Anda di halaman 1dari 33

4 mikroorganisme yaitu: antibiotic, pigmen, vitamin, dan lain-lain (Fardiaz, 1992).

Beberapa contoh metabolit sekunder mikroba dan manfaatnya (Fardiaz, 1992):


 Antibiotik: penisilin (Penicillium chrysogeum), sefalosporin (Cephalosporium
acremonium).
 Imunosupresan: silosporin (Trichoderma polysoprum).
 Bidang pertanian: growth promoter Zearalonone (Gibberella zeae).
 Enzim: amylase (Aspegillus niger), lipase (Pseudomonas aeruginosa).
 Pigmen: ankaflavin (Monascus purpureus).
Metabolit sekunder mikroba yang merupakan senyawa toksik (Fardiaz, 1992):
 Toksik dari fungi mikotoksin, contoh: aflatoksin (Aspergillus flavus), sitrinin
(Penicillium citrinum).
 Toksik dari bakteri bakterotoksin, contoh: endotoksin.
 Dapat dimanfaatkan untuk merancang obat berdasarkan struktur molekul toksin.
 Penicillium di atas selain menghasilkan patulin, senyawa yang paling awal dirancang
untuk menjadi antibiotik, tetapi ternyata toksik untuk mamalia (Fardiaz, 1992).
Metabolisme pada jamur berhubungan dengan nutrisi yang dimakan oleh jamur
tersebut. Jamur akan mengeluarkan enzim yang dapat memecah makanan atau nutrisi
yang tersedia menjadi zat yang lebih sederhana sehingga jamur tesebut dapat
menggunakan nutrisi yang ada. Dengan begitu maka hasil dari metabolisme pada setiap
jamur akan berbeda-beda. Misalnya jamur yang menggunakan nutrisi berupa
karbohidrat maka jamur tersebut akan mengeluarkan enzim amylase yang merubahnya
menjadi glukosa yang mampu digunakan oleh jamur tersebut.

MAKALAH
Filum Ascomycota
“Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikologi”
Disususn Oleh:

Siti Masruroh 130210103048

Program Studi Pendidikan Biologi


Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan
UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul” Filum
Ascomycota” tepat pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikologi. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun
sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Jember, 13 Januari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


1
KATA PENGANTAR .....................................................................................
2
DAFTAR ISI .............................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................
4
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
4
1.3 Tujuan ..............................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Morfologi dan Anatomi Ascomycota ................................................
6 ........................................................................................................
..........................................................................................................
5
2.2 Metabolisme pada Ascomycota .........................................................
8 6
2.3 Pertumbuhan Ascomycota .................................................................
12
2.4 Reproduksi pada Ascomycota ...........................................................
14 ......................................................................................................
..........................................................................................................
5
2.5 Sistematika pada Ascomycota ...........................................................
18 6
2.6 Peranan Ascomycota .........................................................................
22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 31
3.2 Saran .................................................................................................. 31
GLOSARIUM........................................................................................ 32
PERTANYAAN DAN JAWABAN.......................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur (Fungi) termasuk makhluk hidup eukariot yang tidak berklorofil. Ciri khas lainnya
adalah dinding sel jamur tersusun atas kitin. Tubuhnya terdiri dari satu sel atau berbentuk
benang yang disebut hifa. Jamur tempe (Rhizopus) atau jamur oncom (Neurospora)
mempunyai hifa. Hifa jamur tempe dan jamur oncom seperti serabut kapas. Hifa tumbuh
bercabang-cabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Jamur yang terdiri dari satu
sel miselium adalah jamur ragi (Saccharomyces).
Jamur tidak dapat berfotosintesis, sehingga jamur dapat mengambil makanan dari
lingkungannya (heterotrof). Jamur hidup secara saprofit maupun parasit. Jamur saprofit banyak
dijumpai diatas tanah, kayu lapuk atau bangkai binatang. Contoh jamur saprofit adalah jamur
kayu, jamur kuping, jamur merang, dan jamur karat. Jamur yang hidup parasit misalnya jamur
panu yamg hidup pada kulit manusia.
Jamur dapat diklasifikasikan berdasarkan hifa dan alat reproduksinya. Jamur dibedakan
menjadi 4 divisi, yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota. Saat ini
masih terdapat jamur yang belum diketahui cara reproduksinya seksualnya. Jamur yang
demikian dikelompokkan dalam divisi Deuteromycota yang berarti jamur tak tentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan ciri-ciri morfologi dan anatomi Ascomycota?
2. Bagaimana metabolisme pada Ascomycota?
3. Bagaimana pertumbuhan pada Ascomycota?
4. Bagaimana reproduksi pada Ascomycota?
5. Bagaimana sistematika pada Ascomycota?
6. Apa saja peranan Ascomycota dalam fermentasi dan lingkungan?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan ciri-ciri morfologi dan anatomi Ascomycota.
2. Untuk menjelaskan metabolisme pada Ascomycota.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan pada Ascomycota.
4. Untuk mengetahui reproduksi pada Ascomycota.
5. Untuk mengetahui sistematika pada Ascomycota.
6. Untuk mengetahui peranan Ascomycota dalam fermentasi dan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Morfologi dan Anatomi Ascomycota


Ascomycota merupakan kelompok jamur yang terbesar, ada yang hidup saprofit dan
ada juga yang parasit. Ciri-ciri umum Ascomycota adalah sebagai berikut:
1. Tubuh ada yang uniselluler dan ada yang multiselluler.
2. Memiliki hifa yang bersekat-sekat dan berinti banyak.
3. Hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis dengan Lichenes.
Hifa adalah suatu struktur fungi berbentuk lubang menyerupai seuntai benang panjangyang
terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia (Gandjar, 2006). Selain itu, terdapatt jenis jamur
yang mempunyai hifa berlubang sehingga protoplasma dan inti sel dapat mengalir dari satu sel
ke sel yang lainnya. Struktur tubuh jamur dari golongan Ascomycota ada yang multiselluler
dan ada yang uni selluler seperti pada ragi (Wahyuni, 2010). Hifa Ascomycota umumnya tegak
tegak pada miselium yang ada dipermukaan substrat yang disebut hifa fertil, karena berperan
untuk reproduksi. Hifa fertil dapat berupa sporangiofor atau konidiofor atau korpus dengan
tujuan agar penyebaran sel reproduksi yang dibawanya berlangsung lebih mudah. Hifa-hifa
yang sudah terjalin menjadi suatu jaringan miselium yang makin lama makin tebal akan
membentuk suatu koloniyang dapat dilihat secara kasat mata (Gandjar, 2006).
Hifa yang berseptum dan memiliki satu inti disebut hifa monositik, sedangkan hifa
yang tidak berseptum sehingga memiliki banyak inti disebut hifa senositik. Fungi yang
hifanya tidak berseptum baru membuat septum apabila fungi tersebut akan membentuk
suatu struktur yang akan dilepas dari tubuh utama atau apabila fungi terpaksa membuat
struktur tertentu untuk melindungi dirinya terhadap keadaan yang kurang
menguntungkan, misalnya dengan membentuk klamidospora (Gandjar, 2006).
Dinding sel Ascomycota memberikan bentuk kepada sel dan melindungi isi sel dari
lingkungan. Meskipun kokoh, dinding sel tetap bersifat permiabel untuk nutrien-nutrien yang
dibutuhkan bagi kehidupan fungi. Komponen penting dinding sel sebagian besar adalah kitin
(Gandjar, 2006).
Septum adalah suatu sekat yang membagi hifa menjadi kompartemen. Meskipun demikian
protoplasma sel masih saling berhubungan karena septum tersebut memiliki lubang-lubang.
Septum pada Ascomycota mengalai suatu pembengkakan disekeliling pori septum membentuk
seperti cincin besar. Ukuran pori septa berkisar 50-500nm yang berfungsi sebagai transfer
sitoplasma dan nutrisi antar septa, sehingga mempercepat pertumbuhan hifa muda. Beberapa
jenis Ascomycota mempunyai Woronin body yang tersusun atas protein, berfungsi menutup
pori dan menjaga sitoplasma apabila terdapat jaringan yang rusak.

Anatomi Ascomycetes
a) Jamur Ascomycota “jamur kantung” ada yang uniseluler dan multiseluler.
b) Ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit.
c) Hifa bersekat.
d) Berkembangbiak secara seksual dengan membentuk spora yang dihasilkan
dalam suatu kantung (askus) yang disebut askospora
e) Berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu spora
yang dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa
f) Didalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan
pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap haploid akan membelah
secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8
Contohnya yaitu Aspergillus sp. , Penicillium sp. , Saccharomyces cerevisiae buah
spora.
2.2 Metabolisme Pada Ascomycota
Metabolisme adalah seluruh proses kimia di dalam organisme hidup untuk memperoleh
dan menggunakan energi. Ada beberapa macam metabolisme yang terjadi pada fungi yaitu
metabolisme karbon, metabolisme karbohidrat, fermentasi, metabolisme protein, metabolisme
lipid, metabolisme asam nukleat, metabolisme nitrogen (Gandjar, 2006).
Pada metabolisme Ascomycota, menurut Indrawati, Ascomycota mengalami
metabolisme karbohidrat, yaitu metabolisme fungi yang diawali dengan tahap transpor.
Transpor monosakarida melalui membran dilakukan oleh suatu protein transpor spesifik, yaitu
permease. Metabolisme ini terjadi pada S.cereviceae.
Metabolisme asam nukleat terjadi pada Ascomycota, yaitu kemampuan menggunakan
basa purin dan pirimidin bervariasi pada khamir. S.cereviceae tumbuh baik pada medium
mengandung allatonin, asam allantoat. Di samping untuk menghasilkan energi, pemecahan
karbohidrat juga bertujuan untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder.
Senyawa metabolit ada dua jenis, yakni metabolit primer dan metabolit sekunder (Djide, 2007).
Metabolit primer adalah hasil metabolisme yang digunakan untuk kelangsungan hidup
organisme misalnya untuk pertumbuhan. Contohnya, asam amino, asetil Ko-A, karbohidrat,
asam nukleat, nukleotida, asam sitrat, dan lain-lain. Metabolit sekunder adalah hasil
metabolisme yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan organisme tetapi untuk
keperluan lain, misalnya untuk pertahanan diri. Untuk mikroorganisme contohnya, asam indol
asetat, giberelin, penisilin, dan aflatoksin (Rao, 1994). Beberapa ahli mengemukakan bahwa
metabolit primer juga mencakup senyawa-senyawa intermediet yang terbentuk selama
katabolisme melalui Embden-Meyerhof-Parnas, siklus pentose, dan siklus trikarboksilat.
Dengan demikian, asam-asam organik seperti asam sitrat, asam fumarat, asam glukonat, asam
laktat, dan sebagainya juga digolongkan sebagai metabolit primer (Djide, 2007). Salah satu
contoh produksi metabolit primer yaitu produksi asam amino melalui proses mikrobial antara
lain adalah produksi L-asam glutamat, yang dikenal dengan nama monosodium glutamat
(Djide, 2007).
1. Metabolit primer
Metabolit primer adalah senyawa yang berupa produk akhir dalam metabolisme dengan
bobot molekul yang kecil dan digunakan sebagai bahan dasar pembangun makromolekul atau
dikonversikan menjadi koenzim. Selain itu termasuk senyawa-senyawa intermediet pada jalur
Embden-Meyerhof, Pentosa Phosphate,siklus asam trikarboksilat (siklus Krebs). Contohnya:
Asam-asam organik seperti asam sitrat, asam fumarat, asam amino, dan lain-lain (Fardiaz,
1992). Senyawa metabolisme primer merupakan senyawa yang dihasilkan oleh makhluk hidup
dan bersifat essensial bagi proses metabolisme sel tersebut. Senyawa ini dikelompokkan
menjadi 4 kelompok makromolekul yaitu karbohidrat, protein, lipid,dan asam nukleat (Fardiaz,
1992).
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan kelompok makromolekul yang tersusun atas atom C,H,dan O.
kelompok ini sering disebut juga gula-gula hidrokarbon. Berdasarkan jumlah monomer
penusunnya, karbohidrat terbagi atas:
 Monosakarida yang tersusun atas 1 monomer
 Disakarida yang tersusun atas 2 monomer,
 Oligosakarida yang tersusun atas 3-10, dan
 Polisakarida yang tersusun atas lebih dari 10 monomer.
b. Protein
Protein merupakan suatu senyawa makromolekul yang tersusun atas atom C, H, O, N, dan
S. Berdasarkan fungsinya protein dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu: Protein
fungsional yaitu kelompok Enzim, dan Protein Struktural yaitu protein yang menyusun bagian
struktural dari dalam sel seperti protein integral dan protein perifer yang menyusun bagian
membran sel.
c. Lipid
Lemak merupakan golongan senyawa metabolit primer yang bersifat hidrofobik. Senyawa
ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
 Lemak yang tersusun atas asam lemak dan gliserol,
 Sterol yang merupakan penyusun membran sel makhluk hidup, dan
 Kolesterol
d. Nukleat
Asam nukleat merupakan komponen yang terdiri atas atom C, H, O, dan P. Biasanya asam
nukleat terdiri atas 3 bagian yaitu gula ribosa, basa nitrogen, dan fosfat. Berdasarkan
fungsinya, asam nukleat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
 Sebagai komponen materi genetik, contohnya: DNA, RNA.
 Sebagai energi kimia, contohnya: ATP, GTP, UTP
 Sebagai kofaktor, contohnya: NAD, FAD, Koenzim A Sebagai komponen regulator,
contohnya : cAMP, cGMP
2. Metabolisme sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu
dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada
satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada
saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal (Fardiaz, 1992).
Metabolit sekunder, hasil matebolisme yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan,
tetapi untuk pertahanan diri, contoh: protein, asam lemak, karbohidrat, senyawa antimikroba,
dll. Pada jalur biosintesis metabolit sekunder dapat terdiri dari berbagai jalur, mulai dari yang
sederhana sampai dengan jalur yang rumit. Umumnya berasal atau berawal dari metabolit
primer (asetil CoA, asam mevalonat, asam sikimat, dll). Metabolit sekunder ini unik untuk
setiap mikroorganisme, bergantung pada lingkungan habitatnya. Ada beberapa contoh
metabolit sekunder pada mikroorganisme yaitu: antibiotic, pigmen, vitamin, dan lain-lain
(Fardiaz, 1992). Beberapa contoh metabolit sekunder mikroba dan manfaatnya (Fardiaz, 1992):
 Antibiotik: penisilin (Penicillium chrysogeum), sefalosporin (Cephalosporium
acremonium).
 Imunosupresan: silosporin (Trichoderma polysoprum).
 Bidang pertanian: growth promoter Zearalonone (Gibberella zeae).
 Enzim: amylase (Aspegillus niger), lipase (Pseudomonas aeruginosa).
 Pigmen: ankaflavin (Monascus purpureus).
Metabolit sekunder mikroba yang merupakan senyawa toksik (Fardiaz, 1992):
 Toksik dari fungi mikotoksin, contoh: aflatoksin (Aspergillus flavus), sitrinin
(Penicillium citrinum).
 Toksik dari bakteri bakterotoksin, contoh: endotoksin.
 Dapat dimanfaatkan untuk merancang obat berdasarkan struktur molekul toksin.
 Penicillium di atas selain menghasilkan patulin, senyawa yang paling awal dirancang
untuk menjadi antibiotik, tetapi ternyata toksik untuk mamalia (Fardiaz, 1992).
Metabolisme pada jamur berhubungan dengan nutrisi yang dimakan oleh jamur
tersebut. Jamur akan mengeluarkan enzim yang dapat memecah makanan atau nutrisi
yang tersedia menjadi zat yang lebih sederhana sehingga jamur tesebut dapat
menggunakan nutrisi yang ada. Dengan begitu maka hasil dari metabolisme pada setiap
jamur akan berbeda-beda. Misalnya jamur yang menggunakan nutrisi berupa
karbohidrat maka jamur tersebut akan mengeluarkan enzim amylase yang merubahnya
menjadi glukosa yang mampu digunakan oleh jamur tersebut.

2.3 Pertumbuhan Ascomycota


Dari askogonium tumbuh hifa dikariotik. Pada ujung hifa terjadi singami dan terbentuk
askus. Di dalam askus terjadi fertilisasi antara 2 inti sehingga terbentuk sel diploid. Sel diploid
mengadakan pembelahan meiosis sehingga terbentuk 4 sel anak haploid. Masing-masing sel
anak haploid mengadakan pembelahan mitosis dan terbentuk 8 sel askospora yang haploid.
Jamur benang juga memiliki kurva pertumbuhan seperti semua mikroorganisme. Kurva
tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada jamur benang dalam waktu tertentu. Kurva
pertumbuhannya memiliki beberapa fase, antara lain (Gandjar dkk., 2006):
a. Fase Lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan enzim-
enzim untuk mengurangi substrat.
b. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan menjadi aktif.
c. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas
sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting dalam kehidupan fungi.
Pada awal dari fase ini, enzim-enzim dapat dipanen pada fase akhir ini.
d. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah. Pada fase ini dapat
dipanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-sel.
e. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif
seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal. Senyawa
metabolit sekunder padat dipanen pada fase ini.
f. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali lebih
banyak daripada sel-sel yang masih hidup.

Gambar . Fase Hidup Jamur benang

Sumber: (Gandjar, 2006)


Keterangan: (1) Fase lag, (2) Fase akselerasi, (3) Fase eksponensial, (4)
Fase deselerasi, (5) Fase stasioner, (6) Fase kematian.
Aspergillus dapat tumbuh optimum pada suhu 35- 37°C, dengan suhu minimum 6-8 °C,
dan suhu maksimum 45-47°C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan
oksigen yang cukup (Madigan dan Martinko, 2006). Aspergillus dalam pertumbuhannya
berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana
yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks
harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim
ekstraseluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase (Madigan dan Martinko,
2006). Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus untuk aktivitas transport
molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel (Madigan dan Martinko, 2006; Samson
dkk., 2001).
Sel-sel hifa yang tua senantiasa mengalirkan nutrien ke sel-sel apikal agar hifa
dapat tumbuh terus. Sel-sel apikal ukurannya lebih besar dibandingkan sel-sel hifa
lainnya. Pembentukan cabang pada hifa dapat terbentuk sepanjang hifa. Cabang hifa
tersebut akan menjauhi hifa induk atau hifa pertama agar nutrien dilingkungan dapat
terjangkau sejauh mungkin.
Pembentukan miselium terjadi karena anastomosis pada titik temu atau titik-titik
sentuh cabang-cabang hifa. Anastomosis hifa mempunyai dua peran yaitu pertama
memperluas sistem hifa menjadi suatu jala yang disebut miselium untuk memungkinkan
penyerapan nutrien dari substrat seefisien mungkin dan juga untuk memfasilitasi
pembentukan tubuh buah yang besar. Kedua untuk mempersatukan hifa yang terpisah
(Tarigan, 1988).

2.4 Reproduksi pada Ascomycota


Ascomycota melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual
terjadi dengan membentuk konidium, fragmentasi, dan pertunasan. Konidium ini dapat berupa
kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus yang terdapat pada
bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor. Reproduksi aseksual pada ascomycota
uniseluler dilakukan dengan membentuk kuncup atau tunas. Pembentukan tunas (blastosphora)
diawali dengan dinding sel menonjol keluar membentuk tunas kecil. Nukleus didalam sel induk
membelah dan salah satu nukleus bergerak ke dalam sel tunas. Sel tunas kemudian memisahkan
diri dari sel induk untuk memebentuk individu baru. Kadang tunas hanya melekat pada induk
memebentuk rantai hifa semu (pseudohifa).
Reproduksi Ascomicotina uniseluler
Gambar a. Reproduksi seksual (pembentukan askospora) dan b. Reproduksi aseksual
dengan mementuk tunas.

Ciri khas Ascomycota berkembang biak secara seksual dengan struktur pembentuk
spora yang disebut Askus. Contoh ascomycota adalah Penicilium, Aspergillus, dan
Saccharomycetes.
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi
seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-
pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Siklus hidup
Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-
cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi
askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya
membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan
memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan
anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian
berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah
hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan.
Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak,
sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi
bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium
vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti
diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus
(askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan
tumbuh membentuk hifa atau miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah
dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur
uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual
tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut
konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora
atau sporangium.
Reproduksi aseksual pada ascomycota multiseluler dengan fragmentasi miselium dan
membentuk konidia (spora pada ujung konidifor). Pada jamur bersel banyak berlangsung
dengan membentuk Konida atau Konidiospora yang merupakan spora vegetatif. Pada jamur
bersel satu berlangsung dengan cara membentuk Tunas (blastospora). Pada waktu masih muda,
tunas menempel pada sel induk dan setelah dewasa, tunas melepaskan diri dari sel induk,
misalnya Saccharomyces. Reproduksi seksual pada ascomycota dilakukan dengan
pembentukan askospora melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Pembentukan askospora didalam askus. dari 2 hifa berlainan jenis saling berdekatan. Salah
satu hifa membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan hifa lainnya membentuk alat
kelamin betina (askogonium). Setiap jenis kelamin punya inti haploid. Pada askogonium
tumbuh trikogin (menghubungkan arkegonium dan anteridium)
2) Plasma pindah dari anteridium ke askogonium (plasmogami). Kedua inti haploid nya
berpasangan
3) Askogonium membentuk hifa. kumpulan hifa askogonium dikariotik membentuk
askokarp. ujung hifapada askokarp membentuk askus dengan 2 inti haploid berpasangan.
4) Kedua inti mengalami kariogami (penyatuan inti) sehingga terbentuk diploid.
5) Diploid mengalami meiosis membentuk 4 inti haploid.
6) Masing masing membelah secara mitosis
7) Didalam askus terdapat 8 inti haploid
8) Kedelapan inti dikelilingi dinding sel membentuk askosphora.
9) Askosphora masak akan pecah keluar jatuh di tempat yang cocok akan berkecambah
membentuk hifa haploid baru (miselia)
 Siklus Hidup
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang
reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan
askospora. Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi
benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada
ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa
biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan
Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan
anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan
kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium
tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis
dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian
askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung
inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus. Hifa askogonium ini kemudian
berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh
buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora
tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau
miselium baru. Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara
membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler
dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut
terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia.
Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora
atau sporangium (Tarigan, 1988).
2.5 Sistematika Ascomycota
Ascomycotina merupakan kelompok jamur yang terbesar, ada yang hidup parasit atau
saprofit. Jamur yang hidup sebagai parasit, dapat menimbulkan penyakit yang sangat
merugikan seperti pada tanaman tembakau, pepaya, karet, teh, cokelat, dan padi. Sedangkan
jamur saprofit hidup pada bahan makanan atau sampah. Organisme yang disebut fungi bersifat
heterotroph, dinding selnya mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak
bersifat fagosit, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapatberinti banyak atau berinti
tunggal, dan memperoleh nutrient dengan cara absorbs.
Klasifikasi organisme berdasarkan kekerabatan evolusi diawali Whittaker (1969) yang
mengenalkan system lima kingdom (=reknum) menumbangkan system tiga kingdom. Menurut
Whittaker, system tiga kingdom yaitu prokariota, hewan dan tumbuhan tidak menunjukkan
kekerabatan mereka. System lima kingdom yang diusulkannya, menunjukkan kekerabatan
evolusi diantara kelima kingdom tersebut. Hal tersebut merupakan awal usaha menetapkan
kelompok mono filetik untuk mengembangkan suatu klasikasi yang menunjukkan kekerabatan
evolusi kelompok-kelompok (Alexopoulus et al, 1996).
Ada banyak cara mengelompokkan fungi. Pada taksonomi kondisional dikelompokkan
berdasarkan informasi fenotipik, yaitu informasi yang berdasarkan protein dan fungsinya,
karakter-karakter kemotaksonomi fisiologi dan anatomi. Kemotaksonomi adalah
pengelompokan fungi dengan pendekatan analitik, mengumpulkan informasi dari konsituen-
konsituen kimia dari sel. Karakter-karakter fenotipik yang sering digunakan adalah; morfologi
makroskopik, mikroskopik, reproduksi seksual, sifat-sifat fisiologi dan biokimia.
Pengelompokan berdasarkan taksonomi konvensional umumnya mempunyai kelemahan, saat
mendeteksi spesies baru atau sulit mengidentifikasi fungi anamorfik sering ditemukan
variabilitas pada tingkatan strain.
Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi oleh taksonomi modern yang
mengelompokkan fungi tidak saja berdasarkan informasi fenolitik, tapi juga informasi
genotipik dari suatu organisme. Informasi genotipik adalah informasi yang berasal dari asam
nukleat (DNA atau RNA) yang berada di dalam sel.
Ascomycota dibagi menjadi tiga kelas yaitu :
1. Archiascomycetes
2. Hemiascomycetes
3. Euastomycetes.
Ascomycotina, Divisi ini bercirikan talus yang terdiri dari miselium bersepta.
Reproduksi seksual membentuk askospora di dalam askus. Ada yang hidup sebagai parasit,
yang menimbulkan panyakit pada tumbuhan. Bentuk askus ada bermacam-macam, antara lain
:
 Askus tanpa askokarp
 Askus yang askokarpnya berbentuk deperti mangkok disebut aposetium.
 Askus yang askokarpnya berbentuk bola tanpa ostiulum disebut kleistotesium.
 Askus yang askokarpnya berbentuk botol dengan leher dan memiliki ostiulum disebut
peritesium.
Bermacam-macam askus tersebut menjadi landasan dalam klasifikasi tingkat kelas pada fungi
Ascomycota.

A. Kelas Hemiascomycetes
Kelas ini hanya memiliki satu ordo Saccharomycetales atau Endomycetales.
Taksa yang termasuk ke dalam ordo Saccharomycetales memiliki dinding sel yang
umumnya terdiri dari manan dan glukan. Pada saat pembentukan septa, septanya terdiri
dari satu atau beberapa pori yang mempunyai sumbat dan tidak terdapat woronin.
Kelompok jamur ini tidak membentuk askokarp, tidak mempunyai hifa, tubuhnya
terdiri dari sel bulat atau oval yang dapat bertunas sehingga terbentuk rantai sel atau
hifa senu. Contoh anggota Hemiascomycetes adalah khamir Saccharomyces. Beberapa
jenis Saccharomyces antara lain:

 Saccharomyces cerevisiae, khamir roti atau khamir bir.


 Saccharomyces ellipsoideus, mempermentasi buah anggur menjadi anggur
minuman.
B. Kelas Archiascomycetes
Merupakan bentuk Ascomycota primitive atau basal Ascomycetes. Merupakan
keturunan yang mengalami reduksi dari spesies-spesies yang lebih kompleks yang
mempnyai askomata. Memiliki tahapan seksual ascogenos, tetapi tidak memiliki hifa
ascogenos. Reproduksi aseksual dengan pertunasan atau pembelahan kecuali pada
genus Neolekta tidak ada ascomata ataupun konidiomata. Kelas ini dibagi 5 ordo antara
lain :
a. Ordo Pneumocystidales
Merupakan penyebab pneumonia pada pasien HIV, contohnya adalah Pnemocystis
carinii. Fungi ini dahulunya dianggap sebagai protozoa

b. Ordo Schizosaccharomycetales
Lebih dikenal denga fission yeasts karena reproduksi vegetatifnya dengan
pembelahan sel.
c. Ordo Neolectales
Pada genus Neolecta mempunyai apotecia berbentuk clavatus dan bertangkai
d. Ordo Promycetales
Terdiri dari satu family protomycetaceae dengan 5 genera yang terdiri dari 20
spesies. Merupakan parasit pada tumbuhan berpembuluh.
e. Ordo Taprinales
Terdiri dari satu family taprinaceae dengan genus tunggal kaprina yang terdiri dari
hamper 100 spesies. Genus kaprina merupakan parasit bersifat demorfik,
membentuk miselia dikariotik. Dan askus terbuka pada fase parasitic membentuk
pertunasan sel.
C. Kelas Euascomycetes
Umumnya fungi Ascomycetous memiliki filament. Komposisi dinding selnya
didominasi oleh kitin dan glukan. Mempunyai lubang septum dengan woronin bodies.
Euascomycetes dapat membentuk ascogonia dan ascomata. Kebanyakan menghasilkan
hifa pada medium buatan. Euascomycetes ini terdiri dari 3 sub klas yaitu:
a. Sub kelas Plektomycetes
Tidak dapat membentuk askomaseluler dan askusnya yang prototunikata tidak
mempunyai hamathecium, askus terdapat bebas di atas miselium, askokarpanya
berupa cleistotecium, askokarpanya tidak berseptum, misalnya Monascus sp. Dan
Emirecela sp. Kelas ini terdiri dari 3 ordo yaitu Ascosphaerales, Onygenales, dan
Eurotyales
b. Sub kelas Hymenoascomycetes
Cirinya dibedakan berdasarkan anatomi dan morfologi Dari asal askusnya, yaitu
Ascohymenial atau Ascolocular dari Ascomata dan Ascus yang unit-unikata pada
hypemenoas comycetes atau bitunikata.
c. Sub kelas Loculoascomycetes
Terdiri dari ordo-ordo Apothe chioid: Arthoneales, Patellariales, Lahmiales; ordo-
ordo Perithecioid: Melanommatales, Pleosporales, Verrucariales, Chaetothyriales

2.6 Peranan dalam Fermentasi dan Lingkungan


Beberapa Ascomycota yang menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari: untuk
pembuatan roti, dan minuman beralkohol salah satunya berguna untuk pembuatan bir, maupun
alkohol mapu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi. Peranan
Ascomycota dalam fermentasi adalah:
1. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae berperan dalam proses pembuatan tape dan roti, amur ini dapat
memfermentasi glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida, misalnya dalam
fermentasi tape dapat menghasilkan etanol yang berasal dari fermentasi gula. Gula akan
diubah menjadi bentuk yang paling sederhana oleh enzim invertase baru kemudian gula
sederhana tersebut akan dikonversi menjadi etanol dengan adanya enzim zymase. Kedua
enzim tersebut dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae. Dalam adonan roti
Saccharomyces cerevisiae memetabolisme sumber gula dan salah satu
hasil metabolismenya adalah gas CO2 yang dapat mengembangkan adonan roti.
2. Saccharomyces tuac memfermentasi air nira (legen) menjadi tuak.
3. Saccharomyces ellipsoideus memfermentasi buah anggur menjadi wine.
4. Saccharomycopsis fibuligera berguna dalam pembuatan tape
5. Saccharomycopsis malanga berguna dalam pembuatan tape
6. Aspergillus wentii berguna dalam pembuatan kecap. Pada proses pembuatan kecap ada
tahap yang dinamakan dengan fermentasi garam, dimana pada proses ini kedelai
dilakukan perendaman dalanm larutan garam dengan menggunakan jamur aspergillus
wentii.
7. Aspergillus soyae berguna dalam pembuatan kecap
8. Aspergillus oryzae merombak zat pati dalam pembuatan minuman beralkohol. Selain itu
juga berperan dalam pembuatan kecap, mikroorganisme ini menghasilkan asam laktat
sehingga dapat mengakibatkan pH turun yang berfungsi untuk pembentukan aroma dan
flavor spesifik pada kecap.
9. Neurospora sitophila dimanfaatkan dalam pembuatan oncom merah dari ampas tahu.
Konidianya berwarna merah bata.
10. Peniciliium nojajum dan Penicillium chrysogenum
penghasil antibiotika penisilin.

Contoh dan peranan spesies yang merugikan


1. Venturia inaequalis penyebab penyakit yang merusak buah apel.
2. Clavisceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum. Gandum
yang terkena spesies ini akan menimbulkan ergotisma pada hewan atau manusia
yang memakannya
3. Aspergillus flavus, yang hidup pada Kacang dan media lain yang sejenis, dapat
membahayakan lever dan mengandung karsinogenik serta menghasilkan racun
aflatoksin Þ hidup pada biji-bijian. flatoksin salah satu penyebab kanker hati
(Tarigan, 1988).

Fermentasi tape
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape
dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Salah satu pemanfaatan
bioteknologi dalam pembuatan tape siongkong adalah saat ditambahkannya ragi sebagai bahan
dalam pembuatan tape siongkong. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan
dimana-mana. Ragi berasal dari keluarga Fungus bersel satu (sugar fungus) dari genus
Saccharomyces, species cereviciae, dan memilki ukuran sebesar 6-8 mikron.
Saccharomyces cereviciae merupakan genom eukariotik yang pertama kali disekuensi secara
penuh. Dalam satu gram ragi padat (compressed yeast) terdapat kurang lebih 10 milyar sel
hidup.
Ragi ini berbentuk bulat telur, dan dilindungi oleh dinding membran yang semi berpori
(semipermeable), melakukan reproduksi dengan cara membelah diri (budding), dan dapat
hidup di lingkungan tanpa oksigen (anaerob). Untuk bertahan hidup, ragi membutuhkan air,
makanandan lingkungan yang sesuai. Ragi memiliki sifat dan karakter yang sangat penting
dalam industri pangan. Ragi akan berkembang dengan baik dan cepat bila berada pada
temperatur antara 250C – 300C.
Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan tape singkong memiliki sifat
dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki
sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze, thaw tolerance,
dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam pembuatan tape
singkong sangat penting karena enzim dari ragi tersebutlah yang nantinya berperan dalam
proses fermentasi, serta memberi aroma (alkohol). Kesterilan ragi dan bahan dasar pembuatan
tape ketika akan digunakan amat penting. Hal ini dimaksudkan agar tidak dicemari bakteri lain.
Jika hal ini terjadi maka proses fermentasi akan terhambat. Bakteri yang sering mengeluarkan
racun berbahaya bagi kesehatan manusia akan ada dalam tape singkong.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik
yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana
(disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi
(saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut
menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape
tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Pada beberapa daerah, seperti Bali dan Sumatera
Utara, cairan yang terbentuk dari pembuatan tape tersebut diambil dan diminum sebagai
minuman beralkohol.
Reaksi pada Fermentasi Tape
Fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi
perubahan-perubahan kimia dalam substrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang
membusukkan bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam
bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau perlakuan lain yang berbeda dengan
faktor-faktor diatas, misalnya penambahan-penambahan bahan tertentu untuk menggiatkan
fermentasi.
Fermentasi diperkirakan menjadi cara untuk menghasilkan energi pada organisme
purba sebelum oksigen berada pada konsentrasi tinggi di atmosfer seperti saat ini, sehingga
fermentasi merupakan bentuk purba dari produksi energi sel. Produk fermentasi mengandung
energi kimia yang tidak teroksidasi penuh tetapi tidak dapat mengalami metabolisme lebih jauh
tanpa oksigen atau akseptor elektron lainnya (yang lebih highly-oxidized) sehingga cenderung
dianggap produk sampah (buangan). Konsekuensinya adalah bahwa produksi ATP dari
fermentasi menjadi kurang effisien dibandingkan oxidative phosphorylation, di mana pirufat
teroksidasi penuh menjadi karbon dioksida. Fermentasi menghasilkan dua molekul ATP per
molekul glukosa bila dibandingkan dengan 36 ATP yang dihasilkan respirasi aerobik.
"Glikolisis aerobik" adalah metode yang dilakukan oleh sel otot untuk memproduksi
energi intensitas rendah selama periode di mana oksigen berlimpah. Pada keadaan rendah
oksigen, makhluk bertulang belakang (vertebrata) menggunakan "glikolisis anaerobik" yang
lebih cepat tetapi kurang effisisen untuk menghasilkan ATP. Kecepatan menghasilkan ATP-
nya 100 kali lebih cepat daripada oxidative phosphorylation. Walaupun fermentasi sangat
membantu dalam waktu pendek dan intensitas tinggi untuk bekerja, ia tidak dapat bertahan
dalam jangka waktu lama pada organisme aerobik yang kompleks. Sebagai contoh, pada
manusia, fermentasi asam laktat hanya mampu menyediakan energi selama 30 detik hingga 2
menit.
Tahap akhir dari fermentasi adalah konversi piruvat ke produk fermentasi akhir. Tahap
ini tidak menghasilkan energi tetapi sangat penting bagi sel anaerobik karena tahap ini
meregenerasi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+), yang diperlukan untuk glikolisis. Ia
diperlukan untuk fungsi sel normal karena glikolisis merupakan satu-satunya sumber ATP
dalam kondisi anaerobik.
Dalam proses pembuatan tape, kadang kadang sering dijumpai adanya tape yang
berasa masam. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi sejenis bakteri karena
proses pembuatan tape yang kurang teliti. Misalnya, penambahan ragi yang berlebihan
dan penutupan bahan pada saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang
terlalu lama (Azizah, 2012).
Kualitas ragi tape sangat mempengaruhi proses pembuatan dan kualitas tape
yang dihasilkan. Bila ragi tape berkualitas baik, maka tape yang dihasilkan juga akan
baik. Namun sebaliknya, bila kualitas ragi tape yang dipergunakan kurang baik, maka
tape yang dihasilkan juga akan berkualitas rendah (Azizah, 2012).
Reaksi reaksi dalam fermentasi singkong ataupun beras ketan menjadi tape adalah
glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana. Melalui fermentasi ini akan
menghasilkan etanol (2C2H5OH ).
Pembuatan tape dari singkong melalui dua proses utama yaitu proses hidrolisa dan
fermentasi. Hidrolisa adalah proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah atau
terurai. Proses hidrolisa dalam pembuatan tape terjadi pada proses perebusan/pengukusan
singkong. Melalui proses hidrolisa senyawa pati diubah menjadi glukosa, reaksinya sebagai
berikut.
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6)
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6
Glukosa hasil hidrolisa kemudian difermentasi dengan bantuan ragi yang
umumnya Saccharomyces cereviseae. Proses fermentasi menghasilkan alkohol seperti terlihat
dalam persamaan reaksi berikut.
(C6H12O6) 2 C2H5OH + 2 CO2
Adapun secara rinci reaksi dalam proses fermentasi tape dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perubahan pati menjadi komponen gula
oleh enzim amylase yang dihasilkan oleh kapang Amylomices rouxii, Aspergillus
oruzae, Mucos rouxii.
( C6H1206)n + nH2O -> C6H12O6
pati glukosa
(C6H10O5)n + n/2 H2O -> n/2 (C12H22O11)
pati maltosa
b. Perubahan komponen disakarida menjadi monosakarida
Oleh enzim maltase atau invertase
C12H22O11 + H2O -> C6H12O6 + C6H12O6
maltose glukosa glukosa
C12H22O11 + H2O -> C6H12O6 + C6H12O6
sukrosa glukosa fruktosa
c. Perubahan komponen gula menjadi etanol
Oleh sel khamir
C6H12O6 -> 2C5H5OH + 2CO2
glukosa etanol
d. Perubahan gula menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat yang mempunyai sifat
heterofermentatif atau homofermentatif
homofermentatif : C6H12O6 -> 2CH3CHOHCOOH
glukosa asam laktat
heterofermentatif : C6H12O6 -> CH3CHOHCOOH +CO2 + C2H5OH
glukosa asam laktat etanol
e. Perubahan gula menjadi asam asetat
Oleh bakteri asam asetat Acetobacter
C6H12O6 -> 2C2H5OH + 2CO2
glukosa etanol

 Enzim yang Terlibat Proses Fermentasi Tape

Dalam pembuatan tape terdapat enzim yang terlibat dalam proses fermentasi. Pada proses
fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktivitas enzim yang terdapat pada ragi. Enzim
yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Gula pasir atau sukrosa tidak
difermentasi secara langsung oleh ragi.
 Invertase
Mengubah sukrosa menjadi invert sugar ( glukosa dan sukrosa ) yang difermentasi secara
langsung oleh ragi. sukrosa dalam adonan akan diubah menjadi glukosa pada tahap akhir
mixing. reaksi yang terjadi adalah :
sukrosa + air gula invert C12H22+H2O invertase 2C6H12O6
 Maltase
Mengubah malt sugar atau maltose yang ada pada malt syrup menjadi dekstrosa. dekstrosa
difermentasi secara langsung oleh ragi.
 Zymase
Mengubah invert sugar dan dekstrosa menjadi gas karbondioksida yang akan
menyebabkan adonan menjadi mengembang dan terbentuk alcohol. enzim zymase
merupakan biokatalis yang digunakan dalam proses fermentasi.
Rasa masam disebabkan pati yang diubah oleh enzim amilase menjadi gula (sukrosa).
Enzim invertase mengubahnya lagi menjadi glukosa. Hasilnya berupa alkohol. Jika proses
fermentasi terlalu lama alkohol akan menghasilkan asam asetat sehingga dapat menghasilkan
tape yang terasa masam.
Selain enzim yang dihasilkan oleh ragi, pada proses pembungkusan dan penyimpanan
juga melibatkan beberapa enzim. Secara singkat perubahan biokimia selama fermentasi tape
dapat ditulis sebagai berikut :

 Mula-mula pati dalam singkong akan diubah oleh enzim amilase yang dikeluarkan oleh
mikroba tersebut menjadi maltosa.
 Maltosa dapat dirombak menjadi glukosa oleh enzim maltase.
 Glukosa oleh enzim zymase dirombak menjadi alkohol. Alkohol yang dihasilkan dari
proses fermentasi tape singkong kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
kromatografi gas (GC).
 Pada fermentasi tape yang lebih lanjut alkohol oleh enzim alkoholase dapat diubah
menjadi asam asetat, asam piruvat dan asam laktat. Terbentuknya asam asetat, asam
piruvat dan asam laktat karena adanya bakteri Acetobacter yang sering terdapat dalam
ragi yang bersifat oksidatif.
Menyatakan bahwa asam piruvat adalah produk yang terbentuk pada hidrolisis glukosa
menjadi etanol. Asam piruvat dapat diubah menjadi etanol dan asam laktat. Asam-asam
organik dari alkohol membentuk ester aromatik sehingga tape memiliki cita rasa yang khas.
Peranan dari Senyawa yang Dihasilkan dalam Fermentasi Tape pada Bidang
Kesehatan
Dalam proses fermentasi tape, senyawa yang dihasilkan yaitu berupa ethanol (alkohol)
serta gas CO2. Adapun beberapa manfaat alkohol bagi kesehatan yaitu:
1. Mengurangi Tekanan Darah
Jika alkohol dikonsumsi dalam dosis yang cukup rendah diketahui sangat efektif
membantu mengurangi tekanan darah yang tinggi. Dalam hal ini alkohol akan bekerja
membersihkan timbunan lemak pada pembuluh arteri dan sekaligus mengurangi pembekuan
darah yang terjadi. Hal ini berarti risiko penyakit jantung dan juga serangan jantung bisa
ditekan. Manfaat yang luar biasa pastinya terlebih setelah mengetahui penyakit jantung
menjadi salah satu jenis penyakit mematikan yang patut dihindari. Ingat untuk tidak
mengonsumsi alkohol secara berlebihan meski ada manfaat untuk tubuh. Jika Anda
mengkonsumsi alkohol dalam dosis berlebih efeknya malah bisa mengundang sejumlah
dampak negatif dan mengganggu reaksi obat yang dikonsumsi.
2. Meminimalisir Risiko Stroke
Manfaat alkohol selanjutnya yaitu dapat meminimalisir risiko penyakit stroke. Namun,
tentu manfaat ini bisa didapat selama pengonsumsian alkohol masih dalam batasan wajar.
Adapun jenis stroke iskemik menjadi salah satu jenis stroke yang paling umum menyerang.
Jenis stroke yang satu ini diketahui disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh
darah yang menuju organ otak. Sementara jenis stroke yang lain yaitu stroke hemoragik yang
terjadi akibat darah merembes atau bocor dan keluar dari pembuluh darah dalam otak. Tentu
selama risiko stroke bisa dicegah dan di minimalisir, upaya yang bisa dilakukan harus dicoba
dan salah satunya dengan mengambil alkohol. Sangat menarik bukan mengupas tentang
khasiat alkohol dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membantu Memperbaiki Kualitas Tidur
Manfaat alkohol dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya yaitu dapat membantu
memperbaiki kualitas tidur malam. Pastinya manfaat ini bisa membantu Anda yang sering
mengalami gangguan susah tidur atau insomnia. Hal ini tidak lain karena efek mengantuk yang
diberikan alkohol pada tubuh manusia. Untuk mendapatkan manfaat ini bisa dicoba dengan
menonsumsi alkohol sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Diketahui dosis yang
aman dan dianjurkan untuk membantu memperbaiki kualitas tidur tidak lebih dari satu gelas.
4. Menjaga Kesehatan Kardiovaskular
Alkohol dalam jumlah terkontrol dapat meningkatkan kadar HDL (high density
lipoprotein) atau kolesterol ‘baik’ dan tingkat HDL yang lebih tinggi terkait dengan
perlindungan yang lebih besar terhadap penyakit jantung. Konsumsi alkohol dalam jumlah
sedang juga telah dikaitkan dengan perubahan yang bermanfaat mulai dari sensitivitas insulin
yang lebih baik untuk perbaikan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah.
Proses ini sangat penting untuk mencegah pembentukan gumpalan darah kecil yang dapat
memblokir arteri di jantung, leher, dan otak, penyebab utama banyak serangan jantung dan
stroke.
5. Meningkatkan Kehangatan Tubuh
Sudah tentu manfaat ini akan anda peroleh otomatis ketika mengkonsumsi alkohol, tubuh
akan terasa hangat. Alkohol telah lama digunakan di berbagai negara eropa dengan intensitas
musim dingin yang tinggi untuk menghangatkan badannya.
6. Mengurangi batu Ginjal
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of East Anglia, menemukan bahwa
konsumsi alkohol dalam batas normal dapat menekan terjadinya batu ginjal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar Ascomycota bersifat multiseluler, hifa bersekat, memiliki tubuh buah
(askokarp) yang bentuknya beragam. Didalamnya terdapat kantong spora (askus).
2. Metabolit primer adalah hasil metabolisme yang digunakan untuk kelangsungan hidup
organisme misalnya untuk pertumbuhan. Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit
yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang
unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan.
3. Pertumbuhannya memiliki beberapa fase, antara lain (Gandjar dkk., 2006): fase lag,
fase akselerasi, fase eksponensial, fase deselerasi, fase stasioner, dan fase kematian
4. Secara aseksual ascomycota uniseluler membentuk tunas. Sedangkan multiseluler
dengan fragmentasi. Reproduksi seksual dengan membentuk askospora didalam askus.
Askospora yang jatuh kemudian berkecambah membentuk haploid baru.
5. Ascomycota dibagi menjadi tiga kelas yaitu : Archiascomycetes, Hemiascomycetes dan
Euastomycetes.
6. Beberapa Ascomycota yang menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari: untuk
pembuatan roti, dan minuman beralkohol salah satunya berguna untuk pembuatan bir,
maupun alkohol mapu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses
fermentasi.
3.2 Saran
Karena makalah ini masih banyak kekurangan, maka diperlukan penyempurnaan untuk
makalah ini sehingga ruang lingkup pengetahuan mengenai jamur semakin luas.

GLOSARIUM
 Aerob : sifat makhluk hidup yang untuk hidupnya membutuhkan oksigen.
 Alkoholase: enzim yang dapat merubah alkohol menjadi asam asetat, asam piruvat
dan asam laktat.
 Amylase: enzim yang mengubah amilum atau pati menjadi gula
 Anastomosis: proses penggabungan antar hifa sehingga membentuk miselium
 Arkegonium : Alat reproduksi betina pada Jamur Ascomycotina.
 Askospora: Spora yang terdaat di dalam askus yang dibentuk oleh dua jenis hifa
pada ascomycotina.
 Askus: Tempat terbentuknya spora pada ascomycota.
 Autotrof: mahluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri
 Heterotrof: mahluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri
 Hidrolisa: proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah atau terurai.
 Hifa: Benang – benang halus penyusun jamur.
 Karyogami: penggabungan inti
 Klamidiospora: spora yang berdinding tebal.
 Klasifikasi: Pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan
diri.
 Konidiofor: Hifa generative pendukung konidia.
 Konidiospora: Spora aseksual yang dihasilkan di ujung konidiofor pada
Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
 Lichen: Jamur dan ganggang hijau biru atau ganggang hijau yang hidup bersama
saling menguntungkan.
 Maltase: enzim yang mengubah komponen disakarida menjadi mono sakarida
 Meiosis: Proses seluler yang membelah sel diploid menjadi sel haploid.
 Miselium primer: Miselium yang sel – selnya berinti satu.
 Miselium sekunder: Miselium yang sel –selnya berinti dua.
 Miselium: Hifa bercabang membentuk bangunan seperti anyaman.
 Mitosis: Cara pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anak yang secara genetik
sama satu sama lain.
 Multiseluler: organisme bersel banyak
 Parasit: Organisme yang hidup menumpang pada organism lain dan mengambil
makanan dari orgnisme yang ditumpangi (inang).
 Plasmogami: Penyatuan sel/hifa yang berbeda jenis.
 Saprofit: Organisme yang memperoleh makanan dari sisa-sisa organism atau
produk organism lain.
 Senositik: Sel atau hifa yang banyak mengandung inti.
 Septa: Hifa yang bersekat.
 Uniseluler: organisme bersel satu
 Zymase: enzim yang mengubah gula menjadi alkohol atau etanol
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Sebutkan beberapa ciri-ciri morfologi dari ascomycota!
Jawaban:
a) Memiliki hifa bersekat dan berinti banyak.
b) Struktur tubuhnya ada yang uniseluler (contoh: Saccharomyces), bersel banyak dan
membentuk miselium soenositik (contoh: Penicillium). Akan tetapi, ada pula
Ascomycotina yang bersel banyak dan membentuk badan buah (contoh: Nectria).
c) Cara hidupnya ada yang saprofit dan ada yang parasit.
d) Menghasilkan spora dalam askus (askospora). Setiap askus mengandung 8 spora.
Askus-askus tersebut berkumpul membentuk badan yang disebut askokarp.
Beberapa bentuk askus sebagai berikut.

1) Askus tanpa askokarp. Jamur yang tergolong kelompok ini tidak memiliki
askokarp dan biasanya merupakan jamur uniseluler. Sel jamur bersel tunggal ini
berfungsi sebagai askus. Nukleusnya yang diploid membelah secara meiosis
membentuk empat sel askospora yang haploid. Contoh: Saccharomyces dan
Candida.
2) Askus dengan askokarp berbentuk bola (kleistotesium).Contoh: Penicillium.
3) Akus dengan askokarp berbentuk botol berleher dan mempunyai ostiolum yaitu
lubang untuk melepas askus dan askospora. Badan buah seperti ini disebut
peritesium. Contoh: Neurospora crassa.
4) Askus dengan askokarp berbentuk mangkuk atau cawan (apotesium), contoh:
Ascobolus.
2. Apakah fungsi dari hasil metabolit primer dan sekunder?
Jawaban: Metabolit primer adalah hasil metabolisme yang digunakan untuk
kelangsungan hidup organisme misalnya untuk pertumbuhan, sehingga hasil dari
metabolit primer ini bermanfaat bagi organisme tersebut. Contohnya, asam amino,
asetil Ko-A, karbohidrat, asam nukleat, nukleotida, asam sitrat, dan lain-lain. Metabolit
sekunder adalah hasil metabolisme yang tidak digunakan untuk proses pertumbuhan
organisme tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk pertahanan diri. Untuk
mikroorganisme contohnya, asam indol asetat, giberelin, penisilin, dan aflatoksin. Hasil
dari metabolit sekunder ini ada yang bermanfaat bagi organisme lain dan ada juga yang
merugikan organisme lain.
3. Bagaimana hubungan antara ketersediaan nutrisi dengan fase pertumbuhan fungi?
Jawaban:
 Fase Lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan enzim-
enzim untuk mengurangi substrat, pada fase ini ketersediaan nutrisi masih sangat
melimpah karena belum digunakan sama sekali.
 Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan menjadi aktif. Pada fase
ini ketersediaan nutrisi banyak dan sudah bisa digunakan oleh fungi.
 Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak,
aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting dalam
kehidupan fungi. Pada awal dari fase ini, enzim-enzim dapat dipanen sehingga
fungi sudah mampu menggunakan nutrisi yang tersedia.
 Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah. Pada fase ini
dapat dipanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh
sel-sel. Nutrisi yang tersediapun juga mulai berkurang.
 Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati
relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal.
Senyawa metabolit sekunder padat dipanen pada fase ini. Nutrisi yang tersedia
pada fase ini sudah relatif sedikit dan mulai adanya kompetisi memperoleh nutrisi.
 Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali
lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup. Pada fase ini nutrisi yang tersedia
sudah sangat terbatas, bahkan nutrisi/medium terkontaminasi dengan sisa
metabolisme sehingga beracun.
4. Apakah reproduksi seksual dengan reproduksi aseksual terjadi secara
berkesinambungan atau terjadi secara sendiri-sendiri?
Jawaban: sebenarnya reproduksi pada fungi itu terjadi secara berkesinambungan antara
reproduksi seksual dengan reproduksi aseksual, yakni pada reproduksi seksual setelah
terbentuk miselia maka akan berlangsung reproduksi aseksual yaitu dengan
menggunakan spora pada ujung miselia. Namun adakalanya fungi cenderung
melakukan reproduksi aseksual apabila lingkungannya tidak mendukung, sebab
reproduksi seksual lebih banyak membutuhkan energi dibandingkan reproduksi
aseksual.
5. Tuliskan beberapa spesies dari phylum ascomycota beserta klasifikasi lengkapnya!
Jawaban:
1. Saccharomyces cerevisiae
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Divisi : Ascomycota
Subdivisi : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycotales
Family : Saccharomycotaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
2. Candida utilis
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Divisi : Ascomycota
Subdivisi : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycotales
Family : Saccharomycopsidaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida utilis
3. Neurospora sitophila

Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Sordariales
Family : Sordariaceae
Genus : Neurospora
Spesies : Neurospora sitophila

6. Apa yang terjadi jika fermentasi tape dilakukan di dalam kulkas atau dalam suhu yang
sangat rendah?
Jawaban : Singkong yang telah diberi ragi tersebut tidak akan dapat difermentasi
dengan sempurna oleh jamur karena semakin rendah suhu maka proses fermentasi
semakin lambat. Hal ini kaitannya dengan respirasi yang dilakukan oleh jamur, yang
disebut pula dengan fermentasi. Jamur akan tidak bekerja secara maksimal atau bahkan
jamur tersebut dapat inaktif karena suhunya terlalu rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi
Gas pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 1 (2).
Djide, N., Sartini, dan Kadir, S., 2007. Bioteknologi Farmasi. Makassar: UNHAS press.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gandjar, Indrawati dan Sjamsuridzal W. 2006. Mikologi dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed. New Jersey :
Pearson Education.
Samson RA, Houbraken J, Summerbell RC, Flannigan B, Miller JD. 2001. Common and
important species of fungi and actinomycetes in indoor environments. In:
Microogranisms in Home and Indoor Work Environments. New York: Taylor & Francis.
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi Umum, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Wahyuni, Dwi. 2010. Mikologi Dasar. Jember : Jember University Press.

Anda mungkin juga menyukai