MAKALAH
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Landasan dan Problematika Pendidikan
Sains Biologi dengan judul “Konsep Faktor Pembatas dan Kisaran Toleransi
dalam Dunia Peternakan dan Konservasi Hewan” tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya
kepada Bapak Prof. Ir.Dr. Suhadi, M.Si. selaku dosen pengampuh mata kuliah
ekologi dan manageman lingkungan yang telah banyak membantu dan
membimbing dalam banyak hal sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan
baik.
Meskipun pemikiran dan pengetahuan yang penulis miliki telah
sepenuhnya penulis kerahkan dalam penyelesaian makalah ekologi dan
manageman lingkungan ini. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUA N
A. Latar Belakang
Lingkungan adalah sistem kompleks yang dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan merupakan ruang tiga
dimensi, dimana makhluk hidupnya sendiri merupakan salah satu bagiannya.
Lingkungan bersifat dinamis yang berubah setiap saat. Perubahan yang terjadi
dari faktor lingkungan akan mempengaruhi makhluk hidup dan respon makhluk
hidup terhadap faktor tersebut yang akan berbeda-beda menurut skala ruang dan
waktu, serta kondisi makhluk hidup tersebut.
Faktor-faktor lingkungan sebagai faktor pembatas ternyata tidak saja berperan
sebagai faktor pembatas minimum tetapi terdapat pula faktor pembatas
maksimum. Bagi hewan tertentu misalnya faktor lingkungan seperti suhu udara
atau kadar garam (salinitas) yang terlalu rendah/sedikit atau terlalu tinggi/banyak
dapat mempengaruhi berbagai proses fisiologinya. Faktor-faktor lingkungan
tersebut dinyatakan penting jika dalam keadaan minimum, maksimum atau
optimum sangat berpengaruh terhadap proses kehidupan hewan menurut batas-
batas toleransi tumbuhannya.
Pengaruh faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk hewan yang satu dan
yang lain berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi pada
dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-
unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu
udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor
atau sejumlah faktor lingkungan tersebut. Aplikasi faktor pembatas dan kisaran
toleransi salah satunya dapat diterapkan dalam bidang peternakan dan konservasi
hewan. Faktanya sekarang, pengelola bidang peternakan belum memahami
pentingnya faktor pembatas dan kisaran toleransi hewan yang diternakkan,
padahal ini mempengaruhi hasil produksi. Selain itu pengelola konservasi hewan
langka banyak yang belum memahami konsep faktor pembatas dan kisaran
toleransi dari hewan yang dikonservasinya. Faktanya di lapangan seringkali
pengelola buka ahli di bidang ekologi hewan, contoh di KBS, akhirnya tujuan dari
konservasi itu tidak tercapai dan mengarahkan hewan ke arah kepunahan karena
salah pengelolaan.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan tersebut maka penting
disusun makalah yang berjudul “Konsep Faktor Pembatas dan Kisaran
Toleransi dalam Dunia Peternakan dan Konservasi Hewan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa masalah
berikut:
1. Apakah yang dimaksud konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi?
2. Bagaimana aplikasi konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi dalam
dunia peternakan?
3. Bagaimana aplikasi konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi dalam
dunia konservasi hewan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah:
1. Mendeskripsikan konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi.
2. Menjelaskan aplikasi konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi dalam
dunia peternakan.
3. Menjelaskan aplikasi konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi dalam
dunia konservasi hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar Kemungkinan keadaan suhu udara pada alat pemanas; (A) suhu
terlalu dingin, (B) suhu terlalu panas, (C) suhu ideal.
b. Kelembapan
Dalam dunia peternakan kelembapan juga memegang peranan
penting.Dalam peternakan itik, kelembapan yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan itik rentan terserang penyakit karena dalam kondisi lembab
jamur dan bakteri sangat mudah untuk tumbuh dan berkembangbiak.Itik
pada masa pertumbuhan (5-22 minggu) tidak dipelihara dalam pelingkar
(inkubator) tapi sudah menyebar ke seluruh ruangan kandang yang sudah
diberi alas litter (kulit padi, jerami kering, serbuk gergaji, dll). Penggunan
pasir dan kapur sebagai campuran alas lantai kandang sangat dianjurkan
karena pasir tidak mudah menggumpal dan mampu menyerap air (basah)
sehingga dapat mengurangi kelembapan, kelembapan yang dibutuhkan 60-
65%. Kapur juga berfungsi meredakan kadar amoniak yang disebabkan
oleh kotoran itik. Campuran pasir, kapur, kulit padi, atau yang lainnya
dengan perbandingan 1:2:5 dan tebal ±20 cm.
c. Pakan
Energi yang diperlukan oleh hewan ternak untuk tumbuh dan
berkembang berasal dari nutrisi makanan.Pada ternak itik, pemberian grit
yang mengandung Calsium dan Fosfor sangat penting, apalagi untuk itik
yang sedang giat berproduksi telur.Itik membutukkan Calsium dan Fosfor
untuk pembentukan kulit telur. Apabila itik mengalami kekurangan
Calsium dan Fosfor dari makanannya, itik akan mengalami kelumpuhan.
Kandungan protein dan kalsium dengan jumlah cukup mampu
dimanfatkan sebagai campuran upun itik petelur untuk menghasilkan telur
yang berkualitas.Kualitas itu diantaranya cangkang telur yang terlihat
kokoh, dan keras, warna kuning telur yang semakin kuning, rasa yang
nikmat, dan kandungan gizi yang bagus. Selain bertambahnya kualitas,
dan kuantitas, penggunaan kepiting sawah ataupun ekstraksinya mampu
membuat unggas semakin sehat, dan masa bertelurnya menjadi lebih lama.
d. Cahaya
Kandang itik mendapatkan sinar matahari yang cukup, kandang
sebaiknya menghadap ke timur.Penerangan cahaya lampu untuk itik yang
sedang produksi sangat penting artinya terutama pada malam hari untuk
meningkatkan keseimbangan penyerapan vitamin D. cahaya matahari
dapat dikondisikan dengan cara menggantinya dengan lampu penerangan.
Dengan penerangan yang mencukupi, kedewasaan kelamin dan kantong
telur, kandungan telur dan pembentukan kulit telur bisa berlangsung
sempurna dan keseimbangan kebutuhan akan calsium dan vitamin D
terpenuhi.
(1) (2)
Gambar. (1) Salmon Coklat dan (2) Salmon Pelangi
Salah satu spesies salmon yang sering diternakkan adalah salmon coklat
(Salmo trutta) dan Salmon Pelangi (Ochorynchus mykiss). Pada jurnal Molony
(2001) yang berjudul “Environmental requirements and tolerances of Rainbow
trout (Oncorhynchus mykiss) and Brown trout (Salmo trutta) with special
reference to Western Australia” Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menternakkan ikan salmon, diantaranya:
a. Aliran sungai: aliran sungai pada akhir musim panas merupakan aliran
sungai yang cukup deras yang kurang baik untuk pertumbuhan ikan
salmon. Aliran sungai yang baik untuk pertumbuhan ikan salmon adalah
55% per rata-rata aliran sungai pertahun.
b. Variasi laju aliran sungai: perkembangan salmon yang baik adalah dengan
menggunakan laju air sungai yang tetap, variasi laju air sungai yang
berubah- rubah akan menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan
salmon.
c. Kecepatan air: kepadatan populasi salmon tertinggi adalah pada kecepatan
aliran air sebesar 45,6 – 76,0 cm/detik walaupun salmon masih bisa
mentoleransi kecepatan air hingga 156-321 cm/detik.
d. Adanya penutup (cover): penutup yang dimaksud merupakan daerah
berlindung untuk salmon beristirahat atau melindungi diri dari predator.
Daerah yang ideal untuk salmon adalah daerah dengan jumlah penutup 55%
dari lebar sungai. Salmon masih bisa toleran terhadap sungai yang masih
memiliki 10% penutup.
e. Lebar sungai: lebar sungai akan mempengaruhi laju air sungai, salmon
mampu mentoleransi lebar minimal sungai 0,6 m sampai lebar maksimal
46m. Salmon akan hidup dan berkembang biak secara maksimal pada
kisaran lebar maksimum dan minimum tersebut.
f. Tingkat erosi sungai: salmon dapat hidup pada tingkatan erosi sungai
sebesar 0 – 9% lebih dari itu salmon tidak mampu berkembang dengan
maksimal.
g. Substrat dalam sungai: substrat disini adalah adanya vegetasi air (makro
alga dan lumut), semakin berlimpah makro alga maupun lumut semakin
banyak jumlah salmon.
h. Konsentrasi Nitrat – Nitrogen (NO – N): salmon mampu hidup pada
konsentrasi nitrat 0,15-0,25 mg/L. Kisaran minimum konsentrasi Nitrat-
Nitrogen adalah 0,001 mg/L dan kisaran maksimum 2,0 mg/L.
i. Suhu: suhu terbaik untuk salmon adalah 12,6-18,6 oC. Kisaran minimum
adalah 6 oC dan maksimum adalah 26,4 Oc.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan dari
makalah ini sebagai berikut.
1. Keadaan manapun yang mendekati atau melampaui batas-batas toleransi
dinamakan sebagai faktor pembatas. Pada prinsipnya masing-masing
hewan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadap semua faktor
lingkungan. Organisme hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang
dapat ditoleransinya. Kisaran toleransi merupakan kemampuan hewan
mentoleransi atau beradaptasi dengan kisaran minimum dan maksimun
suatu keadaan lingkungan.
2. Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi lingkungan yang
mendekati bataskisaran toleransinya, maka organisme akan mengalami
keadaan tekanan (stress) fisiologis.Sebagai contoh, hewan yang
didedahkan pada suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisikritis
berupa hipotermia, sedang pada suhu ekstrim tinggi akan mengakibatkan
gejalahipertemia. Apabila kondisi lingkungan suhu yang mendekati batas-
batas kisaran toleransi hewan itu berlangsung lama dan tidak segera
berubah menjadi baik, maka hewan akan mati. Kehadiran atau
keberhasilan suatu organisme/ kelompok organisme tergantung
kepadakomples keadaan. Kadaan yang mendekati atau melampaui batas-
batas toleransi dinamakansebagai yang membatasi (faktor pembatas).
3. Salah satu aplikasi dari konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi dapat
diterapkan pada peternakan itik petelur dan ikan salmon. Dimana peternak
harus mengkondisikan segala faktor yang dapat berperan sebagai faktor
pembatas dalam kisaran toleransi hewan ternak sehingga tersedia kondisi
preferendum untuk hewan ternak tersebut.
4. Konsep faktor pembatas dan kisaran toleransi juga dapat diterapkan dalam
bidang konservasi misalnya konservasi badak jawa dan orangutan
Sumatera.
B. Saran
Sebagai ahli atau seseorang yang ingin mengembangkan usaha di bidang
peternakan sebaiknya mengetahui dan memahami faktor pembatas dan kisaran
toleransi hewan yang akan dikembangbiakan, harapannya hasil produksi dari
peternakan tersebut dapat tercapai maksimal, dan sebagai ahli konservasi
hewan langka atau pengelola taman satwa sebaiknya mengetahui dan
memahami faktor pembatas dan kisaran toleransi hewan yang akan
dikonservasi, harapannya tujuan dari konservasi benar-benar dapat
menyelamatkan hewan tersebut dan mampu memberikan kenyamanan bagi
hewan sesuai dengan karakteristik masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Odum, E. P. (1975). Ecology Ecology, the link between the natural and the social
sciences (Modern biology series). New York, USA: Holt, Rinehart and
Winston.
Permenhut. 2013. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa (Spizaetus
bertelsi) Tahun 2013-2022. Jakarta: Menhut.