Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi cacing masih merupakan masalah Kesehatan masyarakat dinegara
berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula masyarakat pedesaan atau daerah
perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena
infeksi cacing.
Saah satu penyebab infeksi usus adalah cacing Ascaris Lumbricoides atau lebih
dikenal dengan cacing gelang yang penularannya dengan perantara tanah (Soil
Transmited Helminths).
Ascaris Lumbricoides adalah cacing yang pertama kali diidentifikasikan dan
diklasifikasikan oleh Linnaeus melalui observasi dan studinya antara tahun 1730-
1750an. Dari hasi observasinya, Linnaeus pergi ke beberapa tempat di dunia untuk
mengofirmasi wilayah penyebaran parasite tersebut. Linnaeus diberi kesempatan
untuk menamai parasite tersebut.
Ascaris lumbricoides adalah salah satu jenis cacing nematoda intestinalis dengan
ukuran terbesar yang menginfeksi manusia. Ascaris lumbricoides dinamakan juga
cacing perut (Giant Intestinal Roundworm) penyakit yang ditimbulkannya adalah
Ascariasis. Hospes atau inang dari ascaris adalah manusia. Penyerapan zat makanan
yang buruk dapat terjadi akibat banyaknya cacing didalam usus. Parasit ini bersifat
kosmopolit, yaitu terbesar diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dengan
kelembapan cukup tinggi.
Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemua. Diperkirakan
prevalensi didunia 23 % atau 1,25 miliar penduduk didunia. Prevalensi terbesar pada
daerah tropis dan dinegara berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh
tinja sebagai pupuk.
Gejala yang ditimbulkan pada penderita Ascariasis dapat disebabkan oleh cacing
dewasa dan larva. Gangguan kerana larva biasanya terjadi pada saat berada di paru.
Pada orang yang rentan terjadi pendarahan di alveolus dan timbul gangguan pada paru
yang disertai batuk, demam, dan eosinophilia.
Penyebab utama untuk infeksi oleh parasite ini adalah penggunaan kotoran
manusia untuk menyuburkan tanah lahan pertania dan perkebunan dimana tanah
tersebut digunakan untuk menumbuhkan tanaman sebagai bahan makanan. Cacing
dewasa hidup dalam usus besar dan telur yang dihasilkan betinanya terbawa oleh
material feses. Pada material tersebut larva cacing dalam telur berkembang mencapai
stadium infektif di dalam tanah. Makanan yang berasal dari daerah agrikultur dimana
tanahnya telah terkontaminasi feses yang berisi telur infertif, dapat mentransmisikan
telur secara langsung ke manusia. Makanan yang terkontaminasi dengan telur infektif
dimakan oleh manusia dan larva tersebut keluar dari telur didalam usus.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. apa penyebab Askariasis?
2. Bagaimana gejala yang ditimbulkan Ascariasis ?
3. Bagaimana cara penularan ascariasis ?
4. Bagaimana pencegahan Ascariasis ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Ascaris Lumbricodes dan penyakit yang ditimbulkan
2. Mengetahui gejala penyakit Ascariasis
3. Mengetahui cara penularan Ascariasis
4. Mengetahui cara mencegah Ascariasis

2
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Cacing Ascaris Lumbricoides

2.1.1 Definisi Ascaris Lumbricoides


Ascaris Lumbricoides adalah salah satu cacing nematoda intestinal dengan
ukuran terbesar yang menginfeksi manusia. Persebarannya diseluruh dunia
(kosmopolit) dan lebih sering dijumpai pada anak usia 5-10 tahun.
Nematoda berasal dari kata nematos yang berarti benang dan oidos yang
berarti bentuk,sehingga cacing ini sering disebut cacing gilik ataupun cacing
gelang. Nematoda terbagi menjadi dua jenis nematoda yakni nematoda usus
dan nematoda jaringan. Manusia merupakan hospes untuk beberapa nematoda
usus yang dapat menimbulkan masalah Kesehatan masyarakat. Diantara
nematoda usus yang ada terdapat bebrapa spesies yang membutuhkan tanah
untuk pematagannya dari bentuk non infektif menjadi bentuk yang disebut
infektif yang disebut Soil Transmitted Helminths (STH). Cacing yang
tergolong STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma
duodenae, Necator americanus dan beberapa spesies Trichostrongylus.

2.1.2 Taksonomi Ascaris Lumbricoides


Kingdom : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Sub Phylum : Ascaridoidea
Class : Nematoda
Sub Class : Phasmida
Ordo : Rhabdidata
Sub Ordo : Ascaridida
Famiy : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides

2.2 Morfolofi Ascaris Lumbricoides


Cacing nematoda ini adalah cacing yang berukuran besar berwarna putih
kecoklatan atau kuning pucat dan diselubungi oleh lapisan kutikula bergaris halus.
Cacing Ascaris lumbricoides mempunyai bentuk tubuh silidris dengan ujung anterior
lancip. Bagian anteriornya dilengkapi tiga bibir (triplet) yang tumbuh dengan
sempurna yang terletak sebuah dibagian dorsal dan dua bibir lainnya terlatak
subventral..
Cacing jantan berukuran Panjang antara 10-31 cm, sedangkan cacing betina
panjang badannya antara 20-35 cm. kutikula yang halus bergaris-garis tipis menutupi
seluruh permukaan badan cacing. Pada cacing jantan, ujung posteriornya lancip dan

3
melengkung kearah ventral daan dilengkapi pepil kecil serta dua buah speculum
berukuran 2 mm. cacing betina poteriornya membulat dan lurus, dan sepertiga bagian
interior tubuhnya terdapat cincin kopulasi.
Cacing dewasa hidup dalam jangka waktu ± 10-24 bulan. Cacing dewasa
dilindungi oleh pembungkus keras yang kaca akan kolagen dan lipid serta
menghasilkan enzim protease inhibitor yang berfungsi untuk melindungi cacing agar
tidak tercerna oleh pencernaan manusia. Cacing ini juga memiliki sel-sel somatic
yang besar dan memanjang sehingga mampu mempertahankan posisinya di dlam usu
kecil. Jika otot somatic lumpuh oleh obat cacing, maka cacing akan mudah keluar
melalui anus karena gerakan peristaltic diusus. Cacing betina mampu bertahan hidup
selam 1-2 tahun dan memproduksi 26 juta telur selama hidupnya denga 100.000-
200.000 butir telur perhari yang terdiri dari
Telur cacing memiliki empat bentuk, yaitu tipe buahi (fertrilized eggs), tidak
dibuahi (uufertilized eggs), matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahi (fertilized
eggs) berukuran 60 x 45 µ, dengan dua lapis dinding tebal dan mempunyai kulit telur
yang tidak berwarna. Lapisan luar terdiri dari jaringan albuminoid yang
permukaannya brtgerigi (mamillation) dan berwana coklat karena menyerap lapisan
empedu, sedangkan lapisan dalam jernih dan terdapat selubung vetelin yang tipis
tetapi kuat sehinnga telur cacing dapat bertahan satu tahun dalam tanah. Fertilized
eggs mengadung isi telur (ovum) yang tidak bersegmen, sedangkan dikedua kutub
telur terdapat rongga udara yang tampak sebagai daerah yang terang berbentuk bulan
sabit. Isi telur berupa massa sel telur. Sel telur yang tidak dibuahi (unfertilized eggs)
berbentuk lonjong dan lebih panjang dari pada tipe yang dibuahi ukuranya 90 x 40 µ,
dengan dinding luar yang lebih tipis. Telur ini tidak memiliki rongga udara dikedua
kutubnya. Isi telur berupa massa granula refraktif. Telur matang berisi larva (embrio),
tipe ini menjadi infelatif setelah berada ditanah ± 3 minggu. Telur yang dekoratif telah
dibuahi, namun lapisan luat albuminoid sudah hilang.

Gambar 1. Cacing A. Lumbrocides

2.3 Daur Hidup Ascaris Lumricoides


Daur hidup ascaris Lumbricoides terjadi dalam tiga stadium yaitu stadium telur,
larva, dan dewasa. Siklus ini biasanya membutuhkan fase diluar tubuh manusia
(hospes) dengan atau tanpa tuan rumah perantara.

4
Telur cacing yang dibuahi akan keluar bersama tinja penderita akan berkembang
menjadi infektif jika terdapat didalam tanah yang lembab dan suhu yang optimal
dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Seseorang akan terinfeksi ascaris Lumbricoides
apabila masuknya telur Ascaris Lumbricoides yang infektif kedalam mulut bersamaan
dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi tanah yang mengandung tinja.

Gambar 2. Relur Cacing A. LUmbricoides


Telur yang infektif bila tertelan manusia menjadi larva dalam usus halus. Larva
menbus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian
terbawa oleh darah sampai kejantung menuju paru-paru saat di paru-paru larva
berdiameter 0,02 mm akan masuk ke kapiler paru-paru yang hanya berukuran 0,01
mm maka kapiler tersebut akan pecah dan larva akan menembus dinding alveolus
kemudian larva akan berganti kulit, masuk kerongga alveoli dan naik ke trakea
melalui bronkiolus dan bronkus setelah dari kapiler baru. Dari trakea larva menuju ke
faring dan menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena adanya rangsangan larva
ini. Larva di faring tertelan dan terbawa ke esofagus, terakhir sampai ke usus halus
dan menjadi dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing
dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan. Cacing akan berkembang biak
menjadi dewasa, kawin, dan bertelur diusus halus dalam waktu 6-10 minggu.

5
Gambar 3. Siklus Hudup A. Lumbricoides
2.4 Penyakit Yang Disebabkan Ascaris Lumbricoides

2.4.1 Definisi Ascariasis


Ascarisis adalah infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing Ascaris
Lumbricoides. Ascarisis itu sendiri termasuk penyakit cacing yang paling
besar prevalensinya diantara penyakit cacing lainnya yang menginfeksi tubuh
manusia. Ascarisis biasanya ditemukan didaerah yang memiliki fasilitas
kebersihan yang buruk. Beberapa orang mengidap penyakit ini tidak memiliki
gejala sampai keadaan memburuk.
Ada beberapa faktor resiko terjadinya ascariasis antara lain :
 Lingkungan yang kebersihannya tidak terjaga. Ascariasis biasanya hidup di
tempat-tempat yang memiliki sanitasi yang buruk, terutama pada daerah
yang memanfaatkan feses manusia sebagi pupuk
 Usia 10 tahun kebawah sangat rentan terserang ascariasis
 Kepadatan penduduk, infeksi ini sering terjadi di daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi
Ascariasis terjadi ketika cacing gelang masuk kedalam tubuh manusia.
Cacing Ascaris Lumbricoides penyebab penyakit ini dapat menginfeksi paru-
paru dan usus. Jika dibiarkan tidak dilakukan pengobatan, cacing ini akan
menginfeksi organ lain, seperti hati dan pankreas.
2.4.2 Gejala Ascariasis

6
Gejala klinis yang timbul dari ascariasis tergantung dari beratnya infeksi,
keadaan umum penderita, daya tahan, dan kerentana penderita terhadap infeksi
cacing ini. Patogenesisnya berhubungan erat dengan respon umum hospes,
efek migrasi larva, efek mekanik cacing dewasa, dan defisiensi gizi.
Penderita Ascariasis tidak akan merasakan gejala dari infeksi
(asimptomatik) ini apabila jumlah cacing sekitat 10-20 ekor dalam tubuh
manusia sehingga baru dapat diketahui bila ada pemeriksaan tinja rutin
ataupun keluarnya cacing dewasa bersama tinja. Gejala klinis yang timbul
bervariasi, bisa dimulai dari gejala batuk sampai dengan yang berat sepeti
sesak napas dan pendarahan. Gejala yang timbul pada penderita Ascariasis
berdasarkan migrasi larva dan perkembangbuakan cacing dewasa yaitu :
1. Gejal akibat migrasi larva Ascaris Lumbricoides
Selama fase migrasi, larva A. lumbricoides di paru-paru penderita Jika
larva mengalami siklus dalam jumlah besar, dapat menimbulkan
pneumonitis. Jika larva menembus jaringan dan masuk ke dalam alveoli,
dapat mengakibatkan kerusakan epitel bronkus. Apabila terjadi reinfeksi
dan migrasi larva ulang, walaupun jumlah larva sedikit, tetap dapat
menimbulkan reaksi jaringan yang hebat yang terjadi di hati dan paru-paru
disertai dengan infiltrasi eosinofil, makrofag, dan sel-sel epitel. Keadaan
ini disebut pneumonitis ascaris atau dikenal sebagai sindrom Loeffler.
Selanjutnya timbul reaksi alergi seperti batuk kering, dan demam (39,9ºC-
40ºC). Gambaran tersebut akan menghilang dalam waktu satu minggu.
2. Gejala akibat cacing dewasa
Selama fase didalam saluran percernaan, gejala utamanya berasal dari
dalam usus atau migrasi kedalam lumen usus yang lain atau perforasi
kedalam peritomeum.
Cacing dewasa yang ditemukan dalam jumlah besar (hiperinfeksi) dapat
mengakibatkan kekurangan gizi pada anak-anak. Cairan tubuh cacing
dewasa dapat menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala mirip
demam tifoid yang disertai alergi seperti uritikaria, edema pada wajah,
konjungtivitis, dan iritasi alat pernafasan bagian atas.
Kadang-kadang cacing dewasa bermigrasi akibat adanya rangsangan
dan menimbulkan kelainan yang serius. Efek migrasi juga dapat
menimbulkan obstruksi usus, masuk ke dalam saluran empedu, saluran
pankreas, dan organ-organ lainnya. Migrasi juga sering terjadi keluat
melalui anus, mulut, bahkan hidung.

2.4.3 Diagnosis Ascariasis


Cara menegakkan diagnosis Ascarisis biasanya melalui pemeriksaan
laboratorium, karena gejala klinis dari penyakit ini tidak spesifik. Secra garis
besar Ascariasis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Ditemukannya telur Ascaris Lumbricoides Fertilized Eggs, Unfertilized
Eggs, maupun dekortikasi didalam tinja seseorang.
2. Ditemukannya larva Ascaris lumbricoides didalam sputum seseorang.

7
3. Ditemukannya cacing dewasa keluar melalui anus ataupun bersama
dengan muntahan.
4. Jika terjadi Ascariasis oleh cacing jantan, ditinja tidak ditemukan telur
sehingga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto thoraks

2.4.4 Epidemologi Ascariasis


Epidemologi Ascariasis sangat dipengaruhi oleh proporsi populasi disuatu
daerah, status sanitasi, level edukasi, penggunaan feses manusia sebagai
pupuk, jenis diet yang dikomsumsi, dan higienitas personal.
Distribusi infeksi ascaris lumbricoides didunia mencapai kurang lebih 1,4
milyar orang yang sebagian besarnya berada di Asia Tenggara. Karakter dari
transmisi secara global ini berhubungan dengan tingkat bepergian ke daerah
endemic. Namun tetap masalah utama terjadi pada negara tropis yang
memiliki tanah gembur dan musim hujan, dimana 70 % populasi anak negara
tropis ditemukan terinfeksi Ascariasis.
Negara China dan Asia Tenggara tingkat prevalensinya 41-92 % dimana di
Afrika sekitar 95 %. Prevalensi di Bangladesh dan India berturut-turut adalah
82 % dan 85 %. Menurut laporan Word Health Organization Negra maju
memiliki tingkat prevalensi yang rendah, dan imigrasn dari negara endemic
cenderung membuat populasi disuatu daerah tersebut terinfeksi. Bagian rural
di Eropa memiliki tingkat prevalensi 52 %. Sebanyak kurang lebuh 730.000
kasus askariasis menyebabkan obstruksi saluran pencernaan, dan sebanyak
11.000 kasus mortalitas akibat askariasis. Di Indonesia prevalensi askariasis
termasuk cukup tinggi, terutama terjadi pada anak-anak. Frekuensinya antara
60-90 %.

2.4.5 Penularan Ascariasis


Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan jakni telur infektif
Ascaris lumbricoides yang masuk kedalam mulut bersamaan dengan makanan
dan minuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotortercemar
terutama pada anak, atau telur infektif yang terhirup udara bersamaan denga
debu. Pada keadaan telur infektif yang terhirup oleh pernapasan bagian atas
dan larva akan segera menembus pembuluh darah dan beredar bersama aliran
darah. Car penularan Ascariasis juga dapat terjadi melaui sayuran dan buah
karena tinja yang dijadikan pupuk untuk tanaman sayur-mayur maupun buah-
buahan.

2.4.6 Pencegahan Ascariasis


Pencegahan Ascariasis terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Pencegahan Primer
 Melakukan promosi kesehatan yaitu pendidikan dan penyuluhan
kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene kesehatan dan hygiene
personal seperti tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tamanan,
sebeum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tanga
dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun, sayuran segar

8
(mentah) yang akan dimakan sebagi lalapan, harus dicucu bersih dan
disiram lagi dengan air hangan karena telur cacing Ascaris
lumbricoides dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun. Juga
penyuluhan tentang pentingnya buang air besar di jamban, tidak dikali
atau di kebun untuk menghindrari penyebaran dan penyakit ini.
 Proteksi spesifik dengan melakukan pengobatan massal 6 bulan sekali
di daerah endemic atau daerah yang rawan Ascariasis.
2. Pencegahan Sekundek
 Deteksi dini terhadap orang yang mempunyai resiko terkena penyakit
ini.
 Mengobati dengan tepat penderita Ascariasis.
3. Pencegahan Tersier
 Membatasi ketidakmampuan penderita Ascariasis dengan memberi
pengobatan Pyrantel Pamoat 10 gr/kgBB dosis tunggal, Mebendazole
500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selam atiga
hari berturut-turut, Albendazole 400 mg dosis tunggal (sekali saja),
tetapi tidak boleh digunakan selama hamil atau melakukan operasi
pembedahan apabila pengobatan secar oral sudah tidak
memungkinkan lagi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ascaris Lumbricoides adalah salah satu cacing nematoda intestinal dengan ukuran
terbesar yang menginfeksi manusia. Persebarannya diseluruh dunia (kosmopolit) dan
lebih sering dijumpai pada anak usia 5-10 tahun.
Ascaris Lumbricoides adalah cacing yang pertama kali diidentifikasikan dan
diklasifikasikan oleh Linnaeus melalui observasi dan studinya antara tahun 1730-
1750an. Dari hasi observasinya, Linnaeus pergi ke beberapa tempat di dunia untuk
mengofirmasi wilayah penyebaran parasite tersebut. Linnaeus diberi kesempatan
untuk menamai parasite tersebut.
Ascarisis adalah infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing Ascaris
Lumbricoides. Ascarisis itu sendiri termasuk penyakit cacing yang paling besar
prevalensinya diantara penyakit cacing lainnya yang menginfeksi tubuh manusia.
Ascarisis biasanya ditemukan didaerah yang memiliki fasilitas kebersihan yang buruk.
Beberapa orang mengidap penyakit ini tidak memiliki gejala sampai keadaan
memburuk.
Ascariasis terjadi ketika cacing gelang masuk kedalam tubuh manusia. Cacing
Ascaris Lumbricoides penyebab penyakit ini dapat menginfeksi paru-paru dan usus.
Jika dibiarkan tidak dilakukan pengobatan, cacing ini akan menginfeksi organ lain,
seperti hati dan pankreas.
Gejala klinis yang timbul dari ascariasis tergantung dari beratnya infeksi, keadaan
umum penderita, daya tahan, dan kerentana penderita terhadap infeksi cacing ini.
Patogenesisnya berhubungan erat dengan respon umum hospes, efek migrasi larva,
efek mekanik cacing dewasa, dan defisiensi gizi.
Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan jakni telur infektif Ascaris
lumbricoides yang masuk kedalam mulut bersamaan dengan makanan dan minuman
yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotortercemar terutama pada anak, atau
telur infektif yang terhirup udara bersamaan denga debu. Pada keadaan telur infektif
yang terhirup oleh pernapasan bagian atas dan larva akan segera menembus pembuluh
darah dan beredar bersama aliran darah. Car penularan Ascariasis juga dapat terjadi
melaui sayuran dan buah karena tinja yang dijadikan pupuk untuk tanaman sayur-
mayur maupun buah-buahan.
Pencegahan Ascariasis terbagi dari tiga yaitu Pencegahan Primer, Pencegahan
Sekunder, dan Pencegahan Tersier.

3.2 Saran
Mahasiswa harus mempelajari tentang Ascaris Lumbricoides dan penyakitnya
Ascarisis dengan baik agar dapat mencegah penularan dan penyebaran penyakit

10
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/ynnlpo0y-makalah-ascaris-lumbricoides.html

https://id.scribd.com/doc/310446790/Ascaris-Lumbricoides-Makalah

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/askariasis/patofisiologi

https://www.alodokter.com/ascariasis

https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/06/cacing-ascaris-lumbricoides.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai