Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

GOOD GOVERNMENT DAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA


KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan

Dosen Pengampu:

Moh. Ali, S.HI.,M.H

Disusun Oleh:

Mohammad Nizham Salafi C91218122


Rahma Puspita Sari C91218133
Vio Syaura Rachmadhani C91218142

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan kita rahmat, nikmat, dan
Kesehatan kepada kita semua sehingga kita dapat belajar bersama pada kesempatan kali ini dengan
daring (via-online) dan Allhamdulillah akhirnya makalah ini terselesaikan tepat pada waktunya
atau satu hari sebelum makalah di presentasikan kelompok kami, dengan besar harap agar teman-
teman semua dapat membaca dan memahaminya untuk nanti di diskusikan pada keesokan harinya.

Shalawat dan salam marilah sama-sama kita hanturkan kepada baginda kita Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini yang di dalamnya disinari iman dan islam. Sehingga kita mendapatkan kesempatan
unutk menuntut ilmu sampai sekarang ini.

Makalah ini disusun unutk menjadi bahan pelajaran untuk kita semua, sekaligus unutk
memenuhi tugas kelompok kami dalam pembuatan Makalah pada Mata Kuliah Hukum
Lingkungan yang diampuh oleh Bapak Ali Wahid, S.HI,M,H. Selaku Dosen Fakultas Syariah &
Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Bahan presentasi yang akan kita pelajari di Makalah kali ini
diuraikan mengenai “Good Government Dan Lingkungan Hidup Serta Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati.”

Surabaya, 13 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................5

A. Prinsip Good Goverment dan Lingkungan Hidup ............................................6

B. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati menurut UU 32/2009, UU 5/1990, dan UU


41/1999 ..................................................................................................................8

Bab III PENUTUP .........................................................................................................13

A. Kesimpulan ....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya alam hayati merupakan bagian terpenting dari sumber daya alam yang
terdiri dari alam hewani, nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara masing-masing
maupun bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk
lingkungan hidup, yang kehadirannya tidak dapat di ganti. Di Indonesia ini terdapat
berbagai macam sumber daya alam dan masih banyak yang melimpah, namun kita tidak
bijaksana dalam memanfaatkan dan menggunakannya.
Upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah menjadi
kewajiban bagi tiap generasi. Tindakan atau perilaku manusia yang dapat merusak atau
tidak bertangggung jawab pada kawasan suaka alam dan pelestarian dan mengancam
perlindungan tumbuhan dan satwa akan diancam dengan pidana yang berat. Konservasi
sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Sumber daya alam yang selama ini menjadi pembangunan nasional perlu
diperhatikan keberlanjutan pengelolaannya agar dapat memenuhi kepentingan generasi
saat ini dan masa depan. untuk itu, telah dilaksanakan berbagai kebijakan, upaya, dan
kegiatan yang berkesinambungan unutk mempertahankan keberadan sumber daya alam
sebagai modal dalam pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
seluruh bangsa dengan tetap mempertahankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidup.1
Konservasi sumber daya alam hayari merupakan tangggung jawab dan kewajiban
Pemerintah serta masyarakat. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
dilakukan melalui beberapa kegiatan, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan
yang merupakan satu proses alami berbagai unsur hayati dan non hayati yang menjamin
kelangsungan kehidupan makhluk, pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati.
Peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan konservasi sumber daya alam
hayati seperti Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Hayati dan
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Undang-undang ini memuat
ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dan mencakup semua segi di bidang konservasi
sumber daya alam hayati.
B. Rumusan Masalah

1
Joko Christianto, “Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan” PWKL4220/Modul 1 (2014),
Hal. 1
4
1. Apa saja prinsip good goverment dan lingkungan hidup?
2. Bagaimana konservasi sumber daya alam hayati menurut UU 32/2009, UU 5/1990,
dan UU 41/1999

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Good Government dan Lingkungan Hidup


Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak terlepas dari peran
pemerintah untuk membuat kebijakan terkait dengan terciptanya lingkungan yang baik dan
sehat. Pada era saat ini, permasalahan kerusakan lingkungan tengah menjadi perhatian
banyak pihak. Karena potensi kerusakan lingkungan terus muncul seiring dengan majunya
pembangunan di segala bidang. Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modernisasi saat ini
banyak sekali aspek pembangunan yang tidak preventif terhadap lingkungan atau dengan
kata lain tidak memperdulikan aspek kelestarian lingkungan sekitar. Oleh karena itu, dapat
dipahami apabila Niniek Suparni menyatakan bahwa pembangunan pada hakikatnya
adalah “gangguan” terhadap keseimbangan lingkungan.2
Maka untuk mengurangi potensi kerusakan lingkungan yang sangat besar tersebut,
dan untuk menerapkan salah satu prinsip good governance terkait komitmen pada
perlindungan lingkungan hidup tersebut, maka lahirlah sebuah konsep manajemen
pengelolaan lingkungan hidup yakni enviromental governance. Environmental governance
merupakan paradigma baru di bidang lingkungan hidup dimana menjadi bagian penting
dari pencapaian good governance. Selain itu konsep enviromental governance diharapkan
dapat menjadikan aspek lingkungan sebagai mainstream utama pembangunan di indonesia
yang sama-sama menjalankan aspek ekonomi dan sosial.
Evironmental governance menyediakan sebuah kerangka kerja konseptual dimana
tingkah laku publik dan swasta diatur dalam mendukung pengaturan yang lebih
berorientasi pada ekologis. Kerangka kerja tersebut membentuk hubungan yang timbal
balik antara masyarakat (global, regional, nasional dan lokal) dalam berhubungan dengan
akses dan penggunaan barang dan jasa lingkungan serta mengikat mereka (dalam tingkatan
apapun) dengan etika-etika lingkungan spesifik tertentu. Governance berada pada keadaan
baik apabila terdapat sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam
pengelolaan sumber daya alam, sosial, lingkungan dan ekonomi.3
Dalam mengelola dan melindungi lingkungan hidup di sekitar diperlukan
kerjasama antara manusia, manusia sangat berperan penting untuk mengelola dan
melindungi lingkungan hidup tempat dimana ia tinggali. Mulai dari pemerintah dan sampai
masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam mengelola dan melindungi
lingkungan tanpa terkecuali. Tidak terbatas dimanapun domisilinya. Baik masyarakat desa,

2
Niniek Suparni, 1994, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm
36
3
Bambang Rudito, dkk, “Meretas Jalan Pemikiran Surya Tjahja Djajaningrat: Dari Sustainable Development
Menuju Sustainable Future” dalam Bambang Rudito, dkk (editor), 2005, Sustainable Future Menggagas Warisan
Peradaban Bagi Anak Cucu Seputar Wacana Pemikiran Surna Tjahja Djajaningrat, Penerbit Indonesia Center for
Sustainable Development (ICSD), Jakarta, hlm. 44
6
pelosok maupun kota, menjadi bagian penting dari perwujudan lingkungan hidup yang baik
dan sehat. Keberadaan masyarakat akan efektif sekali jika perannya dalam mengontrol
pengelolaan lingkungan yang ada. Beberapa aplikasi dari peran serta masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup tercemin dari kebijakan pemerintah. Kebijakan dimaksud
diaplikasikan dalam bentuk konkret yang langsung ditujukan kepada masyarakat
mengaplikasikannya dalam tindakan konkret dalam bentuk aktivitas. Ini adalah dimensi
dari peran serta masyarakat yang merupakan cerminan dari kebijakan pemerintah untuk
terciptanya lingkungan hidup yang baik dan sehat.4
Good environmental governance dimaknai sebagai pengelolaan pemerintahan yang
baik (good governance) yang peduli terhadap kelangsungan dan kelestarian lingkungan
hidup. Pentingnya pemerintahan yang baik, oleh karena penyelenggaraan pemerintahan
yang baik akan menentukan sejauh mana tujuan penyelenggaraan pemerintahan itu bisa
tercapai. Dengan menciptakan pemerintahan yang terbuka, masyarakat akan terpacu untuk
melakukan kontrol (pengawasan) terhadap penentu kebijakan serta pelaksanaan kekuasaan
terkendali untuk tidak melakukan penyimpangan.5
Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip good governance berarti
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan dengan menjunjung prinsip-prinsip good
governance diantaranya:6
1. Prinsip Partisipasi Masyarakat.
Berdasarkan prinsip ini semua warga masyarakat mempunyai suara dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan
pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Prinsip Tegaknya Supremasi hukum.
Menurut prinsip ini, kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa
pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
3. Prinsip Transparansi.
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat
dimengerti dan dipantau. Penerapan prinsip keterbukaan (transparency)
merupakan suatu keharusan sebagai bentuk open governance yang memudahkan
bagi swasta dan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi mengenai

4
Wahidin Samsul, Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
hlm. 174
5
Supriadi, 2006, Hukum Lingkungan di Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar Grafika. 2006, hlm 179
6
Jurnal “Good Environmental Governance In Indonesia (Perspective of Enironmental Protection and Management”
oleh Purniawati dkk, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. 2020.
7
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Kemudahan dalam melakukan akses
informasi memungkinkan swasta dan masyarakat dapat lebih maksimal dalam
menggunakan hak untuk berperan serta dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
4. Prinsip Peduli pada Stakeholder.
Menurut prinsip ini lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan
harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan;
5. Prinsip Berorientasi pada konsensus.
Bahwasanya tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam
hal apa yang terbaik nagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin,
consensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Prinsip kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka;
7. Prinsip Efektif dan efisien.
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil
sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber
daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Prinsip Akuntabilitas.
Para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan organisasi-
organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembagalembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut
berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan;
dan
9. Prinsip Visi strategis,
Dimana para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan
jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
B. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan. Secara
harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya pelestarian atau
perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi dapat diartikan adalah
sebagai berikut:7

7
Joko Christianto, “Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan”…, hal. 3.
8
1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang
sama tingkatannya;
2. Upaya perlindungandan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber
dayaalam (fisik);
3. Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia atau
transformasi fisik;
4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan;
5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara
keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.
Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara
apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang,
sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumber daya
alam secara bijaksana).

a. Konservasi SDA Hayati Sesuai UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
menorehkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap
warga negara Indonesia.8 Senyatanya, kualitas lingkungan hidup yang semakin
menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan.9
Undang-undang ini dimaksudkan sebagai aturan terpenting dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup akibat kegiatan manusia dalam upaya pemanfaatan
sumber daya alam. Salah satu tujuan adalah menjamin kelangsungan kehidupan
makhluk hidup dan kelestarian ekosistem.
Dalam UU 32/2009 terdapat instrumen untuk perencanaan, serta pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup melalui Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) untuk tingkat kebijakan, serta AMDAL untuk tingkat kegiatan.1
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam UU 32/2009 meliputi:

8
Matrio A. N. Sutisno, “Perlindungan Keanekaragaman Hayati Terhadap Pencemaran Dan Pengrusakan Lingkungan
Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009”, Lex Privatum, no. 7, (Agustus 6, 2016): 129.
9
Ibid.
1
Alviano Ottohan Oktavianus 0dan Rumimpun, “Kajian Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya Di Indonesia”, Lex Et Societatis, no. 4, (Oktober 8, 2020): 7.
9
1) Perencanaan
Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
melalui tahapan inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion,
dan penyusunan RPPLH.
2) Pemanfaatan
Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH beserta daya
dukung lingkungan dan daya tamping lingkungan hidup dengan memerhatikan
keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup, keberlanjutan produktivitas
lingkungan hidup dan keselamatan, mutu hidup serta kesejahteraan
masyarakat.
3) Pengendalian Pencemaran/Kerusakan Lingkungan Hidup
Pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup yang meliputi upaya:
- pencegahan;
- penanggulangan; dan
- pemulihan.
b. Konservasi SDA Hayati Sesuai UU 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan
Ekosistemnya
Hukum sebagai sarana rekayasa sosial tentunya harus dapat dijadikan sebagai alat
bagi pemerintah untuk menjaga kearifan dalam keanekaragaman kehidupan termasuk
keanekaragaman hayati.1 1

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:
1) perlindungan sistem penyangga kehidupan;
2) pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhandan satwa beserta ekosistemnya;
3) pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Untuk mewujudkan tujuan pengelolaan keanekaragaman hayati, Pemerintah
menetapkan :

1) wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;


2) pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
3) pengaturan cara pemanfaatan wilayahperlindungan sistem penyangga kehidupan.
Wilayah sistem penyangga kehidupan yang mengalami kerusakan secara alami
dan/atau oleh karena pemanfaatannya serta oleh sebab-sebab lainnya diikuti dengan
upaya rehabilitasi secara berencana dan berkesinambungan.
Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
dilaksanakan melalui kegiatan :

1 1
Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di
Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hal. 139.
10
1) Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
dilaksanakan dengan menjagakeutuhan kawasan suaka alam agar tetapdalam
keadaan asli.
2) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan
suaka alam.
Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam dilakukan
dengan membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seimbang
menurut proses alami di habitatnya. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar
kawasan suaka alam dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis
tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya kepunahan.

Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan erat
dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu :1 2

1) menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga


kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia
(perlindungan sistem penyangga kehidupan);
2) menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipetipe
ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang
menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber
plasma nutfah);
3) mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga
terjamin kelestariannya.
c. Konservasi SDA Hayati Sesuai UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Hutan, sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan
kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yangdikuasai oleh Negara,
memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri,
diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.1
Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
yangberkeadilan dan berkelanjutan dengan:
1) menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional;
2) mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial,
budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari;
3) meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;

1 2
Mahipal, “Kebijakan Pengelolaan Keanekaramagan Hayati”, Jurnal Cendekia Ihya, no. 1, (September 28, 2018):
24.
1 3
Ibid., 29.
11
4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan
masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan
sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan
terhadap akibat perubahan eksternal;
5) menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar- besar kemakmuran
rakyat. Penguasaan hutan oleh Negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk:
1) mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,kawasan
hutan, dan hasil hutan;
2) menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan
sebagai bukan kawasan hutan;
3) mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan
hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

12
13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prinsip dari Good Goverment sendiri ada 9 yaitu:
a) Prinsip Partisipasi Masyarakat
b) Prinsip Tegaknya Supermasi hukum
c) Prinsip Transparasi
d) Prinsip Peduli pada Stakeholder
e) Prinsip Berorientasi pada konsesnsus
f) Prinsip Kesetaraan
g) Prinsip Efektif dan Efisien
h) Prinsip Akuntabilitas
i) Prinsip Visi Strategis
2. Undang-undang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang bersifat
nasional dan menyeluruh sangat diperlukan sebagai dasar hukum unutk mengatur
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa berserta ekosistemnya,dan pemanfaatan bagi kesejahteraan
masyarakat dan peningkatan mutu manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Christianto, Joko. 2014. “Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan”
PWKL4220/Modul 1.

Supriadi. 2006. Hukum Lingkungan di Indonesia Sebuah Pengantar. Jakarta. Sinar Grafika.

Suparni, Niniek. 1994. Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta.
Sinar Grafika.

Rudito, Bambang. Dkk. 2005. “Meretas Jalan Pemikiran Surya Tjahja Djajaningrat: Dari
Sustainable Development Menuju Sustainable Future” dalam Bambang Rudito, dkk (editor), 2005,
Sustainable Future Menggagas Warisan Peradaban Bagi Anak Cucu Seputar Wacana Pemikiran
Surna Tjahja Djajaningrat. Jakarta. Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD).

Samsul, Wahidin. 2014. Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jurnal “Good Environmental Governance In Indonesia (Perspective of Enironmental Protection


and Management” oleh Purniawati dkk, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. 2020.

Erwin, Muhammad. 2015. Hukum Lingkungan Dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Indonesia. Bandung. PT Refika Aditama.

Mahipal, “Kebijakan Pengelolaan Keanekaramagan Hayati”, Jurnal Cendekia Ihya, no. 1,


(September 28, 2018).

Matrio A. N. Sutisno, “Perlindungan Keanekaragaman Hayati Terhadap Pencemaran Dan


Pengrusakan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009”, Lex Privatum,
no. 7, (Agustus 6, 2016).

Alviano Ottohan Oktavianus dan Rumimpun, “Kajian Hukum Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya Di Indonesia”, Lex Et Societatis, no. 4, (Oktober 8, 2020).

15

Anda mungkin juga menyukai