OLEH
NINDA YUSMITA DAE PANIE
NIM : 1701040027
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Ia
telah menyertai proses pembuatan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah ekologi
hewan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulisi mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah ini.
Kupang, 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2
C. TUJUAN .................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Hukum Toleransi Shelford ........................................................................................ 3
B. Hukum Minimum Liebig............................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................................ 8
PENUTUP ........................................................................................................................... 8
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekosistem merupakan suatu kesatuan di dalam alam yang terdiri dari semua
organisme yang berfungsi bersama-sama di suatu tempat yang berinteraksi
dengan lingkungan fisik yang memungkinkan terjadinya aliran energi dan
membentuk struktur biotik yang jelas dan siklus materi di antara komponen
hidup dan tak hidup.
Setiap organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal
disekitarnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme
tersebut disebut dengan faktor lingkungan. Lingkungan mempunyai dimensi
ruang dan waktu, yang berarti kondisi lingkungan tidak mungkin seragam
baik dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi lingkungan akan berubah
sejalan dengan perubahan ruang, dan akan berubah pula sejalan dengan
waktu.
Lingkungan organisme tersebut merupakan suatu kompleks dan variasi faktor
yang beraksi berjalan secara simultan, selama perjalan hidup organisme itu,
ada kalanya tidak sama sekali, hal ini tidak saja bergantung pada besaran
intensitas faktor itu dan faktor – faktor lainnya dari lingkungan, tetapi juga
kondisi organisme itu, baik tumbuhan maupun hewan.
Faktor - faktor tersebut dinamakan faktor pembatas, dengan mengetahui
faktor pembatas (Limiting Factor) suatu organisme dalam suatu ekosistem
maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme tidak dapat
bertahan hidup.Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan
untuk melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki
toleransi yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula.
Sebaliknya jika organisme tersebut tidak mampu melewatinya maka ia
memiliki toleransi yang sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran
yang sempit pula.Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme tertentu
yang tidak hanya beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik saja,
1
tetapi mereka bisa memanfaatkan periodisitas alami untuk mengatur dan
memprogram kehidupannya guna mengambil keuntungan dari keadaan
tersebut.Disini kami akan mengurai lebih dalam lagi mengenai Hukum
Shelford dan prinsip – prinsip yang berhubungan dengan konsep faktor
pembatas tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Toleransi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Hukum minimum dari liebig ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami hukum toleransi?
2. Untuk mengetahui dan memahami hukum minimum liebig ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
adalah faktor interaksi. Misalnya pada: beberapa tumbuhan memperlihatkan bahwa
kebutuhan Zn lebih sedikit bila tumbuh di bawah naungan dari pada dengan cahaya
penuh. Konsentrasi Zn yang rendah dalam tanah akan berkurang sifat membatasnya
bagi tanaman yang berada di bawah naungan dibanding dengan cahaya penuh pada
kondisi yang sama.
Oleh karena itu, Liebig menyatakan di dalam Hukum Minimum
Liebig yaitu: “Pertumbuhan tanaman tergantung pada unsur atau senyawa yang
berada dalam keadaan minimum”. Organisme mempunyai batas maksimum dan
minimum ekologi, yaitu kisaran toleransi dan ini merupakan konsep Hukum
Toleransi Shelford.
4
Liebig. Namun terlalu maksimumnya sesuatu yang dibutuhkan juga merupakan factor
pembatas dengan mengetahui kisaran batas toleransi suatu organism tersebut.
Keperluan nutiren bagi tumbuhan atau pertumbuhan suatu tanaman sesuai
dengan bunyi dari hukum Shelford dan hukum faktor pemicu (triger factor) (Artawan
dan Wijana, 2013).
Kebutuhan nutrisi tanaman mempunyai batas maksimal dalam penyerapan hara
yang dibutuhkan. Hukum toleransi Shelford bahwa dosis respon suatu tanaman dapat
berupa kekahatan, toleransi dan keracunan. Penambahan suatu unsur hara yang
menyebabkan peningkatan respon tanaman maka unsur tesebut disebut kahat.
Toleransi yaitu penambahan unsur hara tidak mengubah respon tanaman. Tanaman
dikatakan keracunan apabila penambahan suatu unsur hara menyebabkan penurunan
respon tanaman (Eskawidi, dkk., 2005).
“Besar populasi dan penyebaran suatu jenis dapat dikendalikan oleh faktor yang
melampaui batas toleransi maksimal atau minimal atau mendekati batas toleransi.
Apabila melampaui batas itu yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimal atau
lebih tinggi dari batas toleransi maksimal, maka makhluk hidup itu akan mati dan
populasinya akan punah dari sistem tersebut.”
Untuk menyatakan derajat toleransi sering dipakai istilah steno untuk sempit
dan euri untuk luas.Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor
lingkungan yang penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar
garam merupakan faktor lingkungan yang penting untuk lautan.
Beberapa akses tambahan terhadap hukum toleransi dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1. Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toleransi yang lebar bagi satu
faktor dan kisaran yang sempit untuk lainnya
2. Organisme-organisme dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk
semua faktor wajar memiiki penyebaran yang paling luas
3. Apabila keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis mengenai satu
faktor ekologi, batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya
dapat dikurangi berkenaan dengan faktor-faktor ekologi lain
5
4. Sering kali ditemukan bahwa organisme-organisme di alam sebenarnya
tidak hidup dalam kisaran maksimumberkenaan dengan faktor fisik tertentu
5. Periode produksi biasanya periode yang gawat apabila faktor-faktor
lingkungan bersifat membatasi
“Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus
memiliki bahan-bahan yang penting diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan
keadaan”
Dibawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang tersedia dalam jumlah
paling dekat mendekati minimum yang genting yang diperlukan akan cendrung
merupakan pembatas. Hukum minimum ini kurang dapat diterapkan dibawah
keadaan sementara apabila jumlah, pengaruhnya dari bahan sangat cepat berubah.
6
Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila mendekati
keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa
cahaya, suhu, zat makanan dan unsur-unsur utama meyebabkan hilangnya vegetasi
pada ketinggian tertentu di pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan dalam
wilayah yang dinaungi. Jadi penyebaran tumbuhan ditentukan oleh cahaya, suhu dan
unsur hara yang tidak memadai.
Dasar-dasar utama harus ditambahkan pada konsep ini untuk penggunaannya dalam
praktek. Pertama, bahwa Hukum Minimum Liebig dapat dipakai hanya dalam
keadaan yang tetap, yaitu bila pemasukan dan pengeluaran energi adalah seimbang.
Misalnya CO2 adalah faktor pembatas utama dalam danau dan oleh karena itu
produktivitas seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2 yang berasal dari proses
pembusukan bahan organik dengan cahaya, nitrogen, fosfor dan unsur-unsur utama
lainnya yang dipergunakan dalam jumlah banyak dalam keadaan yang stabil
seimbang.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB. 366 hal.
Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. 373
Kramadibrata, H..1996. Ekologi Hewan. Institut Teknologi Bandung Press:Bandung
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. Remaja karya:Jakarta.