Terhadap Kesehatan
Nama
NIM
UNIV
Email
Abstrak
Secara alami manusia harus menyadari tujuan dan efek yang ditimbulkan dari
penggunaannya. Karena tumbuh kembangnya ekosistem lingkungan akan
dipengaruhi oleh setiap tingkah laku dan kehidupan manusia yang memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, karena lingkungan memainkan peran yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat perlu memastikan
lingkungan yang bersih dan bebas polusi. Konservasi lingkungan Salah satu peran
masyarakat dalam dan pengelolaan adalah pembuatan undang-undang lingkungan.
Perlindungan dan Pengelolaan, disingkat UUPPLH, adalah seperangkat peraturan
yang dibuat untuk menjamin pemenuhan dan persyaratan hak lingkungan hidup
dalam perlindungan dan pengelolaan. Adapun kesimpulan yang didapat keberadaan
masyarakat dapat menjadi sangat efektif jika dapat memenuhi perannya dalam
mengendalikan pengelolaan lingkungan yang ada. Tujuan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan dari tahap perencanaan hingga evaluasi adalah untuk
menghasilkan informasi dan kesadaran (kepentingan umum) yang berguna dari warga
dan masyarakat yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan lingkungan guna mencapai kesejahteraan dari kesehatan.
B. Kerangka Teori
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan terdiri dari
komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak
bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan
komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan,
manusia dan mikro-organisme. Lingkungan erat kaitannya dengan aktivitas yang
dilakukan oleh manusia. Aktivitas tersebut tentunya akan menghasilkan dampak
bagi lingkungan hidup, untuk itu dibentuklah sebuah undang-undang yang
1
N. H. T Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Jakarta,
hlm. 1
mengatur perusahaan dalam perlakuan serta pengolahannya terhadap lingkungan
yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
yang mendefinikan lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.2
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun
disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia, dapat dicegah dengan cara mengurangi
pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari
lingkungan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri
dari berbagai bahan kimia.3
Richard Stewart dan James E. Krier mengklasifikasikan masalah
lingkungan menjadi tiga jenis. Kedua, penyalahgunaan atau penggunaan lahan.
Ketiga, pengerukan berlebihan yang menyebabkan menipisnya sumber daya alam.
Dengan garis yang jelas, gangguan kualitas lingkungan seperti penipisan sumber
daya alam, pencemaran dan perusakan lingkungan tidak dapat dipisahkan dari
penggunaan sumber daya alam secara sembarangan dan berlebihan.4
2
Bagian Kesehatan Lingkungan, 2017, Toksikologi Lingkungan Parawisata KLP 605,
Kurikulum PS IKM Study Guide Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, hlm. 6
3
Auldry F Walukow, Kholil Djokosetiyanto, dan Dedi Soedharma, 2009, Rekayasa Model
Pengelolaan Danau Terpadu Berwawasan Lingkungan Studi Kasus di Danau Sentani, Scientific
Repository IPB University, hlm. 30
4
Richard Stewart dan James E Krier, 1978, Environmental Law and Policy, New York The
Bobbs Merrilco.Inc, Indianapolis.
C. Pembahasan
Peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan merupakan salah satu cara untuk mencegah,
mengendalikan dan memulihkan kualitas lingkungan saat ini dari kerusakan dan
pencemaran. Untuk itu diperlukan pengembangan berbagai kebijakan dan
program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan
lingkungan lainnya. Sistem ini mencakup stabilitas kelembagaan, kemitraan
sumber daya manusia dan lingkungan, instrumen hukum dan peraturan, serta
ketersediaan informasi dan pendanaan. Sifat keterkaitan (saling ketergantungan)
dan keutuhan (holisme) dari sifat lingkungan menunjukkan bahwa pengelolaan
lingkungan, termasuk sistem pendukungnya, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
harus diintegrasikan ke dalam semangat dan diperparah dengan implementasi
pembangunan dari segala sektor dan wilayah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga menyatakan bahwa
penggunaan sumber daya alam harus konsisten, konsisten dan seimbang dengan
fungsi lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan, rencana dan/atau program
pembangunan harus mencakup komitmen untuk melindungi lingkungan dan
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurut Waryo, partisipasi masyarakat pada hakikatnya adalah suatu
proses yang melibatkan masyarakat, yang biasa disebut dengan community
engagement. Ini adalah proses komunikasi dua arah yang berkelanjutan untuk
meningkatkan pemahaman penuh masyarakat tentang proses kegiatan di mana
masalah dan kebutuhan. Dalam partisipasi masyarakat yang melibatkan pola
hubungan konsultatif antara pengambil keputusan dan kelompok masyarakat yang
berkepentingan, keputusan akhir berada di tangan pengambil keputusan dan
anggota masyarakat lainnya yang memiliki hak untuk didengar dan
diinformasikan. Bersama-sama mereka mendiskusikan masalah, mencari solusi
alternatif untuk masalah, dan mendiskusikan keputusan. Selain hal di atas,
keterlibatan masyarakat memberikan informasi yang berharga bagi pengambil
keputusan, dan keterlibatan masyarakat juga mengurangi kemungkinan bahwa
masyarakat akan menolak untuk menerima keputusan. Akses informasi
pengelolaan lingkungan juga merupakan bagian integral dari aspek partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Menurut Canter, Cormick, Goulet,
dan Wingert menggambarkan keterlibatan masyarakat dalam bukunya
menjelaskan bahwa masyarakat berperran dalam membuat kebijakan, membuat
strategi, sebagai alat komunikasi, sebagai alat penyelesaian sengketa, sebagai
terapi, dan juga masyarakat sebagai pelindung dan pengelola lingkungan hidup.5
Dengan diberlakukannya Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan bahwa penggunaan
sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan
hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan
hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Penegakan hukum
pidana dalam UndangUndang 32 Tahun 2009 ini memperkenalkan ancaman
hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi
pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan
tindak pidana korporasi.
Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan azas ultimum
remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya
terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil
Leden Marpaung, penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku bagi
tindak pidana formil tertentu, yaitu penindakan terhadap pelanggaran baku mutu
air limbah, emisi, dan gangguan. Dalam pelaksanaan penegakkan hukum yang
terdapat dalam Undang-Undang ini meliputi prinsip-prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan
5
Hafidz Ma’ruf, 2016, Peningkatan Peran Serta Masyarakat”, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, hlm. 35.
yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek
transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.6
.
D. Penutup
Kesimpulan
Keberadaan masyarakat dapat menjadi sangat efektif jika dapat memenuhi
perannya dalam mengendalikan pengelolaan lingkungan yang ada. Tujuan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dari tahap perencanaan
hingga evaluasi adalah untuk menghasilkan informasi dan kesadaran (kepentingan
umum) yang berguna dari warga dan masyarakat yang berkepentingan dalam
rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan lingkungan.
Saran
Seyogyanya Pemerintah dalam membuat kebijakan dan melaksanakan
kebijakan yang telah dibuat perlu melibatkan masyarakat karena, pengambil
keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan harapan masyarakat dan
kelompok tersebut dan memasukkannya ke dalam konsep. Tempat dan peran
regulasi hanya sebagai penunjang, dan efektivitas dan kegunaannya selalu
ditentukan oleh siapa yang menggunakannya dan bagaimana. Sekuat dan
sesempurna apapun alat tersebut, tanpa keahlian dan keahlian dari orang yang
menggunakannya, efektivitas dan kesempurnaan alat tersebut tidak akan
terwujud.
6
Kadarudin, Husni Thamrin, dan Arpina, “Peran dan Hak Masyarakat dalam Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Collegium Studiosum Journal, Vol. 4, No. 2,
2021, hlm. 60.
E. Daftar Puskata
Kadarudin, Husni Thamrin, dan Arpina, “Peran dan Hak Masyarakat dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-
Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup”, Collegium Studiosum Journal, Vol. 4, No. 2, 2021;
Stewart, Richard, dan James E Krier, 1978, Environmental Law and Policy, New
York The Bobbs Merrilco.Inc, Indianapolis;