Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dwi Septi Nur Amaliah

NIM : 20200210192
Kelas : Agroteknologi D

BENTUK PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT ULAH MANUSIA

LANDASAN TEORI
Menurut Poerwadarminta (dalam Neolaka, 2008: 30) lingkungan
merupakan sekeliling atau sekitar, bulatan yang melingkupi, sekalian yang
terlingkup di suatu daerah dan sekitarnya, termasuk orang-orangnya dalam
pergaulan hidup yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaannya. Segala
sesuatu yang ada di luar suatu organisme meliputi lingkungan abiotik dan biotik,
faktor-faktor yang membentuk lingkungan sekitar organisme, terutama
komponen-komponen yang mempengaruhi perilaku reproduksi, dan
kelestariannya. Dengan begitu, salah satu faktor yang membentuk lingkungan
berdasarkan kelestariannya adalah menciptakan lingkungan bersih dan sehat.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah tingkat kepedulian dan kesadaran
masyarakat akan lingkungan hidup dan alam masih rendah. Hal ini itu
berpengaruh pada kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar pemukiman. Pada
dasarnya dukungan penuh pemanfaatan lingkungan sesungguhnya ada dalam
Undang-Undang dan peraturan-peraturan tentang lingkungan. Seperti pada pasal
28H ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan”.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pasal (1) juga dijelaskan
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ayat 6-7 bahwa
pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya memelihara
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Dan daya
dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya. Dengan adanya undang-undang ini, masyarakat diharuskan untuk
memiliki, menjaga dan melestarikan lingkungan tempat tinggalnya. Karena jika
tidak terlaksanakan, maka perusakan dan pencemaran yang terjadi tidak dapat
terelakkan. Dan hal itu dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada
lingkungan tempat tinggal masyarakat sekitar.
Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Krisis lingkungan saat ini sudah sampai pada tahap yang serius
dan mengancam eksistensi planet bumi di mana manusia, hewan, tumbuhan,
mikroorganisme bertempat tinggal dan melanjutkan kehidupannya.
Kerusakan lingkungan baik dalam skala global maupun lokal termasuk di
Negara Indonesia hingga saat ini sudah semakin parah. Indikator kerusakan
lingkungan terutama yang diakibatkan oleh degradasi lahan cukup nyata di depan
mata dan sudah sangat sering kita alami seperti banjir tahunan yang semakin besar
dan meluas, erosi dan sedimentasi sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan
air (kualitas dan kuantitasnya) yang berakibat kelaparan dibeberapa daerah di
Negara Indonesia dan beberapa Negara lain (Utami, 2008: 70).

PENEMUAN KERUSAKAN LINGKUNGAN


Semakin berkembangnya zaman, kondisi masyarakat Indonesia semakin
memprihatinkan. Hal ini ditunjukkan pada peristiwa yang masih sering terjadi di
lingkungan masyarakat, yaitu berupa penyimpangan-penyimpang terhadap kaidah,
norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Salah satunya mengenai kepedulian
masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Ketidakpedulian masyarakat
akan lingkungan dapat terlihat dari sikap dan kesadaran dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat Indonesia. Akan tetapi, jika sikap disiplin tidak didasari
dengan hukum dan peraturan dari Pemerintah, maka tidak akan berjalan dengan
baik karena masyarakat hanya akan terpaku pada peraturan tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan gambar berikut ini.
Gambar di atas menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar Pemalang
belum memiliki kesadaran akan perilaku yang menyimpang. Sampah dan
sejenisnya seperti limbah cair, polusi, dan pencemaran merupakan permasalahan
yang berdampak negatif sangat luas yang merugikan, yang mengganggu
ekosistem alam, jika tidak dikelola dengan baik. Sampah selain menimbulkan bau
tidak sedap, juga dapat menjadi faktor media untuk berbagai macam penyakit
berkembang biak. Dampak negatif sampah tertentu dapat merambah kepada
dampak sosial (mengganggu kenyamanan, keindahan dan menyebabkan penyakit
pada manusia), dampak fisik (merusak struktur tanah khususnya yang berbentuk
cairan minyak, oli, zat-zat kimia, dan sebagainya) dan dampak hayati
(memusnahkan komponen hayati baik tumbuhan maupun hewan dari buangan
bahan beracun, oli, batu baterai bekas) (Mufid, 2010:122).

PEMBAHASAN
Dalam Islam kebersihan telah dijelaskan dalam sebuah Hadits Riwayat
Muslim yang berbunyi “an-nazhafattu minal iimaan” yang artinya “kebersihan
sebagian dari iman”. Sementara itu, dalam Al-quran juga dijelaskan yang artinya
“dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai
orang-orang yang bersih (Q.S. At-Taubah [9]:108)”. Berdasarkan hadits dan ayat
Al-quran, Allah dan Rasulnya telah mengamanahkan kepada umat manusia
terutama untuk seorang muslim agar dapat mencintai dan menjaga lingkungan
sekitar tempat tinggal. Sikap yang dimiliki masyarakat pekunden seharusnya
sesuai dengan ayat di atas. Namun pada kenyataannya, yang terjadi pada
masyarakatnya masih belum sesuai dengan ayat tersebut.
Jika menilik fenomena di atas, maka faktor penyebab terjadinya kerusakan
lingkungan berupa pembuangan sampah adalah karena ulah manusia atau faktor
alam. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menimbulkan dampak negatif,
antara lain menimbulkan penyumbatan pada saluran drainase dan saluran air hujan
sehingga mengakibatkan banjir, mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan
dan menjadi sumber penyakit serta dampak negatif lainnya (Pande Made
Kutanegara, 2004: 47-48). Seperti yang diketahui dalam al-Qur’an bahwa banyak
kerusakan di muka bumi akibat ulah tangan manusia pada surat Ar-Ruum: 41
yang memiliki arti “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”.
Makna dari ayat diatas adalah apabila manusia mengurus dan mengelola
alam lingkungan dan berbagai kekayaan yang tersedia ini dengan sebaik-baiknya,
seadil-adilnya maka keadilan itu akan dinikmati manusia secara awet dan lestari.
Tetapi sebaliknya, apabila pengurusan alam ini tidak baik, boros dan
serampangan, dan tidak adil serta tidak seimbang dalam melakukan eksplorasi
melewati batas dalam memperlakukan alam lingkungannya, niscaya azab Allah
dan malapetaka akan datang kepada manusia dan itu tidak lain akibat perbuatan
tangan manusia itu sendiri (Kaelani, 2000: 137).
Faktor di atas sejalan dengan pendapat Christie, dkk., (2013: 6) yang
menyatakan bahwa faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan lingkungan hidup
akibat faktor alam Bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda
Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Yaitu peristiwa
alam yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain; letusan
gunung berapi, gempa bumi, angin topan, banjir, dan lain sebagainya. Peristiwa-
peristiwa alam tersebut yang menimbulkan kerusakan pada lingkungan hidup.
Kedua, kerusakan lingkungan hidup akibat faktor manusia manusia sebagai
penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian
lingkungan hidup, yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran
akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Manusia merupakan salah satu
kategori faktor yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Dengan demikian, manusia harus sadar bahwa kita semua merupakan
bagian dari ekosistem. Manusia sadar bahwa hakikat kehidupan dan kelangsungan
eksistensinya sangat bergantung pula pada sikap manusia dalam memengaruhi
lingkungannya. Karena itu, manusia dalam tingkah lakunya harus selalu menjaga
agar keseimbangan sistem ekologi tidak terganggu. Lingkungan dijaga agar
keharmonisan dan keseimbangannya lestari. Dengan begitu terjamin pula
kelangsungan hidup dari semua organisme hidup lain, termasuk manusia. Dalam
hal ini manusia berperan sebagai pelestari lingkungan.
Manusia mempunyai kesadaran dan tanggung jawab atas tingkat kualitas
lingkungan hidup. Kini manusia berkeyakinan bahwa makin tinggi kualitas
lingkungan, maka semakin banyak manusia dapat mengambil keuntungan, dan
makin besar pula daya dukung lingkungan hidup untuk manusia. Karena itu
dengan segala usaha serta penggunaan alat teknologi modern yang dimilikinya,
manusia, sambil memanfaatkan sumber daya alam lingkungan, juga meningkatkan
kualitas lingkungannya (Irianto, 2014: 101). Oleh karena itu, manusia harus
menjaga dan memelihara alam untuk kepentingan bersama atau kepentingan
semua.
Dalam hal ini perlu adanya tanggung jawab antara manusia dengan
lingkungan sekitar, seperti pendapat Dwiyatmo (2007: 4-9) berikut ini.
1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature).
2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature).
3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity).
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring for Nature).
5. Prinsip “No Harm”.
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam.
Dapat dikatakan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan manusia akan
mengakibatkan dampak atau gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem
itu (lingkungan). Upaya yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan dampak
positif dan meminimalkan dampak negatif, sehingga kerusakan dan pencemaran
yang timbul dapat ditoleransi oleh lingkungan. Untuk dapat mewujudkannya
adalah dengan cara pengelolaan lingkungan yang berasaskan pelestarian
lingkungan. Dengan kita memahami asas-asas ataupun cara tentang pengelolaan
lingkungan yang baik, maka lingkungan akan bersih dan tentram.

SARAN/REKOMENDASI
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam
yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi
yang negative karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah dan
pengelolaannya kini menjadi masalah yang mendesak, sebab apabila tidak
dilakukan penanganan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat
mencemari lingkungan baik terhadap tanah, air, dan udara.
Saran yang tepat bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Desa
Mulyoharjo adalah menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk
menggerakkan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara simultan dan
kontinyu. Selanjutnya bagi masyarakat yang beriman agar perlu meningkatkan
kesadaran terhadap penanggulangan pencemaran lingkungan hidup dan
pengelolaan sampah. Saran ketiga adalah bagi setiap pejabat desa diharapkan
dapat meningkatkan pengawasan terhadap masyarakat serta perlu adanya aturan
desa dan sanksi yang diterapkan yang mengatur terkait larangan pembuangan
sampah sembarangan agar tidak terjadi peningkatan pencemaran lingkungan
hidup, bahkan perlu adanya kerjasama dengan LPM (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat) dalam melaksanakan pelestarian lingkungan hidup. Dengan adanya
saran dan penerapan prinip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), maka akan tercipta
lingkungan yang bersih dan bersahaja.

DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Kusuma Kelana. 2000. Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dwiyatmo, Kus. 2007. Pencemaran lingkungan dan Penanganannya.
Yogyakarta: PT Citra Aji Pratama.
Irianto, Koes. 2014. Ekologi Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Made Kutanegara, Pande, dkk. 2014. Membangun Masyarakat Indonesia Peduli
Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mufid, Sofwan Anwar. 2010. Ekologi manusia dalam Perspektif dan Ajaran
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 tentang Pemiliharaan Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.
Utami, Ulfah. 2008. Konservasi Sumber Daya Alam Perspektif Islam dan Sains.
Malang: UIN Malang Press.
Christie, Yosef Anata, Sina, La & Erawaty, Rika. 2013. “Dampak Kerusakan
Lingkungan Akibat Aktivitas Pembangunan Perumahan (Studi Kasus di
Perumahan Palaran City oleh PT Kusuma Hady Property)”. Jurnal Beraja
Niti, 2 (11).

Anda mungkin juga menyukai