Anda di halaman 1dari 18

Taenia saginata

Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata

Taenia saginata merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang hidup dalam
usus manusia dan dapat menyebabkan penyakit Taeniasis saginata. Cacing ini disebut juga
dengan Taeniarhynchus saginata dan cacing pita sapi. Hospes definitif dari parasit ini adalah
manusia sedangkan hospes intermediernya adalah sapi.
Morfologi
Cacing dewasa mempunyai panjang 5 – 10 meter Cacing ini terdiri dari scolex, leher, dan
strobila Scolex berbentuk piriform berukuran 1 – 2 mm dilengkapi dengan 4 batil isap yang
menonjol Strobila terdiri dari 1000 – 2000 proglotid atau segmen dimana makin ke distal
proglotid semakin matang Proglotid gravid berukuran 16 – 20 x 5 – 7 mm dengan cabang
uterus berjumlah 15 – 20 buah tiap sisi dimana uterus gravid ini mengandung 80.000 –
100.000 telur Lubang kelamin atau porus genitalis terletak di sebelah lateral dan letaknya
berselang-seling di kanan dan kiri tidak teratur
SIKLUS HIDUP

1. Telur atau proglotid yang matang terbawa oleh


kotoran manusia ke lingkungan luar.
2. Inang perantara, yaitu sapi memakan rumput
yang terkontaminasi telur atau proglotid Taenia
saginata.
3. Dalam tubuh sapi, telur menetas menjadi
onkosfer lalu menjadi heksakant, lalu di otot
membentuk sistiserkus.
4. Sistiserkus pada daging sapi yang tidak dimasak
dengan benar dimakan oleh manusia.
5. Dalam usus, Taenia saginata muda berkembang
menjadi dewasa dan menempel menggunakan
skoleks.
6. Setelah reproduksi, proglotid matang yang berisi
telur mulai “gugur” dan terbawa kotoran.

Diagnosis
 tindakan pemeriksaan endoskopi, Taenia telah hidup di duodenum (usus halus).
 dengan pemeriksaan badan leher/segmen gravid, yang keluar dari anus.
 dengan pemeriksaan tinja/kotoran (tidak mempengaruhi peningkatan total IgE).

Sumber : https://medlab.id/taenia-saginata/
Taenia solium
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia solium

Taenia solium adalah cacing pita babi yang termasuk dalam keluarga Taeniidae. Ini adalah
parasit zoonotik usus ditemukan di seluruh dunia, dan yang paling umum di negara-negara
di mana babi dimakan.
Morfologi
Cacing dewasa ditemukan pada manusia dan memiliki tubuh datar, seperti-pita, yang
berwarna putih dan panjangnya 2 sampai 3 m. Kepalanya, skoleks, berisi pengisap dan
rostelum sebagai organ lampiran. Tubuh utama, strobila, terdiri dari rantai segmen yang
dikenal sebagai proglotid. Setiap proglotid merupakan unit reproduksi lengkap; maka, cacing
pita adalah hermafrodit. Namun, infeksi tidak disengaja pada manusia oleh tahap larva
menyebabkan sistiserkosis. Bentuk yang paling parah adalah neurosistiserkosis, yang
mempengaruhi otak dan merupakan penyebab utama epilepsi.
SIKLUS HIDUP

1. Telur atau proglotid yang matang terbawa oleh


kotoran manusia ke lingkungan luar.
2. Inang perantara, yaitu babi memakan makanan
yang terkontaminasi telur atau proglotid Taenia
solium.
3. Dalam tubuh babi, telur menetas menjadi
onkosfer lalu menjadi heksakant, lalu di otot
membentuk sistiserkus.
4. Sistiserkus pada daging babi yang tidak dimasak
dengan benar dimakan oleh manusia.
5. Dalam usus, Taenia solium muda berkembang
menjadi dewasa dan menempel menggunakan
skoleks.
6. Setelah reproduksi, proglotid matang yang berisi
telur mulai “gugur” dan terbawa kotoran.
7. Telur cacing pita babi termakan oleh manusia.
Ini bisa terjadi karena makanan yang
terkontaminasi, atau autoinfeksi (infeksi
sendiri) karena tidak mencuci tangan dengan
bersih setelah buang air.
8. Dalam tubuh manusia, telur menetas menjadi
onkosfer lalu menjadi heksakant.
9. Sistiserkus dapat berkembang di semua organ
manusia, umumnya pada jaringan di bawah
kulit, juga mata dan otak.

Diagnosis
 tindakan pemeriksaan endoskopi, Taenia telah hidup di duodenum (usus halus).
 dengan pemeriksaan badan leher/segmen gravid, yang keluar dari anus.
 dengan pemeriksaan tinja/kotoran (tidak mempengaruhi peningkatan total IgE).
https://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_pita_babi

Perbedaan antara Teania solium dan Teania saginata

Taenia solium Taenia saginata


Inang perantaranya babi Inang perantaranya sapi
Bagian Skoleknya terdapat kait pada Bagian skoleknya tidak terdapat kait pada
alat penghisanya alat penghisapnya
Nama larvanya Cysticercus cellulosae Nama larvanya Cysticercus bovis
Jumlah segmen 700-1000 Jumlah segmen 1000-2000
Ukuran tubuh (3-8) x 0,01 m Ukuran tubuh (4-15) x 0,01 m
Jumlah telur 30-50 ribu pada setiap Jumlah telur lebih dari 100 ribu pada setiap
segmennya segmennya

https://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_pita_babi

1. Telur – Cestoda bereproduksi seksual, lalu menghasilkan (dan menyimpan) telur pada
proglotid-nya. Segmen proglotid yang matang kemudian “rontok” bersamaan dengan
telur-telur yang dikandungnya. Telur ini keluar melalui kotoran inang primer dan
dimakan oleh inang perantara (sapi, babi, dll.).
2. Onkosfer (en: oncosphere) – Dalam tubuh inang perantara, telur menetas menjadi
onkosfer, yaitu larva heksakant (en: hexacanth) yang masih dibungkus oleh lapisan
embrionik.
3. Larva heksakant – Onkosfer menjadi larva heksakant yang mampu menembus
dinding saluran pencernaan, dan terbawa menuju otot.
4. Sista sistiserkus (en: cysticercus) – larva heksakant yang telah berada di otot
kemudian membungkus diri menjadi sistiserkus. Sistiserkus ini bisa bertahan beberapa
tahun pada hewan (inang perantara), kemudian akan terbawa ke inang primer (inang
definitif) apabila termakan bersamaan dengan daging hewan.
5. Cacing pita muda – sistiserkus yang berada di usus inang primer akan menempel dan
mulai tumbuh menjadi dewasa.
6. Cacing pita dewasa – cacing dewasa menempel pada usus dengan skoleks dan mulai
melakukan reproduksi seksual, proglotid cacing pita mulai terisi dengan telur yang
berjumlah puluhan sampai ratusan ribu per segmen proglotid. Hebatnya, cacing pita
bisa memiliki 1.000 – 2.000 segmen.
7. Proglotid rontok – ketika sudah matang dan berisi telur, segmen-segmen proglotid
yang penuh dengan telur mulai berguguran dan terbawa melalui kotoran.

https://www.tentorku.com/siklus-hidup-cacing-pita-cestoda/
Hymenolepis nana

Kingdom : Animalia Hymenolepis nana adalah cestoda yang tersebar di


Phylum : Platyhelminthes seluruh dunia baik (kosmopolit) di daerah beriklim
Class : Cestoda tropis maupun sedang. Seperti Mesir, Sudan,
Ordo : Cyclophyllidea Thailand, India, Jepang, Amerika Selatan, Eropa
Selatan, dan juga ditemukan di Indonesia. Infeksi dari
Family : Hymenolepididae
Hymenolepis nana ditemukan banyak terdapat pada
Genus : Hymenolepis
orang-orang dengan sanitasi yang buruk dan padat.
Species : Hymenolepis nana Infeksi cestoda ini pada manusia sering terjadi pada
Nama penyakit : Hymenolepiasis anak-anak, juga terdapat di tikus dan mencit. Survey

yang dilakukan di negara-negara menunjukkan frekuensi dari 0,2- 3,7% walaupun di daerah-
daerah tertentu 10% dari anak-anak menderita infeksi ini. Di Amerika Serikat bagian selatan
frekuensinya 0,3-2,9%. Infeksi ini kebanyakan terbatas pada anak-anak dibawah umur 15
tahun. Frekuensinya agak lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan
presentase infeksi pada orang negro kira-kira setengahnya dari bangsa kulit putih.

Morfologi
Spesies terkecil dari Cestoda, jarang melebihi panjang 40 mm dan 1 mm lebar. The scolex beruang
ditarik rostellum dipersenjatai dengan lingkaran tunggal dari 20 sampai 30 kait. scolex juga memiliki
empat pengisap, atau tetrad a. Leher panjang dan ramping, dan segmen yang lebih luas dari panjang.
Genital pori-pori yang unilateral, dan setiap segmen dewasa berisi tiga testis. Setelah apolysis ,
segmen gravid hancur, melepaskan telur, yang mengukur 30-47 um dengan diameter. oncosphere
ditutupi dengan tipis, hialin, membran luar dan dalam, membran tebal dengan thickenings kutub yang
menanggung beberapa filamen. The embryophores berat yang memberikan telur taeniid penampilan
karakteristik mereka lurik kurang dalam ini dan keluarga lain dari cacing pita menginfeksi manusia.
rostellum yang tetap invaginated di puncak organ. kait Rostellar yang berbentuk seperti garpu tala.
Leher panjang dan ramping, wilayah pertumbuhan. The Strobila dimulai dengan singkat, proglottids
sempit, diikuti dengan yang matang.
Siklus Hidup
Infeksi didapat paling umum dari telur dalam tinja
individu lain yang terinfeksi, yang ditransfer dalam
makanan, oleh kontaminasi. Telur menetas dalam
duodenum, melepaskan oncospheres, yang menembus
mukosa dan datang untuk berbaring di saluran getah
bening dari vili. Sebuah oncosphere berkembang
menjadi cysticercoid yang memiliki ekor dan scolex
well-formed. Ini terbuat dari serat memanjang dan
spade berbentuk dengan sisa cacing masih di dalam
kista. Dalam lima sampai enam hari, cysticercoids
muncul ke dalam lumen usus kecil, di mana mereka
melampirkan dan matang.
Hymenolepis diminuta

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Species : Hymenolepis diminuta
Nama penyakit : Hymenolepiasis

Hymenolepis diminuta, juga dikenal sebagai cacing pita tikus, adalah spesies Hymenolepis
cacing pita yang menyebabkan hymenolepiasis . Ini memiliki telur lebih besar dan sedikit
proglottids dari H. nana dan mamalia menginfeksi menggunakan serangga sebagai host
intermediate . Struktur dewasa panjang 20 hingga 60 cm dan proglottid matang adalah mirip
dengan H. nana, kecuali itu adalah lebih besar. H. diminuta lazim di seluruh dunia, tetapi
hanya beberapa ratus kasus manusia telah dilaporkan. Beberapa kasus yang pernah
dilaporkan di Australia, Amerika Serikat, Spanyol, Italia dan. Di negara-negara seperti
Malaysia, Thailand, Jamaika, Indonesia, prevalensi lebih tinggi.
Morfologi
Cacing dewasa berukuran 20-60 cm mempunyai 800-1000 buah proglotid. Skoleks kecil
bulat, mempunyai 4 batil isap, dan rosteum tanpa kait-kait. Proglotid matang berukuran 0,8 x
2,5 mm. Proglotid gravid mengandung uterus yang berbentu kantong dan berisi kelompok-
kelompok telur. Apabila proglotid gravid lepas dari strobila, menjadi hancur dan telurnya
keluar bersama tinja. Telurnya agak bulat berukuran 60-79 mikron, mempunyai lapisan luar
yang jernih dan lapisan yang dalam yang mengeliilingi onkosfer dengan penebalan pada 2
kutub, tetapi tanpa filamen. Onkosfer mempunyai 6 buah kait.
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Hospes perantaranya adalah serangga berupa
pinjal dan kumbang tepung. Dalam pinjal, telur berubah menjadi larva sistiserkoid. Bila
serangga dengan sistiserkoid tertelan oleh hospes definitif maka larva menjadi cacing dewasa
di rongga usus halus.

Siklus hidup
arthropoda coprophilic (intermidiete host) yaitu
kutu, lepidoptera dan coleoptera menelan telur.
Telur berkembang menjadi cysticercoids,
oncospheres menetas dan kemudian menembus
dinding usus. Hewan Pengerat dan Manusia,
terutama anak-anak dapat menjadi terinfeksi ketika
mereka memakan arthropoda., Sebagai tuan rumah
definitif (tikus) makan arthropoda terinfeksi,
cysticercoids hadir dalam rongga tubuh berubah
menjadi cacing orang dewasa. Telur yang
dihasilkan kemudian melewati tinja. Dalam temuan
terbaru, transmisi kumbang-ke-kumbang H.
diminuta dapat dilihat melalui feses.
Diphyllobothrium latum

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class: Cestoda

Subclass : Eucestoda

Order : Pseudophyllidea

Family : Diphyllobothriidae

Genus : Diphyllobothrium

Species : D. latum

Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan Carnivora pemakan ikan, terutama di
Eropa Utara.Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang. D. latum sering
dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang
terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak ditemukan didaerah Skandinavia,
Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israel. Panjang cacing
dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur / hari. Tubuhnya panjang yang terdiri dari
segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
Morfologi
Ditemukan pada usus halus manusia, anjing, kucing, babi, beruang, mamalia pemakan ikan.
Cacing memiliki ukuran 2-12 m warna abu-abu kekuningan dengan bagian tengah berwarna
gelap (berisi uterus dan telur). Testis dan gld. Vitellaria terletak di lateral, ovarium di tengah
berlobus 2. Uterus berbentuk bunga di tengah dan membuka di ventral. Porus uterus terletak
disebelah porus genitalis. Telur keluar terus menerus di tinja dengan ukuran 67-71 x 40-51 μ.
Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan
panjangnya sampai 450-900 cm.
Siklus Hidup
Telur masuk kedalam air agar bisa menetas menja
dicoracidium.Coracidium(larva) dimakan oleh
Cyclops atau Diaptomus untuk bisa melanjutkan
siklus hidupnya. Didalam tubuhCyclops larva akan
tumbuh menjadi larva procercoid.
Bila Cyclops yang mengandung larva precercoid
dimakan oleh ikan tertentu (intermediate host
kedua), maka larva cacing akan berkembang
menjadi plerocercoid. Plerocercoid ini akan berada
didalam daging ikan.
Bila daging ikan yang mengandung plerocercoid ini
dimakan manusia, maka akan terjadi penularan. Di
dalam intestinum manusia, plerocercoid akan
berkembang menjadi cacing dewasa.

Diagnosis
Menemukan telur atau proglotid dalam tinja
Echinococcus granulosus

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Taeniidae

Genus : Echinococcus

Species : E. granulosus

Hospes cacing ini adalah anjing dan karnivora lainnya. Parasit ini dapat menyebabkan
hidatidosis. Kista hidatid paru sangat berbahaya dan fatal terutama apabila kista ini pecah
dapat menyebabkan shock yang berat.
Morfologi
Cacing dewasa adalah cacing kecil yang berukuran 3-6 mm. Skoleks bukat, dilengkapi 4 batil
isap dan rostelum dengan kait-kait, mempunyai leher. Mempunyai 1 proglotid imatur, 1
proglotid matur, 1 proglotid gravid
Daur Hidup
Cacing dewasa di usus anjing → Telur dikeluarkan
bersama tinja → telur tertelan hospes perantara →
telur menetas di rongga duodenum → embrio yang
dikeluarkan menembus dinding usus → masuk ke
saluran limfe → peredaran darah → alat-alat tubuh
(terbentuk kista hidatid) → kista termakan anjing
→ cacing dewasa

Patologi dan Gejala Klinis


•Ada beberapa hal gejala, yaitu:
1. Desakan kista hidatid
2. Cairan kista yang dapat menmbulkan reaksi alergi
3. Pecahnya kista, cairan kista masuk peredaran darah, dapat menimbulkan renjatan
anaflaktik yang dapat menyebabkan kematian
•Gejala-gejala lain: hemoptisis ringan, batuk, dispnea, sakit dada yang tidak menetap,
palpitasi, urtikaria.
•Infeksi ditandai dengan adanya pembentukan kista tunggal unilokular atau majemuk yang
membesar.
Echinococcus multilocularis

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea

Family : Taeniidae

Genus : Echinococcus

Species : E. multilocularis

Hospes definitif cacing ini adalah anjing, anjing hutan, musang, kucing, serigala, dan hewan
karnivora lainnya. Hospes perantaranya adalah tikus, tikus ladang, mencit ladang dan tupai
tanah. Penyakit yang disebabkan cacing ini adalah hidatidosis multilokularis (Onggowaluyu,
2002).
Morfologi
a. Cacing dewasa sangat mirip dengan E.granulosus, tetapi ukurannya lebih kecil, panjangnya
hanya 1,2-3,7 mm. Sedikit menghasilkan proto scolex.
c. Kista berupa Hydati dalveolaris dengan ciri-ciri: 1. Membran berlapis tipis. 2. Berlubang
seperti bunga karang. 3. Terdapat zat seperti agar
Siklus hidup
Echinococcus multilocularis hampir sama dengan
Echinococcus granulosus hanya saja hospes
perantaranya yang berbeda. Telur dikeluarkan
bersama tinja anjing atau carnivora lainnya. Bila
telur tertelan oleh hospes perantara yang sesuai
seperti mencit lading, tupai tanah atau manusia
maka embrio yang dikeluarkan menembus dinding
usus, masuk ke dalam saluran limfe atau vena kecil
di mesentrium, dan dengan aliran darah di bawa ke
berbagai bagian tubuh terutama hati, paru, otak,
ginjal, limpa, otot, tulang, dan lain-lain. Bila tidak
dirusak oleh sel fagosit, kait-kaitnya menghilang,
embrio tersebut mengalami vesikulasi di tengah,
dan dalam waktu lima bulan menjadi kista hidatid
dengan ukuran diameter kira-kira 10mm. Bila kista
hidatid ini termakan anjing atau kucing, maka kista
ini akan mengeluarkan protoscolex yang
berkembang di usus halus menjadi cacing dewasa
(Onggowaluyu, 2002).
Patologi
Kista hidatid tumbuh seperti tumor ganas. Skoleks tersebar ke seluruh tubuh sehingga
gejalanya lebih berat daripada hidatidosis yang disebabkan oleh Echinococcus granulosus
(Onggowaluyo,2002)
Fasciola hepatica

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Subclass : Digenea

Ordo : Echinostomida

Subordo : Distomata
Family : Fasciolidae

Genus : Fasciola

Species : F. hepatica

Genus cacing fasciola ada 2 jenis yang sering menginfeksi yaitu fasciola hepatica dan
fasciola gigantica. Fasciola hepatica merupakan salah satu spesies cacing yang merupakan
parasit dalam tubuh manusia. Fasciola tergolong dalam kelas TREMATODA, filum
PLATYHELMINTES. Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi, dan kadang-kadang
parasit ini ditemukan pada manusia. Fasciola hepatica merupakan penyakit fascioliasis.
Fascioliasis banyak ditemukan di negara-negara Amerika Latin dan negara-negara sekitar
Laut Tengah.
Morfologi
Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Pada bagian depan
terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap
yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian
tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu
saat bergerakan. Telur cacing ini berukuran 140 x 90 mikrondikeluarkan melalui saluran
empedu hospes bersama dengan tinja dari tubuh hospes dalam keadaan belum matang.
Siklus hidup
1. Telur keluar ke alam bebas bersama faeces domba.
Bila menemukan habitat basah. telur menetas dan
menjadi larva bersilia, yang disebut Mirasidium.
2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea
akan tumbuh menghasilkan Sporokista.
3. Sporokista seara partenogenesis akan menghasilkan
Redia
4. Redia secara paedogenesis akan membentuk
serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput
menempel pada rumput dan berubah menjadi
metaserkaria.
5. Metaserkasria termakan oleh hewan ternak
berkembang menjadi cacing muda yang selanjutnya
bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang
baru untuk memulai daur hidupnya

Fasciola hepatica, juga dikenal sebagai kebuntuan hati biasa atau hati busuk domba, adalah
parasit cacing pipih dari kelas Trematoda , filum Platyhelminthes yang menginfeksi hati dari
berbagai mamalia , termasuk manusia. hepatica didistribusikan di seluruh dunia.

Fasciolopsis buski

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Subclass : Digenea

Ordo : Echinostomida

Subordo : Distomata
Family : Fasciolidae

Genus : Fasciolopsis

Species : F. buski

Morfologi
Cacing dewasa berbentuk ovoid berwarna kemerahan berukuran (20 – 75) x ( 8 – 20) x (1 –
3) mm, mempunyai dua batil isap, batil isap mulut < batil isap perut. Testes bercabang-
cabang, atas bawah. Ovarium bercabang-cabang di atas testis, Kelenjar vitalaria di bagian
lateral. Sekum tidak bercabang, Uterus berkelok kelok, Anus tidak ada.
Telur berbentuk lonjong, mempunyai operkulum, dinding transparant, ukuran (130 – 140) x
(80 – 85) µm - Isi sel telur (unembryonated). cacing mengeluarkan 5000-48000 butir telur
sehari.
Siklus Hidup
Telur keluar bersama feses ke dalam air, menetas
setelah 3-7 minggu. mirasidium yang bersilia keluar
dari telur yang menetas,berenang bebas dalam air untuk
masuk ke dalam tubuh hospes perantara I yang sesuai.
biasanya hospes perantara I tersebut adalah keong air
tawar, seperti genus segmentina, hippeutus, dan
gyraulus, dalam keong, mirasidum tumbuh menjadi
sporokista yang kemudian berpindah ke daerah jantung
dan hati keong. bila sporokista matang menjadi koyak
dan melepaskan banyak radia induk.dalam radia di
bentuk banyak radia anak, lalu membentuk serkaria,
sarkaria ini seperti miresidum yang dapat berenang
bebas dalm air, berbentuk seperti kecebong ,ekornya
melurus dan meruncing pada ujungnya,berukurang kira-
kira 500 mikron dengan badan agak bulat dengan
berukuran 195mikron x 145mikron. Serkaria menempel
pada rumput dan berubah menjadi metaserkaria.
Metaserkaria termakan oleh hewan ternak berkembang
menjadi cacing muda yang selanjutnya bermigrasi ke
saluran empedu pada hati inang yang baru untuk
memulai daur hidupnya

Paragonimus westermani

Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Plagiorchiida
Famili : Troglotrematidae
Genus : Paragonimus
Spesies : P. westermani

Salah satu trematoda paru-paru yang bersifat hermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit
paragonimiasis. Trematoda ini mempunyai nama lain the lung fluke, Distoma westermani,
dan Paragonimus ringeri. Hospes definitif : manusia, anjing, kucing Hospes intermedier 1 :
keong air tawar (Melania sp.) Hospes intermedier 2 : kepiting (Potamon sp., Paratelphusa sp.,
Sesarma sp.) udang air tawar (Astacus sp., Cambarus sp.)
Morfologi
Cacing dewasa tebal berbentuk seperti biji kopi Berwarna coklat kemerahan Ukuran :
panjang 7 – 12 mm, lebar 4 – 6 mm, dan ketebalan 3 mm Oral sucker terletak subterminal,
ventral sucker di bagian tengah tubuh. Oral dan ventral sucker mempunyai ukuran yang sama
besarnya Testis dua buah berlekuk dalam saling berdampingan, terletak di ½ posterior badan
Ovarium besar berlekuk dalam di sebelah lateral dari testis Kelenjar vitelaria meluas di
seluruh daerah lateral Porus genitalis terletak di dekat tepi belakang ventral sucker
Telur berbentuk oval Ukuran : panjang 80 – 120 μm dan lebar 50 – 60 μm Mempunyai
operculum yang khas berdinding tebal Telur berisi sel-sel ovum (belum matang)
Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di jaringan paru-paru → bertelur
kemudian telur akan melalui bronkus dan keluar
dengan dua cara → 1. dibatukkan bersama sputum
yang haemorrhagia, 2. jika sputum tertelan maka
telur akan masuk ke dalam saluran pencernaan dan
akan keluar bersama tinja → telur yang belum
mengalami embrionisasi jika jatuh ke air akan matang
(berisi mirasidium) → dalam 3 – 4 minggu menetas
dan keluar mirasidium → mirasidium masuk ke
hospes perantara 1 (Melania sp.) → berkembang
menjadi sporokista → redia 1 → redia 2 → cercaria
→ cercaria keluar kemudian masuk ke hospes
perantara 2 → didalam insang hospes perantara 2
cercaria membungkuskan diri dalam kista bulat dan di
sebut metaserkaria → metaserkaria dalam hospes
perantara 2 tertelan manusia → mengalami enkistasi
dalam usus halus → menerobos dinding usus →
menembus diafragma dan rongga pleura → menjadi
dewasa dalam paru-paru. Kadang-kadang dapat
mengembara ke otak dan menjadi dewasa di situ.
Cacing ini dapat hidup selama 5 – 6 tahun.

Clonorchis sinensis

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Trematoda

Ordo : Opisthorchiida

Famili : Opisthorchiidae

Genus : Clonorchis

Spesies : C. sinensis

Clonorchis merupakan Trematoda hati. Cacing Clonorchis atau "chinese liver fluke" atau
"Clonorchis sinensis" hidup dalam hati manusia, daur hidupnya hampir sama dengan
Fasciola, hanya inang perantaranya adalah ikan air tawar. Untuk menghindari penyakit ini,
masaklah ikan air tawar secara sempurna karena jika terkena penyakit ini akan menyebabkan
kerusakan hati yang dapat menyebabkan kematian.
Morfologi
Cacing pipih berbentuk daun.Bagian posteriornya membulat dan pada integumenya tidak
ditemukan duri.Ukuran cacing dewasa 10-25 X 3-5mm.Batil isap kepala lebih besar dari pada
batil isap perut.Testis berlobus dalam tersusun membentuk tandem dan terletak dibagian
posterior tubuh .Ovarioum terletak dibagian anterior testis pada bagian tengah tubuh .porus
genital di depan dakat batili sap perut,uterus berisi telur bermuara pada porus
genital.Filtelaria membentuk folikel-folikel lembut dan ter letak di lateral tubuh.
Telur berbentuk oval seperti kendi operkulum besar ,bagian posteriornya menebal dan
biasanya ada tonjolan kecil.Telur berisi mirasiduim,ukuran telur 25-35 X 12-19 mikron,dan
warna telur kuning.
Siklus hidup
1. Telur yang sudah berembrio terbawa oleh kotoran.
2. Telur tersebut dimakan siput (inang perantara
pertama) dan berkembang menjadi (2a) mirasidium,
(2b) sporosista, (2c) redia, dan (2d) serkaria.
3. Serkaria yang motil berenang bebas di air dan
membentuk sista pada kulit atau daging ikan air
tawar (inang perantara kedua).
4. Sista (metaserkaria) di dalam daging atau kulit ikan
termakan oleh manusia.
5. Metaserkaria “pecah” di usus dua belas jari.
6. Cacing hati dewasa hidup pada hati manusia (inang
primer).

Schistosoma haematobium

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Subclass : Digenea

Ordo : Prosostomata

Family : Schistosomatoidea
Genus : Schistosoma

Species : S. haematobium

Schistosoma haematobium adalah salah satu spesies trematoda darah yang bersifat
anhermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit Schistosomiasis haematobium. Penyakit
Schistomiasis haematobium disebut juga dengan vesical bilharziasis, urinary bilharziasis,
endemic hematuria, vesical schistosomiasis, dan schistosomal hematuria. Parasit ini disebut
juga dengan The Vesical Blood Fluke. Hospes intermedier : keong air (Bulinus sp,
Planorbarius sp) Hospes definitif : manusia
Morfologi
- Cacing dewasa non hermaprodit (jenis kelamin cacing jantan dan betina terpisah)
- Ukuran cacing jantan : panjang ±10 mm, lebar ±1 mm
- Ukuran cacing betina : panjang ±20 mm, lebar ±0,25 mm
- Mempunyai 2 buah batil isap
- Intestinal coecum bersatu pada bagian posterior
- Cercaria mempunyai ekor bercabang dua dan dapat menginfeksi hospes dengan jalan
menembus kulit (bentuk infektif) tanpa melalui metaserkaria
- Cacing jantan mempunyai sebuah saluran (lekukan) memanjang di sebelah ventral badan
yang dibentuk oleh lipatan kedua tepi lateral badan ke arah ventral dimana terdapat cacing
betina, celah ini disebut dengan Canalis gynecophorus
- Telur berbentuk oval
- Telur tidak mempunyai operculum
Mempunyai spina atau duri yang berbeda-beda tiap spesies
Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di vena sekitar vesica
urinaria, uterus dan daerah pelvis → telur
keluar dari tubuh bersama urie → di dalam air
telur menetas → keluar mirasidium → masuk
ke hospes perantara → berkembang menjadi
sporokista → keluar dari hospes perantara →
menjadi cercaria → penetrasi ke kulit manusia
→ ikut sirkulasi darah → menuju jantung,
paru-paru, kembali ke jantung → masuk
sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di
vena sekitar vesica urinaria, uterus dan daerah
pelvis.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan urine atau dengan
pemeriksaan serologis secara fiksasi komplemen.

Schistosoma mansoni
Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Subclass : Digenea

Ordo : Prosostomata

Family : Schistosomatoidea

Genus : Schistosoma

Species : S. mansoni

Schistosoma mansoni adalah salah satu spesies trematoda darah yang bersifat
anhermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit Schistosomiasis mansoni. Penyakit
Schistomiasis mansoni disebut juga dengan manson’s intestinal schistosoiasis, bilharziasis,
schistosomiasis usus. Hospes intermedier : keong air (Biomphalaria sp, Australorbis sp,
Tropicorbis sp) Hospes definitif : manusia, kera, rodentia
Morfologi
- Cacing dewasa non hermaprodit (jenis kelamin cacing jantan dan betina terpisah)
- Ukuran cacing jantan : panjang ±10 mm, lebar ±1 mm
- Ukuran cacing betina : panjang ±20 mm, lebar ±0,25 mm
- Mempunyai 2 buah batil isap
- Intestinal coecum bersatu pada bagian posterior
- Cercaria mempunyai ekor bercabang dua dan dapat menginfeksi hospes dengan jalan
menembus kulit (bentuk infektif) tanpa melalui metaserkaria
- Cacing jantan mempunyai sebuah saluran (lekukan) memanjang di sebelah ventral badan
yang dibentuk oleh lipatan kedua tepi lateral badan ke arah ventral dimana terdapat cacing
betina, celah ini disebut dengan Canalis gynecophorus
- Telur berbentuk oval
- Telur tidak mempunyai operculum
Mempunyai spina atau duri yang berbeda-beda tiap spesies
Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di vena mesenterica
superior dan plexus haemorrhoidalis → telur
menembus jaringan submukosa intestinum →
masuk ke dalam lumen usus dan keluar dari
tubuh bersama tinja → di dalam air telur
menetas → keluar mirasidium → masuk ke
hospes perantara → berkembang menjadi
sporokista → keluar dari hospes perantara →
menjadi cercaria → penetrasi ke kulit manusia
→ ikut sirkulasi darah → menuju jantung,
paru-paru, kembali ke jantung → masuk
sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di
vena mesenterica. Cacing dewasa dapat
berumur sampai 26 tahun dan dapat
menghasilkan telur sampai 300 butir tiap
cacing perhari.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja atau dengan
pemeriksaan serologis secara fiksasi komplemen.
Schistosoma japonicum

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Subclass : Digenea

Ordo : Prosostomata

Family : Schistosomatoidea

Genus : Schistosoma

Species : S. japonicum

Schistosoma japonicum adalah salah satu spesies trematoda darah yang bersifat
anhermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit Schistosomiasis japonicum. Schistomiasis
japonicum disebut juga dengan oriental intestinal schistosomiasis, yangtze valley fever,
hankow fever, dan katayama disease. Schistosoma japonicum mempunyai nama lain yaitu the
oriental blood fluke. Hospes intermedier : keong air (Onchomelania sp) Hospes definitif :
manusia, binatang domestik, rodentia
Morfologi
- Cacing dewasa non hermaprodit (jenis kelamin cacing jantan dan betina terpisah)
- Ukuran cacing jantan : panjang ±10 mm, lebar ±1 mm
- Ukuran cacing betina : panjang ±20 mm, lebar ±0,25 mm
- Mempunyai 2 buah batil isap
- Intestinal coecum bersatu pada bagian posterior
- Cercaria mempunyai ekor bercabang dua dan dapat menginfeksi hospes dengan jalan
menembus kulit (bentuk infektif) tanpa melalui metaserkaria
- Cacing jantan mempunyai sebuah saluran (lekukan) memanjang di sebelah ventral badan
yang dibentuk oleh lipatan kedua tepi lateral badan ke arah ventral dimana terdapat cacing
betina, celah ini disebut dengan Canalis gynecophorus
- Telur berbentuk oval
- Telur tidak mempunyai operculum
- Mempunyai spina atau duri yang berbeda-beda tiap spesies
Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di vena mesenterica
inferior di sekitar intestinum tenue → telur
menembus jaringan submukosa intestinum →
masuk ke dalam lumen usus dan keluar dari
tubuh bersama tinja → di dalam air telur
menetas → keluar mirasidium → masuk ke
hospes perantara → berkembang menjadi
sporokista → keluar dari hospes perantara →
menjadi cercaria → penetrasi ke kulit manusia
→ ikut sirkulasi darah → menuju jantung,
paru-paru, kembali ke jantung → masuk
sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di
vena mesenterica. Cacing dewasa dapat
berumur 5 – 6 tahun.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja atau dengan
pemeriksaan serologis secara fiksasi komplemen.
Sumber : http://medlab.id/schistosoma-japonicum/

Sumber : http://medlab.id/schistosoma-mansoni/

http://medlab.id/schistosoma-haematobium/

http://medlab.id/paragonimus-westermani/

http://windypuspita.blogspot.co.id/2010/05/trematoda-usus.html

Sumber : http://medlab.id/trematoda-darah/

Ames, 2005, Taenia infection, Journal of taenia infection, Iowa State University, Iowa

Departement of Parasitology Universitu Cambridge. 2010. Schistosoma. http://www.path.cam.ac.uk/-


schisto/schistosoma/schisto parhology.html. Diakses pada tanggal 25 Maret 2013
Ishii A; Tsuji M; Tada I (2003 Dec). “ History of Katayama disease: Echinococcus granulosus in Katayama
district, Hiroshima, Japan”. (New York: Elsevier) 52 (4): 313-9

J. Marijaj, dkk, 2011, Intestinal Perforation due to Tapeworm Taenia Solium, Journal of Clinical and Diagnostic
Research. 2011 October, Vol-5(5): 1101-1103

Leiby, P. D., W. P. Corney, and C. E. Woods. 1970. Studies on sylvatic echinococcosis: III. Host

occurrence and geographic distribution of Echinococcus multilocularis in the north central United
States. Journal of Parasitology 56: 1141-1150.

Muslim, HM, 2009, Parasitologi untuk Keperawatan, PT. EGC : Jakarta

Natadisastra, D, 2005, Parasitologi Kedokteran, PT. EGC, Jakarta

Onggowaluyo, Jangkung Samidjo., 2002, PARASITOLOGI MEDIK I Helmintologi, Penerbit

Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Soedarto, 2008, PENGOBATAN PENYAKIT PARASIT, CV. Sagung Seto : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai