Anda di halaman 1dari 8

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel feses dilakukan pada bulan Febrruari

sampai Mei 2020 di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, kemudian dilanjutkan

dengan pemeriksaan sampel feses yang telah di koleksi di Laboratorium Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana.

3.2 Materi

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: mikroskop,

counting chamber, botol pot plastic, pipet plastic, tabung sentrifus, timer, mortar,

saringan, kantong plastic, kapas, dan ice box, label dan spidol, kamar hitung.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: obat

cacing albendazole, feses, garam (NaCl) jenuh, formalin 10%.

3.2.3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel acak sederhana digunakan untuk

menentukan hewan yang diambil fesesnya sebagai sampel dan juga menentukan

peternak yang diwawancara. Jumlah sampel yang akan digunakan yaitu feses dari

34 sampai 35 ekor kambing yang memperlihatkan gejala klinis terinfeksi cacing.

Jumlah sampel feses untuk menduga prevalensi penyakit pada tingkat

kepercayaan 95% dihitung menggunakan rumus menurut Thrusfield, (2005).

Penentuan sampel di kandang dilakukan secara acak (random).

25
N = jumlah populasi (kecil dan terhingga)

P = proporsi kejadian/prevalensi yang diasumsikan

e = galat dugaan yang diinginkan

sehingga untuk kepercayaan 90% dengan asumsi populasi

kambing yang terinfeksi galur resisten sebesar 10% dan galat dugaan yang

diterima maksimal 10%. Sehingga sampel feses kambing yang dibutuhkan adalah

34 sampai 35 sampel.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Koleksi Sampel Feses

Sampel feses dikoleksi secara langsung dari rektum ternak atau

feses segar dari lantai kandang berasal dari ternak-ternak yang rutin menggunakan

obat cacing. Sampel feses dimasukkan dalam kantong plastik dan diikat

sedemikian rupa sehingga tidak mengandung udara. Sampel feses tidak

dimasukkan dalam thermos es untuk menjaga supaya daya tetas telur cacing tidak

terganggu (Haryuningtyas et al., 2002).

3.3.2. Pemeriksaan Sampel Feses

Uji Kulitatif Metode apung (flotation methode), metode

pemeriksaan sampel menggunakan uji pengapungan dengan NaCl jenuh. Prinsip

dasar metode ini adalah berdasarkan atas berat jenis (BJ) telur cacing nematoda

26
yang lebih ringan dari larutan yang digunakan, sehingga telur cacing akan

terapung ke permukaan. Cara kerja metode pengapungan adalah dengan

menggunakan larutan garam jenuh atau gula jenuh sebagai alat untuk

mengapungkan telur. Metode ini terutama dipakai untuk pemeriksaan tinja yang

mengandung sedikit telur. Cara kerja dari metode ini berdasarkan Berat Jenis (BJ)

telur-telur yang lebih ringan daripada BJ larutan yang digunakan sehingga telur-

telur terapung dipermukaan, dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang

besar yang terdapat didalam tinja (Agoes dan Natadisastra 2009).

Feses dimasukkan ke dalam gelas plastik lalu ditambahkan air

dengan perbandingan 1:10. Feses dan air diaduk sampai rata kemudian disaring,

hasil saringan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus selanjutnya disentrifugasi

selama 2 sampai 5 menit dengan kecepatan 1500 rotasi per menit (rpm).

Supernatan dibuang, endapan ditambahkan air lagi seperti tahap sebelumnya

kemudian disentrifugasi lagi selama 2 sampai 5 menit dengan kecepatan 1500

rpm. Proses ini diulang sampai supernatan jernih. Setelah jernih, supernatan

dibuang dan disisakan sedikit, tambahkan larutan gula jenuh sampai 1 cm dari

mulut tabung, lalu disentrifugasi dengan cara yang sama. Setelah disentrifuse,

tabung sentrifugasi diletakkan di rak tabung dan pelan-pelan ditetesi dengan

larutan gula jenuh sampai cairan terlihat cembung pada mulut tabung sentrifugasi

lalu letakkan cover glass pada permukaan tabung sentrifugasi selama 5 menit.

Cover glass diangkat dan diletakkan di atas gelas obyek dan

diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 X (Mumpuni et al., 2007).

Uji Kuantitatif cara perhitungan kuantitas telur cacing dilakukan dengan

27
menggunakan metode Mc Master. Metode Mc Master dapat menentukan tingkat

keparahan infeksi telur cacing parasit dari hasil perhitungan egg per gram (EPG)

feses dengan menggunakan kamar hitung Mc Master (Mukti, 2006). Menimbang

feses sebanyak 2 gram dan masukkan ke dalam botol pot plastik, menambahkan

aquadest sebanyak 28 ml, mengaduk feses dan aquadest sampai homogen dengan

menggunakan mortar. Jika feses keras dan kering, dibiarkan dalam beberapa menit

sebelum dilakukan pengadukan. Kemudian siapkan tabung sentrifuge dan

mengisinya dengan 1 ml larutan NaCl dengan menggunakan pipet pasteur (pipet

tetes) kemudian tambahkan 1 ml campuran feses yang telah dilrutkan dan

homogenkan, setelah itu dengan pipet pindahkan ke dalam kamar Mc. Master dan

didiamkan selama 20 menit supaya telur dan kista mengapung ke permukaan.

Kamar Mc. Master diperiksa dengan menggunakan mikroskop

dan menfokuskan pada tiap-tiap kolom dimana dalam 1 kamar Mc. Master berisi

6 kolom. jumlah telur yang terlihat pada tiap-tiap kolom dihitung. EPG dihitung

dengan rumus: EPG = 2n x 50, n : Jumlah telur cacing yang terhitung dalam

kamar hitung EPG : Egg per gram (telur cacing per gram) feses (Nezar, 2014).

3.3.2.1. Fecal Egg Count Reduction Test (FECRT)

Fecal Egg Count Reduction Test merupakan uji in vivo untuk

mengetahui adanya resistensi nematoda terhadap antelmentika golongan tertentu.

28
Uji ini dapat dilakukan untuk semua golongan antelmentika pada semua jenis

nematoda pada ternak ruminansia, kuda dan babi (Coles et al., 2006). Uji ini

memberikan estimasi efektivitas obat cacing dengan membandingkan jumlah telur

cacing per gram feses sebelum dan sesudah pengobatan dimana interval waktu

yang diperlukan tergantung pada golongan obat cacing yang digunakan (Coles et

al., 2006). Menurut Martin et al., (1989) interval antara pengobatan dan

pengamatan adalah lebih dari 10 hari, karena pada interval kurang dari 10 hari

produksi telur menurun karena efek obat sehingga dapat menyebabkan terjadi

estimasi yang salah pada efikasi obat cacing golongan benzimidazole. Menurut

Coles et al., (1992) memberikan rekomendasi untuk mengkoleksi sampel feses 10

sampai 14 hari setelah pengobatan dengan golongan benzimidazole yaitu

albendazole.

3.3.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ini merupakan kelanjutan dari

pengambilan sampel feses dengan melakukan metode uji pengapungan untuk

mengidentifikasi jenis telur cacing nematoda. Untuk mengetahui resistensi

terhadap obat cacing golongan tertentu dilakukan uji FECRT ( Fecal Egg Count

Reduction Test ). FECRT dilakukan dengan teknik modifikasi Mc Master

menggunakan larutan pengapung garam jenuh dengan batas deteksi 50 epg. Feses

sebanyak 2 g digerus dan ditambahkan dengan 60 ml garam jenuh, diaduk sampai

homogen. Cairan yang paling atas diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam

slide Mc Master untuk diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x.

29
Identifikasi telur Ostertagia berdasarkan karakter ukuran, bentuk, dan tahap

perkembangan telur (Foreyt 2001).

FECRT meliputi perhitungan rataan FEC, varian, upper, dan

lower 95 confidence limit sesuai rekomendasi dari WAAVP (World Association

for the Advancement of Veterinary Parasitology) oleh Coles et al., (1992) yang

merupakan pedoman untuk mengevaluasi efektivitas obat cacing pada ruminansia.

FECR dihitung dengan menggunakan rumus dari Mc Kenna, (2006): FECR () =

100 x [1-(T2/T1)]. T1 adalah rataan FEC pre-treatment pada kelompok yang

diberi perlakuan. T2 adalah rataan FEC post-treatment pada kelompok yang diberi

perlakuan. Menurut Coles et al., (1992), apabila terdapat 2 kriteria, yaitu 

reduksi pada FEC ≤ 95 dan lower confidence limit 95 ≤ 90, maka status

keefektifan obat cacing dinyatakan resisten. Apabila hanya satu dari dua kriteria

tersebut yang ditemukan maka status keefektifan obat cacing dinyatakan diduga

resisten.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium dianalisis

secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar-gambar.

30
Kambing kacang

Pengambilan feses

Identifikasi telur cacing nematoda


dengan uji apung

31
Pemeriksaan Jumlah Telur Cacing
dengan Metode Mc Masterr dan FECRT

Pemberian Obat Cacing

Pengambilan Feses
(10 hari setelah pemberian Obat Cacing)

Pemeriksaan Jumlah Telur Cacing


dengan Metode FECRT

Gambar 5. Alur Penelitian

32

Anda mungkin juga menyukai