Anda di halaman 1dari 4

Peran Serta Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan

Miftahul Viona Sari

Jurusan Ilmu Administrasi Publik, FISIP Universitas Andalas

miftahulvionasari@gmail.com

Permasalahan mengenai pelestarian lingkungan merupakan hal yang kompleks untuk


dibahas, karena masalah lingkungan hidup merupakan kewajiban asasi manusia untuk
dikelola sebagaimana mestinya. Dengan begitu setiap manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Oleh
karena itu, peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan hidup yang diinginkan
juga harus dibarengin dengan kewajiban untuk menjaga lingkungan itu sendiri. Kewajiban
masyarakat dalam ikut serta untuk melestarikan lingkungan hidup juga sering di singgung
dalam Undang-Undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Salah satunya UU Nomor
32 tahun 2009 Tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dalam pasal 70
Ayat (1) disebutkan bahwa “Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”.
Berdasarkan hal demikian, sabardi (2014) juga mengatakan peran serta masyarakat menjadi
sesuatu yang mutlak dalam kerangka menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Makna
kesehatan tidak semata secara fisik dengan lingkungan yang baik, lebih dari itu kesehatan
fisik sebagai akibat lingkungan yang baik merupakan prasyarat sehatnya jiwa yang tentunya
merupakan aset sumber daya manusia yang sangat mendasar dan penting. Ini juga sesuai
dengan konsep modal manusia yang memperhatikan tiga aspek yaitu pendidikan,
kesehatan¸dan pendapatan, yang mana kesehatan akan didapatkan di lingkungan yang baik
dan sehat.

Mengingat permasalahan lingkungan hidup merupakan persoalan yang kolektif maka


tidak cukup hanya peran masyarakat saja namun diperlukan partisipasi semua komponen
seperti pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi kelompok yang peduli
terhadap lingkungan dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Ini dimaksud kan agar terjadinya
harmonisasi dalam pelaksanaan di lapangan sehingga tujuan kelestarian lingkungan hidup
tecapai. Tidak bisa dipungkiri bahwasannya dengan adanya keterlibatan masyarakat yang
berkepentingan akan memberikan keuntungan bagi pemerintah atau pengambil keputusan
karena penyertaan masyarakat akan memberikan informasi yang berharga kepada para
pengambil keputusan, peran serta masyarakat juga akan mereduksi kemungkinan penolakan
masyarakat untuk menerima keputusan (sabardi;2014).

Selain ikut serta dalam memberikan informasi, masyarakat juga dituntut untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya suatu proyek baik dari pemerintah maupun dari
pihak swasta yang berpengaruh terhadap pelestarian lingkungan. Seperti halnya penelitian
yang dilakukan oleh Hanida et al (2018), melihat bahwa pola pengawasan dari masyarakat
setempat merupakan hal yang diharuskan untuk melestarikan lingkungan. Karena yang
mengetahui secara langsung dampak dari adanya sebuah proyek terhadap lingkungan sekitar
adalah masyarakat di daerah itu sendiri. dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa pasca
direvisinya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah menjadi UU no 23
tahun 2014 tentang pemerintah daerah telah membawa dampak terhadap hubungan
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah. Salah satunya
yaitu mengenai kewenangan perizinan pertambangan yang semula dipegang oleh
Kabupaten/Kota, namun pada saat ini kewenangan tersebut sudah beralih kepada
pemerintahan provinsi. Sehingga menyebabkan perubahan pola keterlibatan masyarakat adat
dan pemerintah kabupaten dalam menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan
pertambangan. Karena kewenangan yang sudah berada di tangan pemerintah provinsi
menyebabkan kurangnya kontrol pemprov terhadap aktivitas pertambangan dalam rangka
menjaga kelestarian lingkungan. Maka dari itu untuk menyelesaikan persoalan ini diperlukan
keterlibatan dan partisipasi dari seluruh masyarakat adat, pemerintah Nagari dan pemerintah
Kabupaten untuk melakukan pengawasan dan menjaga kelestarian lingkungan dalam
kegiatan pertambangan.

Selain peran serta masyarakat, faktor lain yang tidak kalah penting jika kita berbicara
persoalan kelestarian lingkungan yaitu kearifan lokal. Sebagaimana yang disebutkan Marfai
yang dikutip oleh Taufiq (2014) mengatakan bahwa “kearifan lokal atau wisdom dapat
dipahami sebagai suatu pemahaman kolektif, pengetahuan dan kebijaksanaan yang
mempengaruhi suatu keputusan penyelesaian atau penanggulangan suatu masalah
kehidupan’. Pemahaman, pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki dan dilakukan oleh
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah bentuk dari kearifan lokal. Kearifan
lokal ini menggambarkan bagaimana manusia bersikap terhadap lingkungan untuk menjaga
dan melestarikan lingkungan dari berbagai macam ancaman dan gangguan. Hasil penelitian
Taufiq (2014) menunjukkan, nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang di dalam kehidupan
masyarakat Kampung Sukadaya dapat menjadikan lingkungan alam Sukadaya tetap lestari.
Nilai-nilai kearifan lokal ini meliputi nilai adaptasi lingkungan, nilai tanggung jawab, nilai
kesadaran lingkungan dan nilai kerja sama. Masyarakat Kampung Sukadaya juga dengan
sadar dan penuh rasa tangung jawab menjunjung tinggi kearifan lokal tersebut sebagai hal
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, sehingga bentuk kearifan lokal ini merupakan salah
satu upaya dalam pemeliharaan lingkungan di Kampung Sukadaya.

Suhartini (2009) juga mengatakan bahwa melalui kearifan lokal masyarakat mampu
bertahan menghadapi krisis yang menimpanya. Maka dari itu kearifan lokal penting untuk
dikaji dan dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangan dengan
lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan lingkungannya.

Berbicara mengenai pelestarian lingkungan melalui kearifan lokal, dibeberapa tempat


kearifan lokal yang ada masih mengandung unsur-unsur kepercayaan atau mitos yang berlaku
di daerah tersebut. seperti salah satu contohnya bentuk kearifan lokal masyarakat desa
Tapang Semadak yaitu mitos/kepercayaan masyarakat setempat terhadap orang bunyik,
kepercayaan terhadap mitos ini menyebabkan masyarakat sangat takut untuk berperilaku
yang dapat merusak kelestarian adat karena masih percaya terhadap mitos orang bunyik
(juniarti dkk; 2016). Dengan demikian, kelestrarian lingkungan akan dengan sendirinya
terwujud di daerah tersebut karena masyarakat tersebut masih menjunjung nilai nilai kearifan
lokal.

Ketika membicarakan mengenai pelestarian lingkungan hidup banyak aspek yang


perlu diperhatikan, baik dari aktor yang secara langsung maupun secara tidak langsung
terlibat dalam pelestarian lingkungan, sampai pada faktor faktor yang yang berpengaruh
terhadap pelestarian lingkungan hidup itu sendiri. kita sebagai manusia sudah sewajibnya
melestarikan lingkungan hidup dengan baik, karena manusia dengan lingkungan merupakan
suatu hubungan yang saling mempengaruhi. Manusia merupakan komponen lingkungan
hidup yang paling dominan dalam mempengaruhi lingkungan, sebaliknya lingkungan pun
mempengaruhi manusia.
Daftar Pustaka

Hanida, R., Syamsurizaldi, S., Rozi, F., & Irawan, B. (2019). Keterlibatan Masyarakat Adat
dan Pemerintah Kabupaten dalam Melestarikan Lingkungan Pasca Pengalihan
Kewenangan Pengurusan Izin Pertambangan. Jurnal Administrasi Dan Kebijakan
Publik, 3(3), 274-291.

Juniarti, Selly Rismi., AM, Iskandar., Yani, Ahmad. (2016). Kearifan Lokal Masyarakat
dalam Menjaga Kelestarian Hutan Adat Tawang Panyai di Desa Tapang Semadak
Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau. Jurnal Hutan Lestari, 4(3), 387-393.

Sabardi, Lalu. (2014). Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yustisi, 3(1), 67-79.

Suhartini.2009. Kajian Kearifan Lokal masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan. Prosiding seminar nasional penenlitian, pendidikan dan pnerapan MIPA
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 mei 2009.

Taufiq, Ahmad. (2014). Upaya Pemeliharaan Lingkungan oleh Masyarakat di Kampung


Sukadaya Kabupaten Subang. Jurnal Gea,14(2), 124-134.

Anda mungkin juga menyukai