ini hampir seluruhnya tergantung pada penggunaan obat cacing.
Penggunaan obat cacing secara terus menerus dengan dosis yang kurang tepat
terhadap obat cacing golongan tertentu. Resistensi ditandai jika obat cacing yang
digunakan tidak 100% efektif, artinya obat cacing tersebut tidak dapat membunuh
semua jenis cacing yang ada. Bila efikasi berkisar antara 90 sampai 100% maka
obat cacing tersebut masih dapat digunakan, tetapi bila efikasi mencapai <80%
maka obat cacing harus segera diganti dengan golongan yang berbeda, sedangkan
bila efikasi antara 80 % sampai 90% obat cacing harus digunakan dengan hati-
hati, artinya strain cacing yang sudah resisten tidak boleh menyebar ketempat lain
pemakaian obat cacing (Maroto et al., 2011 dalam Yanuartono et al., 2019).
sebagai akibat dari pemakaian obat secara berulang-ulang (Garg et al., 2007).
ditemukan pada domba-domba di Inggris tahun 1983. Obat cacing dari golongan
levamizole (Lev) dan makrosiklik lakton (MLs) juga banyak digunakan karena
obat cacing golongan BZ, Lev, MLs telah terjadi hampir di seluruh dunia dan
16
80% peternakan domba dinyatakan telah resisten terhadap BZ dan Lev (Waller et
al., 1995). Menurut Borgsteede et al. (1996) kejadian resistensi terhadap obat
cacing kemungkinan besar merupakan hasil adaptasi cacing yang resisten pada
resisten, atau sebab lain seperti kontaminasi partikel feses yang mengandung
jangka panjang dan rotasi penggunaan obat cacing yang tidak tepat dalam suatu
2002).
Uji ini dapat dilakukan untuk semua golongan obat cacing terhadap semua jenis
nematoda pada ternak ruminansia, kuda dan babi. Uji ini memberikan estimasi
efektivitas obat cacing dengan membandingkan jumlah telur cacing per gram
feses sebelum dan sesudah pengobatan dimana interval waktu yang diperlukan
tergantung pada golongan obat cacing yang digunakan (Coles et al., 2006).
17
Pemeriksaan jumlah telur cacing dilakukan sebelum pemberian obat
cacing dan 10 hari setelah pemberian obat cacing. Bila jumlah telur cacing setelah
10 hari pemberian obat cacing masih cukup banyak maka obat cacing yang
digunakan sudah tidak efektif atau sudah terjadi resistensi terhadap obat cacing.
Uji ini mudah dilakukan dan dapat diaplikasikan di laboratorium dan terhadap
semua golongan obat cacing serta semua jenis cacing nematoda yang telurnya
18