Anda di halaman 1dari 6

Pemerintah Dan Peranan Masyarakat Dalam Krisis Lingkungan

Hidup
Wisnu Ardianto, Fajar Khoironi, Irza Fatar Azat,

Fakutas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Email:

PENDAHULUAN

Lingkungan hidup adalah masalah yang sangat penting saa tini. Terjadi berbagai
permasalahan di dalam lingkungan hidup. Dimana berbagai kasus lingkungan hidup baik
lokal, nasional, maupun lingkup global sebagian besar bersumber dari perilaku manusia
yang tidak bertanggung jawab, tidak perduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Masalah
ini adalah tanggung jawab secara kolektif yang melibatkan setiap individu, keluarga,
masyarakat dan bangsa di Indonesia. Semua tindakan manusia harus didasarkan pada nilai-
nilai etika dan moral, dan cara memperlakukan atau partisipasi dalam pengelolaan
lingkungan. Kehidupan manusia juga akhir-akhir ini banyak menghadapi berbagaik risis yang
luar biasa. Salah satunya bahwa krisis adalah masalah ekologi dan kedangkalan pemahaman
modern kita tentang ekologi manusia hidup di dunia ini. Terutama dilihat dari seratus tahun
pemahaman apa yang disebut sains, dan hubungannya dengan pemahaman manusia dan
lingkungan hidup. Semakin banyak pemikir alternatif yang menyarankan bahwa pemulihan
harus dating dari dalam diri manusia. Sekarang saatnya paradigm tersebut dirubah dengan
paradigm biosentrisme dan paradigm ekosentrisme, dimana menempatkan manusia sebagai
makhluk biologis dan ekologis, yang bergantung dengan lingkungan dan memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan hidup dan alam semesta (Rofifah, 2020).

Seperti kita ketahui, pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup sangat
penting sekali dan menjadi titik tumpu dalam berbagai kegiatan di berbagai sectoral
pembangunan, sebagaimana ini memungkinkan terbentuknya kelestarian dan keseimbangan
fungsi-fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam dan keberlanjutannya akan teta pada
hingga masa depan. Dalam pemanfaatan sumber daya alam, selain pemerintah yang
memegang kunci kesuksesannya juga peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Masyarakat disini sangat dibutuhkan agar kesempatan dalam mengelola pemanfaaatan
sumber daya alam ini dapat optimal. Masyarakat adat, masyarakat local, dan golongan
tertentu memiliki hak yang sama dalam mengelola lingkungan. Secara yuridis, partisipasi
masyarakat sangat penting dan strategis sebagai instrument pengawas (control) dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, termasuk dalam pengawasan penegakan
hokum bagi perbuatan-perbuatan yang dapat merusak, mencemari dan menurunkan tingkat
(kualitas) lingkungan hidup. Pengintegrasian pelibatan atau partisipasi masyarakat dalam
bentuk aspirasi sangat mutlak diperlukan untuk menghindari lemahnya penegakan hokum
sebagai akibat kurangnya pengawasan dari masyarakat. Kegiatan pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup tanpamenyertakan partisipasi aspirasi masyarakat akan
berdampak bahwa terbitnya ijin lingkungan dengan kondisi tersebut, semata-mata menjadi
tanggung jawab pemerintah, baik secara administrasi, secara perdata maupun tanggung
jawab yang timbul secara pidana (Susila Wibawa, 2019)

Banyak hal yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan, diantaranya polusi air
sepertizat, energi, unsur, atau komponen lainya yang masuk kedalam air yang dapat
mengganggu kualitas air. Sumber polusi air di sini adalah limbah rumah tangga yang tidak
bias diuraikan mikroorganisme seperti sampah plastic ataupun zat bahan yang tidak bias
larut dalam air, misalnya minyak. Limbah yang tidak bias diuraikan tersebut mengalami
penumpukan dan penyumbatan pada sungai dan saluran air. Selain itu pencemaran di udara
yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor juga menjadi penyebab pencemaran
lingkungan jembatan, dimana gas buang tersebut memberikan dampak yang sangat
berbahaya bagi kesehatan, juga pembangunan. Sampah yang menumpuk dan berserakan di
tanah sekitar jembatan juga menjadi penyebab pencemaran lingkungan jembatan, padahal
sampah tersebut merupakan sampah yang berasal dari pemukiman masyarakat sekitar
sendiri Ibnu Salastinor 12 21 10 7, 2010).

Proses pengelolaan lingkungan ada baiknya dilakukan dengan lebih memandang


situasi dan kondisi lokal agar pendekatan pengelolaanny adapat disesuaikan dengan kondisi
local daerah yang akan dikelola. Pandangan ini tampaknya relevan untuk dilaksanakan di
Indonesia dengan cara memperhatikan kondisi masyarakat dan kebudayaan serta unsur-
unsur fisik masing-masing wilayah yang mungkin memiliki perbedaan disamping kesamaan
(Muharuddin, 2019). Perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan
merupakan tanggung jawab pemerintah beserta masyarakat. Pertanggung jawaban
pemerintah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan
fungsi pelayanan public, untuk menjamin seluruh penduduk mendapatkan lingkungan yang
baik dan sehat. Maka pemerintah dapat diminta pertanggung jawabannya, baik secara
administrative, perdata maupun pidana mana kala pemerintah lalai melaksanakan
kewajibannya yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat (Sugiartha & Widiati, 2020).
Maka pengelolaan terhadap lingkungan perlu di perhatikan secara serius karena hal ini
selain dari sisi penanggulangan krisis lingkungan juga menjadi aspek penataan dan
pengelolaan lingkungan itu sendiri. Secara definisi pengelolaan sendiri adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semuahal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan
dan pencapaian tujuan. Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu
hingga menjadi baik berat memilik inilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat
juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan
kebutuhan sehingga lebih bermanfaat (D. Alita, S. Priyanta, 2014).Tentu jika mengacu pada
defines tersebut pengelolaan ini merujuk pada adanya sumber daya produksi dan bahan
yang mejadi objek pengelolaanya dan yang dimaksud disini adalah manusia sebagai subjek
penghasil dari setiap produksi di kehidupan sehari-harinya (limbah) baik industry maupun
perkantoran. Limbah sendiri pada umumnya dihasilkan akibat dari sebuah proses produksi
yang menghasilkan bahan baku/produk yang dapat dimanfaatkan langsung oleh konsumen
(Petra, 2015). Pengertian limbah sendiri merupakan zat atau bahan buangan yang
dihasilkan dari proses produksi baik industry maupun domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis (Suharto, 2011). Komponen limbah hasil produksi merupakan
bagian akhir dari semua proses produksi. Persoalan limbah hasil produksi sampai saat ini
merupakan sesuatu yang sangat serius bagi semua industri. Limbah hasil produksi dapat
dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu limbah padat, cair dan gas. Semua bentuk limbah
tersebut berpotensi memicu dampak negatif, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi
proses produksinya. Oleh karena itu, pengolahan limbah hasil produksi merupakan salah
satu komponen penting untuk menilai kelayakan suatu proses produksi (Nasir et al., 2015).

Peranan pemerintah didalam membentuk suatu kebijakan lingkungan dan sumber


daya harus optimal, juga karena sangat penting terutama dalam retribusi, mekanisme pajak
dan perlindungan bencana biologis. Delegasi wewenang pemerintah daerah yang diberikan
oleh pemerintah pusat dimaksud agar partisipasi masyarakat baik local maupun adat tetap
terjaga lingkungannya. Menurut Mochtar Kusumaatma djadalam (Lusiana Tijow, 2013),
bahwa system pendekatan terpadu atau utuh harus diterapkan oleh hokum untuk mampu
mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik, system pendekatan ini telah
melandasi perkembangan hokum lingkungan di Indonesia. Dalam kerangka peran
masyarakat dan negara, maka untuk melindungi hak atas lingkungan yang baik dan sehat,
telah diterapkan oleh pemerintah berbagai isntrumen ekonomik lingkungan hidup (Sabardi,
2014). Contoh instrument ini antara lain AMDAL dan Baku Mutu Lingkungan (BML).

Kontrol masyarakat dan penerapan supremasi hokum dalam pengelolaan sumber


daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan menjadi penting, yang membuat hak
masyarakat untuk menggunakan dan menikmatinya terbuka, dan mengurangi konflik, baik
secara vertical maupun horizontal. Peraturan perundang-undangan pengelolaan sumber
daya alam harus mampu mengurangi tumpang tindih peraturan dalam penguasaan dan
pemanfaatan sumber daya alam, menciptakan keserasian peran antara pusat dan daerah,
dan antar industri. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dalam penggunaan hak akses dan
control pemanfaatan sumber daya alam harus lebih optimal karena dapat melindungi hak
masyarakat dan hak masyarakat. Kemiskinan akibat krisis ekonomi serta melemahnya
supremasi hokum harus diperhitungkan agar tidak memperburuk kerusakan sumber daya
alam, termasuk deforestasi, cagar alam, dll.

Metode penelitian

Jenis survei yang digunakan dalam survei ini adalah kualitatif. Sifat penelitian ini
adalah deskriptif dan kualitatif. Artinya, jelaskan topik yang Anda selidiki dan analisislah
objek-objek yang menjadi fokus penyelidikan Anda. Data yang digunakan berupa kata,
frasa, klausa, kalimat, dan paragraf, termasuk bentuk-bentuk krisis ekologi dalam puisi
media online Indonesia, dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Puisi
yang ditulis oleh beberapa media online di Indonesia. Indonesia. Ini telah diterbitkan. Media
tersebut adalah Koran Fajar, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Suara
Merdeka, Kompasiana.com. Puisi-puisi itu diterbitkan dalam berbagai tahun 2015, 2016,
2017 dan 2018.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan teknik


membaca dan mencatat. Metode membaca adalah dengan membaca dan mengamati
dengan seksama teks dari setiap baris puisi yang dipublikasikan di media online Indonesia
untuk mencapai tujuan penelitian dan membaca literatur yang terkait dengan penelitian.
Teknik mencatat dilakukan dengan menggunakan korpus data untuk mencatat porsi sumber
data yang sesuai dengan masalah yang terkait dengan fokus masalah. Dalam hal ini, krisis
ekologi Indonesia dan isu nilai ekologis dalam puisi tersebut. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kualitatif. Teknik analisis data berkaitan
dengan identifikasi, klasifikasi, interpretasi, analisis, dan penalaran. Keabsahan data
penelitian adalah aspek validitas. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini,
dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi teori.

Hasil dan Pembahasan

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup menjadi kebutuhan


dasar semua orang yang secara fisik berada dalam lingkungan kehidupan yang berubah,
dalam arti terus menurunnya kualitas lingkungan. Peran serta masyarakat menjadi suatu
yang mutlakdalam kerangka menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Ada kekeliruan
mengenai peran serta masyarakat dalam masalah lingkungan, dengan memandang peran
serta masyarakat semata-mata sebagai penyampai informasi public (public information).
Pemerintah sendiri pun yang merupakan garda terdepan dalam membuat dan mengambil
kebijakan dalam setiap gejala-gejalah pemerintahan mengharuskan pemerintah dapat
mampu menjadi pengarah dan mengkordinir semua peran yang harus dilakukan terkhisus
dalam hal pengelolaan lingkungan.

Dalam peraturan perundang-undangan Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 tersebut pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat telah
beberapa kali mengundangkan undang-undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup:

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkngan Hidup.

Adaya pembuatan undang-undang tersebut diantaranya adalah pembangunan


ekonomi nasional yang diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.

1. Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup


Ketentuan dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah dicantunkan bahwa ”Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Atas dasar pengaturan
tersebut, maka warga negara untuk lingkungan yang baik dan sehat merupakan
salah satu bentuk hak sosial dalam fundamental right. Bentuk perwujudan dijamin
hak atas lingkungan yang baik and benar dalam UU No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang disebut dengan UU
PPLH(Sabardi, 2014).

Dalam rangka peran masyarakat dan negara, maka untuk melindungi hak atas
lingkungan yang baik dan sehat, telah diterapkan oleh pemerintah berbagai
isntrumen ekonomik lingkungan hidup. Instrumen-instrumen hukum lingkungan yang
berfungsi sebagai sarana pencegahan pencemaran lingkungah akibat pertambangan
meliputi: Baku Mutu Lingkungann (BML), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Perijinan Lingkungan, Instrumen ekonomik dan Audit Lingkungan. Dalam
prakteknya instrumen langsung yang ada tersebut, belum mampu untuk
mengendalikan pencemaran secara efektif(Sabardi, 2014).

Salah satu upaya dalam menangani persoalan krisis lngkungan ada pada aspek
pengelolaan sampah, limbah, dan pengelolaan lingkungan lainnya. Pengelolaan
sampah perkotaan yang banyak diterapkan dikota-kota yang ada di Indonesia.
Sebagai contoh seperti di Malang. Dalam pengelolaannya juga masih masih banyak
hal perlu di benahi, baik dari peran pemerintah dan kesadaran dari masyarakat.
Adanya peran yang dari pemerintah dengan mengarahkan masyarakat untuk
mematuhi undang-undang No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah serta
peraturan pemerintah Nomor 81 tahun 2012mengamanatkan perlunya perubahan
pradigma lama, seperti kumpul, angkut, dan buang menjadi pengelolaan yang
bertumpuh pada penanganan sampah dan pengurangan sampah yang bertujuan
mengurangi timbunan sampah di TPA. Agar seluruh lapisan masyarakat, baik
pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas sadar akan sampah dan
melaksanakan kegiatan pembatasan timbunan sampah dengan cara pendauran
ulang dan pemanfaatan kembalisampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan
reduce, reuse dan recycle (3R).

kesimpulan

dalam pembahasan tersebut kemudian bisa ditarik kesimpulan secara umum bahwa
persoalan lingkungan ini menjadi persoalan yang perlu kita benahi Bersama, hal ini
karena menyangkut keberlangsungan lingkungan.jika kita Tarik dari buku filsafat
lingkungan dengan menarik pandangan pradigma sistemik organic, manusia
seharusnya mampu menempatkan dirinya dalam alam semesta sebagai bagian dari
alam itu sendiri dan bukan sebagai pengendali dari alam yang kemudian kita
eksploitasi tanpa memikirkan taraf lingkungan lain.

REFERENSI

D. Alita, S. Priyanta, and N. R. 2019. (2014). Studi Analisis Pemikiran Ulama Mui Jawa
Tengah Tentang Royalti, Zakat. Journal of Chemical Information, 53(9), 1689–1699.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG Ibnu Salastinor 12 21 10 7. (2010). 10, 1–25.
Lusiana Tijow. (2013). KEBIJAKAN HUKUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA. Conference on the Human Environment, 5, 16.
https://doi.org/10.1038/132817a0
Muharuddin. (2019). Peran Dan Fungsi Pemerintah Dalam Penanggulangan Kerusakan
Lingkungan. 97–112.
Nasir, M., Saputro, E. P., & Handayani, S. (2015). Manajemen pengelolaan limbah industri.
J. Managemen Dan Bisnis, 19(2), 143–149.
Petra, U. K. (2015). Universitas Krsiten Petra. 4–15.
Rofifah, D. (2020). 済無 No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 12–26.
Sabardi, L.-. (2014). Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Yustisia Jurnal Hukum, 3(1), 67–79.
https://doi.org/10.20961/yustisia.v3i1.10120
Sugiartha, I. N. G., & Widiati, I. A. P. (2020). Tanggungjawab Pemerintah Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbasis Partisipasi Masyarakat untuk Pembangunan
Daerah Bali. Kertha Wicaksana, 14(2), 96–102.
https://doi.org/10.22225/kw.14.2.1862.96-102
Susila Wibawa, K. C. (2019). Mengembangkan Partisipasi Masyarakat Dalam Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Administrative
Law and Governance Journal, 2(1), 79–92. https://doi.org/10.14710/alj.v2i1.79-92
Setyowati. 2018. Problematika Lingkungan Hidup dalam Syair Lagu Populer Indonesia (Studi
Ekologi Sastra). Jurnal Ilmiah: Fonema, 1 (1), 45-63.
http://dx.doi.org/10.25139/fn.v1i1.1022

Keraf, S. A. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas.

Keraf, S.A. 2010. Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Jakarta: Kanisisus.

Alamendah, 2014. Kerusakan Lingkungan Hidup di Indonesia dan Penyebabnya. Online:


dikutip dari https://www.google.co.id/amp/s/alamendah.org/ 2014/08/01/kerusakan-
lingkungan- hidup-di-indonesia-dan-penyebabnya/ amp/ pada tanggal 23 November 2021
pukul 10.34 WITA.

Gafur, Lorensius. 2013. Mengorbankan Lingkungan demi Hidup Manusia. Online: diakses
pada https://www.academia.edu/ 10457686/krisis-ekologis tanggal 23 November 2021
pukul 17.30

Anda mungkin juga menyukai