Anda di halaman 1dari 12

MODUL 6.

LANDASAN PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA

A. Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang dipengaruhi oleh faktor kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk terdiri atas dua macam,
yaitu sebagai berikut:

1. Pertumbuhan penduduk alami, yaitu pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh


kelahiran dan kematian.
2. Pertumbuhan penduduk total, yaitu pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh kelahiran,
kematian, imigrasi, dan emigrasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk terdiri dari 2 faktor yaitu kelahiran dan
kematian. Berikut merupakan faktor yang memepengaruhi pertumbuhan penduduk

a. Kelahiran (natalitas/fertilitas): Kelahiran adalah kemampuan seorang wanita melahirkan yang


tercermin dalam jumlah bayi yang dilahirkan. Angka kelahiran ialah rata-rata banyaknya bayi
yang lahir dari tiap 1.000 orang penduduk dalam satu tahun. Angka kelahiran dibagi menjadi
dua, yaitu:

Angka kelahiran kasar: Angka kelahiran kasar adalah jumlah tiap kelahiran 1.000 orang
penduduk pada suatu daerah dalam waktu satu tahun.

Angka kelahiran khusus: Angka kelahiran khusus adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kelahiran hidup dari 1.000 wanita usia tertentu dalam waktu satu tahun. Yang dimaksud usia
tertentu, misalnya: pada usia 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-39 tahun, dan seterusnya.

b. Kematian (mortalitas): Angka kematian adalah jumlah kematian setiap seribu penduduk setiap
tahun.

Angka kematian kasar: Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah
kematian setiap 1.000 penduduk per tahun. Berikut ini penggolongan kematian kasar, yaitu:

1) Angka kematian rendah, jika angka kematian kurang dari 10.


2) Angka kematian sedang, jika angka kematian antara 10 – 20.
3) Angka kematian tinggi, jika angka kematian lebih dari 20.

Angka kematian khusus : Angka kematian khusus adalah rata-rata banyaknya orang yang meninggal
dari tiap 1.000 orang penduduk per tahun.

Tingkat pertumbuhan populasi Indonesia antara tahun 2010 dan 2020 adalah sekitar 1,25% per tahun.
Pertumbuhan tertinggi terjadi di propinsi Kalimantan Utara (3.84 persen), sementara pertumbuhan
populasi terendah terjadi di propinsi Jawa Timur (0.62 persen). Program Keluarga Berencana (KB)
dikoordinasi oleh institusi pemerintah, yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Program KB dimulai pada tahun 1968 semasa pemerintahan presiden Suharto dan sampai
saat ini masih diteruskan oleh presiden2 penerusnya. Program ini adalah strategi penting bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia karena pertumbuhan populasi yang rendah akan menyebabkan
tingkat PDB per kapita yang lebih tinggi, yang juga akan meningkatkan pendapatan, tabungan,
investasi serta menurunkan tingkat kemiskinan.

Menurut proyeksi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menilik populasi
absolut Indonesia di masa depan, maka negeri ini akan memiliki penduduk lebih dari 270 juta jiwa

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 1
pada tahun 2025, lebih dari 285 juta jiwa pada tahun 2035 dan 290 juta jiwa pada tahun 2045. Baru
setelah 2050 populasi Indonesia akan berkurang. Menurut proyeksi PBB pada tahun 2050 dua pertiga
populasi Indonesia akan tinggal di wilayah perkotaan. Sejak 40 tahun yang lalu Indonesia sedang
mengalami sebuah proses urbanisasi yang pesat makanya sekarang sekitar separuh dari jumlah total
penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan. Proses ini menunjukkan perkembangan positif bagi
perekenomian Indonesia karena urbanisasi dan industrialisasi akan membuat pertumbuhan ekonomi
lebih maju dan menjadikan Indonesia negeri dengan tingkat pendapatan menengah ke atas.

B. Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Pertambahan jumlah penduduk berpengaruh dengan perubahan iklim dan berpotensi terjadinya
pemanasan global (global warming). Hal ini terjadi di daerah-daerah dingin seperti kutub utara dan
kutub selatan terdapat bongkahan-bongkahan es yang sudah mencair. Es yang mencair menyebabkan
naiknya tingkat permukaan laut global ancaman bagi keselamatan bumi. Naiknya suhu bumi di
berbagai negara mengalami kenaikan antara 1,40C - 5,90C. Global warming ancaman bagi mahluk
hidup bumi dan akan berdampak pada terjadinya disaster seperti kekeringan, badai topan, El Nino,
badai siklon tropis, banjir dan bencana lainnya yang berpengaruh kestabilan fungsi lingkungan sebagai
sumber daya.

Lingkungan sebagai sumber daya mempertemukan berbagai kepentingan di dalamnya, antara lain
kepentingan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Benturan kepentingan antara berbagai pihak
sering berakibat kondisi lingkungan harus menjadi korban. Pada akhirnya, kondisi lingkungan yang
dikorbankan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar. Pengelolaan lingkungan
selain berusaha melakukan tindakan preventif, yakni mencegah meluasnya kerusakan lingkungan juga
melakukan tindakan represif, yaitu bertindak secara nyata untuk menghadapi kondisi lingkungan yang
terlanjur rusak. Kondisi lingkungan yang demikian jika dimungkinkan perlu diperbaiki agar dapat
bermanfaat kembali bagi kesejahteraan masyarakat banyak.

Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
merumuskan bahwa lingkungan merupakan kesatuan ruang yang semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam definisi ini terlihat
semakin jelas bahwa manusia memiliki andil yang besar di dalam mempengaruhi kebelangsungan dan
dinamika lingkungan. Lingkungan meliputi keadaan baik yang disebut makhluk hidup maupun benda,
termasuk pula keadaan-keadaan yang mempengaruhi keberadaan makhluk hidup dan benda.
Keadaan-keadaan yang kemudian juga disebut hukum alam memang akan mengalami keadaan
homeostasis (keseimbangan) apabila pengaruh manusia dalam batas kewajaran, namun apabila
campur tangan manusia telah melampaui batas kemampuan salah satu atau lebih komponen
lingkungan untuk memperbaiki dirinya, maka akan terjadi ketidakseimbangan atau
ketidakharmonisan antara komponen lingkungan.

Jika dalam kedua definisi tersebut manusia ditempatkan sebagai salah satu komponen lingkungan,
maka dalam definisi benkut ini lingkungan lebih dilihat sebagai sesuatu yang berada di luar diri
manusia. Dahlan (1995:4) menegaskan bahwa lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
berada di sekitar kita. Lingkungan dikategorikannya menjadi tiga, yaitu:

1. Lingkungan fisik seperti tanah, air, udara, serta interaksi diantara unsur tersebut.

2. Lingkungan biologis, termasuk di sini adalah semua organisme hidup baik binatang, tumbuh-
tumbuhan maupun mikroorganisme.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 2
3. Lingkungan sosial, meliputi semua interaksi manusia dengan sesamanya.

Lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial merupakan kesatuan sistem yang tidak
dapat saling dipisahkan. Ketiga lingkungan tersebut berinteraksi satu sama lain menurut hukum-
hukum keseimbangan sistem lingkungan (hukum alam). Hukum alam yang mengatur keseimbangan
dapat mengalami perubahan menjadi tidak lagi sinergis apabila tekanan manusia terlalu besar
terhadap lingkungan. Tekanan manusia terhadap lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah beban
hasil kegiatan manusia berupa limbah/sampah yang terlalu besar jumlahnya. Jumlah yang besar dari
hasil aktivitas manusia dapat dideterminasikan melalui kemampuan lingkungan untuk mampu pulih
atau tidak kemampuannya dalam melayani pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang.

Suparmoko (2000:1) menyebutkan tiga fungsi atau peranan lingkungan yang utama, yaitu:

1. Sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi barang jadi atau untuk langsung
dikonsumsi.

2. Sebagai asimilator, yaitu sebagai pengolah limbah secara alami.

3. Sebagai sumber kesenangan.

Lingkungan terdiri atas berbagai komponen yang meliputi berbagai sumber daya yang dapat
bermanfaat bagi manusia. Salah satu komponen tersebut adalah bahan mentah atau sumber daya
alam (natural resources). Bahan mentah tersebut ada yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dapat
dimanfaatkan, misalnya bahan tambang. Bahan mentah juga ada yang dapat langsung dikonsumsi
selain dapat diolah kembali, misalnya berbagai produksi pertanian.

Lingkungan akan berjalan dengan prinsip, tatanan, hukum seperti homeostasis (keseimbangan),
kemampuan/kapasitas (resilience), kompetisi, toleransi, adaptasi, suksesi, evolusi, mutasi, hukum
minimum, hukum entropi, dan sebagainya (Moh. Soeijam, dkk, 1987:3). Hukum alam merupakan salah
satu hukum yang cenderung statis apabila faktor di luar hukum tersebut tidak berpengaruh terlalu
besar. Apabila hutan tropis tidak ditebangi menurut ambisi ekonomi manusia, tentunya suhu bumi
tidak akan terus meningkat, tidak akan terjadi bencana banjir, dan tidak akan terbentuk lahan fintis.
Pada daerah pedesaan yang tekanan jumlah penduduk kecil sering masih dapat ditemukan udara yang
segar, karena meskipun manusia menghasilkan limbah dalam aktifitasnya, namun pengolahan alam
terhadap limbah tersebut masih dimungkinkan. Sebaliknya di daerah perkotaan yang padat tentunya
akan sulit ditemukan udara pagi yang segar, karena limbah dan polutan yang dihasilkan lebih besar
jumlahnya dibandingkan kemampuan alam untuk menetral isi keadaan tersebut.

Lingkungan juga menjadi sumber kesenangan, karena dapat dijadikan sebagai obyek pemuasan
kebutuhan manusia. Tuntutan kebutuhan manusia dengan pemanfaatan sumberdaya alam cenderung
tidak berpihak pada kelestarian lingkungan. Revolusi industry 4.0 menjadi tantangan dalam menjaga
kelestarian lingkungan hidup dimana industri 4.0 di sektor lingkungan keberpihakan kepada daya
dukung lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development), keberlanjutan
ekologis, pendidikan lingkungan, konservasi dan produk ramah lingkungan. Dengan demikian
pertumbuhan penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat di suatu wilayah tidak
melebihi dari daya dukung lingkungan dan keberpihakan kepada kelestarian lingkungan.

Dampak dan Permasalahan Pertumbuhan Penduduk

Masalah lingkungan yang utama menurut Emil Salim (Slamet Prawirohartono, 1991: 188) adalah
ledakan penduduk dan perkembangan teknologi. Kedua masalah tersebut secara langsung
berhubungan dengan manusia. Ledakan penduduk timbul karena manusia yang terus aktif

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 3
bereproduksi, sedangkan perkembangan teknologi bersumber dari peningkatan kapasitas
kemampuan berfikir dan pengembangan metode positif pada diri manusia. Oleh Sugeng Martopo
(1995:1) berdasarkan pada pendapat Zen juga ditegaskan pendapat yang hampir senada, yaitu bahwa
masalah lingkungan timbuh karena: dinamika penduduk, pemanfaatan pengelolaan sumber daya yang
kurang bijaksana, kurang terkendalinya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi maju, dampak
negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya positif, dan benturan tata ruang.

Pola kehidupan manusia memang mengalami suatu revolusi besar-besaran ketika dihadapkan pada
kenyataan semakin meningkatnya populasi jumlah manusia dan juga perkembangan teknologi yang
dapat digunakan untuk menunjang kehidupan. Pola hidup tersebut sebagian diantaranya ada yang
kurang selaras dengan lingkungan alam sehingga menghasilkan krisis lingkungan. Perubahan pola
kehidupan antara lain: meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang membutuhkan
bahan bakar minyak, meningkatnya penggunaan energi listrik akibat alat-alat yang perlu diaktifkan
dengan tenaga tersebut; berubahnya pola makan dari teknik pengolahan tradisional menjadi
menggunakan alat modem yang lebih hemat waktu; dan digunakannya traktor serta mesin dalam
usaha pertanian. Perubahan pola yang diberikan tersebut hanyalah beberapa contoh. Krisis
lingkungan turut dipengaruhi oleh perubahan pola dan gaya hidup tersebut.

Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada tanggal 11 Juli dan dengan populasi penduduk yang terus-
menerus meningkat setiap tahunnya. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa jumlah
penduduk dunia ditahun 2017 tercatat 7,6 miliar dan akan meningkat menjadi 8,6 milyar pada tahun
2030, 9,8 miliar pada tahun 2050. Data The Spectator Index di tahun 2018 dari 20 negara dengan
penduduk terbanyak di urutan pertama yaitu China jumlah penduduk 1,4 milyar jiwa, India jumlah
penduduk 1,33 miliar jiwa, Amerika Serikat jumlah penduduk 328 juta jiwa dan Indonesia memiliki
populasi penduduk sebesar 265 juta jiwa dengan penduduk terbanyak nomor empat di dunia.
Berdasarkan data Worldometers, Indonesia di tahun 2019 jumlah penduduk mencapai 269 juta jiwa
atau 3,49% dari total populasi dunia.

Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis kelamin

Sumber: BPS 2021

Peningkatan populasi tersebut membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pemenuhan kebutuhan
hidup, mulai dari pangan, sandang, papan, maupun kebutuhan integratif lainnya. Meningkatnya
populasi manusia secara langsung berhubungan dengan terpenuhinya kebutuhan hidup yang hampir
seluruhnya memanfaatkan sumber daya alam. Kebutuhan pangan yang meningkat berusaha dipenuhi
dengan modernisasi dan mekanisasi pertanian. Modernisasi pertanian memiliki aspek positif
diantaranya dapat mencapai intensifikasi dan difersivikasi produksi, namun juga turut
menyumbangkan aspek negatif seperti dampak penggunaan pestisida dan insektisida terhadap

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 4
kualitas lingkungan. Peningkatan kebutuhan sandang juga secara tidak langsung memacu peningkatan
produksi perkebunan kapas, Hal negatif yang dapat timbul dari meningkatkan kebutuhan sandang
adalah efek limbah hasil produksi dari industri tekstil. Kebutuhan akan papan menuntut eksploitasi
terhadap berbagai sumber daya alam, seperti kayu, pasir, batu, dan beberapa jenis barang tambang.
Bekas daerah eksploitasi sering kali menjadi daerah yang tandus dan bahkan berubah menjadi lahan-
lahan kritis. Pemenuhan kebutuhan integratif, seperti rekreasi alam juga sering menghasilkan efek
negatif berupa rusaknya alam oleh ulah manusia yang jahil ataupun berambisi mengeruk kekayaan
dari potensi alam yang ada.

Tekanan populasi penduduk yang lain adalah akibat distribusi penduduk yang tidak merata. Urbanisasi
telah turut memperparah keadaan lingkungan perkotaan. Dalam Kongres Metropolis Sedunia
(Herlianto, 1997: 5) dikemukakan 6 masalah pokok yang umumnya dihadapi oleh kota-kota besar
dunia. Salah satu dari masalah yang disebutkan adalah lingkungan hidup dan kesehatan yang semakin
menurun Bintarto (1983:47) juga menyebutkan bahwa salah satu masalah yang ditimbulkan akibat
pemekaran kota adalah masalah sampah. Sampah dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia.
Pemukiman kumuh (siam area) juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi oleh kota-kota
besar sebagai pusat pemukiman penduduk kalangan bawah.

Faktor yang juga turut memunculkan krisis lingkungan adalah konsumsi berlebihan dan pola konsumsi
yang boros. Konsumsi berlebihan menuntut sistem produksi memperbesar kapasitasnya yang berarti
menambah jumlah zat buangan sisa hasil industri yang dihasilkan dan sisa hasil limbah plastik masusia
yaitu sisa konsumsi berupa bahan pembungkus, khususnya sampah plastik turut menjadi
permasalahan karena tidak dapat menjalani daur biologis. Berikut 5 negara penghasil sampah plastik
terbesar di dunia, Indonesia berada diperingkat ke dua sebagai penyumbang sampah plastik.

Negara pengasil sampah plastik terbanyak. (Sumber:infographic.statista.com)

Masalah lingkungan yang lainnya adalah penurunan kualitas sumber air, kekeringan dan polusi udara.
Mutu air semakin merosot karena pertambahan penduduk yang cepat sehingga limbah dari aktivitas
penduduk dan industri turut mempercepat menurunnya kualitas sumber air yang ada dengan dialirkan
atau dibuangnya limbah ke sungai ataupun laut lepas. Pada daerah tertentu, penebangan hutan dan
aktivitas pertambangan juga turut mencemari sumber air, sehingga sumber air yang pada awalnya
dimanfaatkan penduduk tidak dapat lagi dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada daerah-
daerah tertentu di Indonesia ketika musim kemarau penyaluran air dari PDAM dihentikan, sehingga
penduduk harus antri memperoleh sejumlah jatah air ataupun mengeluarkan sejumlah rupiah untuk
membeli air. Keadaan ini cukup untuk menunjukkan bahwa perubahan pada kualitas dan pemanfaatan

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 5
air oleh manusia juga telah mengalami perubahan yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap
kualitas lingkungan perairan yang ada (masih dapat dimanfaatkan).

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari hasil pemantauan kualitas air bahwa di tahun
2016 lokasi sample di 918 titik pada 122 sungai di Indonesia, 68% kondisi air sungai di Indonesia dalam
kategori cemar berat. Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa dampak negatif pencemaran air
memerlukan nilai (biaya) untuk pemulihan kualitas lingkungan baik sisi ekonomui, ekologik dan sosial
budaya. Untuk masalah lingkungan lainnya yaitu kekeringan, data tahun 2018 Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa sekitar 105 kabupaten/kota kabupaten/kota di 8 provinsi
yaitu di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur mengalami kekeringan. Dengan kekeringan tersebut 3,9 juta
jiwa membutuhkan air bersih, kekeringan 56.334 hektar lahan pertanian dan mengalami gagal panen
sekitar 18.516 hektar lahan pertanian.

Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatnya sektor yang lain yaitu industry dan transportasi
sehingga mengalami pencemaran udara menurunkan kualitas lingkungan. Data Environment
Protection Agency pada 2017, jenis gas pemicu pemanasan global adalah karbon dioksida (76%),
methane (16%), nitrous oxide (6%) dan f-gases (2%). Sektor penghasil gas rumah kaca yaitu kelistrikan
dan industri penghasil panas (25%), pertanian, kehutanan dan perubahan lahan (24%), industri (21%),
transportasi (14%), perumahan dan gedung (6%), dan sektor energi lainnya (10%). Untuk kualitas
polusi udara, Indonesia data Situs aqicn.com yaitu berada di urutan 17 dari 194 negara. Untuk
mengetahui tingkat kualitas udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memasang stasiun
Air Quality Monitoring System (AQMS) untuk menguji kualitas udara ambien di beberapa titik wilayah
Indonesia. Kota Pontianak memiliki pengukuran kualitas udara yaitu 2 stasiun AQMS dalam kondisi
aktif BMKG-PTN Jalan Raya Sei Nipah KM 20.5 dan KLHK-Pontianak Kecamatan Pontianak Tenggara.
Alat kualitas penguji udara ambien sangat penting untuk wilayah Kota Pontianak mengingat
pencemaran udara di Kota Pontianak sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan yang
dilakukan untuk pertanian baru, perumahan serta industri. Aktivitas tersebut berakibat munculnya
titik panas (hotspot) yang menghasilkan kabut asap menyebabkan memburuknya kualitas udara. Data
dari BMKG tahun 2018 Kalimantan Barat terpantau 331 hotspot dengan indeks standar pencemaran
udara (ISPU) masuk pada level berbahaya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia tahun 2019 yang
jatuh pada tanggal 5 Juni dengan tema yaitu Biru langitku, Hijau Bumiku menyampaikan bahwa
berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa polusi udara mengalami peningkatan
yang berasal dari kendaraan bermotor, industri, pertanian dan pembakaran sampah, lahan tercatat
setiap tahunnya 7 juta orang meninggal karena polusi udara. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dalam rangka menekan dampak polusi udara menargetkan penanaman pohon seluas
207.000 hektar pada tahun 2019. Hal ini dilaksanakan agar kualitas lingkungan hidup dapat terjaga
dan penduduk Indonesia dapat berperan aktif dalam pengelolaan lingkungan dengan menjaga dan
terlibat dalam keberlanjutan kelestarian lingkungan hidup.

Kualitas lingkungan akan terpelihara dengan baik jika manusia mengelola daya dukung pada batas di
antara minimum dan optimum. Pengelolaan daya dukung di bawah minimun merupakan kondisi di
mana sumber daya tidak dipergunakan dengan baik, sedangkan apabila mendekati ataupun
melampaui daya dukung maksimum akan timbul resiko bagi lingkungan, seperti terjadinya
pencemaran.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 6
Daya dukung suatu lingkungan akan berfungsi secara optimal apabila tidak menghadapi tekanan
penduduk terhadap lingkungan atau dengan kata lain kepadatan penduduk seimbang dengan sumber
daya yang tersedia pada lingkungan tersebut Keadaan tersebut memang jarang dapat ditemukan di
negara-negara berkembang. Kenyataan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang secara umum
adalah lingkungan perkotaan dihadapkan pada tekanan penduduk yang besar sementara di pedesaan
sumber daya tidak difungsikan secara optimal.

C. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan

Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah- masalah
pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah
penduduk yang besar maka fasilitas- fasilitas sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat.
Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan
menyebabkan penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat
menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga memburuk. Jika
masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat dihindari.

Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi. Hal ini memicu
terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan
dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak
meningkat. Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara. Jika masa
kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan semakin
jauh.

D. Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup

Wilayah kawasan kumuh menurut Bank Dunia (1999) merupakan bagian yang terabaikan dalam
pembangunan perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh
seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi
syarat serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya.
Tumbuhnya kawasan kumuh terjadi karena tidak terbendungnya arus urbanisasi. Di saat banjir,
lingkungan yang kumuh sering terjangkit penyakit seperti: malaria, demam berdarah, gatal –gatal,
penyakit kulit, dan sebagainya. Di karenakan pada saat banjir, selokan – selokan yang ada di
permukiman kumuh tersumbat oleh sampah yang mereka buang sendiri dan tata ruang kota yang
kurang baik.

Selain itu banyaknya wilayah hijau di perkotaan sekarang beralih fungsi sebagai bangunan – bangunan
pencakar langit, mal – mal yang banyak. Sehingga daya serap air di wilayah perkotaan sangat sedikit.
Dengan sedikitnya air yang di serap di wilayah tersebut maka terjadilah genangan air yang semakin
lama semakin membesar dengan terjadinya hujan. Dengan terjadinya bencana banjir, maka datang
lagi bencana selanjutnya yaitu penyakit yang menjadi wabah paling ampuh saat banjir. Banyaknya
wabah penyakit yang di jangkit oleh masyarakat saat banjir, itu semua sangat menggangu kesehatan
masyarakat. Karena air banjir membawa berbagai macam penyakit yang sebagian besar di sebarkan
oleh tikus dan nyamuk. Oleh sebab itu, Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan untuk
penataan lingkungan permukiman kumuh adalah:

1. Lebih mengefektifkan penertiban administrasi kependudukan bekerja sama dengan


perangkat desa yang mewilayahi permukiman kumuh di Kota Denpasar.

2. Penataan kembali lingkungan dengan penyediaan kamar mandi dan jamban umum, program
sanimas dan pengelolaan sampah swadaya di permukiman kumuh.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 7
3. Peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat

4. Sosialisasi kebijakan pemerintah kota terkait dengan program penataan kembali


permukiman kumuh perlu lebih digalakkan dengan melibatkan kelompok masyarakat di
permukiman kumuh.

5. Perlu dilakukan studi lanjutan untuk menggali informasi yang lebih luas terkait dengan
penataan kembali lingkungan permukiman kumuh.

E. Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan

Kekurangan gizi dan angka kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia
dan Pasifik kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu, kata sebuah laporan
badan kesehatan PBB hari Senin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran
kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000
tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecnderungan sekarang. “Sejauh ini bukti
menunjukkan bahwa kendati ada beberapa kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling
miskin, tetap ketinggalan dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk sementara negara-
negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang kronis, kata data laporan itu.

Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penduduk yang menderita
kekurangan gizi di dunia mencapai 768 juta orang pada 2020, naik 18,1% dari tahun sebelumnya
sebesar 650,3 juta orang. Berdasarkan kawasan, jumlah penduduk kekurangan gizi di Asia menjadi
yang terbanyak, yakni 418 juta orang pada 2020. Secara rinci, ada 305,7 juta penduduk yang menderita
kekurangan gizi di Asia Selatan. Kemudian, 48,8 juta orang menderita kekurangan gizi di Asia Tenggara.
Penduduk kekurangan gizi di Asia Barat dan Asia Tengah masing-masing sebesar 42,3 juta orang dan
2,6 juta orang. Sementara, jumlah penduduk kekurangan gizi di Asia Timur tidak dilaporkan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka prevalensi ketidakcukupan pangan (Prevalence of
Undernourishment/PoU) nasional tahun 2020 sebesar 8,34%. Angka tersebut naik 0,71% dibandingkan
tahun sebelumnya yang sebesar 7,63%. Angka PoU sebenarnya sudah menunjukkan adanya perbaikan
pada 2018 dan 2019, tetapi meningkat kembali pada 2020 lantaran terimbas efek pandemi.
Peningkatan kekurangan pangan ini juga sejalan dengan peningkatan angka kemiskinan yang
mencapai 5,09% pada tahun 2020.

“Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan
utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini,” kata laporan itu. Kelaparan cenderung terpusat
di daerah-daerah pedesaan di kalangan penduduk yang tidak memilki tanah atau para petani yang
memiliki kapling yang sempit untuk memenunhi kebutuhan hidup mereka,” tambah dia.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 8
Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan Nasional (2017-2020)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS),

F. Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan

Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni
kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya.
Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada
kesadaran fatalistik dan menyerah pada “takdir”. Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan
yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan.
Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran
fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras.

Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan
terhadap kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan.

Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya, sulit dipahami jika manusia
tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung
kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk
menerapkan ajaran dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan,
wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran manusia.

Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan karena
otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di
struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural
disebut “kemiskinan struktural”. Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural
untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga
disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem
tidak memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat,
bahkan kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man in the
wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.

Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia. Fitrah manusia adalah
hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh. Untuk mengentaskan masyarakat

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 9
Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil
kebijakan strategis. Kebijakan strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling
efektif. Dalam konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalur
paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia.

Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur yang tidak
berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor manusianya. Struktur jelas buatan
manusia dan dijalankan oleh manusia pula. Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur
dan fungsi sistem jelas mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda
terbesar pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia agar
menjadi kritis.

G. Kemiskinan dan Keterbelakangan

Kemiskinan dan Keterbelakangan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi
moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,


sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipsdfgeggahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan


ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan
informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai"
di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu
dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang
makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per
hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari
dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan
pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia
mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam
Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode
1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah
berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Menurut lansiran worldpopulationreview.com, Bank Dunia mencatat rasio penduduk miskin


dibanding populasi di Sudan Selatan mencapai 82,3%. Negara termiskin selanjutnya adalah Guinea
Khatulistiwa (76,8%) dan Madagaskar (70,7%). Sudan Selatan merupakan negara kaya minyak yang

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 10
baru mendapatkan kemerdekannnya pada 9 Juli 2011 setelah berkonflik selama enam tahun dengan
Sudan. Konflik politik, jatuhnya harga minyak, dan tingginya biaya keamanan masih menjadi isu utama
negara tersebut pasca-kemerdekaaan. Konflik serta kekerasan yang sering terjadi di Sudan Selatan
membuat penduduknya sulit untuk bercocok tanam dan memanen hasil pertanian. Adapun
pendapatan per kapita penduduk Sudan Selatan US$791 per tahun (Rp11,45 juta).

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran
kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang
berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat
sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian
ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara
ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

a. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

b. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

c. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan


sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

d. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi;

e. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan,
namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat
yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan
publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:

a. Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.

b. Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan,
kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.

c. Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan
perawatan kesehatan.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 11
Kesimpulan

Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup memang ada dua aliran yang berkembang. Aliran
yang pertama melihat bahwa manusia memiliki keunggulan sehingga dapat memanfaatkan alam
secara maksimal untuk memenuhi kebutuhannya. Aliran yang kedua melihat bahwa manusia
sebenarnya merupakan bagian dari lingkungan, sehingga perlu berusaha hidup selaras dengan
lingkungan. Aliran yang pertama memang menghasilkan manusia-manusia yang berprinsip ekonomis
tinggi, tetapi mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan pandangan pertama inilah
eksplorasi alam secara sewenang-wenang terus berkembang. Aliran yang kedua yang diharapkan
dapat tumbuh sebagai penyelaras guna terwujudnya idealisme pembangunan berwawasan
lingkungan dan lingkungan sebagai sumber daya mempertemukan berbagai kepentingan di dalamnya,
antara lain kepentingan keberlanjutan lingkungan untuk kebutuhan masyarakat.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2022. Statistik Indonesia Tahun 2020. Jakarta Pusat: Badan Pusat
Statistik
Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahan nya. Jakarta: Ghalis-Indonesia
Moh. Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Herlianto, 1997. Urbanisasi Pembangunan dan Kerusuhan Kota. Bandung:PT. Alumni
Martopo, Sugeng. 1992. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta:PPLH UGM
Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997
Slamet Prawirohartono, 1999. Sains Biologi, Bumi Aksara
Soerjani, dkk, 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta:
UI Press
Sunu, Pramudya, 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001, Terbitan Pertama,
PT. Gramedia Indonesia, Jakarta.
Suparmoko. 2000. Ekonomika Lingkungan. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE
https://loop.co.id/articles/negara-penghasil-sampah-plastik/full
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/24/15554271/musim-kemarau-ini-8-wilayah-yang-
alami-kekeringan?page=all
https://tirto.id/indo nesia-darurat-kekeringan-dan-krisis-air-bersih-cwtr.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN 12

Anda mungkin juga menyukai