OLEH :
LEONITA TRIASTUTI
M1B121004
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“Kerusakan Lingkungan Akibat Perubahan Iklim” yang menurut penulis dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
memaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Leonita Triastuti
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………. 4
3. Tujuan ………………………………………………………………………..7
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan …………………………………………………………………. 50
2. Saran ………………………………………………………………………… 50
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
makhluk hidup, menyediakan sumber makanan, menjaga ketersediaan air,
menstabilkan polusi udara dan lain-lain.
5
meningkat. Pemanasan global itu sendiri disebabkan oleh aktivitas manusia yang
memicu kenaikan emisi gas rumah kaca yang berasal dari pelepasan gas buang seperti
gas karbon, metan, sulfurdioksida, dan gas-gas rumah kaca lainnya yang dampaknya
kembali merugikan manusia itu sendiri dan lingkungan.
Anomali iklim dan cuaca yang semakin sering terjadi selama dasawarsa
terakhir ini, merupakan fenomena nyata telah terjadinya perubahan iklim yang sangat
signifikan di semua belahan dunia (Global Climate Change). Kalau pada pada
dasawarsa sebelumnya, pergantian musim dapat ditebak dengan menghitung bulan
setiap tahunnya, namun kondisi itu kini sudah nyaris berubah total. Bulan Meret
sampai September yang selama ini selalu diindentikkan dengan musim kemarau,
namun pada bulan-bulan tersebut sering terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi,
sehingga dampaknya sulit di antisipasi, karena memang diluar prediksi. Begitu juga
dengan musim penghujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan
Pebruari, sekarang juga sudah sangat sulit di prediksi, pada bulan-bulan dimana
biasanya terjadi hujan dengan intensitas tinggi, namun di beberapa daerah malah
terjadi kekeringan.
Terjadinya perubahan iklim dan cuaca yang semakin meluas itu, banyak
ditengarai akibat kerusakan lingkungan yang semakin parah. Penebangan hutan
secara liar dan tidak terkendali, penggunaan gas freon dan pestisida kimia secara
berlebihan, pencemaran udara oleh pabrik maupun kendaraan bermotor, penggunaan
plastik dan benda lain yang sulit terurai dalam tanah dan berbagai tindakan atau
prilaku tidak peduli kepada lingkungan yang dilakukan baik secara sadar maupun
tidak sadar. Tindakan atau perilaku tersebut kemudian berdampak pada kenaikan
suhu permukaan bumi atau pemanasan global (Global Warming), menurunnya
kualitas tanah, udara dan air akibat pencemaran yang kemudian terakulumulasi
sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim secara signifikan.
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada wilayah tertentu dalam waktu yang
panjang. Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan
segala prosesnya. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang
cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap (Sapoetra, 2004).
Perubahan iklim sebagai setiap perubahan dalam iklim pada suatu selang
waktu tertentu, apakah diakibatkan oleh variasi alamiah atau karena aktivitas manusia
(anthropogenic). Perubahan iklim berdasarkan beberapa studi adalah sesuatu yang
nampak dan jelas terlihat, khususnya perubahan suhu yang sangat mempengaruhi
beberapa sistem fisik dan biologi diseluruh dunia (Subair, 2015).
Selama satu abad terakhir suhu permukaan bumi terus meningkat ± 0,8°C,
telah banyak diamati perubahan yang sebelumnya tidak pernah terjadi bahkan hingga
ribuan tahun yang lalu. Atmosfer dan lautan semangkin menghangat, jumlah tutupan
salju dan es bekurang dan permukaan air laut telah meningkat dan kejadian ekstrim
sebagai tanda iklim telah berubah (IPCC, 2014). Perubahan iklim mengacu pada
perubahan keadaan iklim yang dapat diidentifikasi, misalnya dengan menggunakan
uji statistik oleh perubahan rata-rata dan / atau variabilitas sifat-sifatnya, dalam
periode yang panjang, biasanya dekade atau lebih lama baik karena variabilitas alami
8
atau sebagai hasil aktivitas manusia (IPCC, 2007). Penggunaan berbeda dari
Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC), disebutkan bahwa perubahan
iklim mengacu pada perubahan iklim yang dikaitkan secara langsung atau tidak
langsung dengan aktivitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer global.
Sementara menurut UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang disebabkan langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengakibatkan perubahan komposisi
atmosfer secara global, selain itu juga, berupa perubahan variabilitas iklim alamiah
yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
9
kehidupan manusia. Selanjutnya LAPAN (2002) turut mendefinisikan perubahan
iklim sebagai perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu
daerah tertentu. BMKG (2011) menyatakan bahwa perubahan iklim diukur
berdasarkan perubahan komponen utama iklim yaitu suhu atau temperature, musim
(hujan dan kemarau), kelembapan dan angin. Berdasarkan defenisi-defenisi iklim
tersebut yang paling banyak dikemukakan adalah perubahan suhu dan curah hujan.
Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan atmosfer pada
suatu saat di waktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan
variabilitas kuantitas yang relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah
hujan atau angin), pada periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga
tahunan atau jutaan tahun. Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara
komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar
matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya
perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.
Perubahan iklim bukanlah hal baru. Iklim global sebelumnya sudah selalu
berubah-ubah. Pada jutaan tahun yang lalu, sebagian wilayah dunia yang dahulunya
10
tertutupi oleh es kini berubah menjadi daratan akibat fluktuasi radiasi matahari atau
letusan gunung berapi.
Perubahan iklim yang ada saat ini dan akan datang dapat disebabkan bukan
hanya oleh peristiwa alam melainkan lebih karena berbagai aktivitas manusia.
Kemajuan pesat pembangunan ekonomi telah memberikan dampak yang serius
terhadap iklim dunia, seperti penggunaan energi fosil untuk sumber energi,
peningkatan jumlah kendaraan bermotor, dan pembukaan lahan dengan cara
membabat hutan besar-besaran.
1. Dipengaruhi oleh posisi jauh dekatnya matahari dari bumi. Ketika matahari
mendekat, maka radiasi yang diterima bumi semakin banyak. Radiasi ini
membantu proses konveksi atau naiknya uap air ke langit.
3. Dekat atau jauhnya suatu tempat dari sumber air, seperti laut atau danau.
Daerah yang dekat dengan sumber air memiliki peluang mengalami curah
hujan lebih tinggi daripada daerah yang jauh dari sumber air. Hal ini
disebabkan oleh besarnya tingkat penguapan daerah yang dekat dengan
sumber air. Karena itu, Indonesia memiliki curah hujan jauh lebih tinggi
daripada pedalaman Australia. Selain karena terletak di dekat garis
khatulistiwa, Indonesia juga dikelilingi oleh samudra yang luas sekali.
11
berasal dari debu padang pasir, letusan gunung berapi, atau akibat aktivitas
manusia seperti asap motor dan pabrik
Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek yang
menembus atmosfer bumi kemudian berubah menjadi gelombang panjang ketika
mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang
di pantulkan kembali ke atmosfer. Namun sayangnya tidak semua gelombang panjang
yang di pantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar
karena di hadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer yang di sebut Gas
Rumah Kaca (GRK). Peristiwa alam ini di kenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK).
12
dengan rumah kaca, di mana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak
dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca
tersebut .
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati
manusia , karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan
33 derajat Celcius lebih dingin . Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di
atmosfer dan berlanjut, akibatnya pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan
semakin berlanjut Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier
pada tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama pada planetatau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya. Efek rumah kaca hanya terjadi pada planet-planet yang mempunyai
lapisanatmosfer seperti Bumi, Mars, Venus, dan satelit alami Saturnus (Titan).
13
mengabsorsinya. Bahan- bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk
mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh- tumbuhan, hutan , dan laut . Jadi
bisa dimengerti bila hutan semakin gundul , maka panas di bumi akan semakin naik.
Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah
olehawan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut
tertahan olehawan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul kembali ke
permukaan bumi . Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di
atmosfir maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan
diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banya jumlah gas rumah kaca yang
berada di atmosfir , maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di
permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik . Sudah disebutkan di
atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca. Meningkatnya gas
rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:
b. Kehutanan , Salah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah
kaca . Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2 . Sehingga pengerusakan
hutan akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca .
c. Peternakan dan Pertanian, Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari
pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-
kotoran ternak, serta pembakaran sabana . Pada sektor pertanian , gas metan
(CH4) yang paling banyak dihasilkan. Sampah, Sampah sebagai salah satu
kontributor terbesar bagi terbentuknya gasmetan (CH4), karena aktifitas manusia
sehari-hari .
14
Gambar : Faktor Gas Rumah Kaca
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di
atmosfer dan kemampuan penyerapan energi . Peningkatan kadar gas rumah kaca
akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
global. Adapun gas-gas yang terdapat dalam rumah kaca , adalah sebagai berikut :
15
CO2 (Karbon Dioksida)
CO2 adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang
sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia
terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Pembukaan lahan baru
pertanian dan penggundulan hutan juga meningkatkan jumlah karbon dioksida dalam
atmosfer. Namun selain efek rumah kaca , CO 2 juga memainkan peranan sangat
penting untuk kehidupan tanaman . Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan
bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses
yang dikenal sebagai fotosintesis . Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon
dioksida diserap oleh ganggang . Dampak dari meningkatnya CO 2 di atmosfer antara
lain: meningkatnya suhu permukaan bumi, naiknya permukaan air laut, anomali iklim
, timbulnya berbagai penyakit pada manusia dan hewan (Astin, 2008) . Berbagai
upaya dilakukan untuk menekan laju peningkatan emisi CO2 di atmosfer.
CH4 (Metana)
16
cukup banyak di tempat pembuangan sampah , sehingga menguntungkan bila
mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan
energi listrik. Metana merupakan unsur utama dari gas bumi . Gas ini terdapat dalam
jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi .
O3 (Ozon)
17
2. Kerusakan Hutan (Deforestasi)
Hutan Indonesia adalah hutan yang sering disebut salah satu paru dunia yang
menyumbangkan oksigen untuk keberlangsungan makhluk hidup yang dapat meyerap
karbon dioksida yakni karbon yang berbahaya dan menghasilkan gas oksigen yang
diperlukan oleh manusia (Shafitri, Prasetyo, & Haniah, 2018). Hutan merupakan
sumber daya alam yang berperan penting pada lini kehidupan, baik dari ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan (Widodo & Sidik, 2020). Areal hutan yang semakin
berkurang tentunya menyebabkan punahnya berbagai jenis spesies yang
menyebabkan berbagai dampak termasuk menimbulkan efek gas rumah kaca
(Novalia, 2017).
18
Gambar : Kerusakan Hutan Akibat Kebakaran
19
juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia seperti dapat
menimbulkan sesak nafas berkepanjangan (Han, Goleman, Boyatzis, & Mckee,
2019). Studi baru kini kian mulai menyoroti tentang permasalahan pemanasan global
yang menujukan bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan penyumbang
utama terhadap perubahan iklim dan kian rentan terhadap dampak-dampak yang
ditimbulkan.
Penyimpangan iklim merupakan salah satu masalah alam yang tak bisa
dihindari oleh manusia akibat ulahnya sendiri. Dalam beberapa dekade terakhir, telah
terjadi perubahan iklim yang sangat terasa di bumi. Hal ini sangat berpengaruh pada
alam dan aktivitas manusia. Salah satunya adalah terdapat penyimpangan suhu yang
mencolok, yang mengakibatkan banyak terjadinya fenomena alam seperti pemanasan
global dan peristiwa El Nino dan La Nina. Peristiwa El Nino dan La Nina merupakan
gejala alam yang tak bisa dihilangkan tetapi hanya bisa dihindari. Banyak sekali
dampak dan pengaruh peristiwa El Nino dan La Nina di dalam aktivitas dan
kehidupan manusia juga di alam.
20
panjang adalah dampak langsung yang bisa memicu masalah lain pada sektor
pertanian seperti gagal panen dan melemahnya ketahanan pangan.
a. Faktor Penyebab
b. Proses Terjadinya
Proses Terjadinya El Nino Dan La Nina El-Nino berasal dari bahasa Spanyol
yang berarti “anak lelaki (Yesus), karena munculnya El Nino di sekitar hari natal
(Akhir Desember). Kemudian para ahli juga mengemukakan bahwa selain fenomena
menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu
mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari
fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti
“anak perempuan” (Ahrens, C.Donald, 1982) El Nino dan La Nina adalah merupakan
dinamika atmosfer dan laut yang mempengaruhi cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino
merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai
dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur.
El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat
PeruEquador (Amerika Selatan), yang mengakibatkan gangguan iklim secara
global.Biasanya suhu air permuakaan laut di daerah dingin, karena adanya ”up
welling” arus dari dasar laut menuju permukaan. Proses Terjadinya El Nino,Pada
saatsaat tertentu air laut yang panas dari perairan Indonesia bergerak ke arah timur
21
menyusuri equator, hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia).
Pada saat yang bersamaan, air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak
ke arah selatan, hingga sampai ke pantai barat PeruEquador. Akhirnya akan terjadilah
pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut yang panas dai
Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan berkumpulan massa air laut panas
dalam jumlah yang besar dan menempati daerah yang luas. Permukaan air laut yang
panas tersebut, kemudian menularkan panasnya pada udara di atasnya, sehingga
udara di daerah itu memuai ke atas (konveksi), dan terbentuklah daerah bertekanan
rendah, di pantai barat PeruEquador. Akibatnya angin yang menuju Indonesia hanya
membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang. La Nina
merupakan kebalikan El Nino.
22
C. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan
Perubahan iklim menjadi salah satu isu utama yang menjadi perhatian
berbagai pihak. Masalah perubahan iklim juga telah menjadi masalah kebijakan
publik terbesar yang dihadapi oleh pemangku kepentingan.Perubahan iklim secara
langsung berdampak negatif kepada manusia dan lingkungan sekitarnya.
1. Air
23
diperlukan data curah hujan sebagai faktor pendukungnya. Salah satu dampaknya di
wilayah pesisir, berkurangnya airtanah disertai kenaikan muka air laut juga telah
memicu intrusi air laut ke daratan – mencemari sumber-sumber air untuk keperluan
air bersih dan irigasi (UNDP Indonesia, 2007). Dalam jurnal yang yang berstudi
kasus di West Bank menyebutkan bahwa, di West Bank palestina, air tanah
merupakan sumber air utama dengan ketersediaan air perkapita sekitar 63 m3 .
Meningkatnya suhu udara juga berkaitan dengan menurunnya presipitasi dan debit air
tanah di West Bank (Mizyed, 2008). Di samping suhu udara, peningkatan jumlah
penduduk juga berarti meningkat pula kebutuhan akan air tanah. Berbasis dari
peningkatan nilai evapotranspirasi, merubah pengisian ulang air tanah dan memotong
kebutuhan air yang diperkirakan merupakan dampak dari perubahan iklim terhadap
ketersediaan air. Banyak studi sebelumnya yang mengatakan bahwa perubahan iklim
akan meningkatkan temperatur dan berdampak negatif pada ketersediaan air (Iglesias
dkk ; El-Fadel and Zeid dalam Mizyed, 2008). Meningkatnya temperatur udara yang
disebabkan oleh pemanasan global dalam perubahan iklim menyebabkan semakin
cepatnya penguapan / evaporasi sehingga menyebabkan air tanah semakin cepat
berkurang.
24
a. Menurunnya kualitas air
Dampak dari perubahan iklim global terjadi secara perlahan dalam jangka
waktu yang cukup panjang, antara 50 – 100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan,
perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan mahluk
hidup. Dampak langsung perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati.
Gambar: Dampak Perubahan Iklim terhadap Habitat Beruang Kutub dan Orang Hutan
25
Pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, terjadinya banjir dan juga
badai karena perubahan iklim akan membawa perubahan besar pada habitat sebagai
rumah alami bagi berbagai spesies binatang, tanaman, dan berbagai organisme lain.
Perubahan habitat akan menyebabkan punahnya berbagai spesies, baik binatang
maupun tanaman, seperti pohon-pohon besar di hutan yang menjadi penyerap utama
karbondioksida. Hal ini disebabkan karena mereka tidak sempat beradaptasi terhadap
perubahan suhu dan perubahan alam yang terjadi terlalu cepat. Punahnya berbagai
spesies ini, akan berdampak lebih besar lagi pada ekosistem dan rantai makanan.
Ada beberapa fakta yang disampaikan oleh Al Gore pada bukunya Earth in
The Balance tentang pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas antara lain:
26
apakah ada berhubungan langsung dengan berkurangnya curah hujan masih
dipertanyakan.
a) Spesies ranges (cakupan jenis) Perubahan Iklim berdampak pada pada temperatur
dan curah hujan. Hal ini mengakibatkan beberapa spesies tidak dapat
menyesuaikan diri, terutama spesies yang mempunyai kisaran toleransi yang
rendah terhadap fluktuasi suhu.
c) Perubahan interaksi antar spesies Dampak yang iklim perubahan akan berakibat
pada interaksi antar spesies semakin kompleks (predation, kompetisi, penyerbukan
dan penyakit). Hal itu membuat ekosistem tidak berfungsi secara ideal.
d) Laju kepunahan Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak hidup itu sendiri
muncul. Beberapa juta spesies yang ada sekarang ini merupakan spesies yang
27
berhasil bertahan dari kurang lebih setengah milyar spesies yang diduga pernah
ada. Kepunahan merupakan proses alami yang terjadi secara alami. Spesies telah
berkembang dan punah sejak kehidupan bermula. Kita dapat memahami ini
melalui catatan fosil. Tetapi, sekarang spesies menjadi punah dengan laju yang
lebih tinggi daripada waktu sebelumnya dalam sejarah geologi, hampir
keseluruhannya disebabkan oleh kegiatan manusia. Di masa yang lalu spesies yang
punah akan digantikan oleh spesies baru yang berkembang dan mengisi celah atau
ruang yang ditinggalkan. Pada saat sekarang, hal ini tidak akan mungkin terjadi
karena banyak habitat telah rusak dan hilang. Kelangsungan hidup rata-rata suatu
spesies sekiar 5 juta tahun. Rata-rata 900.000 spesies telah menjadi punah setiap 1
juta per tahun dalam 200 juta tahun terakhir. Laju kepunahan secara kasar diduga
sebesar satu dalam satu persembilan tahun. Laju kepunahan yang diakibatkan oleh
ulah manusia saat ini beratus-ratus kali lebil tinggi. Perubahan iklim yang lebih
menyebar luas tampaknya akan terjadi dalam pada masa mendatang sejalan
dengan bertambahnya akumulasi gas-gas rumah kaca dalam atmosfer yang
selanjutnya akan meningkatkan suhu permukaan bumi. Perubahan ini akan
menimbulkan tekanan yang cukup besar pada semua ekosistem, sehingga
membuatnya semakin penting untuk mempertahankan keragaman alam sebagai
alat untuk beradaptasi.
1) Spesies pada ujung rantai makanan, seperti karnivora besar, misal harimau
(Panthera tigris). Karnivora besar biasanya memerlukan teritorial yang luas untuk
mendapatkan mangsa yang cukup. Oleh karena populasi manusia terus
merambah areal hutan dan penyusutan habitat, maka jumlah karnivora yang
dapat ditampung juga menurun.
28
2) Spesies lokal endemik (spesies yang ditemukan hanya di suatu area geografis)
dengan distribusi yang sangat terbatas, misalnya badak Jawa (Rhinoceros
javanicus). Ini sangat rentan terhadap gangguan habitat lokal dan perkembangan
manusia.
3) Spesies dengan populasi kecil yang kronis. Bila populasi menjadi terlalu kecil,
maka menemukan pasangan atau perkawinan (untuk bereproduksi) menjadi
masalah yang serius, misalnya Panda.
4) Spesies migratori adalah spesies yang memerlukan habitat yang cocok untuk
mencari makan dan beristirahat pada lokasi yang terbentang luas sangat rentan
terhadap kehilangan ‘stasiun habitat peristirahatannya. 5) Spesies dengan siklus
hidup yang sangat kompleks. Bila siklus hidup memerlukan beberapa elemen
yang berbeda pada waktu yang sangat spesifik, maka spesies ini rentan bila ada
gangguan pada salah satu elemen dalam siklus hidupnya. 6) Spesies spesialis
dengan persyaratan yang sangat sempit seperti sumber makanan yang spesifik,
misal spesies tumbuhan tertentu.
29
tanaman budidaya. Paling tidak 52 spesies keluarga anggrek (Orchidaceae)
dinyatakan langka.
3. Hutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim akibat
terjadinya peningkatan suhu ekstrim. Sebagai paru paru bumi hutan merupakan
produsen Oksigen (O2), selain itu, hutan juga membantu menyerap gas rumah kaca
yang menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Selain itu, pohon-pohon yang
mati karena perubahan tata guna hutan, ataupun karena mengering dengan sendirinya
akibat meningkatnya suhu dalam perubahan iklim, akan melepaskan karbondioksida.
Selain itu, kematian pohon-pohon menyebabkan berkurangnya penyerap
karbondioksida itu sendiri. Dengan demikian, karbondioksida dan gas rumah kaca
lain akan meningkat drastis.
30
basah dikarenakan berubahnya fungsi rawa sebesar 37,2 persendan mangrove 32,4
persen. Luas hutan mangrove berkurang dari 5,2 juta ha tahun1982 menjadi 3,2 juta
ha tahun 1987 dan menciut lagi menjadi 2,4 juta ha tahun 1993 akibat maraknya
konversi mangrove menjadi kawasan budi daya (Suryadiputra, 1994, Dahuri et al,
2001).
Dampak potensial dari perubahan iklim terhadap hutan tropis adalah fungsi
paparan dan sensitivitas. Hutan tropis terpapar oleh berbagai faktor perubahan iklim
dan variabilitasnya, serta faktor penggerak lain seperti perubahan tata guna lahan atau
polusi yang memperburuk dampak dari perubahan iklim . Sensitivitas merujuk pada
31
suatu derajat dimana suatu sistem akan menanggapi suatu perubahan pada iklim, baik
secara positif maupun negative.
4. Kesehataan Manusia
32
penurunan daya tahan tubuh sehingga manusia menjadi rentan terhadap penyakit.
Manusia menjadi lebih rentan terhadap asma dan alergi, penyakit kardiovaskular,
jantung dan stroke.
5. Pertanian
Suhu yang terlalu panas, berkurangnya ketersediaan air, dan bencana alam
yang disebabkan perubahan cuaca dapat merusak lahan pertanian. Suhu yang terlalu
33
panas dan berkurangnya ketersediaan air akan menghambat produktivitas pertanian.
Perubahan iklim juga akan menyebabkan perubahan masa tanam dan panen ataupun
menyebabkan munculnya hama dan wabah penyakit pada tanaman yang sebelumnya
tidak ada.
Dampak dari perubahan iklim ini akhirnya dirasakan oleh semua sektor
kehidupan, namun dampak terbesar sangat dirasakan di sektor pertanian. Menurunnya
kualitas, kesuburan dan daya dukung lahan, menyebabkan produktivitas hasil
pertanian juga ikut menurun, begitu juga dengan ketersediaan air yang semakin
terbatas dan kualitasnyapun yang semakin menurun, juga menjadi penyebab terus
anjloknya produksi pertanian. Ditambah lagi dengan fenomena El Nino dan La
Nina yang juga sangat berpengaruh terhadap siklus iklim yang secara otomatis
menyebabkan bergesernya jadwal tanam berbagai komoditi pertanian serta semakin
besarnya kemungkinan terjadi gagal panen (puso).
34
Sebagai contohnya adalah Kasus gagal panen akibat kekeringan yang
disebabkan oleh perubahan iklim terjadi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Puluhan hektar sawah di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar tersebut
dipastikan gagal panen akibat kekeringan dengan kerugian mencapai puluhan juta
rupiah. Tidak hanya Kecamatan Bangkinang, namun gagal panen akibat kekeringan
ini diperkirakan akan melanda ratusan hektar sawah lain di seluruh Kabupaten
Kampar. Kekeringan ini merupakan yang terburuk selama dua puluh tahun terakhir.
6. Wilayah Pesisir
Fenomena kenaikan muka air laut merupakan issue yang mengemuka, seiring
dengan terjadinya persoalan pemanasan global (global warming). Soemarwoto (2000)
mengemukakan bahwa dampak pemanasan global akan menyebabkan kenaikan suhu
permukaan laut yang kemudian mengakibatkan terjadinya pemuaian air laut.
Pemanasan global juga akan menyebabkan mencairnya es abadi di pegunungan serta
di daerah Arktik dan Antartik. Pemuaian air laut dan mencairnya salju-salju abadi
akan menyebabkan naiknya permukaan air laut. Dampak perubahan iklim terhadap
aspek kelautan sangat kompleks, hal ini dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung, baik dalam jangka waktu pendek dan yang umumnya pada masa waktu
yang panjang. Naiknya suhu udara di Bumi, berdampak pada meningkatnya suhu air,
dan secara tidak langsung menambah volume air di samudera dan menyebabkan
semakin tinggi paras laut (sea level rise).
35
Naiknya paras laut memengaruhi formasi North Atlantic Deep Water
(NADW) yang akan sangat berpengaruh langsung pada sirkulasi global air laut. Pada
Samudera Pasifik, meningkatnya stratifikasi air laut akan meningkatkan frekuensi
kejadian El Nino/Southern Oscillation (ENSO) dan variasi iklim lebih ekstrim. ENSO
mengakibatkan suhu permukaan laut meningkat dan lapisan termoklin menipis.
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari ±17.508 pulau
dengan luasan daratan yang mencapai ±2,9 juta km2 , dimana sekitar 992 pulau yang
berpenghuni dan kurang lebih 5.700 buah atau 33% saja yang telah diberi nama.
Pulau-pulau ini pada dasarnya dapat diklasifikasi menjadi empat kelompok, yaitu
pulau besar, pulau sedang, pulau kecil, dan pulau sangat kecil (Murdiyarso 1999).
Perubahan naiknya paras air laut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Perubahan ini disebabkan antara
lain: 1) Kenaikan permukaan air laut; 2) Perubahan suhu permukaan air laut; 3)
Perubahan keasaman air (pH); dan 4) Peningkatan frekuensi dan intensitas terjadinya
iklim ekstrim seperti terjadinya badai dan gelombang tinggi (KLHI 2007).
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.
Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki
dua macam batas (boundaries), yaitu: batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan
batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore). Penetapan batas-batas
suatu wilayah pesisir yang tegak lurus terhadap garis pantai, sejauh ini belum ada
kesepakatan. Wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah wilayah tempat
daratan berbatasan dengan lautan. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang
tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh peristiwa
di laut seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi garam. Sedangkan batas di laut
ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti
sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang
dipengaruhi oleh kegiatan manusia di daratan.
36
Ekosistem pesisir merupakan unit fungsional komponen hayati (biotik) dan
non-hayati (abiotik). Komponen biotik yang menyusun suatu ekosistem pesisir
terbagi atas empat kelompok utama: a) produsen (vegetasi autotrof, alga dan
fitoplankton yang menggunakan energi matahari untuk proses fotosintesa yang
menghasilkan zat organik kompleks dari zat anorganik sederhana); b) konsumen
primer (hewan yang memakan produsen); c) konsumen sekunder (karnivora, yaitu
semua organisme yang memakan hewan); dan d) Dekomposer (sebagai dekomposer
adalah organisme avertebrata, bakteri dan cendawan yang memakan sisa materi
organik berupa bangkai, daun, ekskreta, dan lainnya). Komponen abiotik suatu
ekosistem pesisir adalah faktor iklim (suhu, curah hujan, kelembaban) merupakan
penentu keberadaan suatu jenis organisme. Faktorfaktor ini senantiasa berada dalam
satu seri gradien. Kemampuan adaptasi organisme seringkali berubah secara bertahap
sepanjang gradien tersebut, tapi sering pula terdapat titik perubahan yang berbaur
atau zona persimpangan yang disebut ekoton (misalnya zona intertidal perairan laut).
37
Gambar: Dampak Perubahan Iklim yang Menyebabkan Kenaikan Muka Air Laut di
Wilayah Pesisir
Setiap tahun, sekitar 120 juta penduduk dunia di wilayah pesisir menghadapi
bencana alam tersebut, dan 250 ribu jiwa menjadi korban hanya dalam kurun 20
tahun terakhir (tahun 1980-2000). Peneliti bidang Meteorologi di AS mencatat
adanya peningkatan frekuensi badai tropis di Laut Atlantik dalam seratus tahun
terakhir (KCM, 31 Juli 2007). Pada periode 1905-1930 di wilayah pantai Teluk
Atlantik terjadi rata-rata enam badai tropis per tahun. Rata-rata tahunan itu melonjak
hampir dua kali lipat (10 kali badai tropis per tahun) pada periode tahun 1931-1994
dan hampir tiga kali lipat (15 kali badai tropis) mulai tahun 1995 hingga 2005. Pada
tahun 2006 yang dikenal sebagai “tahun tenang”saja masih terjadi 10 badai tropis di
wilayah pesisir ini. Juga dilaporkan pola peningkatan kejadian badai tropis ini tetap
akan berlangsung sepanjang pemanasan global masih terjadi,. Kedua, pemanasan
global diperkirakan akan meningkatkan suhu air laut berkisar antara 1-3°C. Dari sisi
biologis, kenaikan suhu air laut ini berakibat pada meningkatnya potensi kematian
dan pemutihan terumbu karang di perairan tropis.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak antara dua benua dan dua
samudra memiliki kondisi iklim yang rentan terhadap fenomena perubahan iklim baik
global maupun regional. Kerentanan tersebut meliputi perubahan temperature,
kenaikan muka air laut, perubahan curah hujan, serta peningkatan frekuensi dan
38
intensitas kejadian iklim ekstrim seperti fenomena El-Nino dan La-Nina yang
menyebabkan peningkatan resiko bencana kekeringan, kebakaran, dan banjir akibat
curah hujan yang tinggi. Fenomena perubahan iklim akan sangat mempengaruhi
kehidupan manusia dalam berbagai sektor baik positif maupun negative. Adapun
dampak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Dampak Perubahan Iklim pada Berbagai Sektor Kehidupan (UN-
HABITAT, 2012)
No Sektor Dampak
1. Lingkungan Hidup a. Peningkatan Suhu :
penyusutan air tanah, kekurangan air,
kekeringan, degradasi kualitas udara, efek
pemanasan pulau
b. Peningkatan Presipitasi:
peningkatan banjir, peningkatan resiko tanah
longsor atau lumpur longsor pada lereng yang
berbahaya.
39
masyrakat berpenghasilan rendah :
relokasi, kehilangan tempat dan lahan,
kehilangan penghidupan, ketidakamanan
makanan. Ketidakproporsional dampak
terkait nutrisi, penyediaan air dan energi,
memburuknya ketidakadilan berbasis gender
terkait hak perumahan, sumberdaya, akses ke
informasi.
b. Ketidakproporsionalan dampak pada orang
tua dan remaja
kekurangmampuan untuk menghindari
dampak langsung atau tidak langsung dari
perubahan iklim, ketidak mampuan untuk
mengatasi cidera dan sakit
40
mempengaruhi variabilitas iklim alami sehingga akan semakin memicu fenomena-
fenomena iklim ekstrim yang lebih intens (Ardianysah et al, 2007). Kejadian banjir
dan badai mengahncurkan rumah-rumah dan bangunan serta dapat menghambat
tujuan terpenuhinya program MDGs tujuan kedua untuk mencapai pendidikan
universal. Dampak El-Nino pada tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan 426.000
hektar sawah mengalami gagal panen akibat kekeringan dan disaat yang bersamaan
juga mengakibatkan kerugian terhadap perkebunan kopi, kakao, dan karet sehingga
memicu terjadinya krisis air dan kebakaran hutan yang luas. Kebakan hutan
berdampak pada habitat-habitat alami hutan, polusi pada daerah aliran sungai,
berkurangnya kenaekaragaman hayati, serta dampak kesehatan yang cukup serius.
Sedangkan fenomena iklim La-Nina akan meningkatkan curah hujan sehingga
menimbulkan banjir dan tanah longsor serta munculnya penyakit akibat air seperti
kolera (Santoso, 2015).
41
upaya dan mitigasi terus dilaksanakan secara besar – besaran untuk mengurangi dan
mengatasi perubahan iklim dalam waktu yang cepat. Di bawah ini merupakan
beberapa langkah global yang terus dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim.
Banyak pabrik – pabrik besar juga yang mulai mengalihkan sumber energi
yang digunakan agar menjadi lebih ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi
gas buang yang berbahaya bagi lingkungan. Manusia sejatinya dapat menggunakan
energi alternatif guna meminimalisir hal - hal yang dapat menjadi penyebab
pemanasan global. Penggunaan energi alternatif terbarukan ini hendaknya harus
segera di terapkan di seluruh dunia. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil harus
segera diganti dengan energi bersih, seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi dan
biomassa. Sumber energi tersebut sejatinya berlimpah namun belum bisa
dimanfaatkan secara maksimal.
1. Tenaga Air
Energi air adalah satu diantara sekian banyak sumber energi terbarukan yang
telah banyak dimanfaatkan untuk menggantikan energi fosil. Air sifatnya terus-
menerus bergerak. Tiap gerakan air menghasilkan energi alami yang sangat besar.
Energi ini datang baik air dari sungai yang mengalir atau gelombang air yang berupa
ombak di lautan. Energi yang dihasilkan oleh air dapat dimanfaatkan dan
dikonversikan menjadi listrik. Tidak seperti tenaga matahari dan angin, manfaat
42
energi terbarukan dari air ini dapat menghasilkan tenaga terus menerus selama 24 jam
setiap harinya.
2. Panas Bumi
Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam
bumi. Inti planet kita sangat panas- estimasi saat ini adalah 5,500 celcius (9,932 F).
Tiga meter teratas permukaan bumi suhunya konstan sekitar 10-16 Celcius (50-60 F)
sepanjang tahun. Sumber energi terbarukan yang berasal dari dalam inti atom bumi
ini memiliki tenaga yang sangat kuat dan jumlahnya pun sangat melimpah.
Pembangkit Listrik tenaga geothermal biasanya menggunakan sumur dengan
kedalaman sampai 1.5 KM atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi.
43
3. Biomassa
Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang berasal dari organisme yang
ada di bumi seperti tumbuhan, hewan, dan juga manusia. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan
kotoran ternak. Biomassa cukup umum digunakan sebagai sumber energi (bahan
bakar).
4. Tenaga Surya
44
akan mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi harian dunia. Potensi energi
surya pada suatu wilayah sangat bergantung pada posisi antara matahari dengan
kedudukan wilayah tersebut di permukaan bumi.
5. Tenaga Angin
45
b. Membatasi Penggunaan Kendaraan Berbahan Bakar Fosil
Bahan bakar fosil merupakan salah satu jenis energi yang berasal dari dalam
bumi yang tidak dapat diperbarui lagi, terdiri dari minyak bumi, batu bara dan gas
alam.
Bahan bakar fosil terbentuk dari adanya proses alami yang berupa
pembusukan dari makhluk hidup yang telah mati dalam jangka waktu jutaan tahun
seperti dinosaurus dan berbagai jenis pepohonan yang telah lama mati. Proses
pembentukan minyak bumi, batu bara dan gas bumi membutuhkan waktu yang sangat
lama dan dapat menyebabkan bahan bakar fosil habis dalam beberapa tahun ke depan.
Oleh karena itu, manusia harus mengurangi serta mempertahankan keberadaan bahan
bakar fosil sebagai cadangan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Penggunaan
bahan bakar fosil sering kali menimbulkan masalah lingkungan Kini, manusia telah
berinovasi dalam melakukan pembangkitan energi yang ramah lingkungan seperti
dari kincir angin, air, dan masih banyak lainnya.
Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara merupakan sumber
energi utama di Indonesia, akan tetapi sumber energi tersebut berdampak terhadap
lingkungan termasuk pencemaran udara, emisi gas rumah kaca dan pemanasan
global. Permasalahan lain adalah tingginya harga bahan bakar fosil, kenaikan jumlah
impor minyak bumi akibat konsumsi bahan bakar nasional, serta cadangan minyak
46
bumi yang semakin menipis. Lebih dari 50% kebutuhan energi nasional didominasi
oleh bahan bakar fosil, untuk itu pengembangan energi alternatif menjadi pilihan
penting. Sudah saatnya kita mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil,
beralih ke sumber energi alternatif berbahan baku nabati yang sifatnya terbarukan
Saat ini sudah sangat banyak negara yang mulai memberlakukan uji emisi
yang sangat ketat terhadap berbagai kendaraan komersil. Tidak hanya itu saja,
beberapa negara sudah memberlakukan transportasi umum tidak boleh untuk
menggunakan bahan bakar fosil sama sekali. Dengan mengalihkan transportasi umum
untuk tidak menggunakan bahan bakar fosil sama sekali sangatlah membantu untuk
mengurangi kadar emisi yang ada di udara.
Elon Musk sebagai salah satu pendiri Tesla percaya bahwa dunia yang kita
tinggali bisa benar – benar meninggalkan bahan bakar fosil dan menggunakan energi
yang terbarukan sebagai sumber tenaga alternatif. Visi dari Elon Musk tersebut terus
digaungkan dan membuat dirinya menjadi salah satu yang berhasil untuk mendobrak
penggunaan kendaraan listrik yang tetap nyaman untuk digunakan dan sangat aman
bagi bumi yang kita tinggali.
Hutan merupakan jantung kehidupan bagi dunia ini. Tanpa adanya hutan dan
wilayah hijau akan membuat kondisi bumi menjadi lebih panas dan tidak ada yang
bisa menghasilkan oksigen yang segar untuk kita hirup.
47
Saat ini setiap negara sudah mulai sukses dalam menjalankan program
penanaman pohon dalam jumlah yang besar. Setiap rumah juga diharuskan untuk
mempunyai halaman sendiri ataupun taman vertikal bagi yang tidak mempunyai
halaman rumah sama sekali. Singapura menjadi salah satu negara yang bisa dibilang
sukses untuk menciptakan lahan hijau vertikal yang sangat menarik dilihat dan tidak
mengurangi manfaatnya sama sekali.
Adaptasi dan hutan tropis memiliki ikatan ganda. Pertama, karena hutan tropis
rentan terhadap perubahan iklim, mereka yang mengelola atau melindunginya harus
menyesuaikan pengelolaan mereka terhadap kondisi di masa mendatang. Orang-orang
yang tinggal di hutan sangatlah bergantung pada bahan-bahan dan jasa hutan, dan
mereka rentan terhadap perubahan hutan baik secara sosial maupun ekonomis.
Bahkan, bila para pemangku kepentingan setempat mengetahui lebih banyak
mengenai hutan mereka dibandingkan orang lain, tingkat perubahan iklim yang
belum pernah terjadi sebelumnya bisa mengacaukan kemampuan mereka untuk
beradaptasi terhadap kondisi baru. Peningkatan kapasitas dan pengetahuan ilmiah
dibutuhkan untuk memahami kerentanan hutan dan penduduk setempat serta untuk
merancang dan menerapkan langkah adaptasi. Kedua, hutan tropis memberi jasa
48
ekosistem yang penting bagi manusia melebihi hutan manapun di seluruh dunia.
Karena jasa ekosistem ini memberi sumbangan dalam mengurangi kerentanan
masyarakat terhadap perubahan iklim, konservasi atau pengelolaan hutan tropis harus
disertakan dalam kebijakan adaptasi. Hubungan institusi antara hutan tropis dan
sektor lainnya harus diciptakan atau digerakkan dengan menggunakan pendekatan
lintas sektoral terhadap adaptasi.
Setelah Kita melihat dan sadar bahwa betapa pentingnya peran kita sebagai
individu untuk membantu mewujudkan terjadinya negara yang hijau dan
meminimalisir perubahan iklim di dunia yang kita tinggali. Kita bisa memulainya
dengan cara untuk menanam berbagai tanaman yang rindang pada halaman rumah.
Halaman yang rindang akan menciptakan suasana yang sejuk dan teduh bagi
lingkungan tempat tinggal dan menjadikannya semakin nyaman untuk ditinggali.
Apabila tidak mempunyai halaman yang luas maka bisa mengakalinya dengan
membuat halaman secara vertikal agar tetap ada tanaman yang bisa memproduksi
oksigen yang sangat dibutuhkan oleh kita
49
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan iklim merupakan suatu fenomena alam yang berkaitan dengan
kerusakan lingkungan dimana antara keduanya terjadi hubungan timbal balik dimana
perubahan iklim dapat disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan yang merusak
serta peristiwa perubahan iklim itu sendiri juga dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam makalah ini adalah semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca terutama
dalam menambah wawasan mengenai terjadinya fenomena perubahan iklim.
50
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001., Pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Subair. 2015. Resiliensi Sosial Komunitas Lokal Dalam Konteks Perubahan Iklim
Global. Aynat Publishing. Yogyakarta.
Ance Gunarsih Karta Sapoetra. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Prakoso, S. G., Ardita, N. D., & Murtyantoro, A. P. (2019). Analisis Diplomasi Soft
Power Denmark Terhadap Indonesia (Studi Tentang Kerja Sama Pengelolaan
Lingkungan di Indonesia)[An Analysis of Denmark’s Soft Power Diplomacy
in Indonesia (A Study nn Environmental Management Coorperation in
Indonesia)]. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan
Hubungan Internasional, 10(1), 57– 76.
Pratama, Riza. 2019. Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi. Buletin Utama Teknik
[Jurnal Vol. 14. No.02]. Universitas Islam Sumatera Utara.
Santoso, WY. 2015. Kebijakan Nasional Indonesia dalam Adaptasi dan Mitigasi
Perubahan Iklim. [Jurnal. Vol: 01.No.03. pp;371-390]. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
51
52