Anda di halaman 1dari 16

PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENEGAKAN HUKUM

LINGKUNGAN DI INDONESIA
Oleh : Nina Herlina, S.H., M.H.*)

ABSTRAK
Terlaksananya pembangunan berkelanjutan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya
alam adalah tujuan pengelolaan lingkungan. Masalah pengelolaan lingkungan dapat dianggap
sebagai salah satu penyebab utama rusaknya lingkungan. Muara dari semua masalah
lingkungan adalah pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan faktor keseimbangan
lingkungan yang pada gilirannya akan menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan
hidup. Tindakan hukum yang diberikan terhadap pelaku pencemaran dan perusakan
lingkungan terdiri dari aspek administrasi, aspek perdata, aspek pidana. Dalam penegakan
hukum itu sendiri perlu didukung pleh beberapa factor yaitu sarana hukum, aparat penegak
hukum, fasilitas dan sarana, perizinan, sistem Amdal, kesadaran hukum masyarakat terhadap
lingkungan.
Kata Kunci : Permasalahan, Lingkungan hidup dan Penegakannya.

ABSTRACT
Implementation of sustainable development and the controlled use of natural
resources is the goal of environmental management . Environmental management
issues can be considered as one of the main causes of environmental damage . The
goal of all environmental problems are done without regard to the development of the
environmental factors, which in turn will cause environmental damage and pollution.
Given the legal action against the perpetrators of pollution and environmental
destruction is composed of administrative aspects, aspects of civil, criminal aspects.
In the law enforcement itself should be supported pleh several factors, namely the
means of law, law enforcement personnel, facilities and infrastructure, licensing, EIA
system, public awareness of the environment.
Keywords : Problems , Environment and Enforcement .
I. Pendahuluan pengawasan, dan pengendalian lingkungan
Ruang lingkup hidup Indonesia hidup di ruang lingkup lingkungan hidup
meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Indonesia. Oleh karena itu, maka
Republik Indonesia yang ber-Wawasan pemerintah mempunyai fungsi sebagai
Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, pemegang kendali dalam kegiatan-kegiatan
hak berdaulat, dan yuridiksinya. Hal ini pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
berarti bahwa Pemerintah berkewajiban Pemerintah adalah sebagai perangkat untuk
untuk mengelola lingkungan hidup yang membuat aturan yang berbentuk pranata
meliputi kebijaksanaan penataan, yang fokusnya adalah pengelolaan secara
pemanfaatan, pemeliharaan, pemulihan, lestari dan

*)
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Galuh

1
berkelanjutan. dengan seluruh pelaksanaan pembangunan
Dalam Undang-Undang Nomor 32 diberbagai sector baik di pusat maupun
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan daerah. (Erwin, Muhamad, 2008 ; 29).
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan Sesuai dengan Undang – Undang
bahwa pengelolaan dan perlindungan Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan terpadu yang dilakukan untuk dijabarkan pula bahwa penggunaan sumber
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan daya alam harus selaras, serasi, dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau seimbang dengan fungsi lingkungan hidup.
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana,
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, dan/atau program
pemeliharaan, pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban
pengawasan, dan penegakan hukum. melakukan pelestarian lingkungan hidup dan
Pengelolaan lingkungan hidup mewujudkan tujuan pembangunan
termasuk pencegahan, penanggulangan berkelanjutan.
kerusakan dan pencemaran serta pemulihan Masalah lingkungan hidup merupakan
kualitas lingkungan telah menuntut masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa
dikembangkannya berbagai perangkat yang terjadi sebagai bagian dari proses
kebijakan dan program serta kegiatan yang natural. Proses natural ini terjadi tanpa
didukung oleh sistem pendukung menimbulkan akibat yang berarti bagi tata
pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem lingkungan itu sendiri dan dapat pulih
tersebut mencakup kemantapan kemudian secara alami (homeostasi). Akan
kelembagaan, sumberdaya manusia dan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak
kemitraan lingkungan, disamping perangkat lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang
hukum dan perundangan, tersedianya semata-mata bersifat alami, karena manusia
informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan memberikan faktor penyebab yang sangat
(interdependensi) dan keseluruhan signifikan secara variabel bagi peristiwa-
(holistik) dari esensi lingkungan telah peristiwa lingkungan. Tidak bisa disangkal
membawa konsekuensi bahwa pengelolaan bahwa masalah- masalah lingkungan yang
lingkungan, termasuk sistem pendukungnya lahir dan berkembang karena faktor manusia
tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi jauh
terintegrasikan

2
lebih besar dan rumit (complicated) keselamatan hayati. (Muhamad Erwin,
dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. 2008 : 36).
Manusia dengan berbagai dimensinya, Masalah lingkungan hidup pada
terutama dengan faktor mobilitas intinya adalah menemukan cara-cara yang
pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala harus dijalankan untuk menjamin dan
perkembangan aspek- aspek kebudayaannya, menjadikan bumi dan alam sekitar sebagai
dan begitu juga dengan faktor proses masa ruang yang layak dihuni bagi kehidupan
atau zaman yang mengubah karakter dan yang tentram, damai dan sejahtera. Karena
pandangan manusia, merupakan faktor yang itu tindakan yang mencemari lingkungan
lebih tepat dikaitkan kepada masalah- hidup sama artinya dengan mematikan hidup
masalah lingkungan hidup. Dan masalah itu sendiri. (Niniek Suparni,1994 : 18)
pengelolaan lingkungan dapat dianggap Pembangunan kawasan
sebagai salah satu penyebab utama pemukiman, industri atau perkebunan
terjadinya bencana alam di Indonesia. Muara seringkali mengabaikan kelestarian
dari semua masalah lingkungan adalah lingkungan hidup dan hanya
pembangunan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek keuntungan
memperhatikan faktor keseimbangan ekonomi semata. Lebih lanjut, kesalahan
lingkungan yang pada gilirannya akan pengelolaan lingkungan paling tidak dapat
menimbulkan kerusakan dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pencemaran lingkungan hidup. tingkat pendidikan, masalah ekonomi, pola
Pencemaran adalah suatu keadaan hidup, kelemahan sistem peraturan
dalam mana suatu zat atau energi perundangan dan lemahnya
diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan pengawasan terhadap pengelolaan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam lingkungan sehingga menimbulkan
sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, pencemaran dan perusakan terhadap
hingga menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Namun demikian masih belum
dalam keadaan termaksud yang dirasakan secara nyata tindakan hukum yang
mengakibatkan lingkungan itu tidak diberikan terhadap pelaku pencemaran
berfungsi seperti semula dalam arti lingkungan.
kesehatan, kesejahteraan, dan Berdasarkan pemaparan diatas,
permasalahan yang timbul yaitu mengenai
tindakan hukum yang

3
diberikan terhadap pelaku pencemaran dan lahan, kerusakan pesisir dan laut,
perusakan lingkungan dan faktor yang pencemaran air, tanah dan udara,
menjadi hambatan dalam penegakan hukum permasalahan lingkungan
lingkungan di Indonesia. perkotaan dan kemasyarakatan.
Permasalahan kebijakan
II. Pembahasan
pengelolaan lingkungan, pemerintah
Dalam Undang-Undang Dasar Negara
menerbitkan Undang-undang Nomor 23
Republik Indonesia Tahun 1945 beserta
Tahun 1997 yang disempurnakan melalui
perubahannya sebagai landasan
penerbitan Undang-undang Nomor 32 Tahun
konstitusional mewajibkan agar sumber
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
daya alam dipergunakan untuk sebesar-
Lingkungan Hidup. Terbitnya Undang-
besarnya kemakmuran rakyat, hal itu
undang Nomor 32 Tahun 2009 tersebut
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 33
tampaknya memang ditujukan untuk lebih
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
memperkuat aspek perencanaan dan
Bumi dan air dan kekayaan alam yang
penegakan hukum lingkungan hidup, yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
mana terlihat dari struktur undang-undang
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
yang lebih dominan dalam mengatur aspek
kemakmuran rakyat.
perencanaan dan penegakan hukum.
Seiring dengan kebutuhan
Meskipun demikian terdapat celah yang
pembangunan untuk meningkatkan
cukup mencolok dalam Undang-undang
kesejahteraan dan mengatasi banyak
Nomor
masalah, akan tetapi pengalaman
32 Tahun 2009, yaitu ketiadaan pasal dan
menunjukkan bahwa pembangunan dapat
ayat yang menyinggung tentang komitmen
dan telah menimbulkan berbagai dampak
para pemangku kepentingan untuk
negatif. Konsep pembangunan yang tidak
memperlambat, menghentikan dan
berkelanjutan dan tidak berwawasan
membalikkan arah laju perusakan
lingkungan bukan hanya akan memperparah
lingkungan (Adnan, 2009 : 36).
masalah-masalah lingkungan dan sosial yang
Kasus pencemaran dan perusakan
ada namun juga akan memicu timbulnya
lingkungan ini adalah sangat berbahaya bagi
masalah- masalah lingkungan yang baru,
kesejahteraan umat manusia. Apalagi
antara lain masalah kerusakan hutan dan
pencemaran dan perusakan lingkungan di
lakukan oleh perusahaan- perusahaan yang
bergerak dalam

4
berbagai bidang kegiatan, baik itu Disamping itu seolah-olah penegakan
pertambangan, kehutanan dan lain-lain. hukum adalah semata-mata tanggung jawab
Kalau ini terjadi yang rugi bukan satu dua penegakan dari aparat penegakan hukum.
orang saja melainkan seluruh umat manusia Padahal sesunguhnya,
dibumi ini. Oleh karena itu aspek penegakan penegakan hukum adalah kewajiban dari
hukum memerlukan perhatian dan aksi seluruh anggota masyarakat, sehingga untuk
pemberdayaan secara maksimal terutama itu pemahaman tentang hak dan kewajiban
pada perusahaan yang melakukan perusakan menjadi syarat mutlak. (K. Hardjasoemantri,
dan pencemaran lingkungan. 1993 : 84).
Koesnadi Hardjasoemantri Penegakan hukum lingkungan menurut
mengambil pendapat dari Moenadjat, bahwa Hamzah dikatakan bahwa penegakan hukum
hukum lingkungan adalah Hukum lingkungan menurut Nottie Handhaving
Lingkungan Modern menetapkan ketentuan Milieurecht ialah pengawasan dan penerapan
dan norma-norma guna mengatur tindak atau ancaman, penggunaan instrument
perbuatan manusia dengan tujuan untuk administratif, kepidanaan atau keperdataan
melindungi lingkungan dari kerusakan dan dicapailah penataan ketentuan hukum dan
kemerosotan mutunya, demi untuk peraturan yang berlaku umum dan
menjamin kelestariannya agar dapat individual. Pengawasan (controle) berarti
digunakan oleh generasi sekarang maupun pengawasan pemerintah untuk ditaatinya
generasi mendatang. Hukum Lingkungan pemberian peraturan yang sejajar dengan
Klasik atau use oriented law menetapkan penyidikan hukum pidana. (Marpaung
norma-norma dengan tujuan terutama sekali Leden, 1997 : 38)
untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi Untuk menjamin pelestarian fungsi
sumber- sumber daya lingkungan dengan lingkungan hidup, setiap perusahaan yang
berbagai akal dan kepandaian manusia guna bergerak dalam berbagai bidang kegiatan,
mencapai hasil semaksimal dan dalam diwajibkan melakukan hal-hal berikut ini.
jangka waktu yang sesingkat- singkatnya. a. Perusahaan wajib memiliki Analisis
Dikemukakan pula bahwa terdapat adanya Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
pendapat keliru yang menyatakan bahwa (Pasal 22 ayat (1),dan (2), Pasal 23 ayat
penegakan hukum hanyalah melalui proses (1) dan (2), Pasal 24,
di pengadilan.

5
Pasal 25, Pasal 26 ayat (1), (2), (3) Mengedarkan, Menyimpan,
dan (4), Pasal 27, Pasal 28 (1), (2), Menggunakan dan atau Membuang.
(3) dan (4), Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3), Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 31, Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya
Pasal 32 (1), (2) dan (3) dan pasal 33 dan Beracun ( Pasal 58 ayat (1) dan (2),
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 59 ayat (1),
tentang Perlindungan dan Pengelolaan (2), (3), (4), (5), (6) dan (7) Undang-
Lingkungan Hidup). Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Analisis mengenai dampak lingkungan Perlindungan dan Pengelolaan
hidup adalah kajian mengenai dampak Lingkungan Hidup).
besar dan penting suatu usaha dan / atau Disamping kewajiban itu, perusahaan
kegiatan yang direncanakan pada juga dilarang melanggar Baku Mutu dan
lingkungan hidup yang diperlukan bagi Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
proses pengambilan keputusan tentang ( Pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5),
penyelenggaran usaha dan atau kegiatan. Pasal 21 ayat (1),
b. Setiap usaha dan / atau kegiatan yang (2), (3) dan (4) UU No. 32 Tahun 2009
tidak termasuk dalam kriteria wajib Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Amdal, wajib memiliki Upaya Lingkungan Hidup ).
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Oleh karena itu, bagi perusahaan yang
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup melakukan pencemaran dan perusakan
yang disebut UKL-UPL (Pasal lingkungan dapat diberikan tindakan hukum
34 ayat (1) dan (2), Pasal 35 ayat (1), (2) yaitu sebagai berikut :
dan (3) Undang-Undang Nomor 32 1. Sanksi administratif
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Sanksi administratif
Pengelolaan Lingkungan Hidup). merupakan tindakan hukum yang
c. Perusahaan wajib melakukan pertama diberikan terhadap perusahaan
pengelolaan bahan berbahaya dan yang melakukan pencemaran dan
beracun. Pengelolaan bahan berbahaya perusakan lingkungan, Sanksi
dan beracun meliputi : Menghasilkan, administratif mempunyai fungsi
Mengangkut, instrumental, yaitu pencegahan dan
penanggulangan perbuatan terlarang dan
terutama ditujukan terhadap
perlindungan kepentingan yang dijaga
oleh

6
ketentuan hukum yang dilanggar hidup maka Kepala Daerah atau pihak
tersebut. yang berkepentigan dapat mengajukan
Penegakan hukum lingkungan usul pencabutan izin usaha kepada
dapat dilakukan secara preventif dan pejabat yang berwenang.
represif. Penegakan hukum preventif Undang-Undang Nomor 32
berarti pengawasan aktif dilakukan Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
terhadap kepatuhan atas peraturan tanpa Pengelolaan Lingkungan Hidup, dalam
kejadian langsung yang menyangkut Pasal 76 ayat (2) Sanksi administratif
peristiwa konkrit yang menimbulkan terdiri atas :
dugaan bahwa peraturan hukum telah a. Teguran tertulis.
dilanggar. Upaya ini dapat dilakukan b. Paksaan Pemerintah.
dengan pemantauan dan penggunaan c. Pembekuan izin lingkungan.
kewenangan yang bersifat pengawasan. d. Pencabutan izin lingkungan. Pasal
(Pasal 71 ayat (1), (2) 80 ayat ( 1 ) Paksaan
dan (3), Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74 Pemerintah sebagaimana dimaksud
ayat (1), (2) dan (3), Pasal 75 Undang- dalam pasal 76 ayat ( 2 ) huruf b berupa :
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang a. Penghentian sementara kegiatan
Perlindungan dan Pengelolaan produksi.
Lingkungan Hidup. b. Pemindahan sarana produksi.
Penegakan hukum represif c. Penutupan saluran pembuangan air
dilaksanakan dalam hal perbuatan limbah atau emisi.
melanggar peraturan dan bertujuan untuk d. Pembongkaran.
mengakhiri secara langsung perbuatan e. Penyitaan terhadap barang atau alat
terlarang itu.Dalam hal ini Gubernur yang berpontensi
yang berwenang melakukanya atau menimbulkan pelanggaran.
melalui Peraruran Daerah, Wewenang ini f. Penghentian sementara seluruh
dapat diserahkan oleh Gubernur kepada kegiatan.
Bupati / Walikota. Dan apabila ada g. Tindakan lain yang bertujuan untuk
pelanggaran tertentu yaitu seperti ada menghentikan pelanggaran dan
warga yang ternganggu kesehatannya tindakan memulihkan fungsi
akibat pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
lingkungan

7
Disamping pengawasan Penyelesaian sengketa
administratif, kepada pengusaha lingkungan hidup diluar pengadilan menurut
hendaknya ditanamkan konsep Pasal 85 dan Pasal 86 Undang- Undang
pencegahan pencemaran Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
menguntungkan (Polition Provention dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pays). Konsep ini yaitu menekankan menyatakan bahwa penyelesaian sengketa
kepada upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup diluar pengadilan
atau perusakan lingkungan hidup dalam diselenggarakan untuk mencapai
proses produksi dengan penerapkan kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
teknologi lebih bersih sehingga tercapai ganti kerugian dan/mengenai tindakan
peningkatan efisiensi dan efektifitas tertentu guna menjamin tidak terjadinya atau
produksi yang kemudian meningkatkan terulangnya dampak negative terhadap
keuntungan lingkungan hidup. Hal ini dilakukan secara
perusahaan disamping ikut menjaga sukarela oleh pihak yang berkepentingan,
lingkungan hidup. (Silalahi, Daud, yaitu pihak yang dirugikan dan yang
1996 : 43) mengakibatkan kerugian, instansi
1. Sanksi Perdata pemerintah yang terkait serta dapat pula
Sanksi perdata merupakan tindakan melibatkan pihak yang mempunyai
hukum yang kedua yang diberikan terhadap kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan
perusahaan yang melakukan pencemaran dan hidup. Penyelesaian melalui cara ini
perusakan lingkungan. Berdasarkan pasal 84 dilakukan dengan cara mediasi lingkungan,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 akibat hukum mediasi lingkungan yang oleh
dijelaskan bahwa terhadap penyelesaian para pihak biasanya dituangkan dalam
sengketa lingkungan hidup untuk menggugat bentuk persetujuan mediasi tertulis yang
ganti kerugian dan atau biaya pemulihan dianggap berkekuatan hukum sebagai
lingkungan hidup, yaitu : kontrak yang tunduk pada ketentuan Kitab
a. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup Undang-Undang Hukum Perdata. Namun
di luar pengadilan. harus diingat bahwa mediasi lingkungan
b. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak menjangkau penyelesaian aspek
melalui pengadilan. pidananya. Yang diselesaikan hanyalah
menyangkut aspek perdatanya saja, dengan

8
demikian meskipun kesepakatan terlaksana Penetapan hukum ketentuan ini adalah
hal ini tidak menjadi halangan untuk merupakan realisasi asas yang ada dalam
melakukan tuntutan pidana. hukum lingkungan hidup yang disebut asas
Penyelesaiansengketa lingkungan pencemar membayar.
hidup melalui pengadilan menurut Pasal 87 Selain diharuskan membayar ganti
s/d Pasal 93 Undang- Undang Nomor 32 rugi, pencemar atau perusakan lingkungan
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan dapat pula dibebani oleh hakim untuk
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan melakukan tindakan hukum tertentu seperti
bahwa penyelesaian sengketa lingkungan melakukan pemulihan terhadap pencemaran
hidup melalui pengadilan diselenggarkan dan perusakan lingkungan.
untuk menyelesaikan ganti rugi, pemulihan b. Tanggung Jawab Mutlak Penanggung
lingkungan, tanggung jawab mutlak, jawab usaha
Tenggang kadaluwarsa untuk pengajuan dan/atau kegiatan yang usahanya
gugatan, hak gugat pemerintah dan menimbulkan dampak besar dan penting
pemerintah daerah, hak gugat masyrakat, terhadap lingkungan hidup yang
hak gugat organisasi lingkungan hidup, mengunakan bahan berbahaya dan beracun,
gugatan administrative. bertanggung jawab secara mutlak atas
a. Ganti Rugi kerugian yang terjadi tanpa perlu
Setiap perbuatan melanggar hukum pembuktian unsur kesalahan.
berupa pencemaran dan perusakan c. Tenggang Kadaluwarsa untuk Pengajuan
lingkungan hidup yang menimbulkan Gugatan
kerugian pada orang lain atau lingkungan Tenggang daluwarsa hak untuk
hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha mengajukan gugatan kepengadilan
dan / atau kegiatan usaha ataupun pihak mengikuti tenggang waktu sebagaimana
perusahaan untuk membayar ganti rugi diatur dalam ketentuan Hukum Acara
dan/atau melakukan tindakan tertentu. Selain Perdata yang berlaku dan dihitung sejak
pembebanan untuk melakukan tindakan korban mengetahui adanya pencemaran
tertentu yang dimaksud hakim dapat dan/atau perusakan lingkungan hidup.
menetapkan pembayaran uang paksa atas Ketentuan daluwarsa tidak berlaku terhadap
setiap hari keterlambatan penyelesaian pencemaran dan/atau kegiatan yang
tindakan tertentu. menggunakan bahan berbahaya dan beracun
dan/atau menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun.

9
d. Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Negara apabila badan atau pejabat tata usaha
Daerah Negara menerbitkan izin lingkungan. Izin
Instasi pemerintah dan pemerintah usaha yang tidak memiliki wajib amdal serta
daerah yang bertanggung jawab dibidang tidak dilengkapi dokumen Amdal serta tidak
lingkungan hidup berwenang mengajukan dilengkapi dokumen UKL-UPL terhadap
gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu pelaku usaha atau kegiatan usaha.
terhadap usaha dan / atau kegiatan yang
menyebabkan pencemaran dan / atau 2. Sanksi Pidana

kerusakan lingkungan hidup yang Sanksi pidana merupakan aspek

mengakibatkan kerugian lingkungan hidup. tindakan hukum yang terakhir. Sanksi


e. Hak Gugat Masyarakat pidana diberikan terhadap perusahaan yang
Masyarakat berhak mengajukan melakukan pencemaran dan perusakan
gugatan perwakilan kelompok untuk lingkungan, mempunyai fungsi untuk
kepentingan dirinya sendiri dan / atau mendidik perusahaan sehubungan dengan
kepentingan masyarakat apabila mengalami perbuatan yang dilakukan, terutama
kerugian akibat pencemaran dan / atau ditujukan terhadap perlindungan
kerusakan lingkungan hidup. kepentingan umum yang dijaga oleh
f. Hak Gugat Organisasi Lingkungan ketentuan hukum yang dilanggar tersebut.
Hidup Selain itu fungsinya juga untuk mencegah
Dalam rangka pelaksanaan tanggung atau menghalangi pelaku pontensial agar
jawab perlindungan dan pengelolaan tidak melakukan perilaku yang tidak
lingkungan hidup, organisasi lingkungan bertanggung jawab terhadap lingkungan
hidup berhak mengajukan gugatan untuk hidup. Untuk bisa menjatuhkan pidana untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan kasus lingkungan pada perusahaan maka
hidup. Hak mengajukan gugatan terbatas juga berlaku peraturan-peraturan seperti
pada tuntutan untuk melakukan tindakan kasus pidana lainnya yaitu asas legalitas
tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, maksudnya harus berdasarkan hukum yang
kecuali biaya atau pengeluaran riil. ada pada saat perbuatan itu dilakukan dan
g. Gugatan Administratif harus terbukti kesalahannya.
Setiap orang dapat mengajukan Ketentuan pidana tercantum dalam
gugatan terhadap keputusan tata usaha Pasal 97 sampai dengan Pasal

10
120 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengakibatkan orang luka berat atau
tentang Perlindungan dan Pengelolaan mati, dipidana dengan pidana penjara
Lingkungan Hidup. paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
Pasal 98 Undang-Undang Nomor lama 15 (lima belas) tahun dan denda
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00
Pengelolaan Lingkungan Hidup (lima miliar rupiah) dan paling
menyatakan : banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima
1) Setiap orang yang dengan sengaja belas miliar rupiah).
melakukan perbuatan yang Apabila tindak pidana lingkungan
mengakibatkan dilampauinya baku mutu hidup dilakukan oleh atas nama badan usaha
udara, baku mutu ambien, baku mutu air, atau perusahaan maka tuntutan pidana dan
baku mutu air laut, atau kriteria baku sanksi pidana dijatuhkan kepada badan
kerusakan lingkungan hidup, dipidana usaha atau orang yang memberi perintah
dengan penjara paling singkat 3 ( tiga ) untuk melakukan tindak pidana tersebut atau
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) orang yang bertindak sebagai pemimpin
tahun dan denda paling sedikit Rp. kegiatan dalam tindak pidana tersebut (Pasal
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan 116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 Nomor
(sepuluh miliar rupiah). 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
2) Apabila perbuatan sebagaimana Pengelolaan Lingkungan Hidup).
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Ancaman pidana sebagaimana
orang luka dan / atau bahaya kesehatan tercantum dalam pasal-pasal Undang-
manusia, dipidana dengan pidana penjara Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
palingsingkat 4 (empat) tahun dan paling Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
lama 12 (dua belas) tahun dan denda Hidup adalah pidana penjara dan denda.
paling sedikit Rp. 4.000.000.000,00 Selain itu ada pidana tambahan atau
(empat miliar rupiah) dan paling tindakan tata tertib terhadap badan usaha
banyak Rp. 12.000.000.000,00 (dua dalam Pasal 119 berupa :
belas miliar rupiah). a. Perampasan keuntungan yang diperoleh
3) Apabila perbuatan sebagaimana dari tindak pidana.
dimaksud pada ayat (1) b. Penutupan seluruh atau sebagian tempat
usaha dan / atau kegiatan.

11
c. Perbaikan akibat tindak pidana. dibandingkan dengan faktor hukum itu
d. Pewajiban mengerjakan apa yang sendiri.
dilalaikan tanpa hak. b. Aparat Penegak Hukum
e. Penempatan Perusahaan dibawah Banyak kasus-kasus
pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun. lingkungan terkendala dikarenakan
Dalam penegakan hukum lingkungan jumlah aparat penegak hukum
hidup terdapat berbagai hambatan yang profesional yang mampu menangani
mengakibatkan tidak efektivitasnya faktor kasus-kasus lingkungan masih sangat
pendukung dalam penegakan hukum terbatas. Disamping itu adalah mustahil
lingkungan. Banyak peraturan-peraturan kiranya kita mengharapkan para penegak
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, hukum itu dapat menguasai berbagai
namun pelaksanaanya dilapangan masih aspek lingkungan. Karena lingkungan
hambatan yang ditemui yaitu sebagai berikut hidup mencakup aspek yang sangat luas
: dan kompleks yang berkenaan dengan
a. Sarana Hukum berbagai disiplin ilmu. Keterbatasan
Sarana hukum merupakan faktor pengetahuan dan pemahaman aspek-
kendala dan hambatan dalam penegakan aspek lingkungan oleh penegak hukum
hukum lingkungan. Berbagai kebijakan menjadi faktor kendala yang sangat
operasional yang dikeluarkan seringkali dominan dalam upaya untuk
tidak konsisten dengan prinsip-prinsip menciptakan kesamaan presepsi
perlindungan dan pengelolaan penanganan perkara lingkungan.
lingkungan hidup didalam Undang- c. Fasilitas dan Sarana
Undang Nomor 32 Tahun 2009 maupun Fasilitas dan sarana adalah alat
Undang- Undang yang berkaitan dengan untuk mencapai tujuan penegakan
pengelolaan lingkungan hidup lainnya. hukum lingkungan. Ketiadaan atau
Bahwa dalam upaya penegakan hukum keterbatasan fasilitas dan sarana
lingkungan, faktor manusia sebagai penunjang (termasuk dana),
pelaksanannya akan lebih banyak akan sangat mempengaruhi
membentuk keberhasilan penegakan keberhasilan penegakan
hukum hukum lingkungan. Bahwa kenyataan
menunjukan dalam penanganan kasus-
kasus

12
lingkungan akan melibatkan berbagai harapan,bahkan masyarakat (yang
perangkat berteknologi canggih terkena dampak) tidak mengetahui
(peralatan laboratorium), yang untuk secara pasti adanya suatu aktifitas
kepentingan operasionalisasinya kegiatan.
memerlukan tenaga ahli dan biaya cukup f. Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap
mahal. Lingkungan
d. Perizinan Kepatutan dan ketaatan kepada
Perizinan mememang menjadi ketentuan hukum
salah satu masalah yang lebih banyak (lingkungan), merupakan indikator
memberi peluang bagi berkembangnya kesadaran hukum masyarakat. Peranserta
masalah lingkungan ketimbang masyarakat, menurut undang-undang
membatasinya. Sebab Pasal 36 Undang- pengelolaan lingkungan
Undang Nomor 32 Tahun 2009 masih hidup merupakan komponen utama,
bisa dilewati begitu saja oleh pengusaha, disamping keberadaan penegak hukum,
apalagi jika izin yang dimaksud adalah untuk tercapainya tujuan hukum melalui
izin yang diberikan oleh Departemen sarana penegakan hukum, dengan cara
Perindustrian, setelah sebuah perusahaan melakukan penegakan hukum
siap berproduksi. lingkungan hidup. Masih terbatasnya
e. Sistem Analisis Mengenai Dampak kesadaran hukum masyarakat terhadap
Lingkungan (AMDAL) lingkungan disebabkan keawaman
Dalam prakteknya, AMDAL masyarakat terhadap aspek lingkungan
lebih mengarah pada penonjolan dan tidak mengetahui akibat yang akan
pemenuhan ketentuan administratif timbul bila melakukan pencemaran dan
daripada subtantifnya. Artinya pesatnya perusakan lingkungan. Untuk itu
permintaan akan AMDAL merupakan diperlukan usaha-usaha seperti
mata rantai kewajiban dalam urusan penyuluhan, bimbingan, teladan dan
perizinan dalam suatu usaha atau keterlibatan masyarakat dalam
dipandang sebagai performa untuk penanggulangan masalah
mendapatkan akad kredit atau izin lingkungan. Untuk itu, peningkatan
investasi. Proses transparansi dan kegiatan penegakan hukum yang
mekanisme keterbukaan dokumen berdimensi edukatif-persuasif dan
AMDAL bagi masyarakat tidak berjalan
sesuai

13
preventif perlu ditingkatkan dan terdapat dua jalur yaitu melalui penyelesaian
digalakan lagi. sengketa lingkungan hidup di luar
pengadilan dan penyelesaian sengketa
III. Kesimpulan
lingkungan hidup melalui pengadilan.
Hukum lingkungan merupakan
Apabila tindak pidana lingkungan
hukum yang mendasari
hidup dilakukan oleh atas nama badan usaha
penyelenggaraan perlindungan dan tata
atau perusahaan sesuai dengan Pasal 116
pengelolaan serta peningkatan ketahanan
ayat (1) dan (2) Undang-
lingkungan. Selain itu dikatakan pula bahwa
Undang Nomor 32 Tahun 2009, maka
hukum lingkungan adalah keseluruhan
tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan
peraturan yang mengatur tentang tingkah
kepada badan usaha atau orang yang
laku orang tentang apa yang seharusnya
memberi perintah untuk melakukan tindak
dilakukan terhadap lingkungan, yang
pidana tersebut atau orang yang bertindak
pelaksanaan peraturan tersebut dapat
sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak
pidana tersebut. Ancaman pidana
yang berwenang.
sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal
Tindakan hukum yang diberikan
adalah pidana penjara dan denda. Selain itu
terhadap pelaku pencemaran dan perusakan
ada pidana tambahan atau tindakan tata tertib
lingkungan terdiri dari aspek administrasi,
terhadap badan usaha Pasal 119 Undang-
aspek perdata, aspek pidana. Dalam Pasal
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
76 ayat (2)
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Hidup.
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Mengenai beberapa faktor yang
Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa sanksi
menghambat dalam penegakan hukum yaitu
administratif terdiri atas teguran tertulis,
sarana hukum, aparat penegak hukum,
paksaan pemerintah, pembekuan izin
fasilitas dan sarana, perizinan, sistem Amdal,
lingkungan, pencabutan izin lingkungan.
kesadaran hukum masyarakat terhadap
Sedangkan terhadap penyelesaian sengketa
lingkungan. Apabila semua faktor tersebut
lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 84
dapat berjalan dengan baik maka lingkungan
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009,
hidup akan benar-benar memberikan
bahwa untuk menggugat ganti kerugian dan
atau biaya pemulihan lingkungan hidup,

14
kesejahteraan bagi masyarakat
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhamad, Hukum Lingkungan


Dalam System Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup,
Refika Aditama, Bandung, 2008 ;

Hardjasoemantri, Kusnadi, Hukum Tata


Lingkungan, Edisi Kelima, Cetakan
Kesepuluh, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1993 ;

Marpaung Leden, Tindak Pidana


Lingkungan Hidup dan Masalah
Persepsinya, Cetakan Pertama, Sinar
Grafika, Jakarta, 1997;

Silalahi, Daud, Hukum Lingkungan Dalam


Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia, Cetakan
Kedua, Alumni, Bandung, 1996 ;

Suparni, Niniek, Pelestarian,


Pengelolaan dan Penegakan
Hukum Lingkungan, Sinar Grafika,
Jakarta, 1994 ;

Sumber Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

15

Anda mungkin juga menyukai