Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan hospes dari beberapa nematoda usus cacing perut
yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Diantara
cacing perut terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah soil
transmitted helminths. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing
gelang Ascarislumbricoides cacing tambang Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus dan cacing cambuk Trichuris trichiura Jenis-jenis
cacing tersebut banyak ditemukan didaerah tropis seperti ndonesia. ada
umumnya telur cacing bertahan pada tanah yang lembab" tumbuh menjadi
telur yang infekti dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan
hospes defenitifnya.
Parasit merupakan kelompok biota yang pertumbuhan dan hidupnya
bergantung pada makhluk lain yang dinamakan inang. Inang dapat berupa
binatang atau manusia. Menurut cara hidupnya, parasit dapat dibedakan
menjadi ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah jenis parasit yang
hidup di permukaan luar tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang
hidup di dalam organ tubuh inangnya. Parasit yang hidup pada inangnya
dalam satu masa/tahapan pertumbuhannya seluruh masa hidupnya sesuai
masing-masing jenisnya.
Semakin banyak telur yang ditemukan di sumber kontaminasi (tanah,
debu, dan lainnya), semakin tinggi derajat endemi di suatu daerah. Jumlah
telur yang dapat berkembang, menjadi semakin banyak pada masyarakat
dengan infeksi yang semakin berat, karena terdeteksi di sembarang tempat,
khususnya di tanah, yang merupakan suatu kebiasaan sehari-hari.

Yang melatar belakangi dilakukan praktikum ini yaitu untuk dapat melihat
bentuk-bentuk telur cacing yang terdapat pada tanah dengan menggunakan
metode modifikasi apung tanpa sentrifugasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mendiagnosa adanya telur cacing pada tanah yang diperiksa.

1
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk telur cacing yang terdapat pada tanah.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum yaitu, dapat mengetahui bentuk-bentuk dari
telur cacing nematoda yang terdapat pada tanah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nematoda


Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris,
mempunyai saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris
serta panjangnya bervariasi dan beberapa milimeter hingga lebih dari satu
meter. Nematoda usus biasanya matang dalam usus halus, dimana sebagian
besar cacing dewasa melekat dengan kait oal atau lempeng pemotong. Cacing
ini menyebabkan penyakit karena dapat menyebabkan kehilangan darah,
iritasi dan alergi. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus.
Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Berdasarkan cara penyebaran, nematoda usus dibagi kedalam dua
kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan melalui tanah soil
transmitted heminths yaitu kelompok cacing nematoda yang membutuhkan
tanah untuk pematangan dari bentuk non-infektif menjadi bentuk infektif.
Nematoda usus banyak ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia dan
tersebar di seluruh dunia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies
yang ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing
menyerang semua golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila
infeksi cacing yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat
mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada
orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja. Diantara cacing usus
yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok “soil transmitted
helminth” atau cacing yang ditularkan melalui tanah, seperti Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura dan Ancylostoma sp (cacing tambang).
(Kadarsan, 2006)
2.2 Soil Transmitted Helminths (STH)
Soil Transmitted Helminths adalah sekelompok cacing parasit (kelas
Nematoda) yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak
dengan telur ataupun larva parasit itu sendiri yang berkembang di tanah yang
lembab yang terdapat di negara yang beriklimtropis maupunsubtropis
(Yazhid, 2013).

3
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kontaminasi tanah oleh
STH antara lain adalah :
1. Tanah
Sifat tanah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan telur
dan daya tahan hidup dari larva cacing. Tanah liat yang lembab dan teduh
merupakan tanah yang sesuai untuk pertumbuhan telur Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura. Tanah berpasir yang gembur dan
bercampur humus sangat sesuai untuk pertumbuhan larva cacing tambang
disamping teduh (Junus, 2015)
2. Iklim/Suhu
Iklim tropis merupakan keadaan yang sangat sesuai untuk
perkembangan telur dan larva STH menjadi bentuk infektif bagi manusia.
Suhu optimum untuk pertumbuhan telur Ascaris lumbricoides berkisar
25ºC, sedangkan telur Trichuris trichiura suhu optimum untuk tumbuh
adalah 30ºC. Larva Ancylostoma duodenale akan tumbuh optimum pada
suhu berkisar 23-25°C, sedangkan untuk Necator americanus berkisar
antara 28-32°C (Junus, 2015)
3. Kelembaban
Kelembaban yang tinggi akan menunjang pertumbuhan telur dan larva
dari STH. Pada keadaan kekeringan akan sangat tidak menguntungkan
bagi pertumbuhan STH. Kelembaban 80% sangat baikuntuk
perkembangan telur Ascaris lumbricoides sedang telur Trichuris trichiura
menjadi stadium larva maupun bentuk infektif pada kelembaban 87%.
(Junus, 2015)
4. Angin
Angin dapat mempercepat pengeringan sehingga dapat mematikan
telur dan larva. Selain ituangin juga dapat menyebarkan telur STH dalam
debu sehingga mempermudah penularan infeksi STH. (Junus, 2015)
Berikut ini spesies-spesies Soil Transmitted Helminths (STH) yang paling
sering menyebabkan infeksi kecacingan adalah :
1) Ascaris lumbricoides
2) Trichuris trichiura

4
3) Necator americanus
4) Ancylostoma duodenale
2.3 Jenis Telur Cacing Nematoda Usus
2.3.1 Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Ascaris Lumricoides merupakan parasit infeksi yang dapat
menyebabkan penyakit askariasis. Cacing ini tergolong dalam
superfamili Ascaroidea, genus Ascaris. Ascaris lumricoides yang
termasuk kelompok cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil-
Transmitted Helminthes), ditemukan secara cosmopolitan dengan
prevalensi tertinggi di daerah yang beriklim panas dan lembab dimana
keadaan hygiene dan kebersihan lingkungan kurang memadai Cacing
dewasa hidup pada usus halus manusia dengan panjang 20-40 cm, dan
diameter 0,5 cm. (Putra, 2011)

Gambar 2.3.1 Ascaris Lumricoides


Keterangan:
1) Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing
betina mampumenghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang
akan keluar bersama feses.
2) Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi
infective setelah18 hari sampai beberpaminggu di tanah.
3) Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum,
lembab, hangat, tempat teduh).
4) Telur infektiftertelan.
5) Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang
kemudianmenembus mucosa usus, masuk kelemjar getah
bening dan aliran darah dan terbawa sampai keparu-paru.

5
6) Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10-14),
menembus dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan
akhirnya terlelan kembali. Ketika mencapai usus halus, larva
tumbuh menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan mulai
tertelan telur infeksi sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2-3
bulan. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun dalam
tubuh (Yazhid, 2013).
Patogenesis :
Patogenesis berkaitan dengan jumlah organisme yang
menginvasi, sensitifitas individu, bentuk perkembangan cacing,
migrasi larva dan status nutrisi individu. Migrasi larva dapat
menyebabkan eosinophilia dan kadang-kadang reaksi alergi.
Bentuk dewasa dapat menyebabkan kerusakan pada organ akibat
invasinya dan mengakibatkan patogenesis yang lebih berat
(Yazhid, 2013).
Manifestasi Klinik :
Gejala klinik yang dapat muncul akibat infeksi dari cacing
Ascarislumbricoides antara lain rasa tidak enak pada perut, diare,
nausea, vomiting, berat badan menurun dan malnutrisi. Bolus yang
dihasilkan oleh cacing dapat menyebabkan obstruksi intestinal,
sedangkan larva yang migrasi dapat menyebabkan pneumonia dan
eosinophilia (Yazhid, 2013).
2.3.2 Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
Trichuris Trichiura, biasa disebut Trichocephalus atau lebih dikenal
dengan nama cacing cambuk. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak.
Penyakit cosmopolitan yang disebabkan oleh Trichuris Trichiura
adalah penyakit Trikuriasis. Cacing ini termasuk kelompok cacing yang
dtularkan melalui tanah dan terutama ditemukan di daerah tropis pada
anak usia 5-15 tahun. (Abdul, 2015).

6
Gambar 2.3.2 Trichuris Trichiura
Cara infeksi adalah telur yang berisi embrio tertelan manusia, larva
aktif akan keluar di usus halus masuk ke usus besar dan menjadi dewasa
dan menetap. Telur yang infektif akan menjadi larva di usus halus pada
manusia. Larva menembus dinding usuu halus menuju pembuluh darah
atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung
menuju paru-paru (Zulfi, 2015)
Siklus hidup cacing Trichuris trichiura, yaitu:

Gambar 2.3.2.1 Siklus hidupTrichuris trichiura


2.3.3 Cacing tambang (Necator Americanus)
Cacing tambang parasit dalam usus manusia. Panjang tubuhnya 1-
1,5 cm. Saat menggigit dinding usus penderita, cacing ini mengeluarkan
zat antipembekuan darah (zat antikoagulasi) dan darah terus-menerus
diisapnya sehingga penderita dapat mengalami anemia.Telur yang
keluar bersama feses akan menetas di tempat becek membentuk larva
rabditiform (filariform). (Abdul, 2015)

7
Gambar 2.3.3 Necator Americanus (cacing tambang)
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat
pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan
baik. Cacing ini berbentuk silindris dan berwarna putih keabuan.
Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina
berukuran 10 sampai 13 mm. Cacing N.americanus betina dapat
bertelur ±9000 (Zulfi, 2015)

Gambar 2.3.3.1 Siklus hidup Necator Americanus (cacing tambang)


2.3.4 Cacing tambang (Ancylostoma Duodenale)
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus manusia, dengan mulut
yang melekat pada mukosa dinding usus. Ancylostoma duodenale
ukurannya lebih besar dari Necator americanus. Yang betina ukurannya
10-13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya
menyerupai huruf C, Necator americanus berbentuk huruf
S,A.duodenale betina dalam satu hari dapat bertelur 10.000 butir,
Seekor cacing tambang dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,2 ml setiap harinya. Seekor cacing tambang dewasa dapat bertelur
antara 10.000-30.000 telur per 24 jam. Telur ini akan bertahan lama di
tanah yang lembab, sejuk dan di sekitar pohon yang rindang yang
biasanya terdapat di daerah perkebunan. (Abdul, 2015)

8
Gambar 2.3.4 Ancylostoma Duodenale
Larva cacing tambang pada suhu hangat dan lembab mengalami
pertumbuhan dalam 3 tahap. Pada tahap ahir, larva-larva ini akan naik
ke permukaan tanah. Dengan bentuk tubuh yang runcing di bagian atas,
larva ini akan masuk menembus kulit dan ikut ke dalam aliran darah
sampai ke organ hati. Melalui pembuluh darah larva ini akan terbawa ke
paru-paru. Larva cacing tambang kemudian bermigrasi ke bagian
kerongkongan dan kemudian tertelan. Larva kemudian menuju usus
halus dan menjadi dewasa dengan menghisap darah penderita. Cacing
tambang bertelur di usus halus yang kemudian dikeluarkan bersama
dengan feses ke alam dan akan menyebar kemana-mana (Soetojo dan
Soebari, 2002).

Gambar 2.3.4.1 Siklus hidup Ancylostoma Duodenale

2.4 Kontaminasi Cacing pada Sayuran


Sayur dapat berisiko tercemar telur cacing karena banyak faktor, antara
lain dijamah manusia dengan tangan kotor yang mengandung telur cacing
atau belum mencuci tangan, jatuh ke tanah yang mengandung telur cacing,
dihinggapi vektor penyakit seperti lalat, kecoa sehingga terjadi perpindahan
telur cacing dari tubuhnya ke sayuran, cara mencuci dan mengolah sayur
belum benar sehingga telur cacing masih menempel pada sayuran, dan

9
sayuran tersebut tidak dimasak dengan matang. Kebiasaan memakan sayuran
mentah perlu hati-hati terutama jika dalam pencucian kurang baik sehingga
memungkinkan masih adanya telur cacing pada sayuran mentah. Pencucian
yang kurang bersih sangat mungkin terjadi, mengingat bahaya yang akan
ditimbulkan akibat infeksi cacing ini. (Adrianto, 2016)
2.5 Penyebab Cacingan Pada Manusia
1. Kurang Memelihara Kebersihan
Anak-anak tidak bisa jika diharuskan menjaga kebersihan, banyak
anak-anak yang merasa cuek dengan kebersihannya. Seperti setelah
bermain tanah anak tidak cuci tangan dan dia memasukkan makanan
menggunakan tangannya ke dalam mulut. Hal inilah yang menjadi
penyebab utama mengapa anak-anak terkena cacingan.
2. Lingkungan Yang Kotor
Lingkungan yang kotor juga menjadi penyebab anak-anak terkena
cacingan. Anak-anak bisa saja bermain di lingkungan yang kotor dan
mengandung cacing di dalamnya sehingga anak bisa rentan untuk terkena
cacingan.
3. BAB di Sembarang Tempat
Anak jangan dibiasakan untuk membuang air besar di sembarang
tempat, hal itu dikarenakan jika BAB di sembarang tempat anak rentan
untuk terkena cacingan. Alasannya adalah penderita cacingan saat
mengeluarkan tinja cacing itu akan ikut keluar, saat tinja mengering
maka cacing itu akan hidup dan berkeliaran kembali. Alasan itulah yang
tidak boleh membiarkan anak untuk BAB secara sembarangan
4. Tidak Memakai Alas Kaki
Kebiasaan anak tidak memakai alas kaki juga dapat menyebabkan
anak terkena cacingan. Cacing jenis gelang bisa menembus permukaan
kulit dan pori-pori manusia. Cacing itu bisa bertelur dan kemudian
menimbulkan cacingan. Oleh sebab itu biasakan kepada anak-anak anda
untuk selalu memakai alas kaki saat memijak tanah. Tanah adalah
sumber kuman dan tempat tinggal cacing penyebab cacingan.
5. Makanan

10
Cacingan juga bisa disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh larva
cacing. Larva itu saat berada di dalam usus kemudian bertelur dan
kemudian berkembang biak. Hal itulah yang menyebabkan anak menjadi
penyebab cacingan.
6. Minuman
Meminum air mentah secara terus menerus dapat menyebabkan telur
cacing tumbuh dalam perut. Minum air mentah adalah salah satu
kebiasaan buruk yang harus dihindari, teruatama untuk anak-anak yang
belum mengerti bahaya minum air mentah. Sebab air yang masih mentah
terdapat bakteri jahat yang dapat menumbuhkan telur cacing bersarang
dan menyebabkan cacingan pada anak. Oleh karena itu biasakan pada
anak untuk meminum air matang agar tidak ada kuman yang bersarang di
dalam perut. (Irul, 2014)
2.6 Gejala dan Ciri-ciri Orang Cacingan
1. Gejala cacingan akibat cacing gelang
Cacing askariasis atau cacing gelang adalah infeksi yang disebabkan
oleh Ascaris lumbricodes. Ascaris termasuk parasit dalam tubuh manusia
dari jenis roundworms. Cacing ini seringnya berada pada lingkungan yang
tidak bersih dan tinggal di wilayah yang beriklim hangat. (Arin, 2011)
Infeksi awal dari cacing ini biasanya tidak ada gejalanya. Gejala akan
muncul seiring pertumbuhan cacing yang semakin berkembang. Terdapat
dua gejala yang dapat terjadi, tergantung ke bagian tubuh mana cacing itu
menginfeksi. Organ tubuh yang biasa diserang adalah paru-paru dan usus.
Gejala yang akan muncul saat terjadi infeksi cacing gelang di paru-paru
yaitu :
 Batuk-batuk
 Napas terasa semakin pendek
 Ada darah di dalam mukus
 Dada terasa tidak nyaman
 Demam
Gejala yang akan muncul saat cacing ini menyerang bagian usus
adalah:

11
 Mual
 Muntah
 Diare
 Perut terasa tidak nyaman
 Penurunan berat badan
 Selera makan menurun
 Penyumbatan usus sehingga perut bisa terasa nyeri dan terjadi muntah
parah
2. Gejala cacingan akibat cacing tambang
Cacing tambang termasuk parasit jenis hookworm yang akan masuk ke
dalam tubuh manusia dalam bentuk telur atau larva yang berada pada
tempat yang terkontaminasi feses. Kotoran bekas feses ini bisa ditemukan
di mana-mana, mulai dari semak-semak, kebun, atau lapangan. Kebiasaan
bertelanjang kaki (nyeker) dan menginjak-tempat-tempat terkontaminasi
akan sangat memudahkan larva atau telur cacing tambang masuk ke kulit.
Saat masuk pertama kali menembus kulit, larva cacing akan membuat
gatal dan muncullah ruam. Selanjutnya orang akan mengalami diare
setelah merasa gatal dan ruam sebagai akibat dari pertumbuhan parasit ini
di dalam usus. (Arin, 2011)
Gejala lain yang akan muncul adalah:
 Kehilangan nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Kelelahan
 Anemia
 Demam
 Perut nyeri
 Ada darah ketika buang air besar
3. Gejala cacingan akibat cacing kremi
Cacing kremi merupakan cacing yang berukuran sangat kecil, pipih,
berwarna putih yang akan menginfeksi bagian sistem pencernaan manusia.
Cacing kremi termasuk dalam kelompok parasit pinworm.

12
Orang dewasa memang lebih jarang mengalami infeksi cacing kremi.
Dewasa yang paling berisiko mengalami infeksi cacing kremi adalah
anggota keluarga atau perawat yang mengurus anak yang sedang terinfeksi
cacing kremi. Jika perawat anak ini terkontaminasi cacing kremi, ia
berisiko juga menularkan cacing ini pada pasangannya saat berhubungan
seksual. (Arin, 2011)
Gejala-gejala cacing kremi yang perlu diwaspadai antara lain adalah:
 Tidur gelisah sebab bagian rektum (anus) terasa tidak nyaman
 Nyeri, ruam, atau iritasi di kulit sekitar anus
 Adanya cacing kremi di feses
 Ditemukan cacing di daerah anus
4. Gejala cacingan akibat cacing pita
Cacing pita adalah salah satu jenis parasit dari kelompok tapeworm.
Cacing pita akan menginfeksi usus manusia. Cacing pita tidak dapat hidup
bebas di alam, cacing ini membutuhkan inang untuk bernaung, yakni di
tubuh binatang atau di tubuh manusia. (Zulfi, 2015)
Biasanya telur cacing ini memasuki tubuh manusia karena makan
daging mentah atau setengah matang. Namun, infeksi juga bisa terjadi
akibat kontak antara manusia dengan feses binatang dan air yang sudah
tercemar. Saat awal cacing pita masuk ke dalam tubuh manusia, tidak ada
gejala cacingan yang muncul. Meski demikian, lama-lama pertumbuhan
telur cacing di dalam tubuh akan menimbulkan berbagai gejala seperti:
 Sakit perut
 Muntah dan mual
 Merasa lemas
 Diare
 Penurunan berat badan
 Perubahan selera makan
 Kesulitan tidur, diduga akibat gejala-gejalanya
 Pusing
 Bisa kejang pada kasus yang parah
 Kekurangan vitamin B12 pada beberapa kasus

13
5. Gejala cacingan akibat cacing cambuk
Cacing cambuk, salah satu jenis parasit dari kelompok whipworms,
seringnya terdapat di lingkungan beriklim hangat dan lembap yang tidak
bersih. Tanah di wilayah ini berisiko terkontaminasi dengan feses.
Jika orang pada wilayah ini mengonsumsi buah dan sayur yang masih
terkontaminasi tanah sebab belum dicuci bersih, belum dikupas, dan belum
dimasak, maka sangat berisiko cacing ini masuk ke dalam tubuh. (Zulfi,
2015)
Pada awalnya, orang yang terinfeksi ringan biasanya tidak mengalami
gejala atau tanda apa pun. Feses akan berbau tajam, berbeda dengan bau
feses pada umumnya. Selain itu, gejala umum lainnya antara lain:
 Diare
 Mual dan muntah
 Sakit kepala
 Berat badan turun secara tidak terduga
2.7 Metode Apung tanpa Sentrifugasi
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan
gula jenuh yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan
mengapung dan mudah diamati. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis
larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga
untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam suatu
sampel yang akan diperiksa. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur
Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-pori dari
famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telur Ascaris yang
infertil. Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara. Metode ini
digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma
Duodenale, trichuris trichura, ascaris lumbricoides dan oxyuris vermicularis
yang didapatkan dari sampel yang diperiksa. (Putra, 2011)

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat
Pada praktikum kali ini menggunakan peralatan berupa Objek gelas,
Tabung Sentrifuge, Deck gelas, Objek gelas, Beker gelas, tabunng reaksi dan
Mikroskop.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sayuran berupa kemangi, kangkung,
Larutan NaCl Jenuh.
3.3 Prosedur kerja
1. Merendam sayuran ke dalam cairan NaCl dalam beker gelas 1000 mL
selama 30 menit.
2. Sayuran dikeluarkan lembar demi lembar dari dalam larutan.
3. Hasil saringan kemudian dimasukkan ke dalam beker gelas lain dan
didiamkan selama kurang lebih satu jam.
4. Setelah itu, air pada beker gelas tadi diambil dipindahkan kedalam tabung
reaksi.
5. Air endapan diambil dan diletakkan pada objek gelas dan ditutupi dengan
deck gelas.
6. Objek gelas yang ditutupi dengan Deck gelas kemudian diperiksa di
bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x dan 40x.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil pengamatan pemeriksaan telur cacing pada sampel sayuran
Percobaan : Metode Apung
Hasil : Negatif (-)
Keterangan : Tidak ditemukan telur cacing ataupun larva pada sampel
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah kami lakukan tentang “pemeriksaan sampel sayur
terhadap kontaminasi telur cacing parasit usus”, dimana praktikum ini
menggunakan metode apung. Metode apung adalah pemisahan larutan
berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana partikel yang tersuspensi akan
mengendap kedasar wadah.
Sayuran merupakan komponen yang sangat penting dari makanan sehari-
hari. Sayuran mengandung protein, mineral, dan serat yang tinggi. Meski
demikian, sayuran menjadi makanan yang mudah terkontaminasi oleh parasit,
terutama parasit yang berasal dari tanah. Parasit itu hidup didalam jaringan
sayuran atau diantara daun-daun yang melipat, ditunas daun, atau dibagian
lainnya.
Pada praktikum ini, sayuran yang digunakan adalah kemangi. kemangi
merupakan salah satu tanaman berkhasiat yang tidak hanya tumbuh di
Indonesia tetapi juga dinegara Asia Tenggara lainnya.
Kemangi adalah tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan cabang yang
banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai 100 cm.
bungana tersusun ditandan yang tegak. Daunnya panjang, tegak, berbentuk
elips-memanjang, ujungnya meruncing. Permukaan bergerigi atau rata,
wanginya seperti cengkeh dan rasanya pahit.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, tidak ditemukan adanya telur cacing
atau larva pada sampel tersebut. Kemungkinan sayuran tersebut bebas dari
cacing. Atau praktikan yang kurang teliti dalam melakukan pemeriksaan.
Untuk itu ketelitian dalam melihat objek di bawah mikroskop harus teliti.
Walaupun hasilnya negatif kita tetap harus melakukan pencucian pada

16
sayuran. Adanya pencucian sayuran yang baik dan benar, yaitu agar parasit
yang terdapat pada sayuran tidak melekat dan dapat menimbulkan penyakit.
Adapun kelebihan dari metode apung adalah ukuran dan bentuk struktur
parasit dipertahankan, sedangkan kelemahannya adalah banyaknya kotoran-
kotoran yang mungkin akan menutupi keberadaan parasit.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. Prinsip kerja dari metode apung tanpa sentrifugasi adalah dengan
menggunakan berat jenis telur. Dimana larutan jenuh memiliki berat jenis
yang lebih tinggi sehingga menyebabkan telur cacing terapung pada
permukaan larutan.
2. Hasil yang didapat dari pemeriksaan metode apung tanpa disentrifugasi
adalah negatif, yang artinya bahwa tidak ditemukan telur dalam sayuran
yang telah di periksa sehingga diduga terdapat kesalahan pada saat
menuang larutan yang berisi sampel pada tabung reaksi sehingga
mengakibatkan telur-telur cacing tersebut masih menempel pada sayuran
dan pada bagian gelas kimia.
5.2 Saran
Sebaiknya pada metode ini kita menggunakan larutan yang sesuai dengan
prosedur, karena jika menggunakan larutan yang tidak sesuai bisa saja telur-
telur cacing yang ada dapat dirusak oleh bahan kimia atau larutan yang tidak
sesuai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H. 2015 http://www.gurupendidikan.co.id/nemathelminthes-pengertian-


ciri-struktur-tubuh-dan-klasifikasi-beserta-peranannya-lengkap/ (Diakses
pada tanggal 3 Mei 2018)

Adrianto, H. 2016 https://media.neliti.com/media/publications/222703-konta mina


si-telur-cacing-pada-sayur-dan.pdf (Diakses pada tanggal 3 Mei 2018)

Arin. 2011. Pengertian Cacingan dan Gejala Gejalanya. http://www.e-jurnal.com/


2013/11/pengertian-cacingan-dan-gejala-gejalanya.html. (Diakses pada
tanggal 25 april 2018)

Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Heryy. 2000. Parasitologi Kedokteran.


Fakultas kedokteran UI, Jakarta.

Gojali, Yuda. 2011. Parasitologi Parasit Dan Prasitisme. http://yudagojali.blogspot


.com.id/2011/11/parasitologi-parasit-dan-parasitisme.html. (Diakses pada
tanggal 3 Mei 2018)

Irul. 2014. Penyakit Cacingan Penyebab Cacingan.https://halosehat.com/


penyakit/ cacingan/penyebab-cacingan. (Diakses pada tanggal 25 april
2018)

Kadarsan, S. 2006. Binatang Parasit. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor.

Soejoto dan Soebari. 2002. Parasitologi Medik Jilid 3 Protozoologi dan


Helmintologi. EGC, Solo.

Putra, K. 2011 http://putrakalimas.blogspot.co.id/2011/05/pemeriksaan-telur-


cacing-pada-feses.html (Diakses pada tanggal 3 Mei 2018)

Yazhid, Bashar. 2013 http://www.atlm.web.id/2013/04/pemeriksaan-telur-cacing-


me tode.html (Diakses pada tanggal 3 Mei 2018)

Zulfi, 2015. https://zulfiprint19.blogspot.co.id/2015/01/teknik-pemeriksaan-


nematod a-usus.html (Diakses pada tanggal 3 Mei 2018)

Junus, W. 2015 https://media.neliti.com/media/publications/179269-ID-


kontaminasi-telur-cacing-soil-transmitte.pdf (Diakses pada tanggal 3 Mei
2018)

19
20

Anda mungkin juga menyukai