Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA AMAMI

PENENTUAN SULFIDA DALAM AIR

DISUSUN OLEH:

WICHA TANTRI SIAHAAN


(P07634020079)

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang lebih kecil
dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada dibumi ini tidak dapat terlepas
dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi
ini. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Nomor 416/MEN.KES/PER/IX/199
tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut sebagai air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari- hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.
Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin turun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan
yang lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, menyebabkan penurunan kualitas
air. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya air sangat penting agar dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan.
Salah satu langkah pengolahan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi
data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia dan biologi. Salah satu sumber air yang
dapat dimanfaatkan adalah air tanah atau air sumur. Air sumur adalah air tanah dangkal
sampai kedalaman kurang dari 30 meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter
dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas karena lapisan tersebut tidak berada didalam
tekanan.
Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak bewarna, beracun, mudah terbakar dan
berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dan aktivitas biologis ketika bakteri
mengurai bahan organik dalam keadaan oksigen (aktivitas aneorobic), seperti dirawa dan
saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas
gunung berapi dan gas alam. Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, gas
limbah. IUPAC menerima penamaan hidrogen sulfida dan sulfana, kata terakhir
digunakan lebih eksklusif ketika menamakan campuran yang lebih kompleks. Kimiawi
hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimia terkait dengan air (H2O)
karena oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang sama. Hidrogen sulfida
merupakan asam lemah, terpisah dalam larutan yang mengandung air menjadi kation
hidrogen H+. Ion sulfida (S2) dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak dalam larutan
oksida.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan kadar sulfida pada sampel air
2. Untuk mengetahui kadar sulfida yang terkandung di dan apakah kadar sulfida tersebut
sudah memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan
PERMENKES416/MEN.KES/PER/IX/1990
BAB II

METODE PEMERIKSAAN

2.1 Alat dan Bahan


 Alat :
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Klem dan statif
4. Bola hisap
5. Pipet volum
6. Beaker gelas
7. Labu ukur
8. Gelas arloji
9. Pipet tetes
10. Spatula
11. Corong
12. Kertas saring
13. Neraca analitik
 Bahan :
1. Larutan I2
2. Larutan standar Na2S2O3
3. Indikator amilum 1 %
4. Larutan baku KIO3
5. Larutan H2SO4 2 N
6. Laruran NaCL 10 %
7. Larutan HCL
8. Sampel air

2.2 Prosedur Kerja


 Standarisasi Na2S2O3 dan I2
Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3
1. Mengambil 10,0 ml larutan baku KIO3 dengan pipet volumetri dan masukkan
kedalam Erlenmeyer
2. Menambahkan 5 ml H2SO4 2N
3. Menambahkan 5 ml KI/ NACl 10%
4. Menitrasi dengan larutan standar Na2S2O3 yang akan ditentuakan sampai warna
kuning muda
5. Menambahkan 2 ml amilum 1% sebagai indikator
6. Titrasi sampai warna biru tetap hilang

Standarisasi larutan I2 dengan larutan Na2S2O3

1. Mengambil 10,0 ml larutan baku KIO3 dengan pipet volumetri dan masukkan
kedalam erlenmeyer
2. Menambahkan 5 ml H2SO4 2N
3. Menambahkan 2 ml amylum 1% sebagai indikator
4. Titrasi dengan I2 sampai warna biru
 Penentuan kadar Sulfida dalam sampel air
1. Mengambil sempel sebanyak 5,0 ml dan memasukkan kedalam erlenmeyer
2. Menabahkan 2 tetes HCl 6N
3. Menambahkan 1 ml larutan I2 yang telah di standarisasi
4. Menitrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning muda terang
5. Menambahkan 2 ml amilum 1% sebagai indikator
6. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan


Dari pemeriksaan sampel air tersebut diperoleh hasil :
 Standarisasi Na2S2O3 dan I2

No V.I2(mL) V.Na.Thiosulfat Perubahan warna


1 10 mL 9,86 mL Kuning muda
biru mantap    bening
2 10 mL 9,6 mL Kuning muda biru 
mantap    bening
3 10 mL 10 mL Kuning muda biru 
mantap    bening

Ṽ 10 mL 9,82 mL

 Penentuan kadar Sulfida dalam sampel air

No V.sampel (mL) V.Na.Thiosulfat Perubahan warna


1 355 mL 30,75 mL Kuning tua kuning 
muda  biru mantap 
bening
2 355 mL 30,95mL Kuning tua kuning 
muda biru
mantap bening

Ṽ 355mL 30,85 mL

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar sulfida pada sampel air.
Metode yang digunakan adalah secara titrasi iodometri. Dimana pada prinsipnya
sulfida di dalam larutan asam bila bereaksi dengan iod berlebih akan di oksidasi
menjadi sulfur. Kelebihan iod akan dititrasi kembali dengan Na. Thiosulfat. Titrasi
iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang di analisis kemudian
direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjitnya
iodium di bebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar atau asam.
Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer
elektron. Disini iod merupakan oksidator lemah sedangkan ion iodida sering bertindak
sebagai reduktor. Oleh karena itu, iodium dapat digunakan sebagai reduktor dan
oksidator.
Berdasarkan permenkes no 416/menkes/per/ix/1990/ tentang standar kwalitas air
bersih yang dapat dikonsumsi adalah 0,05 mgS2-/L. Dari hasil analisa yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa sampel air tidak memenuhi standart. Karena kadarnya
sudah melebihi ambang batas yang telah ditentukan.
BAB IV

KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan tentang analisa kadar sulfida pada sampel air
selokan, air sungai dan air sumur bor dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar sulfida pada sampel: 8,7077 mgS2-/L
3. Berdasarkan permenkes no 416/menkes/per/ix/1990 tentang standar kwalitas
air bersih dan yang dapat dikonsumsi adalah 0,05 mgS2-/L. Dari hasil analisa yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel air tidak memenuhi persyaratan air bersih
dan air minum dalam hal kadar sulfida karena kadarnya sudah melebihi ambang batas
yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai