Anda di halaman 1dari 5

Peran Masayarakat dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Undang Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Nama
NIM
UNIV
Email

Abstrak

Secara alami manusia harus menyadari tujuan dan efek yang ditimbulkan dari
penggunaannya. Karena tumbuh kembangnya ekosistem lingkungan akan
dipengaruhi oleh setiap tingkah laku dan kehidupan manusia yang memanfaatkan
sumber daya alam yang ada, karena lingkungan memainkan peran yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat perlu memastikan
lingkungan yang bersih dan bebas polusi. Konservasi lingkungan Salah satu peran
masyarakat dalam dan pengelolaan adalah pembuatan undang-undang lingkungan.
Perlindungan dan Pengelolaan, disingkat UUPPLH, adalah seperangkat peraturan
yang dibuat untuk menjamin pemenuhan dan persyaratan hak lingkungan hidup
dalam perlindungan dan pengelolaan. Adapun kesimpulan yang didapat keberadaan
masyarakat dapat menjadi sangat efektif jika dapat memenuhi perannya dalam
mengendalikan pengelolaan lingkungan yang ada. Tujuan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan dari tahap perencanaan hingga evaluasi adalah untuk
menghasilkan informasi dan kesadaran (kepentingan umum) yang berguna dari warga
dan masyarakat yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan lingkungan

Kata Kunci: Peran Masyarakat, Perlindungan dan Pengelolaan, Lingkungan


Hidup

A. Pendahuluan
Secara alami manusia harus menyadari tujuan dan efek yang ditimbulkan
dari penggunaannya. Karena tumbuh kembangnya ekosistem lingkungan akan
dipengaruhi oleh setiap tingkah laku dan kehidupan manusia yang memanfaatkan
sumber daya alam yang ada. Kita harus tahu bahwa lingkungan memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat
membutuhkan lingkungan yang bersih dan jauh dari polusi. Perlindungan
lingkungan dan Salah satu peran alam dalam pengelolaan adalah lahirnya
Undang-Undang Pengelolaan Perlindungan Lingkungan (UUPPLH) dan
memastikan kontrol. UUPPLH mengakui delapan hak, antara lain:
1. Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai hak asasi manusia
2. Hak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup
3. Hak akses informasi
4. Hak untuk berpartisipasi
5. Hak untuk mengusulkan atau menolak rencana usaha dan/atau kegiatan yang
dapat mempengaruhi lingkungan hidup
6. Hak untuk berpartisipasi dalam perlindungan dan perlindungan lingkungan
hidup Administrasi
7. Hak untuk mengajukan banding atas tuduhan pencemaran dan kerusakan
lingkungan, dan
8. Hak untuk tidak dituntut, baik secara pidana maupun perdata, dalam
memperjuangkan hak itikad baik. dan lingkungan yang sehat.
Di era global saat ini, masalah lingkungan mengancam kehidupan manusia
yang hidup di bumi beserta isinya. Dan pada dasarnya, masalah lingkungan hidup
adalah kewajiban manusia yang diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk
mengelola dengan baik, membuat, secara langsung maupun tidak langsung,
semua manusia bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan. Masalah
lingkungan menjadi semakin serius, permasalahan tersebut bukan hanya lokal
atau translokal, tetapi regional, nasional, transnasional dan global. Ketika satu
aspek lingkungan terkena masalah, banyak aspek lain juga memiliki dampak dan
konsekuensi. Pada dasarnya permasalahan lingkungan adalah tugas setiap kota,
tidak menyadari bahwa menjaga dan mengelola lingkungan yang baik adalah
salah satu tugas setiap kota itu sendiri.1
Ketidaktahuan masyarakat tentang bagaimana mengelola dan memelihara
lingkungan yang sehat, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan, hilangnya
keanekaragaman hayati di darat dan di laut, penipisan ozon, pemanasan global
dan perubahan iklim, kekeringan dan kenaikan permukaan laut memiliki banyak
implikasi. Permukaan laut, sungai yang tercemar, air tanah, danau dan laut, udara
yang tercemar, dan munculnya penyakit baru hanyalah beberapa dari dampak
perusakan lingkungan yang semakin mengancam kelangsungan hidup semua
kehidupan di Bumi. Richard Stewart dan James E. Krier mengklasifikasikan
masalah lingkungan menjadi tiga jenis. Kedua, penyalahgunaan atau penggunaan
1
N. H. T Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Jakarta, hlm. 1
lahan. Ketiga, pengerukan berlebihan yang menyebabkan menipisnya sumber
daya alam. Dengan garis yang jelas, gangguan kualitas lingkungan seperti
penipisan sumber daya alam, pencemaran dan perusakan lingkungan tidak dapat
dipisahkan dari penggunaan sumber daya alam secara sembarangan dan
berlebihan.2
B. Pembahasan
Peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan merupakan salah satu cara untuk mencegah,
mengendalikan dan memulihkan kualitas lingkungan saat ini dari kerusakan dan
pencemaran. Untuk itu diperlukan pengembangan berbagai kebijakan dan
program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan
lingkungan lainnya. Sistem ini mencakup stabilitas kelembagaan, kemitraan
sumber daya manusia dan lingkungan, instrumen hukum dan peraturan, serta
ketersediaan informasi dan pendanaan. Sifat keterkaitan (saling ketergantungan)
dan keutuhan (holisme) dari sifat lingkungan menunjukkan bahwa pengelolaan
lingkungan, termasuk sistem pendukungnya, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
harus diintegrasikan ke dalam semangat dan diperparah dengan implementasi
pembangunan dari segala sektor dan wilayah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga menyatakan bahwa
penggunaan sumber daya alam harus konsisten, konsisten dan seimbang dengan
fungsi lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan, rencana dan/atau program
pembangunan harus mencakup komitmen untuk melindungi lingkungan dan
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menurut Waryo, partisipasi masyarakat pada hakikatnya adalah suatu
proses yang melibatkan masyarakat, yang biasa disebut dengan community
engagement. Ini adalah proses komunikasi dua arah yang berkelanjutan untuk
meningkatkan pemahaman penuh masyarakat tentang proses kegiatan di mana
masalah dan kebutuhan. Dalam partisipasi masyarakat yang melibatkan pola
hubungan konsultatif antara pengambil keputusan dan kelompok masyarakat yang
berkepentingan, keputusan akhir berada di tangan pengambil keputusan dan
anggota masyarakat lainnya yang memiliki hak untuk didengar dan
diinformasikan. Bersama-sama mereka mendiskusikan masalah, mencari solusi
alternatif untuk masalah, dan mendiskusikan keputusan. Selain hal di atas,
keterlibatan masyarakat memberikan informasi yang berharga bagi pengambil

2
Richard Stewart dan James E Krier, 1978, Environmental Law and Policy, New York The Bobbs
Merrilco.Inc, Indianapolis.
keputusan, dan keterlibatan masyarakat juga mengurangi kemungkinan bahwa
masyarakat akan menolak untuk menerima keputusan. Akses informasi
pengelolaan lingkungan juga merupakan bagian integral dari aspek partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Menurut Canter, Cormick, Goulet,
dan Wingert menggambarkan keterlibatan masyarakat dalam bukunya
menjelaskan bahwa masyarakat berperran dalam membuat kebijakan, membuat
strategi, sebagai alat komunikasi, sebagai alat penyelesaian sengketa, sebagai
terapi, dan juga masyarakat sebagai pelindung dan pengelola lingkungan hidup.3
Dengan diberlakukannya Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan bahwa penggunaan
sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan
hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan
hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Penegakan hukum
pidana dalam UndangUndang 32 Tahun 2009 ini memperkenalkan ancaman
hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi
pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan
tindak pidana korporasi.
Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan azas ultimum
remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya
terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil
Leden Marpaung, penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku bagi
tindak pidana formil tertentu, yaitu penindakan terhadap pelanggaran baku mutu
air limbah, emisi, dan gangguan. Dalam pelaksanaan penegakkan hukum yang
terdapat dalam Undang-Undang ini meliputi prinsip-prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan
yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek
transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.4
.
C. Penutup

3
Hafidz Ma’ruf, 2016, Peningkatan Peran Serta Masyarakat”, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, hlm. 35.
4
Kadarudin, Husni Thamrin, dan Arpina, “Peran dan Hak Masyarakat dalam Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Collegium Studiosum Journal, Vol. 4, No. 2,
2021, hlm. 60.
Keberadaan masyarakat dapat menjadi sangat efektif jika dapat memenuhi
perannya dalam mengendalikan pengelolaan lingkungan yang ada. Tujuan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dari tahap perencanaan
hingga evaluasi adalah untuk menghasilkan informasi dan kesadaran (kepentingan
umum) yang berguna dari warga dan masyarakat yang berkepentingan dalam
rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan lingkungan. Dengan
melibatkan masyarakat yang mungkin terpengaruh oleh kegiatan dan kelompok
kepentingan, pengambil keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan
harapan masyarakat dan kelompok tersebut dan memasukkannya ke dalam
konsep. Tempat dan peran regulasi hanya sebagai penunjang, dan efektivitas dan
kegunaannya selalu ditentukan oleh siapa yang menggunakannya dan bagaimana.
Sekuat dan sesempurna apapun alat tersebut, tanpa keahlian dan keahlian dari
orang yang menggunakannya, efektivitas dan kesempurnaan alat tersebut tidak
akan terwujud.

D. Daftar Puskata
Kadarudin, Husni Thamrin, dan Arpina, “Peran dan Hak Masyarakat dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-
Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup”, Collegium Studiosum Journal, Vol. 4, No. 2, 2021;

Ma’ruf, Hafidz, 2016, Peningkatan Peran Serta Masyarakat”, Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto;

Siahaan, N. H. T, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,


Erlangga, Jakarta;

Stewart, Richard, dan James E Krier, 1978, Environmental Law and Policy, New
York The Bobbs Merrilco.Inc, Indianapolis;

Anda mungkin juga menyukai