Anda di halaman 1dari 202

Buku Ajar

Ilmu Lingkungan

Diajarkan Pada :
Lingkup Fakultas Teknik
Prodi Teknik Sipil

Pengampuh Mata Kuliah


Dr. Ilham Syafey
NIDM : 0910115902

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil


Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2015

Kata Pengantar
Alhamdulillahi Rabbilalamin Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas
segala nikmat yang diberikan, sehingga saya dapat menyusun materi
pengajaran pada Mata Kuliah Ilmu Lingkungan pada Lingkup Mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Materi Pokok yang disajikan mengacu pada satuan acara pengajaran
Imu Lingkungan, antara lain : Gambaran Umum Mengenai Lingkungan,
Hirarki Lingkungan, Pengertian Lingkungan, Sifat-Sifat Lingkungan,
Keseimbangan dan Daya Dukung Lingkungan, Komponen Lingkungan,
Pencemaran, Ekosistem dan Ekologi, Analisis Dampak Lingkungan, Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, PIL, PEL, RKL, RPL dan Pendekatan
Perencanaan Bangunan Sipil Terhadap ANDAL dan AMDAL.
Dengan lingkup materi tersebut diatas diharapkan mahasiswa dapat
memahami masalah cakupan ilmu lingkungan secara umum, memahami
mengenai Analsisi Dampak Lingkungan (ANDAL) dan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Sebagai nilai plus dilakukan pemahaman
terkait perancangan bangunan teknik sipil pada penerapan ANDAL dan
AMDAL. Dengan materi tambahan tersebut mahasiswa Teknik Sipil
memahami bagaimana pentingnya Perancangan bangunan sipil terhadap
ANDAL dan AMDAL untuk pembangunan berkelanjutan
Demikian penyusunan materi kuliah ini sebagai acuan pada
pembelajaran Ilmu Lingkungan bagi mahasiswa Teknik sipil, khususnya
dilingkup Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMI Makassar. Materi ini
belum sepenuhnya sempurna, dan akan senantiasa mengalami perubahan
guna menyesuaikan kondisi lingkungan, sejalan pesatnya perkembangan
ilmu dan teknologi serta terjadinya perubahan lingkungan yang semakin
komplit masalahnya kedepan.
Makassar, Nopember 2015
Dosen Pengampuh

Daftar isi

Halaman
Unit : 1. Pendahuluan…………………………………………………

Unit : 2. Pencemaram…………………………………………………

Unit : 3. Ekologi Lingkungan……………………………………….

Unit : 4. Ekosistem Lingkungan…………………………………..

Unit : 5. Air Bersih, Sanitasi Dan Limbah……………………..

Unit: 6. Aalisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Dan


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Unit : 7. Kegunaan Andal……………………………………………

Unit : 8. Prosedur Pelaksanaan Andal………………………….

Unit : 9. Deskripsi Proyel Dan Scoping………………………..

Unit : 10. Pembentukan Dan Pengelolaan Tim……………..

Unit : 11. Pendugaan Dampak Lingkungan………………….

Unit : 12. Pembahasan Mengenai Dampak Lingkungan…

Unit : 13. Rona Lingkungan………………………………………

Unit : 14. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)………

Unit : 15. Rencanna Pemantauan Lingkungan…………….


Mata Kuliah : Ilmu Lingkungan

UNIT 1
Pendahuluan
1.1. Umum
Masalah Lingkungan Hidup diawali sejak adanya permukaan
bumi termasuk manusia, hewan dan tumbuhan, dan selama
keberadaannya sampai pada dekade tahun 1970-an, masyarakat
internasional belum memusatkan perhatian terhadap
permasalahan lingkungan hidup, tentunya karena seluruh
komponen lingkungan hidup dan keterkaitan kebutuhan belum
mengalami ketimpangan, sehingga belum timbul berbagai
bencana dan malapetaka yang mengancam mahluk hidup
khususnya manusia. Perhatian masalah lingkungan hidup pada
tingkat Internasional dimulai sejak awal 1970 setelah
diadakannya Konprensi PBB tentang Lingkungan Hidup di
Stokholm pada tahun 1972, yang selanjutnya dikenal sebagai
Konprensi Stokholm, tepatnya pada tanggal 5 Juni 1972,
sehingga hari Lingkungan Hidup dunia ditetapkan pada Tanggal
5 Juni 1972 di Stokholm. Sedangkan di Indonesi masalah
Lingkungan Hidup diselenggarakan pertama kali pada seminar
Pengelolaan Lingkungan Hidup diadakan di Universitas
Padjadjaran pada tanggal 15-18 Mei 1972.
Para ahli memperkirakan umur bumi telah mencapai kurang
lebih 5 milyar tahun yang lalu, dimana pada mulanya pada
atmosfer bumi tidak terdapat oksigen (O2), sementara Carbon
dioksida (CO) cukup tinggi, susunan kimia atmosfir dan kondisi
lingkungan lainnya saat itu menunjukkan belum adanya
kehidupan di bumi, sehingga dikenal dengan Lingkungan Alam.
Nanti setelah kira-kira 4,5 milyar tahun yang lalu baru mulai
terdapat air dan mulailah terjadi kehidupan yang sederhana
dalam bentuk molekul, yang mengandung zat hijau daun atau
klorofil sekaligus awal terjadinya proses fotosintesis, dan perlahan
kadar CO2 menurun dan mulai meningkat kadar O2.

Proses kehidupan mulai berlangsung dengan terbentuknya


lapisan ozon diatmosfir bagian atas atau lapis stratosfer, yang
berfungsi melindungi kehidupan dibumi dari sinar matahari
bergelombang pendek (Ultra Violet) yang dapat mematikan
mahluk hidup, dengan adanya perlindungan lapisan ozon
kehidupan tidak hanya berkembang didalam lapis air, juga pada
permukaan air sampai didaratan. Demikian proses tejadinya
kehidupan berbagai mahluk yang pada akhirnya membentuk
lingkungan hidup, meskipun demikian justru lingkungan yang
membentuk diri menjadi lingkungan hidup.

Terbentuknya lingkungan hidup tidak terjadi secara linear atau


lurus. Artinya bahwa perkembangan mahluk hidup berkembang
dalam trend garis linier atau garis lurus adalah pertumbuhan
yang seakan-akan konstan dan tidak mengalami fluktuasi. Hal ini
tidak demikian karena akibat adanya berbagai peristiwa alam
yang bergejolak seperti terjadinya peristiwa geologis, gunung
meletus atau vulkanik dapat mempengaruhi kadar O2 yang juga
berdampak pada lapis ozon sebagai penyekat pancaran sinar
Ultra Violet. Peristiwa ini banyak mempengaruhi perubahan iklim.
Beberapa bukti sejarah kehidupan dibumi yang mengalami
perubahan dan kemusnahan akibat peristiwa geologi yang
merubah iklim, antara lain hewan Dinosaurus yang telah punah
60 juta tahun yang lalu. Nenek moyang manusia, yaitu manusia
Australopithecus africanus, Austtralopithecus robustus di Afrika, Homo
erectus yang diketemukan di Afrika, Jawa dan Cina. Manusia
Neanderthal di Eropa dan Timur tengah serta manusia primitive Solo di
Jawa emuanya telah punah. Kepunahan tersebut diprediksi akibat;
Kalah persaingan dalam hidup, akibat bencana alam, wabah penyakit,
perubahan iklim dan sebagainya. Yang semuanya adalah merupakan
permasalahan lingkungan.

Dalam Ajaran Islam masalah lingkungan sejak dahulu


memberikan gambaran, bagaiman air bah yang terjadi pada Nabi
Nuh, Bgaimana permasalahan yang dialami oleh Nabi Musa
dalam pengembaraannya, serta bagiman Firman Allah dalam Al-
Quran yang memberikan penekanan yang berbunyi “ Bahwa
tidaklah terjadi kerusakan dimuka bumi, keculai karena tangan-
tangan manusia itu sendiri” artinya bahwa lingkungan alam
sebagai bumi secara luas akan mengalami kerusakan akibat
karena kezaliman dan keserakahan hidup manusia. Timbul
dugaan-dugaan bahwa Bencana alam yang dapat merusak
lingkungan hidup adalah merupakan kekuatan yang diakibatkan
karena proses pembentukan dan perubahan iklim dilingkungan
alam, namun disatu sisi berpendapat bahwa kerusakan dan
bencana alam tidak terlepas dari keberadaan teknologi yang
semakin berkembang pesat meskipun dengan teknologi
kerusakan alam dapat dilakukan pengendalian.

Faktor Penting Permasalahan Lingkungan


Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan
adalah besarnya pertumbuhan populasi manusia, dimana
semakin betambah jumlah populasi maka semakin bertambah
kebutuhan hidu yang harus disiapkan, seperti bahan makanan,
bahan bakar minyak, pemukiman dan lainnya, begitupula
produktivitas limbah dan akan semakin meningkat akibat tingkat
kebutuhan. Dinegara yang sedang berkembang dengan tingkat
ekonomi dan teknologi yang masih rendah dapat memacu tingkat
kerusakan lingkungan, kerusakan hutan, erosi, sanitasi yang
buruk kesluruhannya akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan khususnya pada mahluk hidup sebagai manusia.
Masalah ini hanya dapat diatasi dengan peningkatan ekonomi
rakyat untuk itu rakyat diharapkan mampu mencari solusi dalam
meningkatkan ekonominya tanpa harus mencederai lingkungan
yang akan membawa bencana.

Permasalahan lingkungan yang dikenal sebagai dampak, selalu


diinterpretasikan senantiasa pada hal yang negative, sebagai
suatu contoh manusia dalam mengembangkan kemampuan dan
membangun hidupnya kearah yang lebih baik tentunya akan
memberikan reaksi terhadap alam yang disebut dampak, yaitu
dampak dengan kontribusi negative pada al aspek positifnya
cukup tinggi, hanya saja dalam hal aktivitas manusia dalam
melakukan tindakan agar dapat menekan seminim mungkin
aspek negative yang timbul sehingga keberlanjutan atas manfaat
positif dapat berkepanjangan pemanfaatannya untuk
kemaslahatan manusia secara umum.

1.2. Pengertian Lingkungan dan Lingkungan Hidup


1. Pengertian Lingkungan Secara Umum
Secara umum Lingkungan adalah suatu tempat atau ruang
yang didalamnya belum ada kehidupan atau unsur biotik,
lingkungan ini berada sejak terciptanya bumi, sampai pada
mulai adanya tanda-tanda kehidupan dimuka bumi. Bumi
yang sudah berumur kurang lebih 5 milyar tahun yang lalu,
sampai 4,5 milyar tahun belum ada kehidupan, sehingga
masih merupakan lingkungan tanpa kehidupan. Baru pada
sekitar 500 juta tahun bumi baru memunculkan adanya
kehidupan, dan pada saat itu barulah tercipta Lingkungan
Kehidupan.

Pengertian lingkungan menurut Otto Soemarwoto adalah


jumlah seluruh benda dan keadaan yang terdapat didalam
ruang yang ditempat dimana mempengaruhi kehidupan kita.
Secara teoritis bahwa pada ruang itu tak terbatas untuk
jumlahnya, namun secara praktis pada ruang tersebut selalu
diberikan batasan menurut sesuai kebutuhan yang bisa
ditentukan, semisal: sungai, laut, jurang, faktor politik
ataukah faktor lainnya. Jadi lingkungan hidup mesti kita
artikan secara luas, yaitu tidak hanya sekedar untuk
lingkungan biologi dan fisik akan tetapi juga untuk lingkungan
budaya, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi

2. Pengertian Lingkungan Hidup


Pengertian Lingkungan Hidup, diartikan sebagai ruang yang
ditempati mahluk hidup, dan benda mati secara bersama-sama
dalam satu kesatuan. lingkup hidup ada beberapa macam,
antara lain lingkungan hidup hewan, lingkungan hidup
tumbuhan, lingkungan hidup perairan, lingkungan hidup
pegunungan dan sebagainya bahkan lebih diperkecil lagi
skopnya misalkan lingkungan hidup gajah, harimau,
lingkungan hidup bunga, buah-buahan dan lainnya. Dalam
pembahsana kita akan membahas mengenai lingkungan hidup
Manusia. Secara khusus, kita sering menggunakan istilah
lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk
hidup di bumi.
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Ilmu lingkungan atau Environmental Science (ES) merupakan


suatu ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen –
komponen fisik, kimia dan biologi yang ada di lingkungan serta
merupakan suatu disiplin ilmu yang saling melengkapi dengan
ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu sosial. Dalam keterkaitannya
dengan Ilmu lingkungan, Environmental SCience berfokus pada
polusi dan penurunan kualitas lingkungan yang berhubungan
dengan aktivitas manusia yang berpengaruh pada perubahan
biologis dan lingkungan berkelanjutan, serta melibatkan aspek
ilmu ekonomi, ilmu hukum dan ilmu – ilmu sosial.
Keseluruhan aspek ilmu tersebut merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan dan berpengaruh pada lingkungan.

Ilmu lingkungan dalam konteks arstitektur erat kaitannya


dengan istilah Ecological Design atau Arsitektur Ekologis,
dimana dalam setiap perencanaan arsitektur selalu
mempertimbangkan kaidah atau aspek lingkungan yang ada
untuk dapat memberikan kontribusi di dalam pembangunan
sehingga mampu meminimalkan dampak negatif dalam
pembangunan demi kelestarian lingkungan dan alam tetap
terjaga. Dalam hal ini konteks ilmu lingkungan tidak lepas dari
prilaku manusia itu sendiri sebagai suatu komponen
lingkungan yang paling dominan karena manusia senantiasa
mengolah, mengambil dan mengembangkan sesuatu yang ada
di alam itu sendiri. Untuk mencapai keseimbangan lingkungan
tentu diperlukan kesadaran dari manusia agar merasa
memiliki dan mencintai segenap makhluk hidup dan alam
lingkungannya sebagai tempat hidupnya.

1.3. Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli


Emil Salim
Menurut Emil Salim, lingkungan hidup diartikan sebagai
benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam
ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup
termasuk kehidupan manusia. Definisi lingkungan hidup
menurut Emil Salim dapat dikatakan cukup luas. Apabila
batasan tersebut disederhanakan, ruang lingkungan hidup
dibatasi oleh faktor-faktor yang dapat dijangkau manusia,
misalnya faktor alam, politik, ekonomi dan sosial.

Soedjono
Soejono, mengartikan lingkungan hidup sebagai lingkungan
fisik atau jasmani yang terdapat di alam. Pengertian ini
menjelaskan bahwa manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani.
Menurut definisi Soedjono, lingkungan hidup mencakup
lingkungan hidup manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
yang ada di dalamnya.

Munadjat Danusaputro
Lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi
termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang
terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup yang lain. dengan
demikian, lingkungan hidup mencakup dua lingkungan, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan budaya.

Sambas Wirakusumah
Lingkungan merupakan semua aspek kondisi eksternal
biologis, dimana organisme hidup dan ilmu-ilmu lingkunga
menjadi studi aspek lingkungan organisme itu.
Pengertian lingkungan hidup adalah semua benda, daya dan
kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat
manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi
hidupnya. Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris
disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut
dengan millieu atau dalam bahasa Perancis disebut dengan
l’environment. Dalam kamus lingkungan hidup yang disusun
Michael Allaby, lingkungan hidup itu diartikan sebagai: the
physical, chemical and biotic condition surrounding and
organism.

S.J. McNaughton dan Larry L. Wolf mengartikannya dengan


semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang
langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan,
perkembangan dan reproduksi organism Prof. Dr. Ir. Otto
Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka
mendefinisikannya sebagai berikut: Lingkungan adalah jumlah
semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita
tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

Prof. Dr St. Munadjat Danusaputro, SH,


Ahli hukum lingkungan terkemuka dan Guru Besar Hukum
Lingkungan Universitas Padjadjaran mengartikan lingkungan
hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di
dalamnya manusia dan tingkah perhuatannya, yang terdapat
dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup
serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Menurut pengertian juridis, seperti diberikan oleh Undang-
Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982
1. Otto Soemarwoto, Anolisis Mengenal Dampak Lingkungon,
Gadjah Mada University Press, 2001.
2. Michael Allaby, Dictionary of the Environment, The Mac Milian
Press, Ltd., London, 1979.
3. S.J. McNaughton dan Larry 1_. Wolf, General Ecology Second
Edition, Saunders College Publishing, 1973.
4. Otto Soemarwoto, Permosalohan Lingkungan Hidup, dalam
Seminar Segi-segi Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Binacipta, 1977.
5. St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungon, Buku I
Umum, Binacipta, 1980.

Selanjutnya dalam buku ini disebut UUPLH 1982), lingkungan


hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda,
daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Pengertian ini hampir tidak berbeda dengan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997, yang dalam pembahasan
selanjutnya dalam buku ini disebut UUPLH 1997.
Pustaka : Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan Oleh
Nommy Horas Thombang Siahaan,Indonesia

Definisi mengenai lingkungan hidup tidak hanya datang dari para


ahli, tetapi definisi tersebut dituangkan pula dalam undang-
undang, yaitu Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam
undang-undang ini, lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan,
dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tersirat bahwa


lingkungan hidup adalah yang mempengaruhi mahluk hidup,
termasuk di dalamnya manusia. Manusia hendaknya menyadari
kalau alamlah yang memberi kehidupan dan penghidupan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sumber : Internet http://gudangpengertian.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-
lingkungan-hidup-secara-umum.html

Secara umum, lingkungan hidup menunjuk pada berbagai macam


organisme di sekitar yang melangsungkan kehidupannya.
Lingkungan sekitar diartikan segala benda hidup dan tidak hidup
yang berperan dalam mendukung keberadaan makhluk hidup
seperti tanah, udara, air, dan makanan bagi makhluk hidup,
termasuk panas sinar matahari, dan gravitasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan peri kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Menurut Otto Sumarwoto (1989) lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup sangat dipengaruhi oleh:
1. Hubungan atau interaksi antarunsur dalam lingkungan hidup.
Interaksi bukan hanya menyangkut komponen biofisik,
melainkan menyangkut pula hubungan sosial dalam hal
unsur-unsur lingkungan yang terdiri atas benda hidup dan
dinamis.
2. Kondisi unsur lingkungan hidup,
3. Kondisi fisik, misalnya kondisi suhu, cahaya, dan kebisingan,
dan
4. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan hidup.

1.4. Komponen Lingkungan Hidup


Secara umum, unsur lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.

1. Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik (lingkungan organik) merupakan komponen
makhluk hidup yang menghuni planet bumi, terdiri atas
mikroorganisme, seperti bakteri dan virus, tumbuhan, hewan,
dan manusia. Secara khusus, lingkungan biotik
diklasifikasikan menjadi:
a. Produsen, dalam hal ini tumbuhan yang memproduksi
sumber bahan makanan bagi makhluk hidup lainnya;
b. Konsumen, yaitu hewan serta manusia; dan
c. Pengurai, yang merupakan mikroorganisme yang
merombak dan menghancurkan sisa-sisa organisme yang
telah mati. Termasuk ke dalam kelompok pengurai adalah
jamur, bakteri, dan cacing tanah.

2. Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik merupakan kondisi yang terdapat di
sekeliling makhluk hidup berupa benda mati (unsur
anorganik), seperti batuan, tanah, mineral, dan udara.
Lingkungan abiotik dinamakan juga lingkungan anorganik.
Dalam sudut pandang ekologi manusia, yaitu ilmu yang
mempelajari dan menganalisis hubungan timbal balik
(interaksi dan interelasi) antara manusia dan lingkungannya,
unsur lingkungan hidup itu dibedakan atas tiga kelompok
utama, yaitu lingkungan alam (lingkungan fisik), sosial, dan
budaya.
a. Lingkungan alam merupakan kondisi alamiah suatu
wilayah yang meliputi kondisi iklim, tanah, fisiografi, dan
batuan.
b. Lingkungan sosial adalah manusia dengan semua
aktivitas dan karakternya, baik sebagai individu atau pribadi
maupun makhluk sosial.
c. Lingkungan budaya adalah benda-benda hasil daya cipta
manusia, seperti bangunan, karya seni, sistem kepercayaan,
dan tatanan kelembagaan sosial.

1.5. Sifat Lingkungan Hidup


Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam faktor,
antara lain :
1. Oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan
hidup tersebut, misalkan lingkungan (A) yang terdiri atas 10
jenis unsure dan masing-masing 10 jumlahnya, disbanding
dengan lingkungan (B) yang memiliki 5 jenis unsure dan
masing-msing 5 jumlahnya unsure tersebut
2. Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan
hidup itu, Misalnya dalam suatu ruangan terdapat delapan
buah kursi dan empat buah meja, ada beberapa kemungkinan
dapat diatur hubungan antara meja dengan kursi yang
merupakan sifat interaksi atau hubungan yang dapat terjadi.
Demikian pula halnya dengan dalam lingkungan hidup dimana
terjadi interaksi sosial budaya antara manusia dan budaya
terhadap kondisi alam sehingga lingkungan hidup memberikan
keadaan yang baik.
3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, misalnya
suatu kota dengan penduduk yang aktif dan bekerja keras
merupakan lingkungan hidup yang berbeda jika sebuah kota
yang serupa tapai penduduknya santai dan malas bekerja.
Gambaran lain jika suatu daerah dengan lahan yang landai
dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari daerah
dengan lahan yang berlereng dan tererosi.
4. Faktor non materil suhu, cahaya dan kebisingan. Kita dapat
dengan mudah meraskan hal tersebut, dan sangat berbeda
dengan lahan yang sejuk , cahaya yang cukup tapi tidak silau
dan tenang.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, ia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya,
bahkan ia terbentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya.
Manusia disebut Fenotipe, yang diartikan sebagai perwujudan
yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor
lingkungan. Manusia yang terbentuk melalaui gen yang
merupakan kromosom didalam masing-masing sel tubuh,
menentukan potensi perwujudan manusia, disebut sebagai
genotype. Sifat genotype akan terwujud atau tidak sangat
tergantung ada tidaknya faktor lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan sifat itu. Seorang pakar genetika Dobzhansky
menyatakan Gen menentukan tanggapan apa yang akan terjadi
terhadap faktor lingkungan. Artinya gen bukan penetu sifat bagi
manusia tapi penentu respon terhadap lingkungan. Suatu contoh
pembuktian bahwa jika tanaman pot diletakkan pada ruang gelap
maka dipastikan daunnya tidak membentuk hijau daun atau
nempak pucat, meskipun gennya atau sifat keturunannya
tanaman tersebut memiliki hijau daun, atau daunnya berwarna
hijau. Disimpulkan bahwa lingkungan membentuk sifat dari
mahluk hidup.

Ada hal menarik yang dapat diungkapkan bahwa prestasi kerja


atau kinerja seseorang sangan ditentukan dimana lingkungan
bekerjanya. Sebagai contoh : Jika seseorang yang cukup aktif dan
bekerja keras penuh semangat, bekerja dalam suatu ruangan
maka lambat atau cepat akan memberi pengaruh pada
lingkungan dimana dia bekerja, bahwa dalam suatu ruangan
kerja manusia bernafas yang mengeluarkan CO2 dan menghirup
O2, maka lambat laun kadar CO2 meningkat dan O2 menurun,
hal ini akan menimbulkan rasa gerah, kemudian berkeringat dan
merasa tidak nyaman, sehingga apa yang dia targetkan selesai
tidak dapat terselesaikan bahkan sangat jauh dari harapan.
Konteks ini membuktikan jika manusia sangat tergantung pada
lingkungannya dalam hal mendapatkan nilai-nilai positif
khususnya prestasi kerja. Semakin baik kondisi lingkungan
semakin baik kinerja seseorang dalam beraktifitas.

Interaksi manusia dengan lingkungannya merupakan hal yang


sangat kompleks, karena dala suatu lingkungan terdiri dari
berbagai komponen lingkungan, dimana interaksi antara satu
komponen dengan komponen lainnya serta komponen-komponen
yang lainnya hasilnya kan berinteraksi pada manusia sehingga
tidak secara nyata dapat dilihat pengaruhnya. Contoh : Manusi
bernafas dengan O2 dan mengeluarkan CO2 jadi interaksi
manusia terhadap udara, manusia mengeluarkan CO2
dibutuhkan oleh tanaman berfotosintesis, dengan mengeluarkan
kembali O2 selanjutnya dengan O2 mahluk hidup lainnya akan
dapat hidup dan mempengarhui komponen lainnya secara
berantai dan kembali kepada manusia terhadap lingkungannya.

1.6. Kualitas Lingkungan Hidup


Pengertian dengan mutu lingkungan tidak mudah untuk dapat
didefinisikan, karena masing-masing orang dapat membuat
definisi dengan pendapat dan pengalaman yang diperoleh dalam
kehidupannya terhadap lingkungan. Namun dapat kita katakana
bahwa Mutu lingkungan yang baik membuat orang kerasan hidup
atau bertahan hidup dilingkungan tersebut. Terkadang kita
merasa senang pada suatu daerah, akan tetapi belum tentu
kerasan atau betah, sebagai contoh ; kita orang dari suatu
kampong pergi kedaerah perkotaan dengan tujuan mencari rezeki
yang lebih besar jumlahnya, kita senang karena banyak duit akan
tetapi kita tidak kerasan karena suasananya bising, gerah dan
panas serta tidak nyaman, disbanding dikampung yang tenang,
asri sejuk serta masyarakat yang saling menyapa diantara kita
sehinga suasana menjadi kerasan hidup.

Istilah kerasan sebagai penyebab orang betah hidup selamanya


dilingkungannya, karena seluruh faktor lingkungan terintegrasi
secara optimum, untuk itu pengelolaan lingkungan harus bersifat
holistic atau memandang keseluruhannya sebagai suatu
kesatuan. Pengelolaan lingkungan untuk mendapatkan kondisi
optimum didasarkan pada pertimbangan untung rugi, kita
bersedia mengurangi suatu keuntungan demi untuk
mendapatkan keuntungan lain atau mengurangi suatu kerugian.

Manusia dalam lingkungan kehidupannya memiliki dua


kebutuhan yaitu kebutuhan pokok yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan sehari-hari dan kebutuhan
sampingan atau sekunder sebagai pelengkap dalam menikmati
hidup yang baik. Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar
masing-masing orang memiliki persepsi yang berbeda satu sama
lain akibat karena adanya faktor budaya, ekonomi, dan waktu
serta pertimbangan kebutuhan jangka pendek dan panjang.
Pemenuhan kebutuhan dasar bagi seseorang membuat mutu
kehidupan orang lebih baik, dan jika kebutuhan dasar tidak
terpenuhi maka tidak ada artinya kebutuhan pelengkap lainnya.

Dari urain tersebut diatas, maka mutu lingkungan dapat


diartikan sebagai kondisi lingkungan dalam hubungannya
dengan mutu hidup, makin tinggi mutu hidup dalam lingkungan
tertentu, makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut
demikian pula sebaliknya.

1.7. Manfaat dan Resiko Lingkungan


Pengertian Manfaat dan Resiko Lingkungan, bahwa faktor
lingkungan yang membantu dalam mendapatkan kebutuhan
disebut manfaat lingkungan sedangkan faktor lingkungan yang
menghalangi dikenal dengan Resiko lingkungan. Manfaat dan
Resiko lingkungan itu berupa faktor hayati dan fisik, kimia serta
dapat bersifat alamiah atau buatan manusia. Contoh Nyamuk
Malaria adalah resiko lingkungan yang bersifat hayati, mata air
adalah manfaat lingkungan yang bersifat fisik keduanya
merupakan faktor alamiah.
UNIT 2
Pencemaran
2.1. Pengertian Umum
Pencemaran secara umum adalah tidak terjadinya keseimbangan
antara daya dukung alam terhadap aktivitas manusia dalam
lingkungan tersebut. Atau batas kemampuan lingkungan dalam
memikul beban aktivitas manusia yang ada dalam suatu
lingkungan. Pencemaran juga dapat diartikan sebagai
terlampauinya ambang batas kemampuan lingkungan terhadap
kondisi standar yang dapat dipikul oleh lingkungan.
Pencemaran pada lingkungan alam, kita dapat kelompokkan atas
3, yaitu :
1. Pencemaran Udara
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Daratan

2.2. Pencemaran Udara, pencemaran udara diartikan sebagai


bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan
normanya. Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam
jumlah tertentu serta berada diudara dalam waktu yang cukup
lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
binatang. Bila keadaan seperti tersebut daiatas maka udara
dikatakan tercemar, kenyamanan hidup terganggu.
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang
perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu
udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah
juga atmosfir yang berada disekeliling bumi yang fungsinya
sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Dalam udara terdapat
oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk fotosintesis
dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Adapun susunan
udara bersih dan kering diperkirakan tersusun oleh :
- Nitrogen (N2) = 78,09% volume
- Oksigen (O2) = 21,94%
- Argon (Ar) = 0,93%
- Karbon dioksida (CO2) = 0,032%

Gas-gas lain yang ada dalam udara antara lain : gas-gas mulia,
nitrogen oksida, hydrogen, methane, belerang dioksida, ammonia
dan lainnya. Jika susunan udara mengalami perubahan dari
keadaan normal dan menimbulkan gangguan bagi manusia,
hewan dan lainnya, mak udara tersebut mengalami pencemaran
Penyebab pencemaran udara, terjdi seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
menyebabkan ambang batas kondisi normal susunan unsur
udara mengalami perubahan dan menyebabkan rasa tidak
nyaman. Ada 2 faktor penyebab pencemaran udara, yaitu :
1. Faktor Internal atau secara Alami, Contoh :
a. Debu yang beterbangan akibat angin
b. Abu yng dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta
gas-gas vulkanik
c. Proses pembusakan sampah organic, dll
2. Faktor External karena ulah manusia, Contoh :
a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil
b. Debu, serbuk hasil pengolahan industri, emisi gas buang
c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan keudara
d. Berbagai Limbah baik limbah cair maupun limbah padat

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan


campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa
padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi keudara , dan
kemudian menyebar kelingkungan sekitarnya. Kecepatan
penyebaran pencemar sangat tergantung pada kondisi geografi,
dan meteorology setempat. Udara bersih yang dihirup merupakan
gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun
berasa. Meskipun demikian udara yang benar-bnar bersih sudah
sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak
industrinya dan padat lalulintasnya. Udara yang tercemar dapat
dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya
kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya dukung yang
selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.

Komponen Pencemar Udara, Kondisi keberadaan udara


diperkotaan yang memiliki banyak kegiatan industry dan
lalulintas yang padat, udaranya relative sudah tercemar, dari
beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling
banyak berpengaruh dalam pencemaran udara antara lain :

1. Karbon Monoksida (CO)


2. Nitrogen Oksida (NO)
3. Belerang Oksida (SO)
4. Hidro Karbon (HC)
5. Partikel-partikel lainnya

Komponen pencemar udara tersebut diatas bisa mencemari


udara secara sendiri-sendiri atau dapat pula mencemari udara
secara bersamaan. Jumlah komponen pencemar tergantung
pada sumbernya. Untuk mendapatkan gambaran tersebut
dapat dilihat data pencemaran udara di Amerika, data
pengukuran 1968, sebagai berikut :

Tabel 1. Sumber Pencemar Udara di AS tahun 1968


No Sumber Pencemaran Jumlah Komponen Pencemar
(Juta ton/Tahun)
CO NO SO HC Partikel Total
1 Transportasi 63,8 8,1 0,8 16,6 1,2 90,5
2 Industri 9,7 0,2 7,3 4,6 7.5 29,3
3 Pembuangan Sampah 7,8 0,6 0,1 1,6 1,1 11,2
4 Pembakaran stasioner 1,9 10,0 24,4 0,7 8,9 45,9
5 Lain-lain 16,9 1,7 0,6 8,5 9,6 37,3

Untuk komponen pencemar di Indonesia, masih terus


dilakukan penelitian, namun perkiraan prosentase komponen
pencemar udara dari sumber pencemar transportasi di
Indonesia, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Perkiraan prosentase komponen pencemar udara dari


sumber pencemar transportasi di Indonesia
No Komponen Pencemar Prosentase
1 CO 70,50
2 NO 8,89
3 SO 0,88
4 HC 18,34
5 Partikel 1,33
Total 100

Pencemaran udara sering tidak dijangkau dengan dengan


kemampuan pancaindra, meskipun udara telah mengalami
komposisi zat pencemar dengan kadar yang masih dapat
ditolerir. Jika panca indra kita dapat menjangkau pencemar
udara, misal kita menyaksikan bagaimana kendaraan diesel
yang mengeluarkan asap melalui pipa pembuang pembakaran
yang berwarna hitam dan kotor serta bau yang menyengat,
adalah suatu bukti begitu besar dan mengerikannya pencemar
mengotori udara yang kita hirup untuk bernapas. Terkadang
kita mencium diudara suatu zat yang menyengat membuat kita
merasa sesak dipastikan bahwa pencemar tersebut sudah pada
tingkat berbahaya, dapat pula dirasakan dengan sentuhan
tangan misal adanya butir-butir minyak atau bentuk partikel
yang lain, maka hal itu pencemar udara banyak mengandung
Hidro Carbon (HC) dan partikel.

Pada ahir-akhir ini para ilmuan resah karena terjadinya


kerusakan lapis ozon, yang merupakan pelindung atmosfir
bumi yang berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar ultra
violet yang datang berlebihan dari sinar matahari. Sinar ultra
violet yang yang tidak difilter oleh lapis ozon sesampainya
diatmosfir permukaan bumi akan menjadi apanas yang
mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Dengan naiknya suhu
bumi akan mengakibatkan berkurangnya kenyamanan hidup
diplanet bumi ini. Bahakan dengan suhu bumi yang tinggi
berdampak pada naiknya permukaan air laut akibat
mencairnya es dikutub. Perlu diketahui rusaknya lapis ozon
akibat karena bereaksi dengan radikal chlor, yang berasal dari
senyawa Chloro Flouro Carbon (CFC) yang dikenal dengan
Freon, sebagai bahan pendingin AC, lemari es, bahan semprot
farfum, pilox, penyemprot rambut dan sebagainya.

Kerusakan lapisan ozon pada saat ini sudah terlihat diatas


kutub selatan, berupa lubang ozon atau ozone hole, jika
kerusakan ini tidak dicegah maka lubang ozon akan semakin
lebar dan tidak tertutup kemungkinan akan sampai pada
daerah katulistiwa. Sehingga Indonesia akan mengalami
pemanasan bumi lebih dahulu sebelum masuk wilayah bumi
bagian utara.

Adapun Pencemaran udara lainnya, antara lain yaitu ; Dampak


kebisingan, pemakaian insektisida dan masalah kerusakan
ozon dan efek rumah kaca. Dampak pencemaran udara akibat
karena kebisingan dapat diuariakan sebagai berikut :
1. Dampak Kebisingan,
Kota besar dengan kemajuan teknologi, industri dan volume
transportasi, baik transportasi darat, pesawat terbang dan
lainnya. Terlebih lagi jika dikota terjadi kombinasi faktor
kebisingan baik dari transportasi, industry dan lainnya
dipastikan memberikan pencemara pada udara dalam bentuk
kebisingan. Kebisingan yang diukur dengan decibel (dB) adalah
tingkat getaran suara yang timbul diudara, dimana manusia
memiliki batas ambang normal dalam mendengan suatu
tekanan suara yaitu pada batas nilai 50-60 dB. Diatas dari nilai
tersebut maka menusia merasa tidak nyaman dan terganggu
dengan kebisingan tekanan suara. Kebisingan dengan nilai 65-
80 dB sudah dapat merusak alat pendenganaran jika
berlangsung dengan waktu yang cukup lama. Selain dapat
menyebabkan tuli juga dapat menimbulkan tingkat stress atau
penyakit tekanan jiwa dan dipastikan akan terjadinya
penurunan tingkat kesehatan manusia. Kebisinagn 80 dB
sebaiknya dihindari dengan waktu kontak yang lama, dan
sebagai contoh kebisingan sampai nilai 89 dB hanya dapat
diperkenankan waktu kontak selama 300 menit atau kurang
lebi 5 jam. Sedangkan nilai 120 dB hanya boleh selama 15
menit jika tidak dihindari dipastikan syaraf pendengaran sudah
mengalami gangguan.

2.Dampak Insektisida,
Penggunaan insektisida yang bertujuan untuk meningkatkan
hasil produksi pertanian, disatu sisi memberikan dampak pada
manusia sebagai konsumen hasil pertanian. Satu penyakit
yang sering didengar pada saat ini saat ini adalah penyakit
kanker yang merupakan hasil dari penggunaan insektisida
pada buah-buah dan sayuran, yang dikomsumsi tanpa
menlakukan tindakan sterilisasi. Selain melalui media
pertanian racun hama seperti semprot nyamuk atau semprot
kimia dapat langsung dihirup oleh manusia memiliki kepastian
besar untuk manusia mengalami gangguan kesehatan.
3.Dampak Ozon dan Efek Rumah Kaca
Lapisan ozon adalah lapisan atmosfir bumi yang berfungsi
sebagai pelindung dari sinar ultra violet yang datang berlebihan
dari matahari. Jika lapisan ozon rusak maka sifat ozon sebagai
penyaring sinar UV tidak akan berfungsi lagi, maka dipastikan
sinar UV akan masuk kepermukaan bumi dan sangat
berpengaruh pada penyakit kulit dan penyakit-penyakit
lainnya. Selain merusak kulit juga dapat meningkatkan suhu
bumi dan menjadikan bumi sudah tidak nyaman lagi dihuni
oleh manusi dan mahluk lainnya, selain dari pada itu suhu
bumi akan memaksa bongkahan es dikutub mencair dampak
berdampak pada naiknya permukaan air laut, sehingga
kehidupan digaris pantai menjadi rusak dan tenggelam.

Kenaikan suhu bumi juga sangat dipengaruhi oleh Efek rumah


kaca atau Green House Effect. Efek rumah kaca terjadi akibat
karean meningkatnya jumlah carbon dioksida (CO2) diudara.
Meningkatnya CO2 tidak terlepas dengan meningkatnya
penggunanaan bahan bakar minyak oleh berbagai industry dan
transportasi, selanjutnya CO2 ini akan berkumpul pada lapisan
tertentu diatmosfir bumi sebagai prisai atau penghalang,
sehingga panas yang keluar dari bumi tidak dapat dengan
bebas keluar dari lapis atmosfir dan akan dikembalikan kebumi
lagi, selanjutnya pengembalian panas bumi ini akan
menjadikan suhu bumi akan semakin panas lagi dan hal inilah
yang disebut sebagai pemanasan bumi dengan istilah Efek
Rumah Kaca.
2.3. Pencemaran Air,
Planet bumi sebagaian besar terdiri atas air karena luas
daratan lebih kecil disbanding dengan luas lautan. Air
merupakan kebutuhan utama bagi mahluk hidup untuk itu
kondisi keberadaan air bersih perlu mendapat perhatian oleh
semua pihak agar mahluk hidup khususnya manusia dapat
mempertahankan hidupnya. Dewasa ini air menjadi masalah
yang perlu mendapatkan perhatian secara cermat dan
saksama, karena untuk mendapatkan air yang memenuhi
standar bersih sangat sulit akibat adanya berbagai pencemaran
khususnya diwilayah perkotaan, dimana pencemar aiar yang
bersumber dari limbah industry, rumah tangga dan lainnya.
Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah,
karena tergantung pada banyak faktor penentu, yaitu antara
lain :
1. Kegunaan Air :
- Untuk Air minum
- Untuk Air keperluan rumah tangga
- Untuk Air Industri
- Untuk Air Untuk Pertania
- Untuk Air Perikanan dsb
2. Asal sumber Air :
- Dari mata Air pegunungan
- Dari Air danau
- Dari Sungai
- Dari Sumur
- Dari Air Hujan
Meskipun penetapan standar air yang bersih cukup sulit,
namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak
ditetapkan pada kemurniannya, akan tetapi didsarkan pada
kenormalannya. Jika terjadi penyimpangan dari keadaan
normal maka hal itu berarti air mengalami pencemaran. Air
yang ada dibumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan
murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang
terlarut didalamnya. Sebagai contoh air yang diambil dari mata
air dipegunungan dan air hujan. Keduanya dapat dianggap
sebagai air yang bersih, namun senyawa atau mineral yang
terdapat didalamnya berlainan seperti tampak pada keterangan
berikut :

Air Hujan Mengandung : SO4, CL, NH, CO2, N2, C, O2

Air dari Mata Air Gunung mengandung : Na, Mg, Ca, Fe, O2
Air yang mengandung bakteri atau mikroorganisme, dalam
proses sterilisasi biasanya dilakukan dengan memasak air
tersebut sampai mencapai tempratur 100 C, agar micro
organism dan bakteri dapat dimusnahkan untuk selanjutnya
air tersebut dapat dikomsumsi. Disatu sisi air minum yang
dikomsumsi diharapkan mengandung mineral, namun akibat
karena air tersebut harus dimasak untuk memusnahkan
bakteri akibatnya air kehilangan mineral, air yang kehilangan
mineral biasanya terasa tidak enak diminum

Indikator Pencemar Air, air merupakan kebutuhan pokok


manusia di bumi. Air digunakan dalam konteks konvensional
misal untuk air minum, sanitas, pengairan dan sebagainya, air
juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
yaitu untuk menunjang kegiatan industry dan teknologi. Dalam
kegiatan industry dan teknologi air digunakan antara lain :
- Air Proses
- Air Pendingin
- Air Ketel Uap
- Air utilitas dan sanitasi dll.

Jika air yang dibutuhkan cukup besar dalam kegiatan industry


dan teknologi, maka perlu dipikirkan bagaimana memperoleh
air tersebut tanpa mengganggu keseimbangan air lingkungan.
Keseimbangan air lingkungan bukan hanya dari volume atau
debit air yang digunakan, tapi yng lebih penting adalah
bagaimana menjaga agar air lingkungan tidak menyimpang
dari keadaan normalnya. Jika air industry ini langsung
dibuang kealam maka akan dapat menimbulkan pencemaran
pada air lingkungan. Air buangan industry dan teknologi tidak
dapat langsung dibuang kealam, akan tetapi perlu dilakukan
pengolahan sebagai proses daur ulang sampai dengan
kualitasnya menyamai dengan air dilingkungan.

Jika seluruh industry dan teknologi melakukan proses daur


ulang hasil limbahnya sebelum dibuang kealam, maka
dipastikan pencemaran pada air tidak akan terjadi, namun
fakta yang ada tidak demikian banyak industry membuang
limbahnya pada sungai, danau atau kelaut tanpa proses daur
ulang. Hal inilah yang menjadi awal permasalahan air bersih
yang mengalami penyimpangan dari keadaan normal.

Adapun indicator air lingkungan telah tercemar adalah adanya


perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :
1. Adanya perubahan suhu air
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hydrogen
3. Adanya perubahan warna, baud an rasa air
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
5. Adanya mikroorganisme
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Penjelasan terhadap indicator pencemar air tersebut diatas


dapat dilihat sebagai berikut :
1. Perubahan Suhu Air,
Salah satu fungsi air pada industry adalah mengambil alih
panasnya mesin yang bekerja, dimana mesin yang panas akan
diberi air pendingin agar tetap normal bekerja, selanjutnya air
tersebut akan keluar dan terbuang kesungai mengakibatkan
air sungai mengalami perubahan suhu. Perubahan suhu ini
dipastikan akibat karena adanya buangan proses suatu
industry yang tentunya memiliki kondisi yang tidak normal
atau mengandung pencemar. Jika hal ini terjadi maka
pengaruh suhu terhadap air sungai mengalami penurunan
kadar oksigen akibat pemanasan tadi sedangkan setiap
organism air yang ada membutuhkan kadar oksigen yang
cukup untuk hidupnya.
2. Perubahan pH Air,
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
memiliki pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam
atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau
besarnya konsentrasi ion hydrogen didalam air. Jika ph Air
lebih kecil dari ph Normal maka air akan bersifat asam dan jika
lebih besar dari pH normal maka akan bersifat basa. Air
industry yang tidak mengalami proses daur ulang masuk
kesungai maka dipastikan akan merubah nilai pH air dan
berdampak pada organisme kehidupan disungai.

3. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air.


Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industry yang
berupa bahan anorganic dan bahan organic seringkali dapat
larut dalam air. Jika bahan buangan dan air limbah dapat
larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air, Air
dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna,
sehingga tampak benin dan jernih. Mekipun demikian tidak
selamanya air limbah industry dapat merubah warna air
normal ada yang tidak merubah namun tetap memiliki zat
pencemar berbahaya. Bau yang keluar dari dalam air dapat
langsung berasal dari bahan buangan atau air limbah dari
kegiatan industry, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba yang hidup dalam air. Bahan
buangan industrinyang bersifat organic dari bahan makanan
seringkali menimbulkan bau yang sangat menyengat, mikroba
dalam air akan mengubah bahan buangan organic, terutama
gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah
menguap dan berbau. Timbulnya bau pada air lingkungan
secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda
terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang
berasa dipastikan telah terjadi larutan-larutan garam, air yang
mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garam yang
terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada
pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion
hydrogen dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya
diikuti pula dengan perubahan pH air.

4. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut,


Bahan buangan industry berbentuk padat mengakibatkan
terbentuknya endapan, koloidal dan baha terlarut. Bahan yang
masuk dalam air sebelum mengendap akan melayang-layang
dalam air bersama koloid dan hal ini menghalangi masuknya
cahaya matahari kedalam lapis air, sedangkan miroorganisme
membutuhkan 1. Perubahan Suhu Air, Salah satu fungsi air
pada industry adalah mengambil alih panasnya mesin yang
bekerja, dimana mesin yang panassinar matahari dalam
melakukan fotosintesis, jika tidak berfotosintesis maka
organism akan mengalami gangguan. Endapan dan Koloidal
berasal dari bahan organic, maka organism atas bantuan
oksigen yang terlarut dalam air akan melakukan degradasi
bahan organic tersebut sehingga menjadi lebih sederhana.
Banyaknya oksigen yang dibutuhkan dalam proses degradasi
biokimia disebut dengan Biological Oxygen Demand (BOD).

5. Microorganisme,
Jika bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak
maka organisme akan ikut berkembang biak menjadi lebih
banyak. Pada proses perkembangan mikroorganisme
diapastikan bahwa mikroba pathogen ikut berkembang,
mikroba pathogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam
penyakit.

6. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan,


Ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir banyak melibatkan zat
radioaktif, dimana zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai
macam kerusakan biologis jika tidak ditangani dengan benar,
baik melalui efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak
dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang
bahan sisa radioaktif kelingkungan. Secara alamiah
radioktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi,
namun kita tidak boleh menambah radioktivitas lingkungan
dengan membuang secara sembarangan bahan sisa radioktif
kelingkungan.

1. Komponen Pencemaran Air


Penyebab utama terjadinya pencemaran air adalah akibat
karena tidak adanya kesungguhan oleh pihak pelaku industry
dan pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah terhadap
buangan air limbah industry kelingkungan. Untuk itu perlu
penanganan penanggulangan dampak pencemaran lingkungan
yang akan terjadi. Untuk itu perlu diketahui dan
dikelompokkan komponen pencemar air, sebagai berikut :
1. Kelompok bahan buangan padat
2. Kelompok bahan buangan organic
3. Kelompok bahan buanagan anorganik
4. Kelompok bahan buangan olahan bahan makanan
5. Kelompok bahan buangan cairan berminyak
6. Kelompok bahan buangan zat kimia
7. Kelompok bahan buangan berupa panas

2.Pengertian COD dan BOD,


COD atau Chemical Oxygn Demand atau Kebutuhan oksigen
kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam
air. Sedangkan BOD atau Biological Oxygen Demand atau
kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan
didalam air. Kedua hal tersebut diatas merupakan cara yang
ditempuh untuk melihat kandungan oksigen yang terlarut
didalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan telah terjadi.

2.4. Pencemaran Daratan


Daratan mengalami pencemaran jika ada benda asing, baik
yang bersifat organic maupun anorganik yang berada
dipermukaan tanah mengakibatkan komposisi permukaan
menjadi rusak. Dalam kondisi normal daratan harus dapat
memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia, bai pada
sector pertanian, peternakan, kehutanan maupun untuk
permukiman. Jika benda asing tersebut berada didaratan
dalam waktu yang lama dan menimbulkan ganguan terhadap
kehidupan manusia, hewan dan tanaman, maka dapat
dikatakan bahwa daratan elah mengalami pencemaran. Jika
pencemaran terjadi maka kenyamanan hidup, untuk
peningkatan kualitas hidup tidak dapat dicapai.

Keadaan daratan sebelum mengalami pencemaran tergantung


pada Letak daratan itu sendiri. Letak daratan dapat dibagi
berdasarkan pada :
1. Letak Lintang yang membagi daratan berdasarkan kisaran
derajat lintangnya ( Utara ke Selatan) :
a. Daratan Tropis : 0° – 23,5°
b. Daratan sub Tropis : 23,5° - 40°
c. Daratan sub Dingin : 40° - 66,5°
d. Daratan Dingin (kutub) : > 66,5°
2. Letak Ketinggian yang membagi daratan berdasarkan
ketinggiannya dari muka laut :
a. Daratan Dataran Rendah
b. Daratan Dataran Sedang
c. Daratan daratan Tinggi

Letak lointang dan letak ketinggian akan memberikan


lingkungan yang berbeda satu sama lain, misal ; hewan dan
tumbuhan daerah tropis dengan daerah kutub. Begitupula
tanaman daerah pantai dan daerah ketinggian berbeda satu
sama lainnya artinya sangat tergantung pada kondisi
keberadaan lingkungan. Meskipun keadaan daratan dan
lingkungan ada yang tidak sesuai dengan pembagian tersebut
diatas, yaitu daratan yang sejak semula keadaan alamnya
sudah berupa padang pasir, misal Gurun Sahara di Afrika,
Gurun Gobi di Asia dan Gurun Pasir Australia Tengah.
Sedangkan curah hujan dan iklim ikut juga memepengaruhi
keadaan daratan dan lingkungannya. Contoh daerah yang
curah hujannya rendah akan memebentuk daerah padang
rumput atau stepa.

1. Penyebab Pencemaran Daratan,


Kemajuan industry dan teknologi yang berkembang pesatdapat
menimbulkan pencemaran terhadap keadaan udara dan air
termasuk pencemaran pada daratan. Pencemaran daratan
relative mudah dikontrol dibading dengan pencemaran air dan
udara, Secara garis besar pencemaran daratan dapat
disebabkan oleh :
a. Faktor Inernal, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh
peristiwa alam, seperti letusan gunung berapi, yang
memunthkan debu, pasir, batu dan bahan vulkanik lainnya,
yang menyebar kedaratan sehingga tercemar, meskipun hal
ini adalah bencana alam akan tetapi sulit untuk dapat
dikendalikan oleh manusia.
b. Faktor External, yaitu pencemaran daratan kerana ulah
dan aktivitas manusia. Pencemaran faktor ini perlu
mendapat perhatian yang serius agar daratan tetap dapat
memeberikan daya dukung alanya bagi kehidupan manusia.

2. Komponen Pencemar Daratan, Segala macam organisme


yang ada dialam selalu menghasilkan limbah atau bahan
buangan yang sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh
organisme bersifat organic, kecuali limbah yang berasal dari
aktivitas manusia yang dapat bersifat organic dan anorganik.
Bentuk dan macam limbah yang dihasilkan manusia
tergantung pada tingkat peradaban manusia. Sebelum
manusia mengenal teknologi dan industry limbah atau bahan
buangan manusia umumnya bersifat organic dan hal ini lebih
baik karena lebih mudah diproses untuk menyatu kembali
kealam tanpa timbulnya pencemaran, dibanding dengan
limbah anorganik yang harus mengalami proses panjang dan
cendrung mencemari lingkungan.

Secara umum limbah padat dapat dikelompok atas dua, yaitu


kelompok limbah Organik dan kelompok limbah anorganik.
Adapun komposisi limbah bahan buangan organic dan
anorganik secara umum, memiliki perbandingan 70% : 30%,
artinya bahan limbah organic lebih besar dibanding dengan
anorganik, dengan demikian kondisi pengendalian terhadap
pencemaran masih lebih baik disbanding dengan keberadaan
limbah anorganik.

Secara umum dapat digambarkan bahwa tingkat kemajuan


industry dan teknologi pada suatu Negara akan member
konribusi lebih besar memiliki limbah padat dibanding dengan
negara atau kota kecil dengan industry yang minim. Pada tabel
dibawah dapat dilihat komposisi pencemar limbah padat pada
daerah industry kota besar, sebagai berikut :
Tabel 2.3. Komponen Limbah
Prosentase Limbah
No Komponen Limbah
(%)
1 Kertas 41
2 Limbah bahan Makanan 21
3 Gelas 12
4 Logam 10
5 Plastik 5
6 Kayu 5
7 Karet dan Kulit 3
8 Kain atau serat tekstil 2
9 Logam lainnya 1

2.5. Daya Dukung Alam


Daya dukung Alam diaertikan sebagai kemampuan alam
mendukung kehidupan manusia. Berkurangnya daya dukung
alam berakibat pula terhadap kemampuan alam untuk
mendukung kehidupan manusia. Oleh karena itu daya dukung
alam harus dijaga agar tetap dapat memberikan dukungannya
bagi kehidupan manusia. Daya dukung alam dapat mengalami
degradasi atau penurunan kemampuan daya dukung akibat
karena pertambahan waktu, perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan serta kemajuan industry.

Daya dukung alam dalam hal ini adalah meliputi kekayaan alam
yang terdapat dimuka bumi, termasuk kekeyaan alam dalam
perut bumi yang terbentuk sejalan dengan umur bumi yang
sudah cukup lama. Para ahli geologi menggambarkan umur bumi
melalui tahapan keadaan geologi bumi serta keadaan kehidupan
pada saat itu, sebagai berikut :

Ekologi dan Daya Dukung Alam, merupakan dua hal yang tak
dapat dipisahkan dimana kata ekologi berasal dari bahasa Yunani
diartikan sebagai oikos artinya habitat atau lingkungan tempat
tinggal dan logos adalah ilmu pengetahuan atau yang
mempelajari, sehingga ekologi dapat diartikan sebagai hubungan
antara organism dan habitatya, atau ilmu yang mempelajari
tempat hubungan antara mahluk hidup dan lingkungannya.
Karena pengetahuan ekologi dipelajari untuk kepentingan
manusia, maka menurut Webster’s New World Dictionary ekologi
merupakan ilmu yang mempelajari penyebaran masyarakat
manusia dalam hubungannya dengan kekayaan alam serta pola
sosial budaya sebagai akibat adanya hubungan tersebut. Dalam
kenyataannya segala kegiatan manusia tidak sekedar biotic
individual, tapi juga bersifat sosiokultural yang melibatkan segala
macam segi kehidupan.

Dalam lingkup ekologi manusia, banyak segi kehidupan yang


menjadi komponen-komponen yang saling berpengaruh
kehidupan manusia itu sendiri. Adapun komponen yang saling
berpengaruh didalam ekologi manusia, antara lain :
1. Komponen Manusia sebagai penduduk
2. Komponen Daya Dukung alam sebagai lingkungan
3. Komponen ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
4. Komponen Organisasi

Masing-masing komponen tersebut diatas akan saling tergantung


satu sama lain. Ketergantungan tersebut dapat membentuk suatu
system yang oleh Schonore dan Duncan Tahun 1958-1959
disebut sebagai Ecological Compleks atau Neo Ecology. Penduduk
sebagai komponen pertama dari ekologi manusia jumlahnya
semakin bertambah yang mempengaruhi bertambahnya
penggunaan kekayaan alam dalam mencukupi hidupnya.
Pengelolaan kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup
jelas sangat tergantung pada daya dukung alam yang ada,
sehingga untuk dapat memanfaatkan dan mengolah kekayaan
alam secara baik diperlukan pemahaman ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat berkembang dengan baik jika masyarakat manusia
memiliki system organisasi yang baik.

Selain keempat komponen diatas didalam ekologi dikenal pula


pengertian komponen alam dan komponen sosial yang saling
berkaitan dan ikut pula membentuk kelangsungan hidup
manusia. Komponen alam yaitu meliputi semua bagian dari alam,
seperti tanah, air, tanaman, hewan, udara dan kekayaan alam
yang ada didalamnya. Sedangkan Komponen sosial adalah melipti
unsure-unsur pokok seperti manusia, kelompok masyarakat dan
organisasi.

Hubungan timbal balik antara kedua komponen tersebut akan


memberikan suatu hasil yang mencerminkan keadaan
masyarakat maupun keadaan alamnya. Sebagai contoh : Keadaan
yang dimaksud sebagai berikut :

1. Untuk Daerah Terbelakang


maka komponen yang paling berpengaruh adalah komponen
alam. Didaerah yang masih terbelakang ini komponen sosial
tidak banyak berperan didalam menghadapi tantanagn alam
serta bagaiaman memanfaatkan kekayaan alam yang ada,
meskipun daya dukung alam didaearah terbelakang ini baik,
namun karena tingkat ilmu pengetahuan dan teknologinya ren
Hubungan timbale balik antara kedua komponen tersebut akan
memberikan suatu hasil yang mencerminkan keadaan
masyarakat maupun keadaan alamnyadah maka hasil yang
didapat belum bisa memeberikan kenyamanan hidup. Oleh
karena itu hasil yang diperoleh yang digambarkan sebagai
tingkat kemakmuran suatu daerah, akan tergantung pada baik
buruknya sifat dan kondisi komponen alamnnya. Daerah yang
belum maju tingkat kemakmurannya sangat tergantung pada
kekayaan alam yang ada.

2. Untuk Daerah yang sudah Maju,


komponen yang paling berperan adalah komponen sosial.
Didaerah yang sudah maju masyarakatnya lebih banyak
menggunakan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mengolah serta mengelola kekayaan alam yang
ada. Walaupun daya dukung alam kurang baik namun berkat
campur tangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil yang
diperoleh masyarakatnya menjadi lebih baik. Hubungan
Komponen Alam, Sosial dan Hasil/Akibat, sebagaimana pada
tabel dibawah

UNIT 3
Ekologi Lingkungan
3.1. Ekologi Lingkungan
1. Pengertin Ekologi
Definisi Ekologi dan Lingkungan - Ekologi merupakan salah satu
cabang dari biologi yang mempelajari pengaruh faktor
lingkungan terhadap jasad hidup. Kata ekologi pertama kali
diperkenalkan oleh Ernest Haekel, ahli biologi Jerman pada
tahun 1869, namun sebelumnya yakni pada tahun 1965 Reiter
juga telah menggunakan istilah ekologi dalam karyanya. Secara
etimologis, Ekologi berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’ (rumah
tangga atau tempat hidup) dan ‘logos’ (ilmu). Jadi ekologi adalah
ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk yang secara
harfiah diartikan sebagai pengkajian hubungan organisme-
organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya.

Meskipun sama-sama berasal dari kata oikos, ekologi memiliki


perbedaan makna dengan ekonomi yakni bahwa ekologi
mempelajari rumah tangga makhluk hidup sedangkan ekonomi
mempelajari rumah tangga manusia. Selain itu, sumber energi
dalam ekologi adalah sinar matahari sedangkan sumber ‘energi’
dalam ekonomi adalah uang (Zoer’aini:2010). Terlepas dari
perbedaannya, pada dasarnya ekonomi dan ekologi sangat
berkaitan terutama dalam keharmonisan hubungan
kesejahteraan manusia dan kelestarian alam.

Ekologi hanya mempelajari apa yang terjadi di alam dengan tidak


melakukan percobaan. (Zoer’aini: 2010). Ekologi juga biasa
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungannnya.
Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang
mepelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana
manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini
menunjukkan  suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu
dan tempat tertentu termasuk kerapatan/kepadatan, biomass,
penyebaran potensi unsur hara (materi), energi, faktor-faktor
fisik dan kimia lainnya yang mencirikan

Dari definisi-definisi ekologi yang dikemukakan di atas, jelaslah


bahwa ekologi merupakan ilmu murni yang mengkaji hubungan
yang saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Dalam hal ini objek kajian ekologi adalah
makhluk hidup, lingkungan yang ada di sekitar makhluk hidup
tersebut, dan hubungan antara keduanya.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari  interaksi  antara 


organisme dengan  lingkungannya  dan yang lainnya. Berasal
dari kata Yunani oikos  (habitat atau tempat) dan logos (ilmu).
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan
oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Berdasarkan didalam ekologi,
makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem yang dimana dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu seperti pada faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi
juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang
saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang
masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan
tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang
biologinya.

Ekologi mempelajari bagaimana  makhluk hidup dapat


mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam
tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu
kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi 
dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan
kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Para
ahli ekologi mempelajari hal berikut:
1.   Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang
satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya
dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2.   Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda
dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.
3.   Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies)
makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Kini para ekolog (orang yang mempelajari ekologi) berfokus
kepada Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim.

3.2. Konsep Ekologi


Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh
komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi
yang stabil dan seimbang  (homeostatis). Perubahan terhadap
salah satu komponen akan mempengaruhi komponen lainnya.
Homeostatis adalah kecenderungan sistem  biologi untuk
menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan.
Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti
halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi.
Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu  cibernetik 
dialam. Namun  manusia cenderung mengganggu dalam sistem
pengendalian alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari
bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan,
lingkungan, dan yang terakhir manusia.

3.3. Hubungan Ekologi dengan lainnya


Ekologi dalam politik menimbulkan banyak filsafat yang amat
kuat dan pergerakan  politik – termasuk gerakan  konservasi, 
kesehatan, lingkungan, dan ekologi yang kita kenal sekarang.
Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan
Enam Asas, disebut gerakan hijau. Umumnya, mengambil
kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral manusia
dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan
manusia dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.
Orang yang memiliki kepercayaan-kepercayaan itu disebut
ekolog politik.

Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada


benar-benar ekolog politik dalam kebanyakan partai politik.
Sangat sering mereka memakai argumen dari ekologi buat
melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi.
Seringkali argumen-argumen itu bertentangan satu sama lain,
seperti banyak yang dilakukan akademisi juga.

Ekologi dalam kacamata Antropologi terkadang apabila


dibandingkan keduanya menggunakan banyak metode untuk
mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa itu.
Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita
dipengaruhi lingkungan kita, ekologi ialah tentang bagaimana
lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran kita. Beberapa
orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun
paradigma mekanistik bersikeras meletakkan subyek manusia
dalam kontrol objek ekologi masalah subyek-obyek. Namun
dalam psikologi evolusioner atau psiko-neuroimunologi misalnya
jelas jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi
berkembang bersama.

3. 4. Cabang ilmu Ekologi


Ekologi Tingkah Laku, Ekologi Komunitas dan Sinekologi,
Ekologi Fisiologi, Ekologi Ekosistem, Ekologi Evolusi, Ekologi
Global, Ekologi Manusia, Ekologi Populasi, Ekologi Akuatik,
Ekologi Api, Ekologi Fungsional, Ekologi Polinasi, Ekologi
Hutan, Ekologi Laut, Ekologi Laut Tropis, Ekologi Pangan dan
Gizi, Ekologi Hutan Mangrove, Ekologi Kesehatan, Ekologi
Antariksa, Ekologi Pedesaan, Ekologi Serangga, Ekologi Habitat,
Ekologi Pelestarian, Ekologi Hewan, Ekologi Produksi, Ekologi
Purbakala, Ekologi Sosial, Ekologi Radiasi, Ekologi Tumbuhan
Penganggu, Ekologi Lanskap, Ekologi Molekuler, Ekologi Robot,
Ekologi Industri.

3.5. Pembagian Ekologi


Ekologi pada masa kini menjadi luas cakupannya, namun dapat
digolongkan menurut bidang kajiannya :
1. Auteknologi adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis
(spesies) organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Biaasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adptasi
terhadap lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis, dan
lain-lain. Misalnya seorang ahli ekologi hanya mengkaji seluk
beluk ekologi orang (Pongo pygmeaus) di alam asli, dan
sebagainya.
2.  Sinekologi adalah ekologi yang mengkaji berbagai kelompok
organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi
dalam suatu daerah tertentu. Sering pula kita dengar dengan
istilah lain seperti : ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi
komunitas, dan ekologi ekosistem.
3.  Pembagian menurut habitat.
Ada di antara para pengamat lingkungan yang membuat
kajian ekologi menurut habitat atau tempat suatu jenis atau
kelompok jenis tertentu. Oleh karena itu ada istilah :
1.    Ekologi bahari atau kelautan
2.    Ekologi perairan tawar
3.    Ekologi darat atau terrestrial
4.    Ekologi estuaria (muara sungai ke laut)
5.    Ekologi padang rumput

4. Pembagian menurut taksonomi, yaitu sesuai dengan


sistematika makhluk hidup, misalnya :
1.   Ekologi tumbuhan
2.   Ekologi hewan, seperti ekologi serangga dan ekologi
burung.
3.   Ekologi mikroba, jasad renik dan sebagainya.

*Sumber : http://edelweistyasayu.blogspot.co.id/2015/04/ekologi-dan-
ilmu-lingkungan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi
http://66fadli.wordpress.com/2011/10/25/ekologi-dan-ilmu-
lingkungan/

http://www.mateik.blogspot.com
https://intanayuda8.wordpress.com/2013/05/12/ekologi-dengan-ilmu-
lainnya-html/

UNIT 4
Ekosistem Lingkungan
4.1. Umum
1. Pengertian Ekosistem
Pengertian Ekosistem Menurut Para Ahli, Ekosistem bisa
didefinisikan ” sebagai interaksi timbal balik antar makhluk
hidup terhadap lingkungannya “. Selain itu juga ekosistem
mempunyai tingkat organisasi kehidupan yang tinggi karena
meliputi organisme-organisme hidup dan lingkungan sekitarnya,
dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan
berinteraksi satu sama lain.

Pengertian ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang


terbentuk dikarenakan hubungan timbal balik yang tidak dapat
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem dapat juga dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan
secara utuh serta menyeluruh antara unsur lingkungan hidup
yang saling memengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari unit biosistem yang


melibatkan hubungan interaksi timbal balik antara organisme
serta lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju struktur
biotik tertentu sehingga terjadi siklus materi antara organisme
dan anorganisme. Matahari adalah sumber dari semua energi
yang ada dalam ekosistem.

Dalam suatu ekosistem, organisme dalam komunitas


berkembang secara bersama-sama dengan lingkungan fisik.
Organisme tersebut akan beradaptasi dengan lingkungan fisik
dan sebaliknya organisme juga dapat memengaruhi lingkungan
fisik yang digunakan untuk keperluan hidup. Kehadiran suatu
spesies dalam suatu ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya dan kondisi faktor kimiawi serta fisis
yang harus berada pada kisaran yang masih dapat ditoleransi
oleh spesies itu sendiri, itulah yang disebut hukum toleransi.
Berikut komponen pembentuk ekosistem dan tipe-tipe
ekosistem.

4.2. Dua Komponen Penyusun Ekosistem,


Ada dua komponen sebagai penyusun Ekosistem, yaitu
Komponen Biotik & Komponen Abiotik. ” Komponen Biotik ialah
komponen yang terdiri atas organisme-organisme hidup atau
makhluk hidup, sedangkan komponen Abiotik ialah komponen
yang semuanya terdiri dari benda mati atau tak bernyawa “.
Seluruh Komponen Biotik yang berada dalam suatu ekosistem
cenderung membentuk komunitas. Maka dengan demikian,
ekosistem pun dapat kita artikan sebagai kesatuan antara
komunitas dengan lingkungan abiotiknya.

1. Komponen Biotik
Komponen Biotik melingkupi seluruh  organisme ataupun
mahkluk hidup dengan segala ukuran, mulai dari yang
berukuran sangat kecil (mikroskopis) maupun yang
berukuran sangat besar (makroskopis). Ada empat jenis
Komponen Biotik yang dibedakan dari caranya memperoleh
makanan atau bertahan hidup, yaitu:
 Produsen, yang disebut juga sebagai penghasil. Produsen
merupakan ” organisme yang mampu menghasilkan zat
makanan sendiri “ yang disebut ( autotrof ) melalui
fotosintesis. Beberapa kelompok yang termasuk pada
kelompok ini ialah jenis tumbuhan hijau atau tumbuhan
yang memiliki zat klorofil. Kemudian produsen ini
dimanfaatkan oleh organisme-organisme yang tidak mampu
menghasilkan makanan sendiri atau disebut
( heterotrof )  yang mengambil peran sebagai konsumen.
 Konsumen, yang disebut juga sebagai pemakai, Konsumen
” merupakan organisme yang tidak dapat menghasilkan zat
makanan sendiri tetapi ia selalu mengkonsumsi zat
makanan yang diproduksi oleh organisme atau mahkluk
lain “. Ada beberapa organisme yang tergolong sebagai
pemakai atau Konsumen itu sendiri
 Konsumen Tingkat I (pertama) adalah organisme yang
secara langsung mengambil zat makanan dari
tumbuhan hijau yang disebut
juga herbivora atau hewan pemakan tumbuhan. Adapun
contoh hewan yang tegolong Konsumen Tingkat I ini
adalah: Ulat, Tikus Sawah & Belalang.
 Konsumen Tingkat II (kedua) adalah organisme yang
mendapatkan makanan dengan cara memangsa
herbivora yang disebut Karnivora atau hewan pemakan
daging. Contoh hewan yang tergolong Konsumen Tingkat
II adalah: Katak & Ayam.
 Konsumen Tingkat III (ketiga) adalah organisme dimana
ia berada di posisi teratas dalam rantai makanan.
Hewan ini disebut juga sebagai Predator karena ia tidak
mempunyai pemangsa. Contoh hewan yang tergolong
Konsumen Tingkat III ini adalah: Harimau, Buaya dan
Elang.

Gambar 4.1. Produsen dan Konsumen Sebagai Ekosistem

 Dekomposer atau disebut pengurai. Dekomposer adalah ”


jasad renik yang berperan untuk menguraikan bahan-bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun
hasil pembuangan sisa pencernaan“. Dengan adanya
pengurai tersebut, organisme-organisme yang telah mati dan
membusuk akan terurai dan meresap ke dalam tanah yang
akan menjadi unsur hara dan kemudian diserap oleh
tumbuhan (produsen). Selain itu aktivitas pengurai juga akan
menghasilkan gas karbondioksida yang akan dipakai dalam
proses fotosintesis.
 Detritivor atau penghancur merupakan sekelompok mahkluk
hidup yang menghancurkan bahan-bahan organik dari sisa-
sisa tubuh mahkluk hidup yang sudah mati menjadi
hancuran-hancuran. Contoh kelompok ini antara lain :
rayap, semut, kelabang.
2. Komponen Abiotik
Komponen Abiotik merupakan ” komponen tak bernyawa
yang tak lain adalah pendukung kelangsungan hidup bagi
Komponen Biotik dalam suatu ekosistem “. Komponen Abiotik
sangat berpengaruh pada jenis makhluk hidup yang
menghuni pada lingkungan tersebut. Beberapa jenis
Komponen Abiotik antara lain adalah:
a. Sinar Matahari sangat besar pengaruhnya terhadap
ekosistem karena merupakan sumber energi bagi semua
mahkluk hidup, Sinar Matahari juga merupakan unsur
inti yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan ( produsen )
untuk berfotosintesis.
b. Air sama besar pengaruhnya terhadap ekosistem karena
air merupakan sumber yang sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Tidak ada organisme yang
tidak membutuhkan air. 
c. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme yang
berada didaratan. Jenis tanah pun berbeda-beda sesuai
organisme yang berada didalamnya. Tanah pun
menyediakan beberapa unsur penting yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan organisme terutama bagi tumbuhan. 
d. Angin berperan dalam menentukan kelembapan pada
lingkungan suatu ekosistem dan juga berperan dalam
penyebaran biji-biji tumbuhan agar dapat tetap hidup. 
e. Suhu ternyata berpengaruh pada organisme-organisme
tertentu terhadap ekosistem karena ada beberapa jenis
organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu
tertentu.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/08/pengertian-ekosistem-
menurut-para-ahli-lengkap.html

4.3. Tipe-Tipe Ekosistem

Gambar 4.2. Ekosistem Perairan

1. Akuatik (air)
1. Ekosistem air tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain memiliki variasi suhu
yang tidak menyolok, penetrasi cahaya yang kurang, serta
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang
terbanyak pada ekosistem air tawar adalah jenis ganggang,
sedangkan tumbuhan yang lainnya adalah tumbuhan biji.
2. Ekosistem air laut
Habitat laut ditandai oleh salinitas atau kadar garam yang
tinggi dengan ion CI- dapat mencapai 55% terutama pada
daerah laut tropik, hal ini karena disana memiliki suhu yang
tinggi dan penguapan yang sangat besar. Pada daerah tropik,
suhu laut dapat berkisar 25 °C. Terjadinya perbedaan suhu
bagian atas dengan bagian bawah tinggi dan terdapat batas
antara lapisan tersebut yang disebut dengan termoklin.
1. Ekosistem estuari
Estuari atau muara merupakan tempat bersatunya sungai
dengan air laut. Estuari sering dipagari dengan lempengan
lumpur intertidal yang cukup luas. Ekosistem estuari
memiliki produktivitas yang sangat tinggi serta memiliki
banyak nutrisi. Komunitas tumbuhan yang dapat hidup di
estuari antara lain rumput rawa garam, fitoplankton, dan
ganggang. Komunitas hewannya seperti cacing, ikan,
kerang, dan kepiting.
2. Ekosistem pantai
Dinamakan ekosistem pantai karena yang paling banyak
tumbuh pada gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea
pes caprae memiliki kemampuan untuk dapat tahan
terhadap hempasan gelombang dan angin.

3. Ekosistem sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir pada satu arah.
Air sungai dingin serta jernih dan memiliki sedikit kandungan
sedimen. Aliran air dan gelombang secara konstan dapat
memberikan oksigen pada air. Ekosistem sungai dihuni oleh
beberapa hewan seperti gurame, kura-kura, dan sebagainya.

4. Ekosistem terumbu karang


Ekosistem terumbu karang terdiri dari coral yang berada dekat
pantai. Efisiensi ekosistem terumbu karang sangat tinggi.
Hewan-hewan yang hidup pada karang memakan organisme
mikroskopis serta sisa organik lain. Kehadiran terumbu
karang yang berada di dekat pantai membuat pantai dapat
memiliki pasir putih.

5. Ekosistem laut dalam


Ekosistem laut dalam memiliki kedalaman yang dapat
mencapai lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut serta
ikan laut yang mampu untuk dapat mengeluarkan cahaya.

6. Ekosistem lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok
tumbuhan yang dapat berbunga di lingkungan laut.
Tumbuhan tersebut dapat hidup pada perairan pantai
dangkal. Lamun atau seagrass mempunyai tunas berdaun
yang tegak serta tangkai-tangkai yang merayap untuk berbiak.
Sebagai sumber daya hayati, tumbuhan lamun banyak
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.
7. Ekosistem Terestrial (darat)
Penentuan zona yang terjadi pada ekosistem terestrial
ditentukan dengan temperatur dan curah hujan. Ekosistem
terestrial atau ekosistem darat dapat dikontrol oleh iklim dan
gangguan. Iklim sangat berperan penting untuk menentukan
mengapa pada suatu ekosistem terestrial berada pada tempat
tertentu. Pola ekosistem tersebut dapat berubah akibat
berbagai gangguan misal seperti petir, kebakaran, penebangan
pohon, dan sebagainya.
2. Ekosistem Hutan hujan tropis
Hutan hujan tropis terdapat pada daerah tropik dan
subtropik. Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri curah hujan
200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif cukup
banyak dan jenisnya berbeda tergantung letak geografisnya.
Dalam hutan hujan tropis terdapat tumbuhan khas, yaitu
liana atau rotan dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara
lain, burung, kera, badak, harimau, dan burung hantu.

3. Ekosistem Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat pada wilayah yang
memiliki curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi temperatur
serta kelembaban masih tergantung terhadap musim. Hewan
yang hidup di sabana antara lain serangga serta mamalia
seperti zebra, hyena, dan singa.

4.Ekosistem Padang rumput


Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari
daerah tropik ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah
memiliki curah hujan sekitar 25-30 cm per tahun, hujan
turun secara tidak teratur, porositas atau peresapan air yang
tinggi, dan drainase aliran air yang cepat. Tumbuhan yang
terdapat pada padang rumput terdiri atas tumbuhan terna
dan rumput. Hewannya antara lain: bison, serigala, anjing liar,
zebra, gajah, jerapah, serangga, dan sebagainya.

5.Ekosistem Gurun
Gurun terdapat pada daerah tropik yang berbatasan dengan
padang rumput. Ekosistem gurun memiliki ciri-ciri gersang
dan curah hujan rendah sekitar 25 cm/tahun. Perbedaan
suhu yang terjadi antara siang dan malam sangat besar.
Dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti kaktus
atau tak berdaun dan memiliki akar yang cukup panjang serta
mempunyai jaringan yang dapat menyimpan air. Hewan yang
hidup di gurun seperti ular, kalajengking, dan beberapa hewan
nokturnal lainnya.

6.Ekosistem Hutan Gugur


Hutan gugur terdapat pada daerah beriklim sedang yang
memiliki 4 musim dan memiliki ciri-ciri curah hujan merata
sepanjang tahun. Jenis pohon dalam ekosistem hutan gugur
sedikit dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di
ekosistem hutan gugur antara lain rusa, rubah, beruang, dan
rakun.

7.Ekosistem Taiga
Taiga terdapat dibelahan bumi sebelah utara dan pegunungan
daerah tropik. Taiga memiliki ciri-ciri suhu di musim dingin
yang rendah. Hutan taiga seperti konifer, pinus, dan
sejenisnya. Hewan yang hidup di taiga antara lain moose,
beruang hitam, dan burung-burung yang bermigrasi ke
selatan pada saat musim gugur.
8. Ekosistem Tundra
Tundra terdapat pada belahan bumi sebelah utara dalam
lingkaran kutub utara serta terdapat di puncak gunung tinggi.
Pertumbuhan tanaman di daerah tundra hanya sekitar 60
hari. Contoh tumbuhan pada ekosistem tundra yang dominan
adalah sphagnum, liken, tumbuhan perdu, dan rumput alang-
alang.

9.Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan sendiri
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan. Contoh ekosistem
buatan adalah:
o Bendungan
o Hutan tanaman produksi seperti jati serta pinus
o Agroekosistem yang berupa sawah tadah hujan
o Sawah irigasi
o Perkebunansawit

http://woocara.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-ekosistem-
komponen-dan-tipe.html

http://www.gurupendidikan.com/pengertian-ekosistem-dan-
contohnya-secara-lengkap/

UNIT 5
Air Bersih, Sanitasi dan Limbah
5.1. Umum
Teori asal usul air di muka bumi menurut adam sarrafial ,
rossetta ,marschaal, dan al quran : Penjelasan:
1. Adam Sarafial
Penelitian yang dipimpin oleh Adam mendapati bahwa lautan
telah ada jauh lebih lama daripada perkiraan sebelumnya
ketika tata surya sedang terbentuk. Ilmuwan menduga bahwa
bumi dahulunya kering tanpa air. Kemudian saat usia bumi
masih muda suatu energi membuat permukaan mencair.
2. Rosetta
Rosetta mengungkap air di Bumi bukan berasal dari komet.
Air di Bumi diduga keras berasal dari asteroid yang jatuh ke
permukaan Bumi sekitar 4 milyar tahun lalu.
3. Horst Marschaal
Horst Marschall, ahli geologi WHOI berpendapat bahwa studi
ini menunjukkan bumi menjadi planet yang basah karena
munculnya air di permukaan.
4. Alquran
Di alam wujud ini terdapat tiga makhluk ciptaan Allah yang
paling tua. Yaitu, “singgasana” Tuhan (‘arasy), buku rahasia
kejadian (lauh mahfudh), dan air (maa’). Dikatakan paling tua
karena ketiga makhluk tadi sudah ada sebelum segala sesuatu
diciptakan artinya sebelum jagad raya diciptakan air sudah
ada serta dalam Alquran :
di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/27961864#readmore

Dari keseluruhan jumlah air yang ada di bumi, 97 persennya


merupakan air laut yang tidak bisa dikonsumsi dan hanya ada 3
persen air tawar. Dari 3 persen tersebut, 2 persennya berupa air
beku yang ada di Kutub Utara dan Selatan. Sisa 1 persen pun
tidak semuanya bersih dan hanya 0,62 persen yang layak
dikonsumsi. Air sangat penting dan sumbernya harus dilindungi,
karena hanya ada 0,62 persen air yang akan diperebutkan untuk
6,7 miliar manusia di bumi," kata Prof Dr Sari Bahagiarti, MSc.,
ahli hidrogeologis dari UPN Veteran Yogyakarta, Pasokan air total
dunia setara dengan 332,5 juta mil kubik. Lautan merupakan
sekitar 97 persen dari seluruh air Bumi, yang berarti hanya 3
persen air yang tidak mengandung garam.

Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi,


menutupi sekitar 71% dari permukaan bumi. Secara
keseluruhan air di muka bumi, sekitar 97% terdapat di
Samudera dan laut dan hanya 3% yang merupakan air tawar
yang terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Diantara air
tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya berbentuk es, 12%
terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di
danau dan sungai.

5.2. Air Bersih


Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia dan maahkluk lainnya dengan fungsi
yang tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya.
Menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang
pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa
yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada,
diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat. Air dapat berwujud padatan (es), cairan
(air), dan gas (uap air), air merupakan satu-satunya zat secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya
tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H₂O yaitu
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atom. oksigen.

Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada
kondisi standar (Allafa, 2008). Keberadaan air tanah sangat
tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat
meresap ke dalam tanah. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau
batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah
infiltrasi air hujan ke dalam formasi batuan. Dan sebaliknya,
batuan dengan sedimentasi kuat akan kompak memiliki
kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir
semua curah hujan akan mengalir sebagai limpahan (runnoff)
dan terus kelaut. Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan
terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan
hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge
area) (Usmar dkk, 2006).

5.3. Karakteristik Air


Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh
senyawa lain menurut Effendi (2007), karakteristik tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Air Berwujud Cair
Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C
(32° F) – 100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik
beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan titik didih
(boiling point) air.
b) Perubahan suhu air
Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air
memiliki sifat sebagai penyimpanan panas yang sangat baik.
Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya strees
pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang
medadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi
makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik

c) Air perlu panas yang tinggi untuk penguapan.


Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi
uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah
besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan
(kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan
energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita
merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan
salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.

d) Air merupakan pelarut yang baik.


Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air
hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat
sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia
hingga 35.000 mg/liter, (Tebbut, 1992). Sifat ini
memungkinkan unsur hara terlarut diangkut ke seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungnkan bahan-
bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk
hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga
memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan
pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam
air.

e) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.


Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang
tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki
sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting
ability).

f) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang


ketika membeku.
g) Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki
densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air.

Air mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi. Proses ini


berawal dari permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara
kemudian mengalami kondensasi yaitu berubah menjadi titik
titik air yang mengumpul dan membentuk awan. Titik- titik air
itu memiliki kohesi sehingga titik- titik air menjadi besar dan
dipengaruhi gravitasi bumi sehingga jatuh disebut hujan. Air
hujan yang jatuh dipermukaan bumi sebagian diserap tanah dan
sebagian lagi mengalir melalui sungai menuju ke laut.

Menurut waktu dan tempat air dapat berubah kedalam tiga


bentuk/sifat yakni air sebagai bahan padat, air sebagai cairan,
dan air sebagai uap seperti gas. Berikut ini sifat-sifat fisik air
antara lain:
a) Titik beku 0°C :
b) Massa jenis es (0°C) 0,92 gr/cm3
c) Massa jenis air (0°C) 1,00gr/cm3
d) Panas lebur 80 kal/gr
e) Titik didih 100°C
f) Panas penguapan 540 kal/gr
g) Temperatur kritis 347°C
h) Tekanan kritis 217 Atm
i) Konduktivitas listrik spesifik (25°C)1x10-17/ohm-cm
j) Konstanta dielektri(25°C)78 ( Gabriel, 2001 )

5.4. Sumber Air


Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari
proses evaporasi, kondensasi, dan presipasi, sehingga air
tersebut benar-benar murni sebagai H₂O, dengan demikian tidak
terlarut sebagai mineral. Sifat air yang demikian itu disebut
dengan air lunak (soft water) dan bila diminum rasanya relatif
kurang segar. Penggunaan air hujan sebagai sumber air minum
dalam masyarakat maupun secara perorangan adalah
merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain tidak bisa
dimanfaatkan (Sanropie, 1984).

Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan
atau terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami
pengisisan/penambahan secara terus menerus oleh alam.
Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan air tanah
adalah :
1. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut
2. Praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan
membaginya.
3. Lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu diambil
biasanya merupakan pengumpulan air alamiah.

Sedangkan kerugianya penggunaan air tanah adalah seringkali


mengandung banyak mineral Fe (besi), Ma (mangan), Ca
(calsium), dan sebagainya, dan biasanya membutuhkan
pemompaan.

5.5. Kualitas Air


Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-
ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416 /MENKES
/PER /IX /1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk
pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi. Kualitas air adalah sifat air
dan kandungan makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain
dalam air yang mencangkup kualitas fisik, kimia, dan biologis
(Effendi, 2003).

1. Kualitas Fisik
Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang
bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
a). Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang
berbahaya bagi kesehatan, artinya sebaiknya air minum tidak
boleh berwarna untuk alasan esteris dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme
yang berwarna. Warna dapat disebabkan tanin dan asam
humat atau zat organik, senyawa kloroform yang beracun,
sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air
(Slamet, 2004).

b). Tidak berbau


Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung
bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh
mikroorganisme.
c) Rasanya Tawar
Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas
air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-
garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
Air dengan rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang membahayakan kesehatan,
seperti rasa logam (Slamet, 2004).

d). Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik
seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh
disebabkan oleh partikel bahan yang tersuspensi sehingga
memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Untuk
standar air bersih di tetapkan oleh Permenkes RI No. 416 /
MENKES / PER / IX / 1990, yaitu kekeruhan yang
dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995).

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi,


baik yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat
anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau
hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap
kekeruhan air, sedsngkan zat organik dapat menjadi
makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakannya dan
dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang
keruh sulit disinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat
tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap
kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen
(Soemirat, 2009).

e). Temperatur
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan
temperatur udara (± 3°C). Air yang secara mencolok
mempunyai temperatur diatas atau di bawah temperatur
udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. Berdasarkan
aspek suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat
kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap
keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2004).

f). Tidak mengandung zat padatan


Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu
pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105°C.

2. Kualitas Kimia
Kualitas air tergolong baik apabila memenuhi persyaratan kimia
sebagai berikut ;
a) pH netral
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan (Sutrisno,
2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air
murni memiliki pH 7. Apabila dibawah 7 maka air bersifat
asam, sedangkan apabila di atas 7 maka bersifat basa
(rasanya pahit) (Kusnaedi, 2010).

b) Tidak mengandung bahan kimia beracun.


Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia
beracun seperti sianida sulfida, fenolik (Kusnaedi, 2010).
c) Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau
ion-ion logam (Kusnaedi, 2010).

 Besi (Fe)
Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat,
dan dapat di bentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang
dapat di temukan hampir di setiap tempat di bumi pada
semua lapisan-lapisan geologis, namun besi juga
merupakan salah satu logam berat yang berbahaya apabila
kadarnya melebihi ambang batas (Soemirat,2009). Besi
dapat larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak
boleh melebihi 1,0 mg/L, karena dapat menimbulkan rasa,
bau dan dapat menyebabkan air yang berwarna
kekuningan, menimbulkan noda pakaian dan tempat
berkembang biaknya bakteri Creonothrinx yaitu bakteri besi
(Soemirat, 2009). Besi dibutuhkan tubuh dalam
pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe di dalam tubuh di
kendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan Fe. Karenanya mereka yang sering
mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh,
tetapi dosis besar dapat merusak dinding usus (Soemirat,2009).

Kelebihan logam besi dalam tubuh dapat menimbulkan


efek-efek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan
pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat
akumulatif terutama di organ penyaringan sehingga dapat
mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Nilai estetika juga dapat
dirusak oleh keberadaan logam-logam ini karena dapat
menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang
tercemar oleh logam ini biasanya nampak pada intensitas
warna yang tyinggi pada air, berwarna kuning bahkan
berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit atau asam
(Wardhana, 2004).

 Nitrat, nitrit
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan
gangguan GI (Gastro Intestinal), diare campur darah,
disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak tertolong akan
menyebabkan kematian. Keracunan kronis menyebabkan
depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit
terutama bereaksi dengan hemoglobin dan membentuk
methemoglobin(metHb). Dalam jumlah melebihi normal
Methemoglobin akan menimbulkan Methemoglobinemia.
Pada bayi Methemoglobinemiasering dijumpai karena
pembentukan enzim untuk mengurai Methemoglobinemia
menjadi Haemoglobin masih belum sempurna. Sebagai
akibat Methemoglobinemia., bayi akan kekurangan oksigen
maka mukanya akan berwarna biru, karenanya penyakit ini
juga dikenal sebagai penyakit “blue babbies” (Wardhana,
2004).

Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air


minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun
pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi
yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal
dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa
nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea) (Wardhana,
2004).Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan Methemoglobinemia, yakni
kondisi dimana hemoglobin di dalam darah berubah menjadi
Methemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen.
Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta
dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi
(Wardhana, 2004).
 Mangan
Mangan (Mn) merupakan logam yang memiliki karakteristik
kimia serupa dengan besi. Mangan sebagian besar banyak
terdapat di dalam tanah. Mangan berada dalam bentuk
manganous dan manganik. Apabila manganik bereaksi
dengan oksigen yang berkadar tinggi maka akan menjadi
manganous yang mudah larut di dalam air. Air yang
mengandung mangan biasanya berwarna coklat gelap
sehingga air menjadi keruh. Mangan dalam air berguna
untuk menghambat pertumbuhan microalgae Nitschia
clostorium danmembuat air berwarna hijau dan dapat
meningkatkan kesadahan dalam air.

Sekitar 90% mangan di dunia digunakan untuk metalurgi,


yaitu untuk proses produksi besi-baja, sedangkan kegunaan
lain untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi
baterai, keramik dan gelas. Kadar mangan yang
diperkenankan pada air minum adalah 0,1 mg/liter (Brown,
2001)

Dampak akumulasi mangan di dalam tubuh manusia


menurut (Eckenfelder, 1989 dalam Santosa 2010) yaitu:
1.Pertumbuhan tubuh terhambat
2.Penyumbatan pada sistem syaraf
3.Proses reproduksi terganggu
4.Pengeroposan tulang dini.

 Tidak Mengandung Bahan Organik


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
461/MENKES/PER/IX/1990, tentang persyaratan kimia air bersih;

5.6. Sanitasi Lingkungan


1. Umum
Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang
diartikan sebagai penjagaan kesehatan. Ehler dan Steel
mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan
yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi
mata rantai penularan penyakit.2 Sedangkan menurut Azawar
mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan teknik
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau
mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Sanitasi adalah suatu perilaku yang disengaja untuk


membudayakan hidup dengan bersih dan bermaksud untuk
mencegah manusia bersentuhan secara langsung dengan bahan-
bahan kotor dan berbahaya yang mana perilaku ini menjadi
usaha yang diharapkan bisa menjaga serta meningkatkan
kesehatan manusia.
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu
usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang
mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan,
dan kelangsungan hidup (Yula, 2006).
2. Pengertian Sanitasi
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan
yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan
air bersih dan sebagainya. ... Berjangkitnya berbagai Limbah
berupa kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti kolera, tipus, infeksi hati,
polio, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Azawar (1990) mengungkapkan bahwa


sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik
beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi
derajat kesehatan manusia.

Secara luas, menurut Jenie dalam Purnawijayanti (2001:2) ilmu


sanitasi merupakan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan
membantu memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan
kesehatan yangbaik pada manusia.Berdasarkan pemaparan
tersebut penerapan sanitasi penting dilakukan sehingga
berdampak baik pada kesehatan manusia.
Pendapat lain juga mengatakan arti sanitasi ini merupakan suatu
kondisi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat,
terutama dalam penyediaan air minum bersih serta juga
pembuangan limbah yang memadai. Sanitasi tersebut dapat
membantu mencegah timbulnya penyakit dengan cara
pengendalian faktor-faktor lingkungan fisik yang berhubungan
dengan rantai penularan penyakit
5.7. Ruang Lingkup Sanitasi
Sanitasi ini berhubungan dengan sarana serta juga pelayanan
pembuangan limbah kotoran manusia, serta juga pemeliharaan
kondisi higienis dengan melalui pengelolaan sampah serta juga
limbah cair. Mengacu pada pengertian sanitasi di atas, dibawah
ini merupakan beberapa hal yang termasuk dalam ruang lingkup
sanitasi ialah sebagai berikut:
1. Penyediaan air bersih atau air minum (water supply)
Dalam hal ini mencakup; pengawasan terhadap kualitas,
kuantitas, serta juga  pemanfaatan air.
2. Pengolahan sampah (refuse disposal)

Dalam hal ini mencakup; cara pembuangan sampah, peralatan


pembuangan sampah serta juga cara penggunaannya.
3. Pengolahan makanan dan minuman (food sanitation)
Dalam hal ini melingkupi pengadaan, penyimpanan,
pengolahan, serta juga penayajian makanan.
4. Pengawasan, pengendalian serangga serta binatang pengerat
(insect and rodent control)
Dalam hal ini melingkupi cara pengendalian serangan serta
binatang pengerat.
5. Kesehatan dan juga keselamatan kerja (K3)
Dalam hal ini, melakukan kegiatan atau aktivitas K3
melingkupi ruang kerja (misalnya dapur), pekerjaan, cara kerja,
serta juga tenaga kerja.

1. Tujuan Sanitasi Secara Umum


Pada dasarnya sanitasi ini memiliki tujuan untuk dapat
menjamin kebersihan lingkungan manusia sehingga terwujud
sebuah kondisi yang sesuai dengan persyarakat kesehatan.
Selain dari itu, sanitas juga in juga memiliki tujuan dalam
mengembalikan, memperbaiki, serta juga mempertahankan
kesehatan manusia.
Dengan terwujudnya sebuah kondisi lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan maka proses produksi itu juga 
akan semakin baik serta akan menghasilkan produk yang
sehat dan juga aman bagi manusia.

Secara umum, dibawah ini merupakan contoh tindakan


sanitasi lingkungan:
1. Membuat serta juga mengatur saluran pembuangan air
hujan di pinggir jalan.
2. Membuat dan juga mengatur saluran pembuangan limbah
rumah tangga (dapur dan juga kamar mandi).
3. Membuang sampah pada tempat yang telah/sudah
disediakan.
4. Penyediaan fasilitas toilet umum yang bersih serta terawat.
5. Pengelolaan limbah atau sampah dengan baik, teratur, serta
berkesinambungan. Contohnya dengan memilah sampah
plastik, kertas, organik, kaca, serta juga logam.

2. Manfaat Sanitasi Bagi Manusia

Sanitasi ini memberikan banyak sekali manfaat bagi lingkunan


manusia, khususnya pada lingkungan fisik; tanah, air, serta
udara. Secara singkat, dbawah ini merupakan beberapa
manfaat sanitasi bagi kehidupan manusia:
1. Terciptanya kondisi lingkungan yang lebih
bersih, sehat, serta juga nyaman bagi manusia.
2. Mencegah timbulnya penyakit-penyakit
menular.
3. Mencegah atau juga meminimalisir
kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan.
4. Mencegah atau juga mengurangi
kemungkinan terjadinya polusi udara, contohnya bau tidak
sedap.
5. Menghindari pencemaran lingkungan.
6. Mengurangi jumlah persentase orang sakit
pada suatu daerah.
5.7. Limbah
1. umum
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat,
konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya (Mahida, 1984).

Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain


senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa
organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit
terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan
tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit
(Waluyo, 2010).

Menurut Abdurrahman (2006), berdasarkan wujud limbah


yang dihasilkan, limbah terbagi 3 yaitu :
1. Limbah padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat
yang bersifat kering dan tidak dapat berpindah kecuali
dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari sisa
makanan, sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri,
dan lain-lain.
2. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair.
Limbah cair ini selalu larut dalam air dan selalu berpindah
(kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh dari limbah
cair ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair
dari industri, dan lain-lain.
3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas
bisa dilihat dalam bentuk asap dan selalu bergerak sehingga
penyebarannya luas. Contoh dari limbah gas adalah gas
buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil
industri.

2. Limbah cair
Limbah cair. merupakan gabungan atau campuran dari air dan
bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam
keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber
domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber
industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air
permukaan, ataupun air hujan (Soeparman dan Suparmin,
2002).
Menurut Chandra (2005), limbah cair merupakan salah satu jenis
sampah. Adapun sampah (waste) adalah zat-zat atau benda-
benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang berasal dari
rumah maupun sisa-sisa proses industri. Secara umum limbah
cair dapat dibagi menjadi :
1.Human excreta (feses dan urine)
2.Sewage (air limbah)
3.Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri).

Menurut Soeparman dan Suparmin (2002), limbah cair


bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas
alam (natural sources). Beberapa aktivitas manusia yang
menghasilkan limbah cair diantaranya adalah aktivitas dalam
bidang rumah tangga, perkantoran, perdagangan, perindustrian,
pertanian dan pelayanan jasa.

Menurut Kodoatie dan Sjarief, air limbah domestik merupakan air


bekas yang tidak dapat lagi dipergunakan untuk tujuan semula,
baik yang mengandung kotoran manusia atau dari aktivitas
dapur, kamar mandi, dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari
total rata-rata konsumsi air bersih yaitu sekitar 120-140
liter/orang/hari.jumlah pencemar domestik di negara-negara
maju merupakan 15% dari seluruh pencemar yang memasuki
badan air. Limbah domestik memiliki sebaran areal yang snagat
luas dan menyebar sehingga lebih sulit dikendalikan daripada
limbah industri.

Menurut Chandra (2005), air limbah yang tidak menjalani


pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain :
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-
badan air yang digunakan oleh manusia.
2. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan
tumbuhan air.
3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik
dan zat anorganik).
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan
pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat
menyebabkan banjir.

Menurut Suharto (2011), pengelompokan limbah berdasarkan


bentuk atau wujudnya dapat dibagi menjadi empat diantaranya
yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah suara.
Limbah cair diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya
yaitu:
1. Limbah cair domestik (domestic wastewater),
Limbah Cair domestic, yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan
perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa
cucian, dan air tinja.
2. Limbah cair industri (industrial wastewater),
Limbah cair industri yaitu limbah cair hasil buangan industri.
Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri
tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian
daging, buah, atau sayur.

3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow),


Rembesan dan luapan yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah
cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari
permukaan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran
pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor
sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka
atau yang terhubung ke permukaan. Contohnya yaitu: air
buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan
perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.

4.Air hujan (storm water),


Air hujan yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di
atas permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah
dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat
atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak


menggunakan air dalam sistem prosesnya. Selain itu, ada juga
bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan
untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah
bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang.
Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

2. Limbah Padat
Menurut Tchobanoglous dalam Suhartono, Limbah Domestik
adalah limbah yang dibuang dari pemukiman penduduk,
pasar,dan pertokoan, serta perkantoran yang merupakan sumber
utama pencemaran di perairan pantai.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 81 Tahun
2012 bahwa sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinjak dan sampah spesifik.

Azwar (1990) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari


sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat
padat. Definisi lain dikemukakan oleh Hadiwijoto (1983) yang
menyatakan bahwa sampah adalah sisa bahan yang telah
mengalami perlakuan, baik telah diambil bagian utamanya, telah
mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi
ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan
dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam.

Pengertian sampah menurut Slamet (1994) adalah berbagai


barang jenis barang buangan yang diakibatkan oleh kehidupan
sehari-hari, peristiwa-peristiwa tertentu, dari kelebihan proses
terhadap keperluan baik untuk penggunaan sendiri maupun
untuk menghasilkan barang dan bahan lain, sehingga barang
buangan itu dianggap tidak berguna. Nurhasanah (2003)
mendefinisikan sampah merupakan suatu bahan yang terbuang
dari suatu sumber hasil aktifitas manusia maupun proses-proses
alam yang tidak mepunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam
penanganannya baik untuk membuang atau membersihkan
meperlukan biaya yang cukup besar. Sedangkan menurut Ischak
(2001), sampah adalah limbah kegiatan dan usaha manusia.

3. Sampah Menurut Jenisnya


Menurut Tchobanoglous, dkk. (1993) sampah berdasarkan jenis
terdiri dari :
1. Sampah organik seperti sisa makanan kertas dari segala
jenis, kardus (juga dikenal sebagai kertas karton dan
bergelombang), semua jenis plastik, tekstil, karet, kulit, kayu
dan limbah pekarangan.
2. Sampah An-organik terdiri dari barang-barang seperti gelas,
pecah-belah, kaleng kaleng, aluminium, dan besi logam.

Menurut Slamet (1994) yang dimaksud dengan sampah organik


adalahsampah yang mudah membusuk, terdiri dari bekas
makanan, bekas sayuran, kulit, buah lunak, daun-daunan, dan
rumput. Sampah Anorganik adalah sampah yang tidak mudah
membusuk seperti kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi, dan
logam lainnya.
Di Indonesia, sekitar 60-70% dari volume sampah yang
dihasilkan merupakan sampah basah atau sampah organic,
dengan kadar air antara 65-75% dengan jumlah sampah
organik sebesar 95% (Penebar Swadaya, 2008). Menurut
Sudradjat (2008), beberapa penelitian menunjukkan bahwa
rataan buangan sampah kota adalah 0,5 kg/kapita/hari.
Dengan mengalikan data tersebut dengan jumlah penduduk di
beberapa kota di Indonesia yang dipublikasikan oleh NUDS
(National Urban Development Strategy) tahun 2003 maka dapat
diketahui perkiraan potensi sampah kota di Indonesia sekitar
100.000 ton/hari.

Timbulan sampah adalah sejumlah sampah yang dihasilkan


oleh suatu aktivitas dalam kurun waktu tertentu atau dengan
kata lain banyaknya sampah yang dihasilkan dalam satuan
berat (kilogram) gravimeteri atau volume (liter) volumetri
(Tchobanoglous,dkk., 1993). Satuan timbulan sampah adalah
banyaknya sampah dalam satuan berat yaitu kilogram per
orang per hari atau dalam satuan volume yaitu liter per orang
per hari (Damanhuri, 2004).

Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan


jumlah sampah yang harus dikelola. Kajian data mengenai
timbulan sampah merupakan langkah awal yang dilakukan
dalam pengelolaan persampahan (Tchobanoglous, dkk. 1993).
Tujuan diketahuinya timbulan sampah adalah sebagai
perkiraan timbulan sampah yang dihasilkan untuk masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang yang berguna
untuk:
(1) dasar dari perencanaan dan perancangan sistem pengelolaan
sampah,
(2) menentukan jumlah sampah yang harus dikelola,
(3) perencanaan sistem pengumpulan (penentuan macam dan
jumlah kendaraan yang dipilih, jumlah pekerjaan yang
dibutuhkan, jumlah dan bentuk TPS yang diperlukan).
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Pengertian manajemen (pengelolaan) secara
umum adalah merupakan sebuah proses khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain (Terry, 1986).
Pengelolaan sampah merupakan aktivitas khusus yang
merupakan bagian dari suatu proses manajemen
Pengelolaan sampah padat dapat didefinisikan sebagai disiplin
yang terkait dengan pengontrolan timbulan sampah melalui
proses penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan sampah,
pengolahan, dan pembuangan limbah padat yang sesuai dengan
memperhatikan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat yang baik,
ekonomi, teknik, konservasi, estetika, dan pertimbangan
lingkungan hidup lainnya, dan juga pertimbangan sikap
masyarakat (Tchobanoglous,dkk,1993).

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan


sampah adalah kegiatan yang sistematik, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Amurwaraharja (2003) menyatakan pengelolaan sampah
merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau
menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
lingkungan.
Salvato (1982) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang
termasuk dalam pengelolaan sampah, yaitu pewadahan sampah
(storage), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer),
pengangkutan (transport), pengolahan (processing), dan
pembuangan akhir (disposal).
Menurut Tchobanoglous, dkk, (1993) kegiatan yang terkait
dengan pengelolaan sampah padat mulai dari timbulan sampah
sampai ke pembuangan akhir telah dikelompokkan ke dalam
enam elemen fungsional:
(1) Timbulan sampah,
(2) penanganan limbah dan pemisahan, penyimpanan, dan
pengelolaan pada sumbernya,
(3) Pengumpulan
(4) pemisahan dan pengolahan dan perubahan limbah padat,
(5) pemindahan dan pengangkutan, dan
(6) pembuangan limbah padat

5. Konsep 3R
Mengelola sampah pada dasarnya membutuhkan peran aktif dari
masyarakat terutama dalam mengurangi jumlah timbulan
sampah, memilah jenis sampah hingga berupaya menjadikan
sampah menjadi lebih bermanfaat. Peran ini telah banyak
dilakukan di berbagai negara yang telah maju dan berhasil. Peran
ini didukung dengan adanya kampanye yang disosialisasikan oleh
pemerintah antara lain melalui konsep 3R yaitu Reduce, Reuse
dan Recycle (Kastaman, 2004). Uraian mengenai konsep 3R
tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Dinas Pekerjaan Umum
(2007), adalah sebagai berikut :
1. Reduce
Prinsip pertama adalah Reduce atau Reduksi sampah, yaitu
upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan
sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah
dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi
sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu
perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan
banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah.
Diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
mengubah perilaku tersebut. Proses pemilahan sampah ini
merupakan cara yang efektif untuk membantu meningkatkan
kinerja fasilitas dalam suatu pengelolaan sampah
(Tchobanoglous, dkk., 1993).

2.Reuse
Prinsip kedua adalah Reuse yang berarti menggunakan kembali
bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui
proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik,
menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air,
mengisi kaleng susu dengan susu isi ulang, dan lain-lain.
Dengan demikian, Reuse akan memperpanjang usia
penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan
kembali barang secara langsung.

3.Recycel
Prinsip ke tiga yaitu Recycle yang berarti mendaur ulang suatu
bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain
atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan.
Barang-barang seperti besi, kaca, ban dan beberapa bahan
lainnya memerlukan teknologi yang canggih, peralatan yang
moderen dan campur tangan pihak lain, untuk diubah menjadi
bahan baku. Selain itu beberapa sampah dapat didaur ulang
secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan
teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain
perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya;
atau sampah dapur berupa sisa-sisa makanan menjadi kompos

Penerapan Konsep 3R pada pengelolaan tingkat masyarakat


diharapkan dapat memperkecil kuantitas dan kompleksitas
sampah yang ditimbulkan. Dengan mekanisme sistem yang baik
hal tersebut terbukti telah mampu mengurangi timbunan
sampah di tempat pembuangan akhir dan hasil penjualan
bahan atau barang bernilai ekonomis dapat menjadi sumber
biaya pengelolaan (O’Leary dan Walsh, 1995).

UNIT 6
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL),
DAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

6.1. Andal dan Amdal


1. Umum
Analisis Dampak Lingkungan atau Andal sudah dikembangkan
oleh beberapa negara maju sejak tahun 1970, dengan nama
Environmental Impact Analisi (EIA). Berdasarkan Kementerian
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH). Sehingga Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL) didefinisikan sebagai Telaah secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan
yang direncanakan. Sedangkan Analisis mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dirumuskan sebagai


suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek
yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek
dari bangunannya, prosesnya maupun sistem dari proyek
terhadap lingkungan hidup. Adapun Materi Pokok pada kegiatan
Amdal, anatara lain Penyusunan : Penyajian Informasi
Lingkungan (PIL), Terms Of Reference (TOR-ANDAL), dan Rencana
Rencana Pengendalian Lingkungan (RKL) serta Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RPL)

1. Dampak
Dampak atau imfact diartikan sebagai adanya suatu benturan
antara dua kepentingan, yaitu kepentingan pembangunan proyek
dengan kepentingan usaha melestarikan lingkungan yang baik.
Penjelasan tersebut diatas kurang tepat karena benturan hanya
memberikaan dampak negatif padahal bukan hanya dampak
negatif yang dianalisis akan tetapi juga dampak positifnya dengan
bobot brimbang. Dengan demikian dampak diartikan sebagai
setiap perbahan yang terjadi pada lingkungan akibat adanya
aktivitas manusia.

Kegiatan Proyek Lingkungan

Gambar 6.1. Aktivitas Proyek Terhadap Lingkungan

2. Lingkungan
Pengertian Lingkungan yang digunakan pada analisis dampak
lingkungan adalah lingkungan hidup. Sehingga Pengertian
Lingkungan Hidup dapat diartikan sebagai segala sesuatu
disekitar suatu objek yang saling memepengaruhi. Peratura
Pemerintah Nomor 29 tahun 1986 menyebutkan bahwa
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya keadaan dan makhuk hidup termasuk didalamnya manusia
serta lingkungan hidup.

3. Ekologi
Ekologi yang berasal pada kata Oikos yang berarti tempat atau
rumah, dan Logos yang berarti Ilmu, sehingga Ekologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu mengenai hubungan antara organisme
sendiri dan antara organisme dengan lingkungannya.

4. Pendugaan Dampak
beberapaa ahli menterjemahkan pendugaan sebagai perkiraan
atau peramalan. Pendugaan Dampak dapat didefinisikan sebagai
aktivitas untuk menduga dampak yang akan terjadi dimasa yang
akan datang akibat suatu aktvitas manusia (proyek). Dampak
yang diduga tersebut merupakan perbedaan nilai lingkungan atau
nilai suatu sumber daya dimasa yang akan datang antara
lingkungan tanpa proyek dan lingkungan dengan proyek.

5. Studi Evaluasi Lingkungan (SEL)


Istilah Studi Evaluasi Lingkungan adalah analisis dampak
lingkungan yang dilakukan pada proyek atau aktivitas manusia
yang sudah berjalan. Pada Analisis ini rona lingkungan sebelum
proyek berjalan sudah tidak dijumpai.

6. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)


Penyajian informasi lingkungan adalah suatu proses untuk
memperkirakan kemungkinan terjadinya dampak yang akan
digunakan untuk menetapkan apakah proyek yang diusulkan
tersebut perlu Andal atau tidak. Perundangan d Indonesia
menyebutkan bahwa PIL adalah suatu telaahan secara garis
besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan; rona
lingkungan tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak
lingkungan oleh kegiatan tersebut dan rencana pengendalian
dampak negatif.

7. Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL)


Penyajian Evaluasi Lingkungan adalah suatu aktivitas
penelaahan seperti PIL, bedanya PEL dilakukan pada proyek yang
sudah berjaalan sedangkan PIL dilakukan pada saat proyek
masih proses perencanaan.

8. Laporan Andal,
Laporan adalah penyampaian secara tertulis suatu hasil analisis
dampak lingkungan yang telah dilakukan pada suatu hasil
kegiatan manusia atau proyek. Dalam Peraturan Pemerintah
dikatakan bahwa Laporan Amdal, adalag Hasil studi mengenai
dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

6.2. Mengapa Diperlukan AMDAL


Amdal harus dilakukan, karena dua hal, yaitu :
1. Amdal harus dilakukan pada proyek yang akan dibangun, karena
Undang-Undang dan Peraturan Ppemerintah yang harus
dilaksanakan. Artinya jika setiap pemilik suatu aktivitas atau
proyek jika tidak dilakukan amdal, maka dikatakan menyimpang
dari ketentuan pemerintah.
2. Amdal harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak
karena adanya proyek-proyek pebangunan.
Pada saat ini manusia mulai berpikir dan meninjau ulang semua
aktivitasnya dan berusaha untuk menghindari aktivitas yang
menimbulkan dampak sampingan yang tidak dikehendaki atau ingin
mengetahui dampak apa yang akan merugikan dari aktivitasnya,
kemudian akan mencari solusi untuk menghindari timbulnya
dampak yang tak disukai tersebut agar kesejahteraan dan
kehidupannya tidak terancam. Secara Skematis Hubungan tersebut
disajikan pada gambar berikut
Pembangunan
Aktivitas Kesejahteraan
Ekonomi Manusia
Manusia

Dampak Pada Lingkungan


Positif dan Negatif

Gambar 2. Skema Hub. Antara Tujuan Aktivitas terhadap Dampak Lingkungan

Sehingga dapat disimpulkan, Bahwa Andal Dibutuhkan untuk


menjamin tujuan proyek pembangunan yang bertujuan untuk
kesejaheraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan
hidup.

6.3. Yang Harus Melakukan AMDAL


Secara umum yang harus melakukan Amdal, adalah pihak
Pemrakarsa Proyek, karena mereka yang akan memberi dampak
pada lingkungan dan bertanggung jawab terhadap dampak
negatif yang ditimbulkan. Sehingga kegiatan Amdal dapat
dilakukan sendiri jika mampu dan memiliki keahlian untuk
melakukan Amdal sejauh persyaratan pelaksanaan Amdal dapat
dipenuhi.

Meskipun tidak semua pemrakarsa proyek dan pemilik proyek


dapat melakukan sendiri kegiatan Amdal, sehingga dapat
meminta pihak swasta atau konsultan Amdal untuk melakukan
kegiatan analisis. Konsultan Amdal merupakan suatu Tim Ahli
yang multidisipliner bidang keilmuan dan keahlian, pelaksanaan
Amdal dibawah kontrol pihak Kementerian Lingkungan Hidup

6.4. Tujuan Amdal Dilaksanakan


Pelaksanaan Amdal dilaksanakan bertujuan anatara lain :
a. Untuk memenuhi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yan
harus berlaku, artinya kalau tidak dilakukan berarti melanggar
pereturan pemerintah, dan sangsinya adalah tidak akan
mendapatkan isin membangun suatu proyek atau akan
berhadapan dengan pengadilan terkait dengan sangsi-sangsi yang
berlaku dalam aturan.
b. Untuk memaksa pemilik proyek agar tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan yang selama ini hanya mementingkan
keuntungan proyek sebesar mungkin
c. Untuk menerapakan Peraturan-Peraturan dan pedoman-pedoman
baku mutu sebagai dasar hokum pelaksanaan Amdal
d. Untuk mencapai kualitas lingkungan pada setiap pelaksanaan
aktivitas manusia atau proyek
e. Untuk pengambilan suatu keputusan apakah aktivitas atau proyek
yang akan dilaksanakan masih dapat memenuhi kelayakan
lingkungan kedepan
f. Untuk menekan dampak negative dan meningkat dampak positif
melalui rekayasa teknik setiap aktivitas atau proyek yang
dibangun.
UNIT 7
KEGUNAAN ANDAL

7.1. Umum
Andal bukanlah suatu proses yag berdiri sendiri, tetapi merupakan
bagian dari proses Andal yang lebih besar dan lebih penting sehingga
Andal dapat dikaitkan sebagai bagian :
1. Pengelolaan Lingkungan
2. Pemantauan Lingkungan
3. Pengelolaan Proyek
4. Pengambil Keputusan
5. Dokumen Yang Penting

7.2. Peranan Andal Pada Pengelolaan Lingkungan


Mekanisme pengelolaan Lingkungan, sebagai berikut :
a. Dampak Lingkungan yang akan terjadi akibat kegiatan proyek
pembangunan yang akan dibangun
b. Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan
c. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Lingkungan
Adapun skematis Pengelolaan Lingkungan, sebagaimana pada
Gambar 6.1.

Aktivitas/program
Dampak +
peningkatan dampak Positif
Usulan Proyek
Proyek berlang-
Pembangu sung
Dampak - Aktivitas/program
nan
pengendalian dampak negatif

Pendugaan Rencana Pengendalian


Dampak
Negatif yang Dampak Negatif
akan Terjadi
Andal
Pendugaan Rencana Peningkatan
Dampak Positif Dampak Positif
Yang Akan
Terjadi

Gambar 6.1. Peran Andal Pada Pengelolaan Lingkungan


Pendugaan Dampak Lingkungan yang digunakan sebagai dasar pada
pengelolaan lingkungan dapat berbeda dengan kenyataan dampak
yang terjadi setelah proyek berlangsung, sehingga program
pengelolaan lingkungan sudah tidak sesuai ataumungkin tak mampu
menghindarkan rusaknya lingkungan.

Perbedaan dari dampak yang diduga dan Dampak yang terjadi dapat
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Penyusunan Laporan Andal kurang tepat pada saat melakukan
pendugaan. dapat juga tidak telitinya pihak evaluator yang
berwenang untuk melakukan evaluasi, sehingga konsep atau draf
laporan Andal diseujui untuk menjadi laporan akhir.
2. Pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya ssuai dengan apa
yang telah tertulis didalam laporan Andal yang telah diterima
pemerintah terutama saran-saran dan pedoman didalm
mengendalikan dampak negatif. Contoh dalam Laporan Andal
tercantum adanya pembangunan pengelolaan air limbah, namun
kenyataan tidak dilakukan.
Menghindari kegagalan pengelolaan lingkungan maka pemantauan
haruslah dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak awal
pembangunan secara terus menerus dilakukan. Hasil dari
pemantauan kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana
pengelolaan lingkungan.

7.3. Peranan Andal Pada Pengelolaan Proyek


Untuk dapat mengetahui dimana dan sejauhmaan peranan Andal,
RKL dan RPL pada pengelolaan proyek, maka terlebih dahulu harus
diketahui tahapan dari pengelolaan proyek. Adapun Tahapan-
Tahapan Pengelolaan, antara lain :
1. Tahap Identifikasi
2. Tahap Studi Kelayaakan
3. Tahapan Desain Kerekayasaan atau Perancangan
4. Tahap Pembangunan Proyek
5. Tahap Proyek Berlangsung
6. Tahap Prpyek Rampung (Pasca pelaksanaan)

Proyek dilihat dari aspek Andal adalah suatu aktivitas manusia


sebagai bentuk dari pembangunan ekonomi, sedangkan berdasar
pada aspek Teknis adalah pembangunan fisiknya.

Andal merupakan suatu studi kelayakan lingkungan yang


disyaratkan untuk mendapatkan izin, selain kelayakan lingkungan
juga termasuk kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi. Adapun
pendekatan terhadap tiga unsur studi kelayakan, yaitu kelayakan
lingkungan, teknis dan ekonomi, pada pengendaliannya,
sebagaimana pada gambar dibawah :

Studi Kelayakan Teknis

Studi Kelayakan
Lingkungan (Andal)

Studi Kelayakan Ekonomis


Proyek Berlangsung Dampak Lingkungan Pengelolaan Lingkungan

Gambar 2 : Pengendalian Dampak dengan pendekatan teknis

7.4. Peranan Andal Pada Pengambilan Keputusan


Salah satu Tugas pemerintah dalam mengarahkan dan mengawasi
pembangunan adalah menghindarkan akibat-akibat sampingan yang
merugikan dan tidak diinginkan, yaitu terjadinya dampak negatif dari
proyek pembangunan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam.
disamping menghindarkan terjadinya perselisihan yang dapat
muncul antara proyek dengan proyek pembangunan lainnya.

Pada awal perencanaan suatu proyek pihak pemerintah menghendaki


adanya Pengkajian Informasi Lingkungan (PIL), hal ini menjadi alat
bagi pemerintah untuk memutuskan apakah proyek yang diusulkan
ini perlu Andal atau tidak. Berdasar pada laporan PIL, pemerintah
dapat mengambil keputusan apakah kegiatan yang diusulkan potensi
menimbulkan dampak atau tidak, jika potensi maka pemerintah
menginstruksikan untuk dilakukan Andal dan jika tidak
mmenimbulkan dampak, maka pemilik dapat memulai kegiatan
proyek dengan Pedoman Pengelolaan dan Pemantauannya ole pihak
pemerintah. Adapun Skema Pengambilan Keputusan, sebagimana
pada gambar berikut :

Pemilik Proyek + PIL

Andal Pengambil keputusan


No Andal
Andal Perlu
Dibangun

Proyek Proy. Boleh Jalan


Ditolak Dengan Perubahan
Penyusunan Andal
Proyek boleh jalan
tanpa perubahan
Pengambilan Keputusn
Gambar 3 : Skema Urutan Keputusan Pada Sistem Evaluasi Andal

Keputu-san Proyek
Proyek Tidak
dapat
Dapat Dibangun dibangun

Keputusan yang dapat diambil, antara lain :


1. Proyek tidak boleh dibangun
2. Proyek boleh dibangun sesuai dengan usulan
3. Proyek boleh dibangun tetapi dengan saran-saran tertentu yang
harus diikuti pemilik proyek
Dengan mempelajari Andal, pengambil keputusan mencoba melihat :
1. Apakah akan ada dampak pada kualitas lingkungan hidupyang
melampaui toleransi yang sudh ditetapkan
2. Apakah akan menimbulkan dampak pada proyek lain sehingga
dapat menimbulkn pertentangan
3. Apakah akan timbul dampak negatif yang tidak akan dapat
ditoleransi masyarakat serta membahayakan keselamatan
masyarakat
4. Sejauhmana pengaruhnya pada pengaturan lingkungan yang lebih
luas.

7.5. Peranan Andal Sebagai Dokumen Penting


Laporan Andal merupakan dokumen penting, sebagai :
1. Sumber Informasi yang cukup detail mengenai keadaan
lingkungan pada waktu penelitian, proyeknya dan gambaran
keadaannya lingkungan dimasa akan datang, meliputi dampak-
dampak yang tak dapat dihindari, alternatif-alternatif aktivitass,
dampak jangka pendek dan panjang, dampak yang menyebabkan
kerusakan yang tidak dapat kembali.
Informasi ini akan bermanfaat untuk berbagai macam keperluan :
a. Sebagai informasi pembanding dalam melakukan analisis hasil
pemantauan
b. Sebagai sumber informasi yang berharga bagi proyek-proyek lain
yang akan dibangun didekat lokasinya
c. Merupakan dokumen penting yang dapat digunakan di pengadilan,
terutama dalam menghadapi tuntutan proyek lain, masyarakat
ataupun instansi pengawas.

7.6. Kegunaan Andal Bagi Berbagai Pihak


Kegunaan Andal bagi pihak lain dapat disusun berdasarkan pihak
yang mendapatkan kegunaannya, antara lain :
a. Kegunaan Bagi Pemerintah
b. Kegunaan bagi Pemilik Proyek
c. Kegunaan Bagi Pemilik Modal
d. Kegunaan Bagi Masyarakat
e. Kegunaan Andal Lainnya

Penjelasan pada masing-masing kegunaan Andal, sebagai berikut :


1. Kegunaan Bagi Pemerintah
Bahwa keuntungan addanya Andal bagi pemerintah, antara lain :
a. Untuk mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola
tidak rusak
b. Mencegah sumber daya lain diluar lokasi proyek, baik yang
dikelola proyek, yang diolah proyek lain, diolah masyarakat dan
yang belum diolah
c. Menghindarkan perusakan lingkugan hidup, seperti timbulnya
pencemaran air, udara, kebisingan dan lainnya, sehing tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan
masyarakat
d. Menghindarkan pertentangan yang mungkin timbul khususnya
dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya
e. Sesuai dengan rencana pembangunan daerah, nasional ataupun
internasional serta tidak mengganggu proyek lain
f. Menjamin manfaat yang jelas bagi masyarakat umum
g. Sebagai alat pengambil keputusan

2. Kegunaan Andal bagi Pemilik Proyek


Bagi pemilik proyek terkadang mempersepsikan bahwa Andal hanya
merupakan beban biaya, meskipun keuntungan baginya cukup
bermanfaat, antara lain :
a. Untuk melindungi proyek dari klaim melanggar undang-undang
atau peraturan yang berlaku
b. Untuk melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu
dampak negatif yang sebenarnya tidak dilakukan
c. Untuk melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi
kedepan
d. Menyiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi
kedepan
e. Sebagai sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi proyeknya
secara kuantitatif, termasuk informasi sosial-ekonomi dakn sosial-
budaya
f. Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan sasaran proyek
g. Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan
proyeknya : Misal, banjir, tanah longsor gempa bumi dan lainnya,
untuk segera dipersiapkan penyempurnaannya
h. Untuk menemukan kkeadaan lingkungan yang membahayakan
proyeknya, dan mencari keadaan lingkungan yang berguna dan
menunjang proyek

3. Kegunaan Andal Bagi Pemilik Modal


Proyek biasanya menggunakan modal pinjaman baik dari bank
nasional atau internasional. Biasanya Pinjaman secara nasional dan
Internasional selalu meminta adanya Laporan Andal khususnya
proyek skala besar. Adapun kegunaan atau manfaat Andal bagi pihak
pemilik modal, anatara lain :
a. Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan pada
proyek dapat mencapai tujuan sesuai komitmen pinjaman
b. Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat
dibayar kembali oleh proyek sesuai dengan
ketentuan/kesepakatan
c. Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengan misinya
d. Pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal
e. Menghndari duplikasi dari proyek-proyek lain yang tidak perlu

4. Kegunaan Andal Bagi Masyarakat


Bagi masyarakat, Andal berguna sebagai :
a. Dapat mengetahui rencana pembangunan didaerahnya, hingga
dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupan jika
diperlukan
b. Mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek
dibangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat
menguntungkan dirinya dan menghindari diri dari kerugian-
kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek
c. Turut serta dalam pembangunan didaerah sejak dari awal,
khususnya didalam memberikan masukan informasi ataupun ikut
langsung didalam membangun dan menjalankan proyek
d. Pmaahaman tentang proyek secara jelas akan ikut menghindarkan
timbulnya kesalahpahaman, hingga dapat menggalang kerjasama
yang saling menguntungkan
e. Mngetahui hak dan kewajibannya dalam hubungannya dengan
proyektersebut khususnya dalam ikut menjaga dan mengelola
kualitas lingkungan
5. Kegunaan Andal Lainnya
Kegunaan Andal lainnya, lebih dibutuhkan oleh kalangan
ilmuan/akademisi dan peneliti, antara lain :
a. Kegunaan dalam analisis, kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan
b. Kegunaan di dalam penelitian
c. Kegunaan dalam memningkatkan keterampilan didalam penelitian
dan meningkatkan pengetahuan
d. Tumbuhnya konsultan Andal swasta yang baik

UNIT 8
PROSEDURE PELAKSANAAN ANDAL

8.1. Umum
Guna mendapatkan hasil pendugaan dampak lingkungan yang
baik, maka sangat perlu adanya langkah-langkah urutan kerja
yang dikenal dengan procedure kerja. Disamping melakukan
pendugaan dampak berdasar urutan kegiatan juga harus
mengikuti akidah-akidah atau etika secara sistimatika ilmiah,
dan pelaksanaannya dilakukan oleh suatu tim terpadu dari
berbagai disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan lingkup
pendugaan dampak karena hal ini didasarkan pada diskripsi dan
rona lingkungan yang sama. Penyajian hasil studi Andal dan
masalah pokok yang diteliti juga harus memenuhi aturan
perundang-undangan dan pedoman-pedoman yang dikeluarkan
pemerintah secara nasional

8.2.Tahapan Pelaksanan Andal


Bardasarkan Canter 1977, membagi lima langkah dasar dalam
melakukan pendugaan dampak lingkungan, yaitu :
1. Langkah Dasar atau Basic
2. Langkah Rona Lingkungan atau Deskription of environmental
setting
3. Langkah Pendugan Dampak atau impact assessment
4. Langkah Seleksi Usulan Aktivitas Proyek
5. Langkah Penyusunan Laporan Andal
Langkah tersebut diatas dapat dipaparkan dalam bentuk
skematis, sebagai berIkut :

Pendugaan Seleksi
Dampak Usulan
Aktivitas
proyek
Penyusunan
Dasar
Lap. Andal
Gambar : Skema langkag-Langkah Dalam Melakukan Pendugaan Lingkungan

Rona
Gambar 8 Skema Langkah-Langkah dalam melakukan pendugaan dampak lingkungan
Lingkungan
Kelima langka-langkah tersebut diatas baru merupakan langkah
pokok, dimana masing-masing langkah pokok akan diuraikan
beberapa item kegiatan didalamnya secara berurut dan
sistimatik. Perlu diketahui bahwa langkah dasar merupakan
langkah yang penting dicermati, karean jika dalam langkah-
langkah kegiatan terjadi kesalahan maka dipastikan akan
member pengaruh hasil akhir dari pada pendugaan dampak
lingkungan yang dilakukan. Ketepatan dari pendugaan dampak
lingkungan sangat tergantung pada tingkat keahlian dan
pengalaman dari anggota tim dan kerjasama diantara seluruh
multi disiplin ilmu yang terlibat.

8.3. Proses Pada Tiap Langkah


1. Langkah Dasar
Langkah dasar sebagai langkah awal didalam melaksanakan
Andal, pada langkah ini terdiri atas beberapa item kegiatan, antara
lain :
a. Penyusunan tim inti yang terdirI atas 4 atau 5 orang yang
memiliki keahlian mengenai semua aspek lingkungan, paling
tidak terdiri atas ahli fisika, kimia, biologi dan sosial ekonomi
dan apabila diperlukan dapat ditambah seorang ahli mengenai
proses suatu proyek.
b. Pengetahuan dan pemahaman mengenai undang-undang dan
peraturan mengenai lingkungan, mengenai Andal yang berlaku
diwilayah studi Andal dilakukan
c. Pedoman-pedoman yang harus diikuti oleh tim baik yang
berlaku secara nasional maupun local
d. Pemahaman dan cara penggunaan Baku Mutu lingkungan yang
berlaku dan yang akan digunakan oleh tim
e. Mempelajari berbagai pustaka khususnya mengenai proyek yang
akan di Andal
f. Mengumpulkan dan menyusun informasi mengenai diskripsi
proyek selengkap mungkin
g. Mengenal keadaan umum dari lokasi tempat proyek yang akan
dibangun, terutama dari data sekunder, peta-peta dan svaluasi
pengenalan lapangan
h. Melakukan studi pustaka mengenai dampak proyek yang akan
dibangun, terutama dari laporan Andal, Review Andal dan hasil
pemantauan dari proyek yang sama atau sejenis
i. Mempelajarai atau menyusun bersama-sama dengan komisi
mengenai KAK atau Kerangka Acuan Kerja dan Menyusun
Kontrak Kerjasama

2. Langkah-Langkah Penyusunan Rona Lingkungan


Langkah ini merupakan langkah penyusunan rencana penelitian
yang mendetail, pelaksanaan penelitian dilapangan, analisis
laboratorium sampai pada penyusunan rona lingkungan. Adapun
langkah-langkahnya secara berurut sebagai berikut :
a. Menetapkan metodologi Andal yang akan digunakan
b. Menetapkan komponen lingkungan yang akan diteliti
c. Menetapkan parameter dari komponen lingkungan yang akan
diukur
d. Menetapkan metode pengukuran komponen atau parameter
yang akan diukur
e. Menetapkan metode pengolahan atau analisis data
f. Menyusun daftar isian atau kuisioner dan panduan-panduan,
jika diperlukan dapat dicobakan terlebih dahulu ditempat yang
dekat dengan untuk penyempurnaan
g. Persiapan peralatan lapangan, bahan-bahan kimia yang akan
digunakan dilapangan dan dilaboratorium
h. Menyelesaikan surat-surat perisinan yang diperlukan
i. Pengumpulan data sekunder dari berbagai instansi
j. Studi atau penelitian lapangan dan analisis laboratorium untuk
seluruh tim
k. Pengolahan atau analisis data
l. Penyusunan laporan rona lingkungan secara terpadu

3. Langkah Pendugaan Dampak Lingkungan


Pendugaan dampak lingkungan merupakan langkah yang sangat
penting dan sulit karena keahlian dan pengelaman dari anggota
tim akan sangat menentukan, langkah-langkah tersebut sebagai
berikut
a. Mempelajari rencana pembangunan daerah dan nasional
dilokasi proyek
b. Pendugaan rona lingkungan dimasa akan datang dengan waktu
tertentu tanpa proyek
c. Pendugaan rona ligkungan dimasa akan datang degan waktu
tertentu dengan ada proyek
d. Menetapkan dampak pada tip komponen lingkungan yang
diteliti dan dampak tiap aspek lingkungan secara komprehensif
termasuk tiap alternative yang diusulkan
e. Setiap dampak diberikan nilai besaran dan kepentingan bagi
masyarakat jadi tiap komponen lingkungan dapat diberikan
nilai ekologi dan ekonomis. Dinyatakan secara kuantitatif dan
kualitatif
f. Menyusun pembahasan dan penjelasan secara detail dari tiap
dampak
g. Memberikan saran-saran cara pengelolaan lingkungan didalam
bentuk mengurangi dampak negative dan meningkatkan
dampak positif

4. Langkah Seleksi Alternatif


Langkah ini sering tidak dilakukan karena pada usulan sering
tidak ada lagi usulan alternative. Jika setiap aktivitas proyek yang
diusulkan memiliki alternative maka dapat dilakukan proses
sebagai berikut :
a. Menyajikan suatu studi perbandingan dampak lingkungan dari
tiap alternative yang diusulkan
b. Memberikan evaluasi perbandingan dampak lingkungan tiap
alternative dari sudut : Ekonomis, Teknis, Sikap Masyarakat,
Lingkungan dan Ratio untung dan ruginya dari pemilihan
alternative
c. Menyusun prioritas pemilihan alternative dengan memberikan
penjelasan cara atau teknik pemilihan alternative
d. Jka ada proyek yang tidak mengajukan alternative harus
diberikan penjelasan mengapa tidak ada alternative.

5. Langkah Penyusunan Laporan


Langkah penyusunan laporan akhir adalah hasil akhir yang
harus dibuat bersama dalam tim karena semua pendapat dan
hasil yang dikeluarkan adalah hasil kerja tim bukan perorangan,
sehingga materi laporan adalah cerminan dari hasil kerja suatu
tim dalam melakukan Analisis Dampak Lingkungan. Adapun
kegiatan pada langkah akhir ini antara lain :
a. Menyusun draft laporan Andal
b. Melayani dengan pendapat apabila pemerintah menganggap
perlu
c. Memberikan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan dari yang
mengevaluasi
d. Menampung saran-saran dan pendapat-pendapat dari yang
mengevaluasi untuk menyempurnakan laporan
e. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan Andal menjadi
laporan akhir
f. Jika diperlukan harus menyusun Review atau bentuk
ringkasan Amdal dan Rencana Pengelolaan Lingkungan
g. Pendistribusian laporan akhir Amdal dan Reviewnya sesuai
dengan peraturan. Hal ini dilakukan oleh pemilik proyek

UNIT 9
DESKRIPSI PROYEK DAN SCOPING
9.1. Deskipsi Proyek
Terjadinya dampak pada lingkungan merupakan interaksi antra
adanya aktivitas proyek dengan lingkungan dimana proyek
dibangun. Pendugaan dampak lingkungan dapat dilakukan
dengan baik jika deskripsi proyek Dapat diketahui secara jelas
dan mendetail serta sifat-sifat dari tiap aktivitas proyek
hubungannya dengan lingkungan diketahui. Tidak lengkap dan
mendetailnya informasi mengenai proyek menyebabkan sulitnya
melakukan pendugaan dampak yang tepat, detail dan lengkap.
Karena pentingnya deskripsi proyek sebagai informasi dasar yang
sangat penting didalam pendugaan maka usaha mengumpulkan
informasi dari tim Amdal harus dilakukan degan berbagai cara,
dalam hal ini ada 5 cara untuk mengumpulkan informasi proyek
secara sistimatis, yaitu :
1. Cara Pengumpulan Informasi
a. Cara Pertama, adalah mempelajari hasil pemberian data dari
pemilik proyek pada saat permulaan meminta suatu tim
Amdal atau konsultan untuk melakukan Amdal. Jika pada
saat awal tim amdal hanya menyebutkan jenis dan macam
dari proyek yang akan dibangun maka tim amdal wajib
meminta informai mengenai proyek tersebut

Jika akan dilakukan permintaan untuk melakukan Amdal


maka dilakukan dengan cara menyampaikan surat secara
resmi yang dikenal dengan Request For Proposal Letter yang
ditujukan kepada konsultan untuk mengikuti tender atau
penawaran, biasanya didalam surat tersebut telah diberikan
informasi mengenai proyeknya tetapi umumnya juga masih
berbentuk garis besar dan tidak mendetail.

b. Cara Kedua, dalam mendapatkan informasi mengenai proyek


tersebut adalah melalui pustaka dari berbagai sumber,
dengan bekal informasi yang terbatas pada cara pertama
maka dilakukan dengan mempelajari pustaka mengenai
aktivitas apa saja yang dimiliki oleh proyek, reaksi kimia apa
saja yang akan terjadi, bahan baku apa saja yang akan
digunakan, produk apa saja yang akan dihasilkan, limbah
apa saja yang dihasilkan dan sebagainya.

c. Cara ketiga, dalam mendapatkan informasi ialah dengan


mengajukan permintaan tambahan informasi yang lebih
mendetail baik secara tertulis maupun lisan dengan
menerangkan bagian-bagian mana yang diperlukan. Dalam
menyusun informasi deskripsi proyek, jika anggota tim tidak
ada yang ahli mengenai proses atau aktivitas proyek
tersebut, maka tim dapat mengangkat konsultan ahli
mengenai proyek tersebut sehingga dapat membantu dalam
mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada pemilik proyek.

d. Cara Keempat, Jika sampai pada cara ketiga masih juga


belum lengkap informasi yang diharapkan, maka dapat
disusun daftar isian dan dikirim kepihak pemilik proyek
untuk diisi dengan lengkap

e. Cara Kelima, setelah cara keempat dilakukan yang sifatnya


cukup singkat, maka cara selanjutnya adalah membuka
pertemuan antara tim Amdal dengan pemilik proyek
sehingga dapat terjadi Tanya jawab mengenai informasi
proyek secara lengkap dan benar, maka sebelumnya tim
amdal sudah menyiapkan daftar pertanyaan sesuai bidang
keahliannya.

Dari kelima cara tersebut diatas tidak mutlak harus dilakukan


seluruhnya, dalam arti bahwa jika pada cara pertama dan
kedua sudah dilakukan dan dianggap segala data proyek
dianggap lengkap maka tidak perlu dilakukan seluruh cara
tersebut, jadi tergantung cara yang mana akan dilakukan
untuk mendapatkan deskripsi proyek secara lengkap.

2. Informasi Yang Harus Dikumpulkan


Informasi deskripsi proyek yang harus dikumpulkan dapat
ditentukan berdasarkan dua hal, berikut :
a. Berdasarkan ketetapan yang telah dicantumkan didalam
peraturan atau pedoman Amdal dari pemerintah
b. Berdasarkan pertimbangan ilmiah, menetapkan informasi
apa yang perlu diketahui agar dapat melakukan pendugaan
dampak dengan baik secara kuantitatif maupun kualitatif

2.1. Informasi yang telah ditetapkan oleh Peraturan atau


Pedoman dari Pemerintah
Informasi apa yang harus ada dalam deskripsi proyek, ada yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yang tercantum didalam
suatu peraturan atau pedoman resmi. Setiap Negara biasanya
memberikan tekanan-tekanan pada informasi tertentu dari
proyek yang diusulkan. Contoh untuk Negara Republik
Indonesia :

Untuk Amdal di Indonesia sesuai dengan Pedoman


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986,
informasi deskripsi proyek yang didarankan untuk
dicantumkan adalah sebagai berikut :
a. Maksud dan Tujuan Proyek
a.1. Identitas Pemilik Proyek
a.2. Identitas Penyusun Amdal
a.3. Maksud dan Tujuan yang jelas dari proyek

b. Manfaat, Keperluan dan Alternatif


b.1. Manfaat dan keperluan proyek, baik bagi pemilik
maupun pembangunan negara
b.2. Lokasi proyek
b.3. Jadwal Pelaksanaan proyek sampai selesai
b.4. Alternatif-alternatif yang diusulkan dengan penjelasan
masing alternatif

c. Rencana dan Komponen Kegiatan


c.1. Batas-batas lahan yang langsung akan digunakan yang
dapat menunjukkan hubungan dengan pembangunan
lain, pemukiman dan lingkungan hidup alami
c.2. Hubungan lokasi proyek dengan jarak dan tersedianya
air, energy, sumberdaya hayati, sumberdaya fisik serta
masyarakat
c.3. Bangunan dan struktur lainnya dalam bentuk diagram
berskala dan dalam peta lokasi serta hubungan dengan
bangunan dan stuktur yang sudah ada mis jalan raya,
jalan kereta api, dermaga dan sebagainya
c.4. Komponen dan aktivitas kegiatan proyek yang
diperkirakan akan menimbulkan dampak yang nyata
pada lingkungan yang penting, antara lain :
c.4.1. Pelongsoran tanah
c.4.2. Ketidak stabilan lahan/lereng
c.4.3. Bahaya banjir dan pencemaran lingkungan
c.4.4. Daya serap tanah dan air tanah
c.4.5. Penggundulan vegetasi penutup
c.4.6. Perusakan dan gangguan terhadap habitat
c.4.7. Gangguan terhadap migrasi hewan
c.4.8. Kesenjangan dalam masyarakat
c.4.9. Periusakan wilayah rawan seperti sejarah budaya
masyarakat
c.4.10. Gangguan terhadap pola kehidupan sosial-
ekonomi dan sosial budaya masyarakat yang
terkena dampak keserasian lingkungan dan
pemborosan sumberdaya.
c.5. Tahap Pelaksanaan Proyek
c.5.1. Pra Konstruksi mencakup : survey, pembebasan
lahan, persiapan bangunan
c.5.2. Konstruksi, mencakup : Jadwal tiap bangunan,
metode pelaksanaan pembangunan, penimbunan
bahan bangunan, usaha mengurangi masalah
lingkungan
c.5.3. Pasca Konstruksi
c.5.3.1. Operasi dan pengolahan mencakup :
rencana pengolahan, jumlah dan jenis
bahan kimia yang dipakai, rencana
penyelamatan dan penaggulangan bahaya
c.5.3.2. Akhir Proyek meliputi : lama proyek
beroperasi, rencana pembersihan atau
memanfaatkan bangunan dan bahan
bangunan, rehabilitasi dan reklamasi
rencana pemanfaatan kembali untuk
kegiatan lain.

Karena suatu daftar deskripsi proyek tidak selamanya memiliki


materi yang sama, maka sebaiknya untuk lebih memperhatikan
hal-hal yang dikehendaki dalam suatu pedoman pemerintah,
dan tim haruslah menyusun deskripsi proyek berpedoman pada
pengertian untuk apa deskripsi di susun dalam rencana proses
pendugaan dampak lingkungan. Informasi proyek apa yang
diperlukan haruslah ditetapkan bersama oleh tim atau paling
sedikit tim inti yang meliputi bidang fisika-kimia-biologi dan
sosial ekonomi dan konsultan ahli bila diperlukan.

9.2. Pelingkupan atau Scoping

1. Pengertian Pelingkupan
Scoping dalam bahasa inggris diartikan sebagai focus pandangan
atau lingkup pandangan atau perhatian. Sehingga skoping dalam
Amdal dapat diartkan sebagai proses untuk menetapkan dampak
penting atau masalah utama dalam suatu proyek terhadap
lingkungannya. Jauh sebelum dilakukannya suatu proyek atau
masih pada rahap rencana stilah skoping sudah ada hanya saja
dalam konteks scoping policy atau lingkup rencana berupa
kebijaksanaan perencanaan.

Pada konsep Amdal skoping dimulai pada tahap dasar penyusuan


Kerangka Acuan Kerja (KAK), selanjutnya dilakukan pada saat
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) dan pada saat menyusun
Rencana penelitian lapangan yang lebih mendetail. Skoping ini
dimaksudkan agar dampak penting atau dampak utama yang
akan terjadi ditetapkan untuk dipusatkan pada lingkup tersebut,
guna mendapatkan hasil skoping yang lebih baik maka tim ahli
banyak membuka pustaka-pustaka, laporan Amdal, dan hasil
pemantauan proyek yang sama dengan proyek yang akan
diskoping.

2. Kegunaan Pelingkupan
Suatu studi Amdal sangat tergantung dengan masalah waktu dan
biaya, biasaya waktu yang diberikan untuk suatu studi hanya
kurang lebih 6-12 bulan, sedangkan biaya yang dibutuhkan
dipengaruhi oleh jangka waktu, dimana biaya juga sangat
terbatas. Dengan demikian terkadang tim Amdal tidak dapat
meneliti terlalu banyak komponen dan system hubungan tiap
komponen dalam lingkungan. Untuk itu dengan jangka waktu
dan biaya yang terbatas maka perlu dilakukan penentuan
kompoenen lingkungan yang akan diteliti yang terkait dengan
dengan kompoenen yang akan mendapatkan pengaruh atau
dampak yang penting. Dengan demikian maka hasil seleksi
komponen yang akan berdampak merupakan hal yang masuk
dalam konteks skoping, sehingga kegunaan dari skoping tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Identifikasi dampak penting atau masalah utama dari suatu
proyek
b. Menetapkan komponen-komponen lingkungan yang akan
terkena dampak nyata
c. Menetapkan strategi penelitian pada kompoenen lingkungan
yang akan akan terkena dampak
d. Menetapkan parameter atau indicator dari komponen
lingkungan yang akan diukur
e. Efisiensi waktu atudi Amdal
f. Efisiensi Biaya studi Amdal
g. Komponen-komponen lingkungan yang ditetapkan sedikit atau
sama sekali tidak akan terkena dampak tidak akan dievaluasi
lagi

Dengan demikian disimpulkan bahwa dengan skoping waktu,


biaya, dan tenaga pada studi Amdal dapat lebih efisien, tanpa
banyak terbuang untuk komponen lingkungan yang hanya
memiliki dampak yang kecil.

1.1. Jenis Pelingkupan


Bealands dan Duinker tahun 1983, memberikan pengertian ada
dua macam skoping, yaitu ; skoping sosial dan skoping ekologi.
Selanjutnya Sontag 1983, memperkenalkan satu macam lagi yang
disebut skoping kebijaksanaan dan perencanaan. Apapun arti
dan perbedaan ketiga macam skoping tersebut, adlah :

a. Skoping Sosial : adlah proses dari skoping yang menetapkan


dampak penting berdasarkan pandangan dan penilaian
masyarakat. Setiap komponen dan system dari lingkungan
yang ada dinilai berdasarkan kepentingan bagi masyarakat
baik secara local, nasional ataupun international yang ditinjau
dari aspek sosial-ekonomi, sosial budaya maupun estetika
b. Skoping Ekologi : adalah proses dari skoping yang
menetapkan dampak penting berdasarkan pada nilai-nilai
ekologi atau peranannya didalam ekologi
Dari kedua skoping diatas dinilai bahwa skoping sosial lebih
memenuhi dsdalam menguraikan ataupun menyajikan dalam
laporan mengenai dampak dari suatu proyek, sedangkan
skoping ekologi lebih cocok sebagai dasar dari penelitian yang
lebih mendetail mengenai komponen yang kan terkena
dampak.

c. Skoping Kebijaksanaan dan Perencanaan : adalah proses


skoping untuk menetapkan secara cepat pilihan dari suatu
pembangunan proyek, menganalisis masalah-masalah yan akn
timbul sejak awal dan juga akan menghasilkan saran-saran
strategi didalam menjalankan atau membatalkan suatu
proyek.
Proses skoping ini dapat menghindarkan pada pemborosan
biaya, waktu dan tenaga, karena hanya hal-hal penting yang
ditetapkan untuk dilakukan. Hasil dari skoping kebijaksanaan
dan perencanaan, antara lain :
a. Merumuskan garis besar dampak awal
b. Merumuskan ketidak jelasan
c. Menetapkan masalah-masalah yang akan timbul
d. Konsesensus secara terpadu akan ditetapkan antara
instansi-instansi pembangunan.

Perlu diketahui skoping kebijaksanaan dan perencanaan


bukan skoping yang harus dilakukan oleh tim Amdal dan tidak
atau belum melibatkan masyarakat, akan tetapi baru sebatas
atara instansi-instansi pemerintah, ilmuan dan pemilik
proyek, dan hasil skoping ini bukan untuk merencanakan
penelitian yang lebih detail, tetapi untuk menetapkan
kebijaksanaan dan perencanaan dari pemerintah. Hasil
skoping bersifat penyampaian-pemikiran-pemikiran dalam
bentuk brainstorming. Contoh dalam pelaksanaan scoping ini
adalah membuat pertanyaan-pertanaan yang diskenario dalam
bentuk simulasi, dengan pertanyaan : Apa yang akan terjadi
jika…………………………… dst.

1.2. Proses Dalam Skoping


Dengan menggunakan informasi mengenai deskripsi proyek
dan rona lingkungan yang sangat terbatas maka proses dalam
skoping akan mendasarkan terutama pada keahlian dan
pengalaman dari anggota tim Amdal. Secara skematik dapat
diperlihatkan pada gambar berikut :

Rona Nilai Bagi Masyarakat


Lingkungan Ekonomi, Budaya
&Estetika

Skoping Dampak Rencana


Penting Penelitian
Gambar 9 Proses SkopingSosial - Ekonomi

Deskripsi Proyek
Yg Diusulkan

Keahlian &
Pengalaman Tim
Amdal
UNIT 10
PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN TIM

10.1. Umum
Hasil studi yang baik hanya dapat dihasilkan oleh tim yang baik.
Baik buruknya suatu tim tergantung pada bagaimana cara
menyusun tim dan bagaimana mengelolanya. Hal ini adalah
masalah yang tidak mudah, dan jarang dibahas pada buku-buku
Andal. pada buku ini yang dibahas hanya merupakan saran-
saran untuk menjadi perhatian saja.
Studi Amdal merupakan studi multidisiplin atau interdisiplin,
bukan saja studi yang dihasilkan oleh berbagai disiplin saja,
tetapi tiap disiplin harus saling mengadakan integrasi secara
terpadu, atau secara lintas disiplin. Setiap penelitian atau studi
lingkungan harus dilakukan oleh ahli dari berbagai disiplin yang
bekerja saling terpadu. Tim Amdal yang terdiri atas berbagai
disiplin ilmu mudah dibentuk tetapi masing-masing disiplin ilmu
sering jalan sendiri-sendiri, mulai dri rencana studi sampai
penyusunan laporan dikerjakan sendiri-sendiri pula, sehingga
laporan akhir digabung tanpa ada keterkaitan.

10.2. Cara Penyusunan Dan Penetapan Bidang Keahlian


1. Bidang Keahlian Pokok
Tim Andal harus mencakup tiga bidang keahlian pokok, yaitu :
a. Bidang Lingkungan Fisika atau Geofisik dan Kimia
b. Bidang Lingkungan Biologis
c. Bidang Sosial-Skonomi dan Sosial-Budaya
Jika harus hanya tiga anggta dalam tim, maka harus terdiri atas :
ahli Geografi, Ahli Ekologi dan Ahli antropologi .

2. Bidang Keahlian Pelengkap


Jika rencana studi secara umum telah terbentuk sesudah melalui
suatu scoping pada langkah-langkah dasar dalam prosedur
Amdal maka akan terlihat bidang-bidang apa saja yang akan
diteliti.
Dapat disimpulkan bahwa keahlian yang harus ada dalam tim
tergantung pada bidang apa yang akan diteliti setelah dilakukan
skopingoleh tim kecilyang mewakili bidang pokok. sangat tidak
bijaksana jika belum mengetahui apa yang akan diteliti, namun
tim sudah lebih awal disusun untuk studi Amdal. Begitu pula
seorang Ahli membahas masaah yang bukan bidangnya.

3. Bidang Keahlian Atau Pengetahuan Ketua Tim


Keterpadua dari tim Amdal sangat tergantung pada keahlian
ketuan tim. Sebenarnya ketua tim tidak terlalu dibutuhkan
memiliki keahlian khusus, jika dibutuhkan dapat memiliki
keahlian pada salah satu bidang ilmu tertentu dalam tim.

10.3. Pembentukan Tim


Tim Amdal yang baik haruslah dibentuk berdasarkan bidang-
bidang studi yang akan diteliti dengan jumlah anggota tim yang
didasarkan pada :
1. Beban Penelitian yang akan dikerjakan
2. Waktu yang tersedia
3. Biaya yang tersedia
Biasanya terdapat permasalahan pada saat merencnakan
penelitian yang mendetail sebelum kelapangan. setiap anggota
mengajukan usulan penelitian yang luas cakupannya meski tidak
dibutuhkan. sehingga perlu disolusi dengan dibentuk dahulu tim
inti Amdal, tim ini terdiri dari :
1. Ketua Tim Amdal
2. Ketua Sub-Tim Fisika dan Kimia
3. Ketua Sub-tim Biologi
4. Ketua Sub-Tim Sosial-Ekonomi dan Sosial-Budaya.

Jika keempat anggota tim inti tidak ada yang ahli dalam proses
atau aktivitas suatu proyek yang akan di Amdal, maka tim harus
menambah seorang konsultan yang ahli dibidang diskripsi proyek
yang akan membantu mengumpulkan data proyek secara setail
dan membantu dalam skoping awal untuk menentukan secara
garis besar dampak apa saja yang akan terjadi. Konsultan Amdal
dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan dalam diskusi
dan penyusunan laporan.

10.4. Pengelolaan Tim, Jadwal Penelitian dan Anggaran


Penelitian
1. Pengelolaan Tim
Pada proses pelaksanaan kegiatan, diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi kerja tim, membina keterpaduan tim dan
beberapa cara pemecahan masalah yang sering timbul pada
internal tim.
Ketua tim dalam memimpin tim kerja, maka ketua tim dan ketua
sub-tim mampu mengenal kekuatan dan kelemahan dari setiap
anggotanya. Dengan pengenalan tersebut ketua tim akan
memanfaatkan secara maksimal kekuatan yang ada dan
menghindarkan kelemahan pada anggota sehingga pelaksanaan
dapat dilakukan dengan baik.
Sifat kepemimpinan, kepribadian ketua tim dan ketua sub-tim
dibutuhkan dalam mengendalikan tim multi disiplin. Kadang
anggota tim ahli dibidangnya merasa
UNIT 11
PENDUGAAN DAMPAK LINGKUNGAN
11.1. Umum
Pendugaan dampak merupakan hal yang tersulit dilakukan, hal
ini karena sangat tergantung pada keahlian dan pengalaman tim
yang dimiliki seiap bidangnya. Pada pembahasan ini tidak
menguraikan tekbik atau cara pendugaan suatu bidang tapi
hanya akan membahas ha yang penting diperhatikan oleh tiap
ahli dalam bidang amdal. Sebagaimana disampaikan oleh
Beanlands dan Duinker 1983 bahwa teknik pendugaan belum
banyak dikembangkan sehingga sepenuhnya tergantung pada
pertimbangan keahlian anggota tim.

11.2. Dasar Penetapan Dampak


Untuk menetapkan suatu dampak, maka ada 3 langkah atau
tahapan yang per;lu dilakukan, yaitu :
a. Tahap Pertama, melakukan identifikasi dampak yang terjadi
pada komponen lingkungan. Berbagai metode telah
dikembangkan untuk memudahkan identifikasi atau
penyaringan komponen mana yang akan terkena dampak dan
mana yang tidak
b. Tahap Kedua, adalah perhitungan dan pengukuran dampak
yang akan terjadi pada komponen lingkungan tersebut
c. Tahap Ketiga adalah penggabungan beberapa komponen
lingkungan yang sangat berkaitan, kemudian dianalisis dan
digunakan untuk menetapkan refleksi dari dampak
komponen-komponen sebagai indicator menjadi gambaran
perubahan lingkungan atau dampak lingkungan

11.3. Prinsip Dasar Pendugaan Dampak


Pengukuran dampak lingkungan yang akan terjadi dimasa akan
datang, besarnya akan banyak ditentukan oleh waktu dan
lamanya dampak terjadi. Perlu diperjelas untuk waktu kapan
atau jangka waktu berapa lama dampak tersebut akan diduga.
Misalnya dampak pada waktu 5 tahun, 1o tahun, 20 tahun dan
50 tahun atau dengan istilah dampak jangka pendek, menengah
dan panjang akan memberikan hasil yang berbeda.

Sebagaimana diketahui bahwa arti sustu dampak lingkungan


adalah selisih antara keadaan lingkungan tanpa proyek dengan
lingkungan adanya proyek. Secara sederhana pengertian tersebut
dapat digambarkan dalam suatu grafik, sehingga pendugaan
sebenarnay harus dilakukan 2 kali, yaitu :
a. Pendugaan dampak lingkungan tanpa adanya proyek
b. Pendugaan dampak lingkungan dengan adanya proyek

Adapun gambaran dampak lingkungan dari suatu hasil


pengukuran dan perhitungan yang dilakukan baik sebelum
adanya proyek maupun setelah adanya proyek dapat
diperlihatkan pada grafik dibawah ini, yaitu selisih antra dampak
setelah adanya proyek terhadap pengukuran sebelum adanya
proyek, mengahsilkan dampak terhadap lingkungan tersebut.

Kualitas Lingkungan

Keadaan Lingkungan
Tanpa Proyek Dampak Lingkungan
gRAFIK

Keadaan Lingkungan
Dengan proyek
waktu

Grafik : Dampak lingkungan yang merupakan selisih keadaan lingkungan


tanpa proyek dengan adanya proyek

11.4. Pendugaan Keadaan Lingkungan Tanpa Proyek


Pendugaan dampak lingkungan tanpa proyek dimasa yang akan
datang dilakukan berdasarkan keadaan lingkungan saat
penelitian. Keadaan lingkungan saat penelitian atau studi disebut
sebagai Rona Lingkungan Awal. Pendugaan keadaan lingkungan
dimasa yang akan datang ini bukan pekerjaan mudah. Disamping
memelukan kealian yang tinggi juga banyak faktor lingkungan
yang harus diketahui, karena dalam pendugaan ini harus
memenuhi dinamika dari lingkungan tempat studi. Alat yang
dapat membantu mempermudah pendugaan adalah informasi
mengenai sejarah atau kecendrungan perkembangan lingkungan
didaerah tersebut, sehingga perlu mengumpulkan data dan
informasi keadaan lingkungan pada waktu yang lalu xsecara
lengkap disemua aspek. Kemudian dengan teknik yang lebih
sederhana dari sejarah perkembangan atau bentuk dinamika
lingkungan, dilakukan extrapolasi atau mengembangkan kemasa
yang akan datang. Perlu dikemukakan bahwa semakin lama
pendugaan dilakukan semakin kurang akurat disbanding dengan
pendugaan dengan waktu yang cukup pendek. Suatu lingkungan
yang masih kurang aktifitas manusianya pendugaan relative
masih mudah, dibanding dengan lingkungan yang memiliki tivitas
manusia yang padat. Secara umum grafis perkembangan keadaan
atau kualitas lingkungan tanpa proyek secara hipotesis dapat
disajikan sebagai berikut :

Kualitas Lingkungan

latif stabil Keadaan Lingkungan

waktu

Grafik Keadaan Kualitas Lingkungan yang jika tanpa proyek makin lama akan
makin meningkat kualitasnya

Sebenarnya dialam tidak ada perkembangan keadaan lingkungan


yang berbentuk garis lurus tetapi lebih berbentuk gelombang.
Secara hipotesis penggunaan data dan informasi pada saat studi
sebagai keadaan lingkungan diwaktu akan datang sehingga
seolah-olah lingkungan tidak berubah jelas tidak benar, kecuali
kalau dinamika keadaan lingkungannya relative stabil. Begitu
pula jika pendugaan dampak hanya jangka pendek, misal tidak
lebih 5 tahun, maka kesalahan penggunaan rona lingkungan
pada saat studi sebagai keadaan lingkungan dimasa akan datang
tanpa proyek akan berkurang kesalahannya.

Kualitas Lingkungan

Keadaan Lingkungan

waktu

Grafik Keadaan Lingkungan yang tidak akan berubah dari waktu ke waktu jika
tidak ada proyek dibangun

Kualitas Lingkungan

Keadaan Lingkungan

waktu

Grafik Keadaan Lingkungan yang sekalipun tidak ada proyek yang dibangun
makin lama makin buruk

11.5. Pendugaan Keadan Lingkungan Dengan Proyek


Untuk mempermudah gambaran dampak suatu proyek pada
lingkungan, dapat diambil keadaan lingkungan yang relative
stabil tanpa banyak perubahan dari waktu ke waktu, sehingga
secara hipotesis akan terjadi keadaan sebagai gambar berikut ;

Kualitas Lingkungan

Keadaan Lingkungan Tanpa Proyek

Keadaan Lingk. Dengan proyek

waktu lingkungan yang makin merosot setelah dibangun proyek pada


Grafik : Keadaan
waktu t1
Kualitas Lingkungan

Keadaan Lingkungan Dengan Proyek

Keadaan Lingkungan tanpa proyek

T1waktu

Grafik : Keadaan lingkungan yang makin baik setelah dibangun proyek pada
waktu t1

Kualitas Lingkungan

Keadaan Lingkungan dengan atau tanpa proyek

T1waktu
Grafik :
Keadaan lingkungan yang relative tidak berubah sekalipun dibangun proyek
pada waktu t1

11.6. Hal-hal Khusus dalam Pendugaan Dampak


Adapun Hal khusus yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Pada aspek Sosial-Ekonomi.
a. Sering muncul hal-hal yang merupakan hal kritis dan sensitif
bagi masyarakat setempat dan hal ini berbeda pada tempat
lain. Hal tersebut perlu diketahui karena dampak yang akan
terjadi adalah hal kritis dan sensitif akan berdampak besar
b. Komponen-komponen pada spek ini perlu dikategorikan
keadaannya ke dalam keadaan yang baik, marginal dan kritis.
Penilai pada komponen yang berbeda keadaannya akan
berbeda
c. Dampak tidak langsung juga dapat besar pada aspek sosial-
ekonomi baik yang datang dari aspek fisik, biologi maupun
sosial-budaya, sehingga perlu pendugaan dampak tak langsung
yang cermat
d. Dampak yang perlu diperhatikan adalah yang terjadi
berurutan. Misalnya, meningkatkan pendapatan akan
menimbulkan peningkatan gizi makanan, kemudian akan
meningkatkan kesehatan dan juga meningkatkan permintaan
akan barang, pendidikan dan jasa lainnya. Dampak pada suatu
komponen sosial-ekonomi juga dapat menibulkan dampak
pada hubungan antar manusiaa sehingga dapat menimbulkan
perpindahan mata pencaharian, perpindahan tempat
permukiman, mobilitas dan sebagainya
e. Pada aspek sosial-ekonomi belum banyak model matematika
yang dapat digunakan untuk Amdal. Jika tidak dimungkinkan
menyajikan dalam kuantitatif, dapat dilakukan dalam bentuk
diskriptif kualitatif

2. Pada aspek Sosial-Budaya


Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain
a. Melakukan identifikasi kebudayaan yang ada
b. Menentukan nilai-nilai budaya yang mempunyai arti penting
dari sudut lokal, nasional, dan internasional
c. Nilai-nilai yang perlu dipertahankan dari sudut arkeologi,
budaya, sejarah perjuangan, teknik dan lain sebagainya
d. Nilai-nilai unik dari sudut ekologi, geologi, ilmu pengetahuan
dan lainnya
e. Ancaman pada nilai-nilai peninggalan tersebut biasanya karena
dihancurkan, rusak, kebanjiran atau tenggelam
f. Nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat yang tidak
terlihat sering terkena dampak yang pertama sebelum dampak
lain terjadi, karenanya sulit untuk melihat dan menduga sering
anggota tim melupakan, isal adat istiadat, kepercayaan,
hubugan dalam keluarga atau masyarakat dan prilakunya

11.7. Penyajian Dampak Linkungan


Dampak lingkungan pada laporan harus disajikan dengan jelas
dan tersusun dengan baik, sehingga yang mengevaluasi cepat
dimengerti tentang dampak yang akan timbul dan bagaimana
sifat dari dampak tersebut. Adapun cara penyajian yang penting
tersebut, antara lain :
1. Dampak Tiap Komponen Lingkungan
Tiap dampak yang terjadi pada tiap komponen lingkungan dan
juga dampak pada proyek harus dibahas satu persatu dengan
pembahasan yang cukup mendetail secara kuantitaif ataupun
kualitatif. Meliputi uraian mengenai dampak langsung dan tak
langsung. Usaha-usaha menghindari atau mengurangi
dampaknya perlu dibahas, termasuk usaha-usaha untuk
meningkatkan dampak positif

2. Membuat Pembahasan Dampak Lingkungan


Secara komprehensif dari dampak tiap komponen, sehingga dapat
memberikan gambaran yang lebih komprehensif, mengingat
adanya dampak langsung dan tidak langsung serta hubungan
yang tak terpisahkan antara komponen-komponen lingkungan.

3. Memisahkan Dampak Yang Terjadi Pada Perbedaan Kurun


Waktu Yang dapat Dibagi ke Dalam :
a. Dampak Sementara atau yang terjadi pada fase pembangunan
dan setelah pembangunan selesai dampak tersebut berhenti
b. Dampak yang terjadi pada periode waktu yang pendek
c. Dampak yang terjadi pada periode waktu yang panjang

4. Dampak Yang Penting Untuk Dibahas Khusus, yaitu Dampak


yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat
kembali
Dampak pada komponen atau lingkungan yang tidak dapat
sembuh kembali dimasa akan datang merupakan dampak yang
sangat penting untuk dipertimbangkan dalam memberikan izin
pada proyek tersebut

5. Sering Pula Disajikan Khusus Mengenai Dampak Negatif, yang


tidak dapat dihindari sekalipun akan diusahakan cara untuk
mengurangi besarnya dampak
UNIT 12
PEMBAHASAN MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

12.1. Dampak Fisik dan Kimia


Dampak dari suatu proyek pembangunan pada aspek fisik dan
kimia dari lingkungan dapat dibagi dalam lima kelompok sebagai
berikut :
a. Dampak Kebisingan
b. Dampak pada kualitas udara
c. Dampak pada kuantitas dan kualitas air
d. Dampak pada iklim atau cuaca
e. Dampak pada tanah

Pembagian tersebut merupakan pengembangan pembagian


berdasarkan system dari udara, system air, system tanah dialam
yang disajikan oleh Chanlett thn 1973 dalam bukunya. Mengingat
bahwa faktor kebisingan dan faktor iklim atau cuaca memiliki
fungsi khusus dialam dan dampak pada kesehatan manusia
maka ketiga system fisik dan kimia dialam tersebut dapat
dikembangkan menjadi lima kelompok komponen lingkungan
atau lima system alam, walaupun sebenarnya kesemuanya itu
tidak dapat dilepaskan satu sama lain dari lingkungan yang lebih
luas yaitu system alam. Tiap ahli atau suatu tim analisis
mengenai dampak lingkungan dapat pula mengadakan
pembagianyang lain berdasarkan pendekatannya pada system
alam dan proyek pembangunan yang sedang diteliti

1. Dampak pada Kebisingan


Dampak pada tingkat kebisingan yang terjadi didaerah proyek
pembangunan atau disekitar proyek mempunyai pengaruh yang
penting terhadap kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup
masyarakat, pada binatang ternak, satwa liar atau gangguan
pada ekosistem alam. Dampak pada kebisingan biasanya terjadi
pada waktu proyek tersebut sedang dibangun maupun sewaktu
sudah berjalan. Akibat pada pendengaran manusia karena
kebisingan dapat berbentuk sebagai berikut :

a. Perubahan ambang pendengaran sementara atau Temporary


Threshold Shift = TTS. Gejalanya berbentuk berkurangnya
kemampuan pendengaran pada suara yang pelan, tetapi gejala
tersebut akan hilang lagi setelah beberapa jam samapi 4
minggu
b. Kebisisngan Pendengaran secara tetap Noise Induced
Permanent Threshold Shift (NIPTS), penderita yang mengalami
kehilangan pendengaran ini tidak dapat sembuh lagi. TTS
meningkat secara linear dengan rata-rata tingkat kebisingan
antara 80-13- dBA. Peningkatan tersebut sebanding dengan
lamanya terkena kebisingan. NIPTS dapat terjadi akibat :
 Terkena kebisingan > 105 dBA selama 8 jam/hari selama
beberapa tahun
 Pada kebisingan 80-95 dBA, 50% akan mengalami ketulian.
Jika < 80 dBA takkan ada ketulian
 Kebisingan sedang yang terus menerus tidak akan
menimbulkan kekebalan pada pendengaran
c. Menimbulkan tekanan fisiologis yang akan mmemepengaruhi
syaraf pengatur saluran darah, tegangan otot-otot, keluarnya
hormone adrenal yang menyebabkan syaraf menjadi tegang,
denyut jantung meningkat

2. Pengertian Mengenai Kebisingan


Kebisingan dapat diartikan sebagai bentuk suara yang tidak
diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat
dan waktunya. Suara tersebut tidak diinginkan karena
mengganggu pembicaraan dan telinga manusia, yang dapat
merusak pendengaran atau kenyamanan mansia dan
lingkungannya, termasuk pada ternak, satwa liar dan system
dialam

Suara sebenarnya adalah energy mekanis dari suatu getaran


yang menjalar secara siklus seri dari pemampatan dan
penjarangan dari molekul benda yang dilewati. Suara dapat
diteruskan oleh gas, benda cair, dan benda padat. Jumlah dari
pemampatan dan penjarangan dari molekul dalam waktu tertentu
disebut pula sebagai frekwensi suara. Frekwensi ini, diukur
dengan satuan Hertz (Hz) dapat pula disebut sebagai siklus suara
perdetik. Manusia hanya dapat mendengar suara yang
frekwensinya berada antara 16 sampai 20.000 Hz.
Satuan suara atau tekanan dari suara tidak praktis dapat
digunakan sebagai satuan dari gangguan kebisingan karean.
a. Kekuatan suara mempunyai kisaran yang sangat besar,
sampai dapat dinyatakan dalam microbars atau seperjuta dari
tekanan 1 atm, kisaran itu dapat mencapai 0,0002 u sampai
10.000 u bars (pada kapal terbang jet besar atau roket)
b. Telinga manusia tidak member respons yang linier terhadap
kenaikan tekanan suara. Respon tersebut berbentuk
logaritma. Ukuran kebisingan dinyatakan dengan istilah
Sound Pressure Level (SPL), Perbandingan logaritmik antara
tekanan suara dengan standar tingkat tekanan manusia
dinyatakan dalam decibel (dB). Tingkat tekanan tersebut
atau Reference pressure level untuk manusia 0,0002 u bars
yang merupakan ambang pendengaran manusia.

Persamaan dari tingkat tekanan suara adalah :


Tingkat tekanan kebisingan atau suara (SPL) = 20 log 10
(P/Po)……(dB)
Dimana : P = Tekanan suara ( u bars)
Po = Tingkat tekanan untuk manusia
(reference level) 0,0002 u bars

Pada kebisingan suara masih harus dilakukan pembobotan


lagi atau disebut sebagai A Weighted sound level, skala
pembobotan ini perlu dilakukan mengingat telinga manusia
tidak memberikan reaksi yang sama pada semua frekwensi.
Telinga manusia tidak memberikan reaksi pada frekwensi
rendah dan frekwensi tinggi dibandingkan dengan reaksi
pada frekwensi suara yang bisa digunakan untuk bicara,
maka dari itu perlu dilakukan pembobotan untuk frekwensi
rendah dan tinggi terhadap tengah . Hasil dari SPL yang
telah dilakukan A weighted disebut dBA dan hal ini disebut
sebagai tingkat kebisingan

3. Sumber Kebisingan
Untuk dapat menduga kebisingan dari tiap alternative dapat
ditempuh dengan dua jalan. Pertama dengan mempelajari hasil
pemantauan proyek-proyek lain yang serupa. Kedua dengan
mengukur dampak kebisingan dari pembangunan proyek serupa
yang telah ada. Aktifitas berbagai pembangunan menghasilkan
dampak yang berbeda. Dari pengalaman di Amerika besarnya
dampak kebisingan dari pembangunan proyek dapat dibagi
kedalam empat type pembangunan, yaitu :
1. Type pembangunan perumahan
2. Type pembangunan gedung bukan tempat tinggal tetap. Mis
Kantor, Hotel, Rumah sakit, sekolah dan lain-lainnya
3. Type pembangunan industry
4. Type Pekerjaan umum, misal jalan, saluran nduk air, selokan
dan sebagainya.
Dampak kebisingan dapat pula kita bagi berdasarkan fase
pembangunan proyek, yaitu fse konstruksi, dan fase operasi.
Besarnya kebisingan yang ditimbulkan dari fase pembangunan
fisik proyek (gedung dan industry) dapat dibagi lagi menjadi
kebisingan yang disebabkan oleh :
1. Pembersihan lahan proyek
2. Penggalian
3. Pondasi
4. Menegakkan bangunan
5. Penyelesaian akhir bangunan

Di Amerika rata-rta kebisingan pada fase pembangunan sangat


bervariasi, untuk bangunan fisik yang besar biasanya 85 dBA.
Kebisingan pada fase operasi juga sangat bervariasi tergantung
proyek apa yang dibangun, misal pemukiman baru dapat sangat
rendah 30-40 dBA. Tetapi lapangan terbang kebisingan dapat
mencapai 150 dBA, dan untuk industry sangat bervariasi 70-110
dBA.

4. Pendugaan Tingkat Kebisingan


Tingkat kebisingan suatu tempat yang ditimbulkan oleh suatu
sumber kebisingan dari tempat dapat diduga berdasarkan
bentuk dari sumber, besarnya kebisingan dari sumber dan jarak
dari sumber. Bentuk sumber kebisingan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber kebisingan yang berbentuk sebagai
sustu titik dan sumber kebisingan yang berbentuk sebagai suatu
garis. Kebisingan yang keluar dari sumber berbentuk titik akan
menyebar melalui udara dengan kecepatan 330 m/det dengan
penyebaran yang berbentuk bola atau lingkaran. Intensitas
kebisingan yang diterima dari tempat-tempat tertentu akan
berbeda berdasarkan jarak dari sumber, karena penyebaran
kebisingan akan berkurang apabila tersebar kedaerah yang
makin luas. Gejala itu disebut pula sebagai geometric
attenuation of sound yang mengikuti rumus :
Tingkat suara 1 – Tingkat Suara 2 = 20 log R2/R1 dimana R1
dan R2 adalah diameter penyebaran suara dalam bentuk
lingkaran. Setiap jarak menjadi dua kali, tingkat suara akan
berurang 6 dBA. Rumus ini berlaku pada sumber suara yang
tietap dan tidak mendapat rintangan dalam penyebarannya
dengan model lingkaran atau bola. Sedangkan untuk kebisingan
kendaraan yang bergerak merupakan pelemparan suara dengan
model selinder dimana rumus yang digunakan adalah :
Tingkat suar 1 – Tingkat suara 2 = 10 log R2/R1, dan setia
pengurangan tingkat kebisingan akan berkurang 3 dBA jika
jaraknya menjadi dua kali.

5. Beberapa Cara Pengendalian Kebisingan


Dikenal beberapa cara dasar penendalian kebisingan yaitu :
1. Mengurangi getaran sumber kebisingan, berarti mengurangi
tingkat kebisingan yang dikeluarkan sumbernya
2. Menutupi sumber suara
3. Melemahkan kebisingan dengan bahan penyerap suara atau
peredam suara
4. Mengahalangi merambatnya suara
5. Melindungi ruang tempat manusia atau mahluk lain dari
suara
6. Melindungi telinga dari suara
Contoh pengendalian dari industry dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaiatu :
a. Menggunakan alat-alat yang mengeluarkan kebisingan lebih
rendah
b. Menggunakan cara pengolahan yang kurang bising
c. Pemilihan bahan-bahan yang mengurangi kebisingan
d. Penanaman pagar dan tanaman peredam suara
e. Dan lainnya
Contoh lain pengendalian kebisingan dari lalulintas jalan raya
antara lain :
a. Penggunaan peredam suara mesin mobil
b. Mengurangi kepadatan lalulintas
c. Membut landscaping yang dapat meredam suara, misal
dengan penanaman pohon, semak dan perdu dikiri-kana
jalan
d. Membuat badan jalan yang meredam getaran dan
permukaan yang halus
e. Da lainnya

Untuk meredam kebisingan suatu lapangan terbang ang


digunakan oleh pesawat bermesin jet, antara lain :
a. Mencari desain dan mesin yang dapat menurunkan
kebisingan
b. Mengatur jalur penerbangan
c. Peredam suara melalui landscape dan alat khusus
d. Mengatur tataguna tanah, misal kawasan disekitar
lapangan terbang jangan digunakan untuk perumahan
e. Dan lainnya

12.2. Dampak Pada Udara


1. Bahan Pencemar Udara dan Dampaknya Pada Manusia
Pencemaran uadara diarikan sebagai adanya satua atau lebih
zat pencemar yang lepas keudara bebas yang terbuka, yang
dpat berbentuk debu, uap, gas, kabut, bau, asap, atau embun
yang dicirikan bentuk jumlahnya, sifatnya dan lamanya.
Pencemaran ini dapat menggangu pandangan mata,
kenyamanan hidup dari manusia dan penggunaan benda-
benda. Pencemaran udara dapat dibagi berdasarkan
bermacam-macam type, ada yang didasarkan sumber
pencemar seperti gas atau benda padat, bentuk sumber titik
atau suatu garis dan lainnya. Miller tahun 1979 membagi
bahan pencemar udara menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Karbon Oksida ( CO, CO2)
b. Sulfur Oksida ( SO2, SO1)
c. Nitrogen Oksida ( N2O, No, No2)
d. Hidro Karbon (CH4, C4H10, C6H6)
e. Fotokemis Oksidan (O, PAN, Aldehida)
f. Partikel (asap, debu, jelaga, asbestos, logam, minyak dan
garam)
g. Senyawa inorganic (asbestos, HF, H2S, NH3, H2SO4,
H2NO3)
h. Senyawa inorganic lain ( pestisida, herbisida, alcohol,
asam-asam dan zat kimia lainnya)
i. Zat radio aktif
j. Panas dan
k. Kebisingan

Canter tahun 1977, menyebukan pencemar udara yang


berbentuk gas dapat dibagi dalam gas inorganic dan gas
organic. Gas inorganic diantaranya adalah sulfur dioksida,
nitrogen oksida, karbon monoksida dan hydrogen sulfide. Gas
oragnik ini biasanya berda ditempat tertentu saja. Gas
sekunder dapat pula terjadi dari hasil reaksi fotokimia,
misalnya aksidan, sulfur, nitrogen, dan karbon. Gas inorganic
akan dapat dioksider dalam atmosfir kemudian bereaksi pula
dengan uap air dan dapat menghasilkan kabut, asam seperti
asam sulfat, asam nitrit dan asam karbonit. Pencemar uadara
dapat pula berbentuk padat atau cair. Kelompok individu
tersebut mempunyai ukuran lebih besar dari molekul yang
kecil (lebih kurang 0,0002m) tetapi masih lebih kecil 500 m.
Partikel tersebut dapat berada diuadara mulai hanya
beberapa detik sampai beberapa bulan. Pencemar padat yang
mengantung atau mengambang diudara dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yang ditentukan dengan cara
pengambilan sampelnya. Jumlah pencemar padat yang
bergantung adalah semua pencemar padat yang dapat
disaring dari atmosfir dengan alat yang disebut a large volume
air sampler atau dust air sampler. Pencemar padat ang dapat
turun sendiri karena pengaruh gravitasi bumi dapat diukur
dengan alat yang disebut sebagai a dust fall sampler yang
diukur untuk waktu tertentu, misal sebulan.

2. Sumber-Sumber Pencemar Udara


Sebelum proyek dibangun maka perlu diukur kualitas udara
dan perlu dikumpulkan data sumber pencemar disuatu
daerah melalui data-data sekunder oleh pemerintah daerah
yang telah melakukan pengukuran kualitas udara. Yang perlu
diperhatikan dalam mengunakan data sekunder tersebut dari
instansi-instansi tersebut adalah lokasi atau letak Stasiun
pengukuran atau pengambilan sampling. Perlu juga dicatat
faktor khusus yang mempengaruhi kualitas udara dan
strategi yang telah dilakukan untuk mengendalikan
pencemaran udara.

3.Potensi Penyebaran bahan pencemar udara, Hal lain yang


penting untuk ditetapkan ialah penyebaran pencemar udara.
Penyebaran pencemar ini sangat ditentukan oleh faktor cuaca
dan iklim. Parameter-parameter penting yang diperlukan
dalam menetapkan potensi penyebaran pencemar udara
ialah:
1. Ketinggian bercampur
2. Tinggi pembalikan
3. Kecepatan angin tahunan
4. Potensi tinggi pencemar uadar yang dapat mempengaruhi
suatu areal
5. Kejadian harian

3. Dampak Pada Kualitas dan Kuantitas Air


Air sebagai dapat mempengaruhi kekuatan aliran dan siklus
tata air alam. Perubahan tersebut dapat terjadi pada daerah
lokasi pembangunan proyek dan daerah aliran hilir dibawah
proyek tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendugaan dampak


pada kualitas dan kuantitas air adalah :
a. Menetapkan tipe dan kuantitas dari pencemar air yang
akan dihasilkan oleh setiap alternative aktivitas yang
diusulkan baik dalam fase pembangunan maupun dalam
fase proyek berlangsung.
b. Keadaan kualitas dan kuantitas air sebelum proyek
dibangun. Keadaan yang perlu diketahui, adalah :
 Kualitas dan Kuantitas dari air permukaan diareal yang
akan dibangun proyek, baik dalam bentuk nilai rata-rata
maupun frekwensi distribusinya. Jika mungkin perlu
didapatkan sejarah kecendrungan kualitas air pada masa
lalu.
Masalah pencemaran air yang unique yang pernah terjadi dan
masalah apa yang masih terjadi
 Jika ada hubungannya dengan proyek yang akan dibangun
perlu diketahui keadaan kuantitas dan kulaitas air bumi.
Perlu dicatat kedalaman air bumi dan arah aliran dari air
bumi. Tentukan pula penggunaan air bumi yang telah ada
dan sejarah kecendrungan perubahan air bumi yang
pernah terjadi
 Data meteorology, terutama data mengenai rata-rata curah
hujan bulanan, evaporasi dan tempratur
 Buku Mutu kualitas air yang berlaku di daearah tersebut
baik untuk air permukaan maupun air bumi. Buku mutu
buangan yang diizinkan dan persyaratan teknologi
pengelolaan buangan yang berlaku
 Keadaan buangan bahan oranik dan anorganik, tmpratur,
sedimentasi, kandungan bakteri serta menetapkan sumber-
sumber pencemar tersebut. Perlu pula dicari data mengenai
macam dan jumlah penggunaan air yang telah ada didaerah
tersebut.
12.3. Dampak Sosial Ekonomi
Pembangunan suatu proyek sejak dalam perencanaan
senantiasa bertujuan untuk peningkatan sosial-ekonomi
masyarakat, sehingga secara teoritis dampak setiap proyek
haruslah positif bagi masyarakat luas. Namun kenyataan yang
ada tidak sebagaimana diharapkan, bahkan masyarakat
ditingkat propinsi atau Nasional lebih merasakan dampak
positif disbanding dengan masyarakat setempat, dan bahkan
menerima lebih besar dampak negatifnya secara tidak langsung
dari dampak fisik-kimia, biologi dan budaya. Maka secara
keseluruhan dampak sosial-ekonomi sering menjadi negative.

1. Penetapan Komponen Sosial-Ekonomi.


Penetapan komponen sosial-ekonomi lebih sulit dibanding
dengan penetapan komponen fisik-kimia, biologi, hal ini karena
sifat manusia yang sangat dinamis dan setiap komponen
memiliki hubungan erat terhadap interaksi. Sekalipun
demikian dapat dicoba beberapa komponen yang selalu
dianggap penting untuk diketahui diantaranya adalah :
1. Pola perkembangan penduduk, mencakup Jumlah, Umur,
Perbanding jenis kelamin, dan sebagainya. Pola
perkembangan penduduk pada masa-masa yang lalu
sampai sekarang perlu diketahui
2. Pola perpindahan ini juga erat hubungannya dengan
perkembangan penduduk, pola perpindahan yang perlu
diketahui adalah pola perpindahan keluar dan masuk
kesuatu daerah secara umum, Serta pola perpindahan
musiman dan tetap
3. Pola perkembangan ekonomi, masyarakat ini erat
hubungannya pula dengan pola perkembangan penduduk,
perpindahan, keadaan sumberdaya alam yang tersedia dan
sumber pekerjaan yang tersedia.

Pada Negara berkembang, komponen ekonomi sosial yang


dianggap keritis antara lain :
1. Penyerapan tenaga kerja, karean masalah pengangguran
sebagai masalah umum khususnya dinegara berkembang,
bahkan Negara Bahakan dampak tenaga kerja dapat terjadi
dengan dampak secara langsung dan tidak langsung, yaitu
dampak dimana selain terlibat langsung juga dapat membuka
usaha lainnya.

2. Berkembangnya struktur ekonomi, dimaksudkan dengan


timbulnya aktivitas perekonomian lain akibat adanya proyek
tersebut sehingga merupakan sumber-sumber pekerjaan baru
yang sering dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar dari
yang terserap oleh proyek. Misal; Hotel, rumah sewa, kamar
sewa, restoan, warung, transportasi umum, took dan
sebagainya.

3. Peningkatan pendapatan masyarakat, Keadaan umum


untuk masyarakat dinegara berkembang adalah rendahnya
pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan baik secara
langsung atau tidak langsung dari proyek akan memberikan
dampak yang berarti. Sering ada proyek yang melayani sendiri
kebutuhan-kebutuhan seahri-hari dari pegawainya dan
membuat kompleks perumahan dan fasilitas lain tersendiri.
Kebijaksanaan ini sebenarnya mengurangi dampak positif bagi
perekenomian masyarakat dan secara tidak sadar membuat
sekat pemisah yang tidak terlihat dengan masyarakat
setempat. Sering disebut sebagai masyarakat modern yang
terasing. Hal ini akan memberikan dampak negative pada
interaksi antara karyawan proyek dengan masyarakat
setempat.

4. Perubahan Lapangan Pekerjaan, Dengan timbulnya lapangan


pekerjaan baru baik yang langsung maupun tidak langsung
karena perkembangan struktur ekonomi perlu diperhatikan
karena tidak selalu perubahan itu menguntungkan bagi
masyarakat secara umum. Misalnya menjadi enggannya
pemuda desa bekerja dipertanian lagi, mereka lebih merasa
bangga jika bekerja sebagai buruh atau pemberi jasa walaupun
pengahsilannya dan pengeluarannya lebih buruk.

5. Kesehatan Masyarakat, selain erat hubungannya dengan


pendapatan masyarakat juga erat kaitannya dengan kebiasaan
dalam kehidupannya. Misalnya kebiasaan mandi, cuci dan
keperluan keseharian untuk makan dan minum yang masih
menggunakan air sungai. Begitu pula halnya pencemaran
udara kebisingan.
6. Bentuk Komponen Kritis lain, yaitu sumberdaya apa yang
sangat langka dan sangat dibutuhkan masyarakat; misalnya
air, disuatu tempat dimana air sangat sedikit sekali sehingga
masyarakat sangat menggantungkan hidupnya pada air
tersebut. Gangguan pada air tersebut akan merupakan
dampak besar bagi masyarakat.

Komponen-komponen lain yang harus dipertimbangkan sesuai


dengan proyek yang akan dibangun dan keadaan masyarakat
setempat, misal :
a. Tataguna lahan
b. Fasilitas Pendidikan
c. Fasilitas Beribadat
d. Fasilitas Kesehatan
e. Persepsi Masyarakat
f. Dan sebagainya.

Pendugaan Dampak Sosial-Ekonomi, Pembahasan pendugaan


dampak sosial-ekonomisebaiknya disampaikan dalam bentuk
hubungan antara satu komponen dengan komponen lainnya,
sehingga mencerminkan suatu bentuk perubahan sosial ekonomi
dari masyarakat keseluruhan dan dapat dikembangkan lagi apa
kelanjutan dimasa berikutnya jika terjadi perubahan sosial
ekonomi tersebut. Untuk itu dampak sosial ekonomi sebaiknya
disajikan pula dalambentuk flowchart dampak. Secara urutan
dalam pembahasan dampak dapat dilakukan pembahasan dampak
tiap komponen terlebih dahulu, baik secara kuanitatif maupun
kualitatif, kemudian dari dampak tiap faktor lalu dibahas
hubungan satu sama lain dari komponen-komponen tersebut
sehingga dapat menggambarkan perubahan sosial ekonomi secara
keseluruhan nya. Dari pembahasan secara keseluruhan ini
disusun cara-cara bagaimana meningkatkan dampak positif dan
menekan atau menghilangkan dampak negative.

12.4. Dampak Sosial Budaya


Analisis dampak dan pendugaan dampak pada sosial budaya
masih jarang dilakukan, bahkan beberapa laporan Andal banyak
yang tidak menyinggung masalah sosial budaya. Padahal dalam
kenyataan dampak sosial budaya akan terasa lebih dahulu dari
pada dampak sosial ekonomi, disamping itu sering dijumpai
dampak suatu aktivitas proyek positif pada aspek sosial ekonomi
tetapi negative pada aspek sosial budaya atau sebaliknya.
Berdasar pada Palsafah pembangunan Indonesia yaitu
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya bukan hanya sosial
ekonomi saja. Dengan demikian dampak pembangunan suatu
proyek pada sosial budaya harus mendapat perhatian yang sama
besarnya.

1. Komponen Sosial Budaya


Tjondronegoro (1984), menyebutkan bahwa system sosial budaya
mempunyai dua segi, yaitu segi yang lebih abstrak dan yang lebih
nyata. Canter (1977) dalam membahas dampak sosial-budaya
banyak menyoroti aspek sosial-budaya yang nyata. Memang
relative lebih mudah mengukur dan membagi komponen sosial-
budaya tersebut kedalam :
a. Peninggalan sejarah budaya atau arkeologi, misal candi-candi,
bekas istana kerajaan jaman dahulu dan sebagainya
b. Tempat-tempat bersejarah, misal benteng-benteng pertahanan
perang dunia kedua, tempat proklamasi dan lain sebagainya
c. Tmpat-tempat yang memiliki nilai ilmiah, misal daerah tempat
perpindahan atau pengungsian satwa-satwa tertentu
d. Tempat-tempat yang memiliki nilai geologis, misal gua-gua, dan
tempat alam unik lainnya.

Sedangkan yang masuk dalam Sosial Budaya yang abstrak,


adalah:
a. Kelompok etnik
b. Agama atau kepercayaan yang unik

Sistem Sosial Budaya yang lebih abstrak yang dimaksudkan disini


antara lain nilai-nilai sosial yang ada dimasyarakat, norma-norma
sosial dan kelembagaan sosialnya yang mengarahkan dan
mengatur prilaku manusia. Petier ( 1984) menyebutkan bahwa
komponen lingkungan yang menjadi tujuan dari pendugaan
dampak pada aspek sosial-budaya ialah :
a. Keadaan bentuk masyarakat, kualitas hidupnya dan hubungan
diantaranya
b. Hubungan timbale balik antara sosial budaya lingkungan dan
sosial ekonomi
c. Perilaku, persepsi, cita-cita dan nilia-nilai dari masyarakat.
Canadian Environmental Assesment Reasearch Council ( 1985)
dalam prospectus penelitiannya menyebutkan bahwa dampak
sosial-budaya yang perlu diteliti dalam Amdal adalah :
a. Perubahan kelembagaan masyarakat
b. Tradisi Masyarakat
c. Nilai Masyarakat
d. Kualitas hidup

Pedoman penyusunan Amdal di Indonesia menebutkan bahwa


sosial-budaya adalah :
a. Keadaan struktur penduduk, termasuk jumlah, kepadatan,
keanekaragaman penduduk serta pola mobilitas penduduk
b. Perikehidupan sehari-hari, adat istiadat, tatacara, intraksi
intra dan antar kelompok masyarakat, system kepercaaan,
keanekaragaman tatanilai dan norma
c. Sikap, nilai, dan persepsi terhadap lingkungannya dan
kehidupan lingkungannya
d. Distribusi kekuasaan, sistim stratifikasi sosial, diferensi dan
diversifikasi dalam masyarakat
e. Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat
f. Sejarah budaya yang patut dipelihara
g. Keadaan dan sistim kekuasaan

Metode Pendugaan Dampak, Mengenai metode pemilihan


komponen, cara penelitian, teknik analisis dan cara pendugaan
dinegara-negara maju sampai tahun 1985 masih terjadi
pembahasan yang cukup ramai, dan sulit untuk menjatuhkan
pilihan dalam menetapkan tujuan, pendekatan dan metode
yang akan digunakan. Canadian Environmental Assesment
Reasearch Council ( 1985), menyatakan bahwa dialam dikenal
dua pendekatan pendugaan dampak sosial-budaya, yaitu :

a. Pendekatan Teknis atau Pendekatan Ilmiah,


Ciri-ciri metode dan Pendekatannya ialah :
1. Dasar utamanya penggunaan metode yang ditekankan
pada nilai ilmiah saja
2. Bobot penelitian diletakkan pada :
* Analisis yang tegas
* Metodenya berdasarkan ilmu sosial, Jelas dan
Objektif dalam menyatakan untung ruginya

b. Pendekatan Kebijaksanaan atau Pengembangan


Masyarakat
Ciri metode dan pendekatan didasrkan pada ikatan pada
minat atau keinginan dari pemerintah atau dari
masyarakat, sehingga keputusan mengenai lingkungan dan
nilai dari pendugaan dampak lingkungan akan didasarkan
pada keinginan yang kuat dari pengambil keputusan atau
masyarakat. Sehingga meodenya mempunyai cirri :
a. Dinamika dampak yang dinilai oleh masyarakat
b. Tidak memerlukan analisis ilmiah yang tegas, tetapi
ditekankan pada keahlian dalam penyampaian atau
komunikasi dari penyusunnya
c. Kemampuan dari metode dalam menyajikan hal-hal
mengenai; perilaku, keyakinan dan nilai-nilai yang
diberikan oleh yang terkena dampak.
Dalam pendekatan ini semua pihak dapat memperdebatkan
minatnya masing-masing termasuk pengambil keputusan.
Tjondronegoro (1984) mengatakan bahwa untuk menilai
masyarakat yang akan terkena dampak haruslah dibuat
sertifikasi, karena masyarakat adalah heterogen sehingga
suatu aktivitas proyek dapat memberikan dampak positif ada
kelompok masyarakat tertentu tetapi memberikan dampak
negative pada kelompok masyarakat yang lain. Perlu pula
dilihat jumlah dari tiap kelompok tersebut. Klasifikasi
kelompok ini dapat dibuat dengan berbagai dasar misalnya
berdasarkan mata pencaharian, pendapatan, kebudayaan dan
lainnya.

Detail komponen sosial-budaya dapat menggunakan indicator


yang biasa dipakai dalam pustaka atau yang sudah
dikembangkan diberbagai instansi. TETAPI Tjondronegoro juga
mengingatkan bahwa indicator tersebut tidak abadi, sehingga
tidak digunakan secara umum, dapat berubah atau
berkembang. Hal ini berhubungan dengan pandangan bahwa
hidup dan penilaian atas lingkungan manusia dapat berubah
atau dinamis.
UNIT 13
RONA LINGKUNGAN

13.1. Umum
Rona Lingkungan diartikan sebagai suatu kondisi lingkungan
sebelum ada kegiatan proyek, atau merupakan kondisi eksiting
actual saat ini tanpa adanya kegiatan dan masih bersipat natur
atau alami. Untuk Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) Rona
Lingkungan dapat disebut sebagai keadaan lingkungan sewaktu
dilakukan penelitian. Penyusunan deskripsi dari rona lingkungan
merupakan bagian dasar yang sangat penting dalam proses
amdal seperti juga halnya dengan penyusunan deskripsi proyek.
Deskripsi proyek dan rona lingkungan yang tidak lengkap atau
datanya tidak tepat, akan menghasilkan pendugaan dampak yang
tidak lengkap dan benar. Utuk perencanaan penelitia terhadap
rona lingkungan harus cermat dan dalam waktu yang cukup

1. Pengertian Rona Lingkungan


Rona Lingkungan merupakan gambaran keadaan lingkungan
ditempat proyek yang akan dibangun dan didaerah sekitarnya.
Rona lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia misalnya,
pemukiman, pertanian dan sebagainya. Rona lingkungan dalam
proses pendugaan lingkungan mempunyai dua kegunaan utama,
yaitu untuk pendugaan keadaan lingkungan dimasa akan datang
tanpa adanya kegiatan proyek dan keadaan lingkungan dimasa
akan datang dengan adanya kegiatan proyek. Untuk dapat
melakukan pendugaan maka perlu dilakukan pemahaman
mengenai sifat dan dinamikadari lingkungan tersebut. Dan untuk
pemahaman sifat dan dinamika maka perlu diketahui komponen-
komponen lingkungan dan hubungan timbale balik antara komponen tersebut.

Jaen at al tahun 1981 menamakan komponen tersebut sebagai


atribut lingkungan, yang menyatakan bahwa dampak lingkungan
dapat dinyatakan sebagai terjadinya perubahan dari komponen
lingkungan dan perubahan hubungan antara komponen
lingkungan Sesuai dengan tujuan dilakukannya studi Amdal
yanitu melakukan pendugaan lingkungan yang mungkin terjadi
karena adanya suatu proyek yang akan dibangun,
.
2. Pendekatan Pada Studi Rona Lingkungan
Berdasar pada pengertian Rona Lingkungan, maka pendekatan
penelitian yang dilakukan adalah dengan terlebih dahulu
menyusun komponen-komponen lingkungan, kemudian
menyaring komponen-komponen lingkungan mana yang akan
memiliki dampak terhadap kegiatan proyek. Karena jika seluruh
komponen-komponen dilibatkan untuk diteliti maka dipast ikan
waktu dan biaya sangat berpengaruh. Untuk itu kita akan
membahas berbagai pendekatan dari pustaka-pustaka dan
pedoman-pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah.
1. Pendekatan Yang Berdasarkan Kegunaan Bagi Pemakai
Menurut Canter 1977, bahwa penyusunan daftar komponen
memiliki 3 kegunaan
yaitu:
a. Kegunaan bagi pendu pendugaan dampak
b. Kegunaan bagi pengambil keputusan atau instansi yang
mengevaluasi
c. Kegunaan bagi pemilik proyek
Adapun penyusunan daftar komponen, adalah sebagai
berikut ;
a. Menyusun daftar komponen lingkungan yang akan
digunakan sebagai dasar pendugaan dampak lingkungan
yang akan terjadi karena adanya suatu proyek
b. Penyusunan daftar komponen lingkungan agar pengambil
keputusan dan yang mengevaluasidapat mengetahui
kebutuhan-kebutuhan dari proyek dan memahami cirri-ciri
dan sifat lingkungan didaerah tempat dibagunnya proyek
serta nilai sumber daya alam dan lingkungan fisik bagi
masyarakat setempat. Hal-hal yang ingin diketahui
biasanya telah dicantumkan dalam pedoman yang
dikeluarkan pemerintah
c. Menyusun daftar kompoinen lingkungan berdasarkan
kebutuhan proyek

Pegangan umum yang paling penting didalam menyusun


komponen-komponen lingkungan, antara lain :
a. Semua komponen lingkungan yang diperlukan untuk
diketahui karena akan terkena dampak akan dicatat dan
akan diteliti secara intensif
b. Komponen lingkungan yang kurang relevan dengan dampak
yang akan terjadi tetapi masih didalam daerah dampak
perlu diteliti juga secara intensif, karean pada dasarnya
komponen-komponen lingkungan didalam suatu ekosistem
saling berhubungan.

Penyususnan daftar komponen-komponen lingkungan yang


telah dikeluarkan oleh pihak pemerintah hanya sebagai suatu
acuan pemikiran, hal ini karena dari berbagai studi amdal
yang akan dilakukan tentunya tidak mengacu pda seluruh
komponen yang sama sesuai dengan pedoman penyusunan
oleh pemerintah, akan tetapi sangat terkait pada kepentingan
Amdal yang akan distudi. Mengingat bahwa dalam konsep
program pembangunan dan konservasi lingkungan hidup yang
perlu diselamatkan adalah kedua-duanya, maka dalam
menyusun daftar komponen lingkungan yang perlu
diperhatikan adalah pengaruh proyek pada lingkungan dan
pengaruh lingkungan pada proyek.

2. Cara Penyusunan Daftar Komponen Lingkungan


Cara yang efektif dan efisien serta relative mudah adalah
mempelajari daftar-daftar komponen lingkungan yang telah
disusun oleh tim atau ahli. Baik yang terdapat dalam pedoman
berbagai instansi. Daftar komponen yang terdapat dalam
berbagai metode Amdal seperti, Metode Leopold, Metode Moore,
Metode Fisher & Davis Metode Sorenson dan lain sebagainya.
Dan daftar komponen yang telah disusun berbagai tim Amdal
lain mengenai proyek sejenis dan sama.

Berdasarkan deskripsi proyek dan rona lingkungan, tim amdal


melakukan skoping untuk menetapkan komponen lingkungan
apa yang akan terkena dampak penting. Disamping itu
digunakan pula daftar komponen lingkungan yang telah
dipelajari dari berbagai pustaka atau sumber lain. Penggunaan
daftar komponen lingkungan dari berbagai sumber ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa sangat banyaknya
komponen lingkungan dan cara pengelompokannya dapat
dilakukan dengan berbagai cara

3. Daftar Komponen Lingkungan Berdasarkan Pedoman


dari Instansi Pemerintah
Pada tahun 1979 Pemerintah Thailand mengeluarkan daftar
contoh 17 daftar komponen lingkungan yang berbead untuk
17 jenis proyek pembangunan, yaitu antara lain :
1. Agrobisnis
2. Pengembangan daerah pesisir
3. Bendungan dan Reservoir
4. Penggalian dan Penimbunan
5. Jalan Raya
6. Perumahan
7. Permukiman
8. Drah Industri
9. Industri
10. Institusi : Hotel, Rumah Sakit, sekolah, basis militer,
fasum, dan sebagainya
11. Tambang
12. Tenaga nuklir
13. Penambangan lepas pantai
14. Pipa minyak
15. Pelabuhan
16. Lalulintas cepat
17. Tenaga panas

Contoh daftar komponen lingkungan untuk proyek


bendungan dan waduk, sebagai berikut :
a. Faktor fisik
1. Kuantitas air permukaan atau hidrologi
2. Kualitas air permukaan
3. Air Tanah atau ground water
4. Tanah
5. Geologi dan seismologi
6. Sedimen dan erosi
7. Iklim

b. Faktor Ekologi
1. Perikanan
2. Bilogi Perairan
3. Biologi Darat
4. Kehutanan
5. Ekologi Reservoir
c. Nilai Yang digunakan masyarakat
1. Suplai air
2. Navigasi
3. Pengendalian banjir
4. Pengembangan pengelolaan mineral
5. Jalan Raya dan Kereta Api
6. Tataguna Tanah
d. Nilai Kualitas Kehidupan
1. Sosial Ekonomi
2. Pemukiman
3. Kesehatan Masyarakat
4. Nutrisi masyarakat
5. Rekreasi dan estetika
6. Arkeologi dan nilai sejarah

e. Bangunan irigasi
1. Tanaman dan produksi makanan
2. Kelembagaan
3. Pembagian irigasi
4. Drainase dan salinitas
5. Kesuburan Tanah
6. Aliran Kembali
7. Persediaan air
8. Agro industry
9. Kimia Pertanian

f. Bangunan Tenaga Air


1. Pasaran dari listrik
2. Alternatif dari tenaga panas
3. Pelistrikan Desa
4. Jaringan kawat listrik

13.2. Pedoman Pemerintah untuk Penyusunan Analisis Dampak


Lingkungan
Daftar komponen lingkungan yang tepat dalam pedoman
penyusunan Amdal di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Iklim
1.1. Tipe iklim, suhu, kelembaban, curah hujan, angin dan
lain-lain
1.2. Data priodik bencana, angin rebut, banjir tahunan,
banjir bandang
1.3. Stasiun meteorology dan geofisika
1.4. Kualitas udara
1.5. Pola iklim mikro
1.6. Sumber kebisingan dan getaran

2. Fisiografi
2.1. Topografi
2.2. Stabilitas geologis tanah
2.3. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan
batuan secara geologis

3. Hidrologi
3.1. Karakteritik fisik sungai, danau, rawa
3.2. Rata-rata debit
3.3. Kadar sedimentasi
3.4. Dan sebagainya

4. Hidro-Oseanografi
4.1. Pola hidrodinamika
4.2. Interaksi dipantai
4.3. Interaksi dengan cuaca

5. Ruang, Lahan dan Tanah


5.1. Inventarisasi tataguna lahan
5.2. Rencana Pengembangan wilayah
5.3. Kemungkinan komplik dengan tataguna lahan yang telah
ada
5.4. Dan sebagainya

6. Flora dan Fauna


6.1. Flora
a. Pata zona biogeoklimatik
b. Komunitas tumbuhan, baik komposisi, struktur maupun
manfaat
c. Komunitas tumbuhan yang unik
6.2. Fauna
a. Penyebaran, migrasi, dan kepadatan populasi hewan
yang dianggap penting
b. Penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrate
yang dianggap penting
c. Perikehidupan hewan penting
d. Habitat hewan penting
7. Aspek sosil budaya dan sosial ekonomi
7.1. Rona lingkungan umum mengenai sosialbudaya, dan
sosial ekonomi
7.2. Keperluan permukiman bagi tenaga kerja dari proyek dan
permukiman liar
7.3. Sikap dan tanggapan masyarakt terhadap proyek
7.4. Hubungan timbale balik antara kegiatan masyarakat
masa kini dan kegiatan masyarakat yang akan datang

Daftar kompoenen ini merupakan contoh dari pedoman


pemerintah, meskipun materi komponen tidak selalu
sebagaimana pada contoh ini, karena sangat tergantung pada
kondisi atau tempat dimana dilakuakn studi dan apa jenis
studi yang akan dilakukan. Meskipun demikian minimal daftar
contoh ini menjadi pertimbangan oleh para penyusun kompnen
dalam mengakumulasi jenis komponen pada suatu studi yang
akan dilakukan.
13.3. Daftar Komponen Lingkungan Berdasarkan Metode Andal
Pada pembahasan ini akan dikemukakan 3 contoh daftar
komponen yang akan disajikan dan ketiganya memiliki cara
pembagian yang berbeda, Cara yang pertama disusun oleh
Leopold tahun 1961. Daftar komponen disusun dalam bentuk
Checklist komponen lingkungan. Yang kedua oleh Sorenson
tahun 1951, yang menyajikan daftar komponen dalam bentuk
jarinagn kerja atau network atau disebut sebagai skema aliran
dampak. Yang ketiga oleh Battelde-Colombus tahun 1977, yang
dikenal dengan bentuk daftar komponen lingkungan yang dibagi
berdasrkan fase pembangunan atau aktivitas proyek
1. Daftar Komponen Lingkungan dari Leopold
Leopold membagi komponen lingkungan menjadi 4 kelompok
besar, yaitu Fisik, Kimia, Biologis, Sosial dan hubungan
Ekologi, adapaun uraian sebagai berikut :
1. Fisik dan Kimia
a. Bumi
a.1. Sumberdaya mineral
a.2. Bahan konstruksi
a.3. Tanah
a.4. Bentuk Lahan
a.5. Daerah Tekanan dan Latar belakang dan radiasi
a.6. Bentuk Fisik yang unik

b. Air
b.1. Air Permukaan
b.2. Air Laut
b.3. Air Tanah
b.4. Kualitas Air
b.5. Tempratur Air
b.6. Peresapan
b.7. Salju, Es, permafrost

c. Atmosfir
c.1. Kualitas (gas dan partikel)
c.2. Iklim ( mikro dan makro) tempratur

d. Proses
d.1. Banjir
d.2. Erosi
d.3. Pengendapan
d.4. Larutan
d.5. Serapan (pertukaran ion, penggabungan)
d.6. Pemadatan dan Pemampatan
d.7. Stabilitas ( longsoran, amblasan)
d.8. Tekanan-Tegangan (gempa bumi)
d.9. Pergerakan udara
2. Biologis
a. Flora
a.1. Pohon-pohon
a.2. Semak-semak
a.3. Rumput
a.4. Tanaman Pertanian
a.5. Flora Mikro
a.6. Tumbuhan air
a.7. Spesis yang terancam punah
a.8. Penghalang
a.9. Koridor
b. Fauna
b.1. Burung-burung
b.2. Hewan daratan, termasuk reptile
b.3. Ikan dan Ubur-ubur
b.4. Benthos
b.5. Serangga
b.6. Fauna mikro
b.7. Spesis yang terancam punah
b.8. Penghalang
b.9. Koridor

3. Sosial
3.1. Tataguna Lahan
a. Lahan alam belantara dan lahan terbuka
b. Lahan basah
c. Hutan
d. Pengembalaan (padang rumput)
e. Pertanian
f. Permukiman
g. Perdagangan
h. Industri
i. Pertambangan dan quarry

1.2. Rkreasi
a. Perburuan
b. Memancing
c. Berperahu
d. Berenang
e. Berkemah dan Pendakian
f. Pikinik
g. Kawasan wisata
1.3. Estetika dan Kesenangan
a. Pandangan Alam
b. Kualitas belantara
c. Kulaitas lahan yang terbuka
d. Desain Pemandangan
e. Bentuk fisik yang unik
f. Taman dan Daerah konservasi
g. Tugu peringatan
h. Spesia atau ekosistem yang jarang dan unik
i. Tempat dan objek bersejarah atau arkeologi

1.4. Kebudayaan
a. Pola Kebudayaan atau pola hidup
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
c. Kerapatan populasi
1.5. Fasilitas yang dibangun dan Aktivitas
a. Struktur
b. Jaringan Transportasi
c. Jaringan Pemanfaatan
d. Pembuanagn Limbah
e. Pengahalang
f. Koridor

2. Hubungan Ekologi
1. Proses Penggaraman dari sumber air
2. Eutrofikasi
3. Penyakit- Serangga pembawa penyakit
4. Rantai Makanan
5. Proses Penggramana bahan dipermukaan
6. Bruch Encroachment
7. Lain-lain
Daftar kompone lingkungan Leopold ini, meski disusun untuk
keperluan survey geologi, namun sangat lengkap dengan
komponen lingkungan lainnya sehingga banyak digunakan
sebagai acuan

2. Daftar Komponen Lingkungan dari Bettelde-Colombus


Komponen lingkungan yang disusun oleh Bettelde-Colombus
bagi proyek pembangunan sumber air, dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Ekologi
2. Pencemaran Lingkungan
3. Estetika
4. Kepentingan Manusia
Selanjutnya keempat komponen tersebut diuraikan menjadi :
1. A. Ekologi
1.1. Spesies dan Populasi
a. Terrestrial
a.1. Vegetasi Alam
a.2. Spesies Hama
b. Akuatik
b.1. Perikanan
b.2. Biota Alam
b.3. Ikan untuk Olah raga
B. Habitat dn Kommunitas
1. Habitat dan Komunitas
a. Terrestrial
a.1. Indeks food web
a.2. Tataguna Tanah
a.3. Spesis jarang dan hamper punah
a.4. Kelimpahan spesies
b. Akuatik
b.1. Indeks food web
b.2. Spesies jarang dan hamper Punah
b.3. Sifat dan Teluk
b.4. Kelimpahan Spesies

C. Ekosistem
2. Pencemaran Lingkungan
1. Air
a. Temperatur
b. Tingkat pH air
c. Turbiditas
d. Salinitas
e. Variasi Aliran
f. Pengaruh Pasang Surut
g. Iklim Mikro
h. D.O
i. B.O>D
j. Nutrient
k. Organic Carbon
l. Bahan Racun
m. Pestisida

2. Udara
a. CO
b. Hidrokarbon
c. Nitrogen Oksida
d. Bahan Khusus
e. Photo Chemical Oxidant
f. Sulfur oksida
g. Kebisingan
h. Iklim Mikro

3. Lahan
a. Tataguna Tanah
b. Erosi Tanah
c. Iklim Mikro

3. Estetika
1. Lahan
a. Vegetasi Penutup
b. Cakrawala
c. Bentuk Lahan

2. Air
a. Penampilan air
b. Pencampuran lahan dan air
c. Baud an benda terapung

3. Sejarah dan Kebudayaan


a. Arsitektur dan Gaya
b. Peristiwa-Peristiwa
c. Tanda-tanda alam
d. Atmosfir/lingkungan alam

4. Kepentingan Manusia
1. Sosial dan Demografi
a. Sifat-sifat umum dan kecendrungan
b. Kecendrungan dan perpindahan
c. Interaksi sosial
d. Ciri perumahan
e. Sikap/aspirasi komunitas

2. Pelayanan Sosial
a. Kesehatan
b. Umum/perorangan
c. Sumber pendidikan
d. Sistem transparansi
e. Fasilitas rekreasi

3. Ekonomi
13.4. Daftar Komponen Lingkungan dari Sorenson
Sorenson menyajikan komponen lingkungan dalam suatu
jaringan kerja. Cara ini banyak digunakan dengan diberi nama
skema aliran atau aliran dampak.Bentuk Jaringan kerja
tersebut disajikan pada daftar lampiran.

Setiap tim Amdal dapat menyusun pembagian kelompok-


kelompok yang dianggap paling sesuai dengan proyek dan rona
lingkungan yang sedang dikerjakan. Begitupula uraian detail
komponen agar dibuat secara sistimatis ilmiah. Skoping
komponen lingkungan yang diduga akan terkena dampak
dapat dibantu dengan metode Amdal yang telah disusun oleh
para ahli terutama yang mempunyai fungsi identifikasi atau
penjaringan komponen lingkungan yan baik.
UNIT 14
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

14.1. Umum
Usaha melestarikan kualitas lingkungan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, sejak masih dalam menyusun rencana
pembangunan daerah sampai setelah proyek-proyek
pembangunan dilaksanakan : Sebagai contoh Penyususnan
rencana penggunaan tataruang, rencana pembangunan ekonomi
suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan dibangun,
sampai pada waktu proyek-proyek telah berlangsung.
Selanjutnya akan dibahas mengenai penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dari suatu proyek yang akan
dibangun atau proyek yang sudah dibangun tetapi belum ada
RKL-nya

14.2. Kedudukan RKL dalam Andal


Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), merupakan bagian dari
Amdal suatu proyek. RKL disusun berdasarkan hasil dari suatu
studi Andal dan sebaiknya RKL merupakan bagian dari laporan
suatu studi Amdal yang disusun oleh tim yang menyusun Andal
pula. Kedudukan RKL dalam Amdal dapat digambarkan, sebagai
berikut :

A
N
D Hasil Pendugaan RKL RPL (Renc. Pemantaun
A Dampak Suatu Proyek Lingkungan
L

Proyek Dibangun & Aktivitas Pengelolaan Aktivitas Pemantauan


Usulan
Proyek Berjalan Lingkungan Lingkungan

Dampak Lingkungan
Keadaan Kualitas Hasil Pemantauan
Lingkungan Kualitas Lingkungan

Kedudukan RKL dalam Amdal dalam Kaitannya dengan Aktivitas Pengelolaan Lingkungan
Setelah Proyek Dibangun dan Berjalan

Pada skema diatas jelas terlihat bahwa Pendugaan Dampak, RKL,


dan RPL merupakan hasil dari studi Amdal, walaupun didalam
penyusunan laporan Amdal bagian RKL dan RPL dapat dipisahkan
atau disusun dalam buku laporan tersendiri.
Suatu studi Amdal yang hanya berisi pendugaan dampak saja tanpa
diikuti dengan rencana pengelolaan lingkungan tidak akan
bermanfaat. Begitu pula rencana pengelolaan lingkungan yang telah
disusun tanpa diikuti dengan aktivitas penglolaan lingkungan juga
tidak akan bermanfaat.
Hasil suatu aktivitas pengelolaan lingkungan akan tampak pada
kualitas lingkungan ataupun kualitas limbah dan harus selalu
dipantau atau domonitor. Hasil pemantauan akan merupakan
masukan untuk memperbaiki pendugaan dampak, rencana
pengelolaan ligkungan dan rencana pemantauan lingkungan apabila
dinilai masih belum tepat. Studi Amdalnya telah selesai sewaktu
setelah disetujui oleh tim yang mengevaluasi, tetapi Studi Amdal,
RKL dan RPL, aktivitas pengelolaan lingkungan dan aktivitas
pemantauan lingkungan akan selalu dijalankan selama proyek
tersebut masih berjalan atau sampai tahap reklamasi

14.3. Sistem Pengelolaan Lingkungan


Pada penyusunan sistem pengelolaan lingkungan ada tiga faktor yang
perlu diperhatikan dan tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu :
1. Siapa yang akan melakukan pengelolaan lingkungan tersebut dan
pengelolaan lingkungan apa yang harus dilakukan
2. Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi maka akan
ditetapkan cara pengelolaan yang bagaimana yang akan dilakukan
atau teknologi apa yang akan digunakan agar hasilnya sesuai
dengan Baku Mutu yang telah ditetapkan pemerintah
3. Berbagai institusi termasuk pemilik proyek yang akan digunakan
tergantung pada kemampuan biaya yang akan dikeluarkan,
terutama kemampuan dari pemilik proyek sebagai sumber
pencemar
Kaitan dan penelltapan pada ketiga faktor tersebut perlu ditunjang
oleh peraturan-peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat atupun daerah. Berdasarkan ketiga faktor tersebut
maka pendekatan sistem pengelolaan lingkungan dapat disusun
melalui :
a. Instansi pelaksana pengelolaan lingkungan dan pengawas dari
pelaksana
b. Cara tau teknologi pengelolaan lingkungan
c. Biaya pengelolaan lingkungan.

Adapun penjelasan ketiga faktor tersebut, sebagai berikut :


1. Instansi Pelaksana dan Pengawas
Prinsip dasar oleh instansi pada pengelolaan lingkunga adalah
pengelolaaan ligkungan secara terpadu, untuk itu perlu instansi
yang mengkoordinasi sistem pengelolaan tersebut. Upaya
mencapai keterpaduan ini harus ditunjang oleh peraturan dan
pedoman yang jelas mengenai Siapa berbuat apa. Sebagai pemilik
proyek yang harus membiayai pengelolaan, maka pihak pemiliki
proyek sebagai pengendali utama dampak pada semua aspek.
Instansi atau dinas-dinas yang biasanya ditunjuk untuk
bertanggungjawab atau pemantauan juga ikut melakukan
pengelolaan lingkungan, khususnya masalah limbah biasanya
dinas PU, Kesehatan dan Pertanian serta Perindustrian diwilayah
tersebut.
2. Teknologi Pengelolaan Lingkungan
Lingkup pembahasan pengelolaan lingkungan dilakukan hanya
secara pendekatannya.
a. Mencegah Kemunduran Potensi Sumber Daya Alam yang dikelola
dan Sumber Daya alam lain diluar proyek
Lingkup pembahasan ditujukan pada proyek-proyek yang
mengelola sumber daya lam yang dapt diperbaharui, misal; proyek
yang mengelola perikanan, pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Contoh usaha yang diberikan, antara lain :
- Mencegah merosotnya kesuburan tanah
- Mencegah timbulnya erosi tanah
- Mencegah turunnya kualitas air perikanan atau kualitas
kesuburannya
- Mencegah berubahnya struktur populasi ikan
- Mencegah rusaknya suatu habitat
- Memperbaiki vegetasi bekas tambang terbuka

b. Limbah Yang Beracun dan Berbahaya (B3)


Limbah ini berbahaya bagi kehidupan termasuk manusia, contoh
limbah : Limbah kimia, bakteri, radioaktive, dan sebagainya.
Berbagai cara atau sistem diusahakan untuk menghadapi limbah
bahan beracun dan berbahaya ini, antara lain :
- Mendaur ulang limbah
- Dinetralkan oleh proses alami, Misal ; memebuat cerobong
limbah gas yang cukup tinggi, membuang limbah cair disungai
yang debitnya tinggi atau dilaut, hal ini perlu pemahaman
terhadap kemampuan bahan penetral terhadap jumlah limbah
- Dinetralkan melalui proses kimia atau proses biologi. Setelah
melalui proses penetralisasi ini maka dapat dilepas ke alaam
tanpa membahayakan lagi
- Mengubah desain mesin atau meknisme prosesnya, perubahan
ini diharapkan dapat memperkecil kandungan racun
- Mengganti bahan baku atau bahan kimia yang digunakan oleh
proyek yang akan mengahsilkan limbah dengan hasil kandungan
bahan yang beracun dan berbahaya lebih rendah
- Mengisolir dan menyimpan agar limbah tidak tersebar di alam,
hal ini dilakukan jika baku mutu belum ditemukan atau biayanya
terlalu mahal, misal limbah nuklir.

1. Bantuan Ekonomi
Usaha pengelolaan lingkungan sering memerlukan biaya yang
tinggi, terkadang ada proyek untuk mengelola limbahnya
dibutuhkan suatu mesin yang harganya dan operasional cukup
mahal, sehingga proyek tidak sanggup mmbiayai pembeliaan alat
dan operasionalnya. Sehingga proyek semacam ini perlu mendapat
bantuan, keringanan atau insentif, yang dapat berbentuk sebagai
berikut :
- membebaskan pajak import alat-alat pengelolaan lingkungan
- Memberikan pinjaman atau kredit khusus untuk pembelian alat-
alat tersebut
- Kemudahan dalam medapatkan isin import peralatan
- Pemerintah ikut membantu baik pada peralatan dan operasinya

2. Sosial-Ekonomi Masyarakat
Memeberikan ganti rugi pada masyarakat, dalam bentuk :
- Dana
- Melibatkan sebagai pekerja proyek
- Meningkatkan pengetahuan mereka untuk menghindari bahaya
limbah
- Menjalin hubungan baik dan saling menguntungkan antara
pihak proyek dengan masyarakat
- Menciptakan lapangan kerja baru diluar proyek
- Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
- Meningkatkan struktur ekonomi
- Memberikan pelayanan umum : listrik, air bersih, poliklinik,
sekolah rumah ibadah dan lainnya
- Menghindarkan timbulnya kesenjangan sosial
- Mencegah timbulnya komplik pada nilai-nilai sosial

c. Biaya Pengelolaan Lingkungan


Siapa yang harus membiayai aktivitas pengelolaan lingkungan, tiap
negara memiliki peraturan sistim pembiayaan yang berbeda.
Berasarkan prinsip 'Siapa yang mencemari harus membiayai
aktivitas pengelolaan lingkungan' akan mudah untuk menetapkan
bahwa sipemerakarsa proyeklah yang harus membiayai.
Pertanyaan berikut akan muncul mengenai pengelolaan apa dan
dimana yang harus ditanggung biayanya oleh pemilik proyek.
Untuk limbah cair dan gas biaya pengelolaannya ditanggung
pengelola pada areal proyek sehingga limbah yang keluar sudah
dibawah bakumutu.
Berdasar pada pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa penetapan siapa yang harus bertanggungjawab
atas suatu aktivitas pengelolaan lingkungan dan siapa yang
membiayainya haruslah ditunjang oleh suatu peraturan
pemerintah
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan PP.29 tahun 1986 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada tannggal 4
Juni 1987, dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),
dimintakan materi dari uraian tentang RKL dan Pelaksanaannya
sebagai berikut :

14.4. Rencana Dan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan


Berdasar Pada Pedoman Pelaksanaan PP.29 tahun 1986, tentang
Amdal)
1. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), meliputi :
a. Faktor Lingkungan yang terkena dampak
Uraian secara jelas faktor biogeofisik kimia dan aspek-aspek sosial-
ekonomi dan sosial-budaya yang terkena dampak sebagai akibat
dilaksanakannya kegiatan

b. Sumber Dampak
Uraian secara jelas tentang komponen kegiatan yang dapat
merupakan sumber dampak, misalnya penggunaan kilang yang
menghasilkan emisi SO2 dan NOx dengan konsentrasi tinggi

c. Bobot dan Tolok Ukur Dampak


Penentuan Bobot dan Tolok Ukur dampak adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang berat dan ringannya dampak
terhadap lingkungan. Misalnya emisi SO2 dan NOx dari kegiatan
akan jauh melampaui Nilai Ambang Batas dan bertahan lama di
udara dalam konsentrasi tinggi

d. Upaya Pengelolaan Lingkungan


Upaya penanganan dampak ini dapat berupa pencegahan,
penanggulangan dampak negatif serta pengembangan dampak
positif. Misalnya :
1. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang
tidak atau kurang mengahsilkan limbah berbahaya dan beracun
yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia.
Misalnya untuk mencegah terjadinya emisi SO2 dan NOx berkadar
tinggi maka perlu digunakan bahan minyak mentah berkadar
belerang rendah. Artinya pencegahan diuapayakan sejak pemilihan
bahan baku, didalam proses, usaha pendaur ulangan limbah dan
sebagainya
2. Penanggulangan diluar prosesnya agar tidak membahayakan.
Misalnya kadar SO2 dan NOx, yang tinggi dapat ditanggulangi
dengan pembuatan cerobong asap yang cukup tinggi sehingga
penyebaran emisi tersebut cukup luas, dengan cara ini kadar SO2
dan NOx di uadara akan rendah
3. Pengembangan, yaitu usaha untuk lebih meningkatkan daya guna
dampak positif agar dapat diperoleh manfaat yang lebih besar

2. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (RPL), meliputi :


a. Uraian tentang kelembagaan yang akan berurusan,
berkepentingan dan berkaitan dalam pengelolaan lingkungan,
khususnya pihak-pihak yang melakukan pengelolaan lingkungan.
Perlu juga dijelaskan tata kaitannya tugas dan bidang-bidang yang
ditangani, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
b. Bagi proyek yang sudah berjalan perlu membentuk suatu unit
organisasi yang bertaanggungjawab dibidang lingkungan untuk
melaksanakan RKL. Untuk itu perlu dicantumkan unit organisasi
tersebut yang mencakup :
1. Struktur organisasi dan personilnya
2. Bidang tugas masing-masing staf
3. Tata kerjanya

c. Pembiayaan-pembiayaan untuk melaksanakan RKL merupakan


tugas dan tanggung jawab dari penanggung jawab yang
bersangkutan. Pembiayaan tersebut antara lain, mencakup :
1. Biaya investasi, misalnya pembelian peralatan pengelolaan
lingkungan serta biaya untuk kegiatan teknis lainnya
2. Biaya personil dan biaya operasional
3. Biaya pendidikan serta latihan keterampilan operasional

3. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (RPL)


Uraian tentang instansi yang akan berperan sebagai pengawas bagi
terlaksananya RKL. Beberapaa Instansi terlibat dan masing-masing
bertugas mengawasi dan memantau sesuai degan bidang yang
menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

Dengan dasar pengertian tersebut maka manfaat dari


pemantauan yang lebih luas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan suatu kegiatan kritis atau perubahan masalah
dalam kebijaksanaan lingkungan yang diperlukan untuk masa
yang akan datang;
2. Dapat membantu pengelolaan lingkungan dengan memberikan
masukan yang dapat dipakai menilai sejauhmana keberhasilan
atau kegagalan dari aktivitas yang lalu dalam kebijaksanaan dan
programnya;
3. Pemantauan dapat digunakan untuk menguji produktivitas dari
batasan-batasan yang ditentukan pemerintah.

UNIT 15
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

15.1. Pemantauan
Pemantauan merupakan bagian yang sangat penting dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Amdal tanpa diikuti oleh aktivitas
pemantauan tidak akan banyak berarti, tidak akan banyak berarti,
tidak akan ada yang dapat mengetahui apakah pendugaan dampak
yang tercantum didalam laporan Amdal benar terjadi dan aktivitas
pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai
yang diharapkan. Hasil pemantauan merupakan bahan untuk
melakukan evaluasi atas kebijaksanaan yang telah diambil oleh
pengambil keputusan berdasarkan laporan Andal, apakah tidak perlu
perbaikan atau penyempurnaan. Kalau dianggap perlu,
kebijaksanaan yang mana dan bagaimana caranya. masih banyak
lagi kerugian yang dialami dalam pengelolaan lingkungan apabila
aktivitas pemantauan lingkungan tidak dijalankan. Agar tidak salah
mengartikan mengenai arti dari pemantauan dalam Amdal, maka
pembahasan akan dimulai dengan pengerian dan definisi dari
pemntauan dalam analisis mengenai dampak lingkungan.

15.2. Pengertian Dan Definisi


Pemantauan pada konteks analisis mengenai dampak lingkungan,
belum mendapat perhatian serius oleh hampir semua negara. tahun
1986 kesadaran akan pentingnya pemantauan lingkungan khusus
pada kaitannya dengan Amdal baru mendapat perhatian. Kuragnya
perhatian pada aktivitas pemantauan disebabkan :
1. Pemantauan hanya akan banyak membuang waktu, tenaga dan
biaya
2. Belum dipahaami pentingnya kegunaan pemantauan
3. Pada Peraturan pemerintah belum dicantumkan pentingnya
aktivitas pemantauan, jika dicantumkan belum ada uraian jelas
dan mendetail

Definisi Pemantauan telah banyak disusun, tetapi kadang-kadang


definisi tersebut dibuat sedemikian ruwetnya karena ingin
menyajikan definisi yang komprehensif sehingga membuat bingung
pengertian dasar dari pemantauan hilang.
Duinker (1983) telah membahas pemantauan lingkungan secara jelas
dengan mendasarkan pengertian dari berbagai trminologi menjadi
sebagai berikut : " Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan
waktu atau suatu pengulangan pengukuran atau suatu pengukuran
yang berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu", sehngga
pengertian dari pemantaua lingkungan adalah pengulangan
pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan pada waktu-
waktu tertentu
Pematauan dampak lingkungan dapat pula diartikan sebagai
berikut : Pemantauan dampak lingkungan adalah pengulangan
pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan untuk
mengetahui adanya perubahan lingkungan karena adanya pengaruh
dari luar yaitu aktivitas proyek.

Pengertian tentang pemantauan lingkungan dan pemantauan


dampak lingkungan, memiliki pemahaman berbeda, hal ini
dissebabkan karena keduanya menggunakan pengertian pengukuran
dari komponen lingkungan. Pemantauan lingkungan ataupun
dampak lingkungan pelaksanaannya dapat dipisahkan menjadi
beberapa aspek atau kelompok komponen lingkungan sebagai
berikut :
1. Pemantauan dibidang fisik dan kimia
2. Pemantauan dibidang biotis
3. Pemantauan dibidang sosial-ekonomi
4. Pemantauan dibidang sosial-budaya

Pengertauan dari pemantauan fisik dan kimia adalah pengulangan


pengukuran pada komponen-komponen fisk dan kimia, tetapi
Duinker 11983 memberikan definisi pemantauan bilogis agak
berbeda yaitu sebagai pengulangan pengukuran dari reaksi biota
terhadap perubahan lingkungan hidup, Untuk manusiapun (sosial
ekonomi dan sosial budaya ) pengertiannya cendrung untuk
disamakan dengan biota, yaitu reaksi manusia pada perubahan
lingkungan
Pembagian pemantauan lingkungan ada juga yang berkembang
menjadi dua, yaitu :
1. Pemantauan emisi, dan
3. Pemantauan ambien
Tetapi istilah ini biasanya hanya digunakan untuk pemantauan
komponen fisik dan kimia (Cairns, 1980). Duinker (1983)
menganggap setiap pemantauan komponen lingkungan dapat
dianggap sebagai pemantauan lingkungan.
15.3. Kegunaan Dari Pemantauan
Awalnya dipersepsikan bahwa pemantauan lingkungan hanyalah
untuk pemantauan dampak dari suatu proyek atau suatu aktivitas
manusia. Sebenarnya jika program pemantauan dapat disusun
dengan baik, maka manfaat dari pemantauan lingkungan buka
hanya mengetahui dampak dari suatu proyek saja, tetapi masih
banyak kegunaan lain yang didapatkan.
Secara ilmiah Duinker, merumuskan kegunaan dari pemantauan
adalah seperti berikut :
1. Untuk menguji pendugaan dampak, sehingga akan dapat lebih
diketahui mengenai sistem dalam lingkungan dan kemudian hari
akan meningkatkan kemampuan dalam pendugaan
2. untuk mendapatkan efektifitas dari aktivitas atau teknologi yang
digunakan untuk mengendalikan dampak negatif\
3. Untuk mendaptakan tanda peringatan sedini mungkin mengenai
perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki sehingga
perbaaikan suatu tindakan dapat disempurnakan
4. Untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menunjang tuntutan
ganti rugi.
Apabila dilihat pada buku panduan yang dikeluarkan FEARO
Canada 1985. Disebutkan bahwa tujuan dari pemanatauan
lingkungan adalah :
a. Untuk mengetahui efektifitas usaha perlindungan lingkungan
termasuk usaha penekanan dampak negatif
b. Untuk mengembangkan kemampuan dalam pendugaan
perubahan lingkungan untuk proyek-proyek akan datang
c. Untuk meningkatkan pengelolaan dari proyek dan program lain
yang ada hubungannya agar perlindungan lingkungan dapat
leebih baik

Carley 1984, menganggap bahwa pemantauan akan dapat digunakan


menilai komponen-komponen penting dalam perputaran dari
perencanaan, program desain, pelaksanaan, evaluasi dan proses
perencanaan ulang yang terjadi dalam proses organisasi.

Dengan dasar pengertian tersebut maka manfaat dari


pemantauan yang lebih luas dapat dirumuskan sebagai berikut :
4. Dapat menjelaskan suatu kegiatan kritis atau perubahan masalah
dalam kebijaksanaan lingkungan yang diperlukan untuk masa
yang akan datang;
5. Dapat membantu pengelolaan lingkungan dengan memberikan
masukan yang dapat dipakai menilai sejauhmana keberhasilan
atau kegagalan dari aktivitas yang lalu dalam kebijaksanaan dan
programnya;
6. Pemantauan dapat digunakan untuk menguji produktivitas dari
batasan-batasan yang ditentukan pemerintah.
Setiap pengertian, definisi dan tujuan yang diutarakan beberapa
ahli mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Konsep pertama
yang sering disampaikan sebagai manfaat dari pemantauan adalah
untuk mengetahui perubahan lingkungan yang terjadi akibat suatu
proyek. Konsekuensi dari tujuan ini adalah untuk mengetahui
perubahan lingkungan atau disebut sebagai dampak. Maka harus
diketahui keadaan lingkungan sebelum diganggu dan sesudah ada
gangguan dari proyek, sehingga pemantauan tidak hanya
dilaksanakan sesudah proyek berjalan, tetapi juga harus dilakukan
pada keadaan sebelum proyek dibangun. Disamping ketetapan dari
perhitungan besarnya dampak, perlu dianalisis pola perkembangan
lingkungan sebelum proyek dibangun.
Apabila tidak tersedia data pemantauan sebelum proyek
dibangun maka hasil pemantauan sesudah proyek berjalan hanya
dapat menunjukkan keadaan lingkungan pada waktu pemantauan
saja.
Kesalahan yang sering terjadi adalah dilakukannya pemantauan
hanya pada waktu proyek sedang dibangun dan sesudah berjalan.
Perlu dipegang suatu pengertian bahwa studi Amdal dan aktivitas
pemantauan merupakan dua hal yang terpisah. Pemantauan
merupakan aktivitas yang dilakukan mulai dari studi Amdal belum
selesai sampai proyek dibangun, berjalan dan ditutup atau selesai.
Dengan pertimbangan tersebut program pemantauan dampak
lingkungan harus dicantumkan secara cukup detail dalam studi
Andal untuk proyek-proyek yang akan menimbulkan dampak.
Apabila studi Andal dilakukan pada waktu proyek sudah berjalan,
kesimpulan yang dapat diambil akan lebih sulit lagi apabila kalau
tidak ada data atau informasi mengenai pola perkembangan dari
lingkungan. Pembandingan dari urutan (series) pemantauan dapat
pula digunakan, tetapi karena adanya hubungan yang kompleks di
alam sulit untuk mengambil kesimpulan yang jelas mengenai
perubahan lingkungan atau dampak suatu proyek dari beberapa
komponen indikator saja.

15.2.Tipe Pemantauan
Carley (1984) membagi pemantauan menjadi delapan tipe
sebagai berikut :
1. Inspeksi
Inspeksi adalah bentuk pemantauan yang paling sederhana,
yang merupakan penagwasan secara teratur pada tingkat-
tingkat aktivitas proyek yang diusulkan. Misalnya, apakah
prosedur pengamanan telah dilaksanakan, perubahan
lingkungan yang terlihat dengan mata tidak terjadi dan lain
sebagainya.

2. Pemantauan Perizinan
Pemantauan secara periodik berdasarkan fase-fase
pembangunan. Misalnya perizinan eksplorasi, perizinan
pembangunan, izin pengendalian pencemaran, izin membuang
bahan pencemar ke suatu areal (sungai, laut, sumur) dan lain
sebagainya.

3. Pemantauan Percobaan Lingkungan


Pemantauan dilakukan pada suatu percobaan dengan
menggunakan hipotesis dari pendugaan suatu perubahan
lingkungan dengan memberikan perlakuan-perlakuan.
Tujuannya ialah untuk meningkatkan pengetahuan agar
pendugaan dapat lebih baik dan dapat melakukan evaluasi
suatu proyek dengan tepat.

4. Pemantauan Kualitas Ambien Lingkungan


Pemantauan ini ditujukan kepada perubahan dari ambieb
lingkungan yang pengukurannya dilakukan pada fenomena
ekologi khusus yang terkena dampak langsung maupun tidak
langsung baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia atau
proyek-proyek maupun adanya perubahan dari alam sendiri.
Pemantauan ini dapat berguna untuk menguji pendugaan
dampak dan menguji usaha-usaha penekanan dari dampak
negatif.

5. Pemantauan Evaluasi Program


Pemantauan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah atau
suatu tim untuk menilai atau mengukur tingkat efisiensi dan
efektivitas dari suatu kebijaksanaan atau program dengan
melihat ratio masukan dan keluaran atau kepuasan dalam
mencapai sasaran dan tujuan.

6. Pemanatauan Evaluasi Proyek


Pemantauan yang juga dilakukan oleh pemerintah atau suatu
tim terhadap proyek-proyek yang biasanya dibiayai dana
bantuan internasional. Untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan dari proyek bantuan tersebut, tidak hanya dari
sudut analisis unjtung ruginya saja juga menyangkut sosial
dan lingkungan.

7. Pemantauan Perjanjian atau Kontrak dalam Bidang


Sosial-Ekonomi
Pemantauan mengenai perjanjian yang diadakan antara
pemerintah dengan industri. Biasanya pemantauan
memusatkan perhatiannya pada penampilan dari industri
dalam manfaat daria danya industri tersebut, perburuhan,
manfaat kursus-kursus, keluaran dalam bidang sosial dan
budaya dan konsultasi dengan masyarakat.

8. Pemantauan Pengelolaan Dampak dari Proyek


Pemantauan yang menyangkut perkembangan dari proyek dan
dampak-dampak yang ditimbulkan pada semua aspek )fisik-
kimia, biologis, sosial-ekonomi dan sosial-budaya).
Pemantauan ini sangat berguna dalam menilai ketepatan
pendugaan dampak yang telah dilakukan dan
hasilpemantauan juga digunakan untuk kepentingan
pengelolaan dampak.

9. Pemantauan Dampak Kumulatif


Pemantauan ini menyangkut suatu daerah yang biasanya
cukup luas dimana pembangunan industri atau pertanian
dan/atau perubahan sosial-budaya berubah dengan cepat.
Pemantauan tidak lagi memasalahkan dampak proyek-proyek
atau dampak langsung atau tidak langsung dan ada
hubungan dengan pemerintah atau tidak. Dalam daerah
tersebut terjadi penampalan dampak dari berbagai hal mulai
dari kebijaksanaan tertentu, program, proyek-proyek
pembangunan dan lain sebagainya. Pemantauan ini biasanya
dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui gambaran
keseluruhan daerah, menyempurnakan koordinasi dan
organisasi aliran informasi untuk keperluan strategi
perencanaan dan mengendalikan akibat adanya kebijaksanaan
yang berbeda dari berbagai instansi. Pendekatan pemantauan
kumulatif biasanya dikhususkan pada masalah-masalah yang
kritis yang menyangkut masyarakat setempat.

15.3. Prosedur Pemnrauan Dampak Lingkungan


Prosedur pemantauan yang akan dibahas adalah prosedur
pendekatan ilmiah yang harus diikuti dalam melakukan
pemantauan dampak lingkungan dari suatu proyek atau suatu
aktivitas manusia. Hasil dari pemantauan pendugaan dampak
lingkungan akan menjawab :
1. Apakah dampak yang diduga dalam Andal betul terjadi;
2. Kalau betul terjadi apakh besarnya dampak sesuai atau tidak
dengan pendugaan.
Untuk dapat menghasilkan jawaban mengenai pendugaan
tersebut harus diikuti urutan-urutan ilmiah sebagai berikut :
1. Dengan sudah adanya pendugaan dampak pada suatu
komponen lingkungan maka dapat disusun suatu perumusan
dari permsalahannya;
2. Berdasarkan perumusan permasalahan kemudian disusun
hipotesis-hipotesis;
3. Sebelum melangkah lebih lanjut perlu dipahami keadaan
variasi-variasi yang ada di alam untuk menetapkan waktu
dan tempat pengukuran indikator-indikatir ekologi yang akan
menunjukkan adanya perubahan lingkungan;
4. Desain pengambilan contoh disusun sedemikian sehingga
memenuhi syarat untuk analisis statistik agar dapat menguji
hipotesis-hipotesis (Duinker, 1983)
Beberapa ahli pemantauan sosial beranggapan bahwa tidak
semua komponen lingkungan dapat dipantau dengan prosedur
tersebut, karena tidak semua dampak lingkungan dapat diuji
seperti prosedur tersebut, sehingga prosedur lain pun banyak
diperkenalkan khususnya untuk aspek sosial. Dikenal pula
pemantauan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang akan
dijawab oleh responden sehingganmerupakan studi langsung
yang dapat diulang lagi. Sistem analisisnya daoat menggunakan
pendekatan sistem analisis yang sudah dikenal dalam bidang
tersebut.

Perlu diketahui pula tidak semua komponen harus dipantau


seintensif fan sekomprehensif seperti prosedur tersebut.
Biasanya hanya dilakukan pada kompnen yang dianggap :
1. Tipe dan besar dampak dianggap sangat penting
2. Dampak yang tidak diketahui secara jelas sejauh mana
dampaknya akan terjadi
3. Perubahan lingkungan atau dampak dari suatu aktivitas
yang masih merupakan suatu percobaan.
Dalam menetapkan komponen apa yang akan dipantau perlu
diketahui bahwa tidak semua kompnen atau dampak harus
diukur dengan prosedur yang intensif tersebut. Prioritas
komponen atau dampak yang harus dipantau biasanya
diletakkan pada dampak yang dianggap paling penting bagi
pengambil keputusan atau instansi yang bertanggung jawab.

Cairns (1980) menganjurkan penggunaan biomonitoring system


untuk mengukur kualitas dari lingkungan alam dan untuk
digunakan dalam rangka program pengendalian kualitas
lingkungan oleh idnustri yaitu dengan meletakkan alat pengukur
(sensor) di tempat-tempat yang kritis dalam sistem alam setempat.

15.4. Ruang Lingkup Dan Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan


Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1986
tentang Analisis Menghenai Dampak Lingkungan yang
ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1986 yang
dikeluarkan oleh Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, menyajikan ruang lingkup dan pelaksanaan
pemantauan lingkungan sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup RPL meliputi :
a. Jenis dampak penting
Uraian secara jelas tentang jenis dampak penting maupun
dampak lainnya yang akan dipantau, misalnya berupa
pencemaran udara oleh SOx dan NOx akibat penggunaan
bahan bakar minyak berkadar sulfur tinggi.
b. Faktor lingkungan yang dipantau
Pemantauan faktor lingkungan ini dapat dilakukan
terhadap sumber dampak lingkungan dan akibat yang
ditimbulkan oleh dampak tersebut terhadap lingkungan.
Misalnya, dalam hal pencemaran udara oleh SO x dan NOx
pemantauan sumber dampaknya dapat dilakukan terhdap
kandunga Sulfur dan Nitrogen dalam bahan bakar minyak
tersebut. Sedangkan pemantauan akibat dari dampak
terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mengujur
kadar keasaman air dalam bdan perairan sebagai akibat
pencemaran SOx dan NOx.

c. Tolok ukur dampak


Tolok ukur ini dapat meliputi aspek biogeofisik dan atau
aspek sosial ekonomi dan aspek sosial budaya. Misalnya :
tolok ukur aspek biogeofisik dari pencemaran oleh SO x dan
NOx di udara dapat dipantau dengan mengukur kadar
penurunan pH air dalam badan perairan sebagai akibat
terjadinya hujan asam. Sedangkan tolok ukur aspek sosial
ekonomi dan sosial budaya melalui penurunan hasil
penangkapan ikan oleh pengusaha akuakultur sebagai
akibat terjadinya pencemaran hujan asam.
d. Lokasi
Uraian tentang lokasi yang tepat untuk memantau
dampak dengan melampirkan peta berskala memadai
yang memuat lokasi dan tapak pemantauan termasuk
dimensi ruangnya.
e. Periode pemantauan
Uraian tentang kekerapan waktu pemantauan yang
menyangkut saat pemantauan dilaksanakan dan berapa
lama waktu yang diperlukan untuk memantau suatu jenis
dampak.
2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
a. Uraian tentang kelembagaan yang akan mengurus dan
berkepentingan dalam pelaksanaan pemantauan
lingkungan. Perlu secara khusus dikemukakan pihak yang
melakukan pemantauan lingkungan sesuai dengan
wewenang dan tanggungjawabnya.
b. Uraian tentang kelembagaan yang mengurus dan
berkepentingan dalam mendayagunakan hasil
pemantauan lingkungan yang secara implisit melakukan
juga pengawasan terhadap pelaksanaan pemantauan
lingkungan. Dengan demikian, pendayagunaan hasil
pemantauan berarti pula memanfaatkan umpan balik
guna melakukan tindakan pengendalian terhadap dampak
negatif dan pengembangan dampak positif untuk RKL.
Sedangkan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan,
berarti ula mendapatkan umpan balik guna
menyempurnakan sistem pemantauan lingkungan.
Daftar Pustaka

1. Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi Wisnu Arya Wardhana tahun


1995, 2001, 2004
2. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbt Djambatan. Otto
Soemarwoto tahun 2004.
3. Asian Developmen Bank, 1986, Environmental Planning and Management
Regional Symposium on Environmental and Natural Resources Planning,
Bangkok
4. Analisis Mengenai Dampak Linkungan Agustus 2004 Gadjah Mada
University Press, Prof,DR.Ir. F,Gunarwan Suratmo, M.F
5. Environmental Analysis Academic, Ewing, G.W. New York tahun 1977.

Anda mungkin juga menyukai