PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1
C. MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Ascaris lumbricoides
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides.
Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut askariasis. Prevalensi
3
askariasis di Indonesia termasuk dalam kategori tinggi yaitu memiliki
frekuensi antara 60-90%. Kurangnya pemakaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman
rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat
pembuangan sampah. Hal ini akan memudahkan terjadinya reinfeksi.
Di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai
pupuk. (Gandahusada 2006).
a
Gambar 2.1 Cacing Ascaris lumbricoides dewasa. (a) betina, (b)
jantan
(http://www.sodiycxacun.web.id/2010/01/ascaris-
lumbricoides.html)
4
Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000
butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Telur
yang dibuahi, besarnya ±60x45 mikron, berbentuk oval, berdinding
tebal dengan tiga lapisan dan berisi embrio sedangkan yang tidak
dibuahi lebih besar yaitu berukuran ±90x40 mikron, berbentuk bulat
lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdapat dua lapisan dan
dalamnya bergranula. Selain itu terdapat pula telur decorticated,
yaitu telur yang tanpa lapisan albumin atau albuminnya terlepas
karena proses mekanik. Dalam lingkungan yang sesuai (tanah liat,
o o
kelembaban tinggi, dan suhu yang berkisar antara 25 -30 C),
telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infeksius dalam
waktu ±3 minggu.
a b
Gambar 2.2 Telur cacing Ascaris lumbricoides. (a) telur yang tidak
dibuahi, (b) telur yang dibuahi
5
b. Trichuris trichiura
a b
(http://www.An.American.FamilyPhysician)
6
Gambar 2.4 Telur cacing Trichuris trichiura
(http://i215.photobucket.com/albums/
cc182/ovarelac_bucket_photo/Trichurisova
c. Hookworm
7
badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S sedangkan
A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut kedua jenis cacing
ini besar. N.americanus mempunyai benda kitin, sedangkan pada
A.duodenale terdapat dua pasang gigi. Cacing jantan kedua spesies
ini mempunyai bursa kopulatrik pada bagian ekornya dan cacing
betina memiliki ekor yang runcing. (Gandahusada,2006;
Prasetyo,2003; Onggowaluyo,2002).
(http://www.An.American.FamilyPhysician.)
(http://www.An.American.FamilyPhysician.)
8
tinja maka keluarlah larva rhabditiform. Larva pada stadium
rhabditiform dari cacing tambang sulit dibedakan. Panjangnya 250
mikron, ekor runcing dan mulut terbuka. Larva pada stadium
filariform (Infective larvae) panjangnya 600-700 mikron, mulut
tertutup ekor runcing dan panjang oesophagus 1/3 dari panjang
badan. (Gandahusada 2006; Prasetyo,2003).
d. Strongyloides stercoralis
9
Hanya diketahui cacing dewasa betina yang hidup sebagai
parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing betina
berbentuk filiform, halus dan tidak berwarna dan panjangnya
kira-kira 2 mm.
10
a b
Gambar 2.9 Cacing Strongyloides stercoralis dewasa. (a) jantan
(memiliki spekulum), (b) betina
(http://dpd.cdc.gov/dpdx/html/ImageLibrary/Strongyloidiasis_il.htm
)
(http://www.wadsworth.org/testing/parasitologyD/Strongyloides.shtml)
11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. JENIS KEGIATAN
C. ALAT
1. Garfu tanah
2. Sendok semen
3. Kantong plastic
4. Spidol
5. Box sampling (thermos)
6. Alat ukur penggaris
7. Sentrifuge
8. Tabung dan rak tabung
9. Kaca benda dan kaca penutup
10. Gelas ukur 1000 ml
11. Batang pengaduk
12. Timbangan
12
13. Mikroskop
D. Bahan
1. Larutan Hypoklorid
2. Larutan MgSO4
3. Aquadest
4. Sampel tanah
E. Cara Kerja
Pengambilan Sampel :
Pemeriksaan Sampel :
13
13. Periksa dengan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, kemudian
dilanjutkan dengan perbesaran 40 x 40.
14
BAB IV
A. HASIL
B. PEMBAHASAN
Dari praktikum identifikasi telur dan larva cacing pada permukaan
tanah Rumah No 5 komplek Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin pemeriksaan melalui mikroskop dengan pembesaran 10 x
10 didapatkan hasil seperti pada gambar di atas, yang menunjukkan
positif (+) terdapat telur cacing (pada lingkaran hitam). Telur cacing
tersebut merupakan telur Ascaris lumbricoides.
15
BAB V
A. KESIMPULAN
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18