Anda di halaman 1dari 9

Nama

: Siti Hikmayanti Padmon

Nim

: 821411001

Kelas

: A farmasi S1 2011

Soal
Bagaimana manfat dari masalah lingkungan hidup?
Jawab :
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.dengan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung.

Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu

lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.
Lingkungan bersifat dinamis, dalam arti berubah-ubah setiap saat. Perubahan dan
perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relative dari faktor-faktor
lingkungan terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut waktu,
tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri.
Dalam lingkungan terdapat komponen yaitu sebagai berikut:
Abiotik
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air,
iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.
Biotik
Komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun
sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan.
2. Unsur Sosial Budaya

Lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem
nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti
tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar
peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.
Berbicara mengenai lingkungan hidup sama halnya mengkaji masalah yang
ditimbulkan oleh lingkungan hidup itu sendiri. Apa sesungguhnya Masalah
Lingkungan Hidup itu? Intinya adalah ketidakstabilan Lingkungan Hidup, yakni
terganggunya proses siklus ekosistem disebabkan adanya satu atau lebih unsur
dari komponen ekosistem yang tidak berfungsi secara normal (stabil dan dinamis),
yang (secara langsung atau tidak langsung) menyebabkan terganggunya
komponen sosiosistem, dan/atau sebaliknya yang menyebabkan degradasi pada
dinamika dan stabilitas sosioekosistem sebagai suatu tatanan yang utuh.
Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural
ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri
dan dapat pulih kemudian secara alami (homeostasi). Akan tetapi, sekarang
masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata
bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat
signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak bisa
disangkal bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang karena
faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan
faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan
faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan
aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau
zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang
lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup.
MLH : (Jumlah penduduk) X (Jumlah penggunaan Sumber Daya Alam per
orang) X (kerusakan yang ditimbulkan per satuan penggunaan)

Timbulnya masalah Lingkungan Hidup tersebut diakibatkan/ dipengaruhi oleh


4 faktor pokok, yaitu :
1. Perkembangan penduduk dan masyarakat;
Ciri kependudukan Indonesia adalah:
Jumlahnya makin bertambah;
Sebagian besar berusia muda (63% < 30 th - data 1993);
Tidak tersebar merata (Jawa-Madura 840 jiwa/km2, Kalimantan 18,
Irian/Papua 7,5 jiwa/km2).
Jadi ada yang jenuh, dan ada yang belum dimanfaatkan secara optimal;
Sulawesi 69 jiwa/km2
Besarnya jumlah penduduk yang hidup/memperoleh pendapatan di sektor
pertanian (52,2% hidup di pedesaan -1993);
Tingginya tingkat pengangguran (2,2 jt = 2,79% -1993) -sumber kerawanan
sosial dan ekonomi.
2. Perkembangan SDA dan LH;
Permintaan akan SDA (tanah-lahan dan air) menghadapi tekanan yang cukup
besar akibat kepadatan penduduk (Jawa-Madura), dan tingkat pendapatan (Y)
yang rendah. Sementara itu, ladang perpindah (chifting cultivation) di luar
Jawa membawa 100.000 ha menjadi lahan kritis/tahun.
Kemiskinan dan keterbelakangan (penghayatan LH) mendesak keperluan
untuk mencoba SDA secara tepat dan efisien, sehingga kurang memperhatikan
faktor (kelestarian fungsi) LH.
Kemampuan alam menahan air makin berkurang.
3. Perkembangan teknologi dan kebudayaan; dan
Negara maju mengembangkan teknologi padat modal dan hemat tenaga
kerja sesuai dengan kondisi Negara yang bersangkutan, membawa pada
penemuan teknologi baru, yang tidak/belum mampu dilakukan oleh Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Teknologi membawa perubahan pada
kemampuan pemanfaatan SDA dan LH, dan kebudayaan yang memerlukan
proses penyesuaian bagi kebudayaan tertentu termasuk Indonesia.

4. Perkembangan ruang lingkup Internasional.


Dalam dunia Internasional, Negara maju sangat besar pengaruhnya di
bidang teknologi, pandangan dsb terhadap Negara berkembang termasuk
Indonesia. Negara maju tersebut menempatkan "kebebasan mekanisme pasar"
sebagai prinsip pokok. Dalam mekanisme ini, "harga" merupakan pedoman
bagi kegiatan produksi dan konsumsi. Masalahnya, "harga" berlaku terhadap
barang yang dimiliki perorangan (manusia/badan hukum/orang). Udara, air,
taut, danau, hutan, berikut isinya tidak dimiliki orang, dan tersedia secara
gratis "tanpa harga".
Kondisi ini menyebabkan berlangsungnya pembangunan (ekonomi) yang
merusak LH (bukan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan). Jadi
pembangunan menghasilkan kemajuan (ekonomi) yang disertai dengan
degradasi LH (pencemaran dan kerusakan LH) (Hardjasoemantri, 1999: 49-52).
Fenomena demikian ini bertolak belakang dengan filosofi PLH sebagaimana
diharapkan (Mochtar Kusumaatmadja, 1975 & Emil Salim 1988), yakni
pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup manusia secara sosial budaya yang
sekaligus memelihara keseimbangan LH, sehingga tetap mampu mendukung
kehidupan umat manusia pada setiap tahap kemajuan yang dicapai secara lintas
generasi. Masalah LH muncul, justru karena diantara pembangunan ekonomi
(dalam arti luas) dengan PLH bukan soal pilihan satu diantara dua. Sekiranya
pilihan yang dijadikan dasar, maka masalah LH dalam arti dan pemahaman
kekinian menjadi tidak ada, setidaknya tidak menjadi masalah yang penting dalam
setiap aktivitas manusia.
Adapun peristiwa kerusakan Alam yang terjadi di Indonesia
Terjadi secara alamiah antara lain:
a) Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena
beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi),
adanya gerakan-gerakan di kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun
gerakan tegak yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang
menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. (pelengkungan,

pelipatan, patahan, dan retakan), maupun karena gerakan lempeng di dasar


samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa menggunakan
seismograf, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan
terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat
dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung
terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat

langsung

maupun

tidak

langsung, di antaranya:
Berbagai bangunan roboh.
Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
Tanah longsor akibat guncangan.
Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami
(gelombang pasang).
Manfaat dari adanya kerusakan lingkungan seperti gempa ini yaitu
terjadinya pergeseran yang menyebabkan pola baru bagi bumi. Seperti
terbentuk daratan yang baru yang berasal dari lautan yang airnya surut
ketika terjadinya gempa. Daratan baru tersebut bisa digunakan kembali oleh
masyarakat untuk pembangunan yang berkelanjutan dengan meninjau
ekologi, ekonomi, dan sosialnya.
b) Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi
yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yangdilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan
lain-lain

Manfaat dari adanya kerusakan alam di atas yaitu ketika materialmaterial hasil letusan gunung berapi seperti debu atau gas kimia jika
mengendap atau bercampur dengan tanah maka akan menyebabkan tanah itu
sendiri mengalami kesuburan dan bisa digunakan oleh warga masyarakat
untuk bercocok tanam. Dan juga material bentuk padatan seperti batuan,
kerikil, dan pasir dapat digunakan oleh warga masyarakat untuk bahan
bangunan.
Kerusakan Lingkungan karena Faktor Manusia
a) Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai
dampak adanya kawasan industri
Adanya industri menyebabkan terjadinya pencemaran air, udara,
tanah, dan suara. Dimana tercemarnya air karena pembuangan limbah
industri yang tidak dilakukan penyaringan bahan kimia sebelum dibuang.
Sehingga menyebabkan ekosistem air menjadi terganggu yaitu ikan menjadi
mati. Selain itu juga terjadi pencemaran udara yaitu pembuangan gas kimia
beracun pada cerobong asap tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu
menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan bagi masyarakat yang tinggal
di kawasan industri. Dan juga terjadi pencemaran tanah yang diakibatkan
pembuangan limbah langsung ke tanah. Kemungkinan kecil terjadinya
pencemaran suara karena mesin pabrik

yang bising dan belum

menggunakan peredam suara.


Manfaat adanya kawasan industri disekitar yaitu untuk mengurangi
tingkat pengangguran bagi masyarakat sekitar kawasan industri tersebut.
b) Terjadinya tanah longsor dan banjir, sebagai dampak langsung dari
rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun
tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara
lain:
Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
Perburuan liar.
Merusak hutan bakau.
Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.

Pembuangan sampah di sembarang tempat.


Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS)
Manfaat yang bisa diambil dari adanya tanah longsor dan banjir yaitu
manusia akan lebih berhati-hati dalam menentukan lokasi pembangunanan
rumah yang disesuaikan dengan eksistem lingkungan sekitar serta lebih
menjaga kebersihan lingkungan karena bisa menimbulkan penyakit dan
tidak melakukan penebangan hutan secara liar yang terus menerus atau
menggunakan sistem tebang pilih. Dan juga tidak membuang sampah
sembrangan terutama disungai karena hanya akan mengganggu arus keluar
masuknya air yang mengakibatkan tersumbatnya aliran sehingga pada saatr
musim hujan bisa terjadinya banjir.
c) Sampah berserakan dimana-mana
Sampah yang menumpuk akan menyebabkan bau busuk yang
mengakibatkan pencemaran udara. Sampah juga menyebabkan penyakit
seperti diare dan demam berdarah dan penyakit lainya. Pemerintah
indonesia membuat aturan bahwa sampah basah atau sampah organik harus
dipisahkan dengan sampah kering atau sampah anorganik. hal ini bertujuan
agar sampai yang organik lebih mudah diuraikan dan untuk sampah kering
bisa dimanfaatkan kembali menjadi kerajinan tangan.
Manfaat dari adanya sampah yang berserakan dimana-mana serta
adanya tuntutan bahwa dilakukannya pemisahan pada sampah akan
menimbulkan dampak positif yaitu

menambah penghasilan dengan

mendaur ulang sampah anorganik atau sampah kering menjadi bahan


kerajinan tangan yang bisa diperjual belikan selain itu untuk sampah bisa
dibuat sebagai pupuk kompos yang bisa digunakan sendiri untuk pertanian
dan juga bisa di jual untuk menambah penghasilan. Selain itu juga dapat
mengurangi tingkat pengangguran dan memperluas lapangan pekerjaan bagi
yang pengangguran itu sendiri.
d) Tailing limbah freeport
Tailing merupakan pasir hasil pembuangan limbah industri tambang.
Yang mana para penambang telah melakukan beberapa kali pemurnian

dengan penambahan bahan kimia yang bersifat keras untuk mengambil


emas, tembaga, atau perak dan kemudian pasirnya dibuang melalui aliran
sungai. Dulunya kebanyakan pasir tailing itu diolah kembali oleh
masyarakat sekitar untuk diambil sisa emas, tembaga, serta perak yang
masih tersembunyi dibalik hasil buangan dari industri freeport tersebut.
Pasir tersebut masih memiliki campuran bahan kimia keras sehingga
kebanyakan para penduduk yang mencari bahan tambang tersebut
mengalami kanker kulit.
Manfaat dari adanya tailing limbah freeport tersebut sebagian kecil
telah dimanfaatkan oleh masyarakan sekitar seperti untuk pembutan goronggorong pada perumahan sekitar serta dapat menyuburkan tanaman seperti
akar wangi.
Intinya, ada beberapa manfaat yang ditimbulkan dari adanya masalah
lingkungan hidup ini meskipun lebih banyak resiko atau bahaya yang
ditimbulkan. Adapun manfaat dari adanya masalah lingkungan hidup yaitu
masyarakat sebagai pengguna atau konsumen Sumber Daya Alam yang tersedia
lebih sadar diri dalam penggunaan atau mengeksploitasi sumber daya alam
terutama untuk yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, batu bara, dan
lain, selain itu juga mengurangi tingkat pengangguran masyarakat dan menambah
penghasilan bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan kerusakan lingkungan
tersebut dengan cara mengolah kembali hasil kerusakan alam itu sendiri. Selain
itu masyarakat mendaptkan perhatian lebih dari pemerintah setempat maupun
negara itu sendiri.
Adapun Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang
Tata Guna Tanah.
Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan

Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah


Pelestarian

tanah

(tanah

datar,

lahan

miring/perbukitan)

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang


berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan
tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya
kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi.
1. Pelestarian udara
Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran
Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat
merusak lapisan ozon di atmosfer
2. Pelestarian hutan
Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul
Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
Menerapkan sistem tebangtanam dalam kegiatan penebangan hutan.
Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.
3. Pelestarian laut dan pantai
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di
areal sekitar pantai.
Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di
dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari
ikan.
Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
4. Pelestarian flora dan fauna
Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
Melarang kegiatan perburuan liar.
Menggalakkan kegiatan penghijauan.

Anda mungkin juga menyukai