BERAT
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia dan
minimum. 21
tidak direncanakan.
21
Marianus Kleden, Hak Asasi Manusia Dalam Masyarakat Komunal, LAMAMERA,
Yogyakartaa, 2008, hlm 69.
22
Ifdal Kashim. Prinsip-prinsip Van Boven, Mengenai Korban Pelanggaran HAM
Berat, Elsam, Jakarta, 2002, hlm. xxiii
32
33
jumlah korban yang sangat berat dan kerusakan serius secara luas yang
tertentu dan dalam suatu cara untuk menciptakan situasi untuk hidup,
hak atas integrasi pribadi atau hak atas jebebasan pribadi dari penduduk
diancam. 23
pada saat ini belum dirumuskan secara jelas baik didalam resolusi,
annggota-anggota kelompok.
sebagiannya.
lain.
a. Pembuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan
f. Penyiksaan
agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
j. Kejahatan apartheid
ordinary crima berdasrkan dua alasan, yaitu pola tindak pidana yang
sebagai kejahatan tersebut baru bisa diadili jika kekuasaan itu runtuh
kebiasaan internasional. 25
yang baku, baik dari instrumen hukum HAM internasional dan nasional,
24
Muchamad Ali Syafa’at, Tindak Pidana Teror: Belenggu Baru Bagi Kemerdekaan,
dalam F.Budi Hadirman, et al. Terorisme Definisi, Aksi dan Regulasi, Imprasial, Jakarta, 2003,
hlm. 63.
25
Todung Mulya Lubis, Jalan Panjang Hak Asis Manusia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2005 hlm. 29.
37
a. Asas kemanusiaan
26
Supriady Widodo Eddyono, op.cit hlm .12.
38
b. Asas Legalitas
c. Asas Equalitas
d. Asas Sosio-Kultural
crime” dan berdampak secara luas baik pada tingkat nasional maupun
27
R. Wiyono, Pengadilan Hak Asasi Manusia, Kencana, Jakarta, 2006, hlm 170.
40
International Criminal Court. Oleh karena itu berbagai logika dan spirit
hak asasi manusia yang dilanggar29. Sesuai Statuta Roma yang menjadi
yurisdiksi mahkamah itu adalah tindak yang bersumber pada HAM yaitu:
a. Kejahatan Genosida
28
Ibid
29
Todung Mulya Lubis, Op.cit hlm 57.
41
1) Membunuh
anggota-anggota kelompok
sebagiannya
kelompok lain
1998 Pasal 6.
1) Pembunuhan
2) Pemusnahan
3) Perbudakan
6) Penyiksaan
anak-anak.
c. Kejahatan Perang
Konvensi Jenewa:
percobaan biologis
8) Menyandera
d. Kejahatan Agresi
dan unsur subjektif. Unsur objektif (criminal, act, actus reus) yang
terdiri atas30:
30
Ibid, hlm .132.
49
organisasi tersebut.
dan pelanggaran atas hal itu telah diakui sebagai kejahatan terhadap
31
Peter R. Baehr, Human Right University in Practice, New York, St. Martins, 1999
hlm 20 dalam Andrey Sujatmooko, Tanggung Jawab Negara atas Pelanggaran HAM Berat
Indonesia, Timor Leste, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 2005 hlm. 6
32
Manfred Mohr, The ILC’S Distinction between International Crimes” and
“International Delicts” and its Implications, New York, 1987 hlm 126-127dalam Ibid hlm . 143
52
pelapor.
secara resmi berdiri dengan memiliki tugas dan fungsi pokoknya adalah
Secara garis besar bentuk perlindungan yang diberikan oleh LPSK adalah
merealisasikan
Indonesia.
Saksi dan Korban yang merupakan rumusan empat peran LPSK dalam
kewenangannya yakni:
dijalankan. Yakni:
menjerat.
berakhir.
56
terpidana dibebaskan.
yang besar.
Tahun 2010, 340 permohonan di Tahun 2011, dan pada tahun 2012
Negara.
daerah lainnya jika hal tersebut sesuai dengan kebutuhan dari LPSK.34
lembaga perwakilan adalah pilihan yang tepat karena dari segi geografis
33
Supriyadi Widodo dkk, Sanksi dalam Ancaman; dokumentasi Kasus, ELSAM, 2004
34
Pasal 12 UU No 13 Tahun 2006.
58
terhadap saksi yang terjadi selama ini justru paling banyak di luar
perwakilannya.
akan memberikan implikasi atas sumberdaya yang besar pula, baik dari
manusianya.
administrasi dan lain sebagainya. Selain itu perlu dibuat sebuah standar
35
Model-model kewenangan seperti ini ada dalam UU Perlindungan Saksi di Afrika
Selatan, UU Perlindungan Saksi di Quensland, Perlindungan Saksi di Kanada, Perlindungan Saksi
di Amerika Serikat, di Jerman dll.
59
Nomor 13
60
Korban, yaitu:
Korban.
yang berat; dan hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi
bertanggung jawab kepada Presiden. Implikasi atas hal ini maka presiden
dari LPSK dan oleh karena itu pula maka presiden harus
sampai lembaga ini dibiarkan menjadi lembaga yang dikucilkan dan tak
sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun. Penugasan ini adalah sebagai fungsi
diperhatikan isi dan format seperti apa yang harus dilaporkan kepada
LPSK.
Saksi dan Korban sebagai lembaga yang mandiri dan bertanggung jawab
c. Masalah kelembagaan
daripada LPSK.
1. Definisi Korban
perorang, tetapi juga bisa badan hukum. Bahkan pada kejahaan tertentu,
36
Dikdik F. Arief Mansur & Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korbsan
Kejahatan Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007 hlm. 45-46.
64
secara luas dan sempit. Dalam pengettian luas korban diartikan sebagai
diartikan sebagai victim of crime yaitu korban kejahatan yang diatur dalam
37
Lilik Mulyadi, Kompilasi Hukum Pidana dalam Perpektif Teoritis dan Praktik
Peradilan Pidana (Perlindungan Korban Kejahatan, Sistem Peradilan dan Kebijakan Hukum
Pidana Filsafat Pemidanaan serta Upaya Hukum Peninjauan kembali oleh korban kejahatan),
Bandung, Penerbit CV. Mandar Maju, hlm. 1-2.
65
38
Ibid. Hlm. 2-3
66
menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang
primair)
39
J.E Sahetapy, ed., Viktimology: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1987, hlm. 96-97.
40
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan Karangan), Jakarta. PT.
Bhuana Ilmu Populer, 2004, hlm. 96.
41
Ibid, hlm. 101.
67
neglected by the state while it soends immense resources to hunt down and
punish the offender who responsible for that pain and suffering”42
punishable act (not only criminal act but also other punishable act as
42
Romli Atmasasmita, Masalah Santunan Terhadap Korban Kejahatan, Majalah
Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1992, hlm. 9.
43
Dikdik M. Arif Mansur & Elisatris Gultom, Op.cit., hlm. 47.
44
Muladi, Hak Asasi Manusi: Hakekat Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif
Hukum dan Masyarakat, Bandung, Refika Aditama, 2005, hlm. 108.
45
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 733.
68
the Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power,
asasi mereka, yang meanggar hukum pidana yang berlaku di suatu negara,
dilihat bahwa korban pada dasarnya tidak hanya orang perorangan atau
No. 20/34 Tahun 1985, meliputi: kerugian fisik atau mental (phsycal ar
korban kejahatan itu sendiri dan korban kejahatan yang bersifat tidak
dapat bersifat materiil yang lazimnya dinilai dengan uang dan yang
bersifat immateriil yakni perasaan takut, sakit, sedih, kejutan psikis dan
lain sebagainya.
46
Theodora Shah Putri, Upaya Perlindungan Korban Kejahatan Melalui Lembaga
Restitusi dan Kompensasi, hlm. 3. (httpwww.pemantauperadilan.com).
70
2. Tipologi Korban
penanggulangan kejahatan,
pemicu kejahatan,
dirinya sendiri.
masing-masing, yaitu:
71
d. The lonesome and heartbroken, who are susceptible to theft and fraud,
f. The blocked and fighting, who are unable to take normal defensive
measures.47
pelaku dan menjadi korban karena memang potensial, untuk itu dari
pelaku.
47
Rena Yulia, Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,
Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm. 52-53.
48
Stephen Schafer, Op.cit., hlm 159.
72
langsunng yaitu korban kejahatan itu sendiri dan tidak langsung (korban
49
Lilik Mulyadi, Op.cit., hlm. 120.
73
badan hukum,
korban dapat bersifat materiil yang dapat dinilai dengan uang dan
sebagainya. 51
Adapun hak-hak korban menurut Van Boven adalah hak untuk tahu, hak
atas keadilan dan hak atas reparasi (pemulihan). Hak atas pemulihan yaitu
hak yang menunjuk kepada semua tipe pemulhan baik materiil maupun
non materiil bagi para korban pelanggaran hak asasi manusia. Hak-hak
50
H. Parman Soeparman, Op.cit., hlm. 61.
51
Mardjono Reksodiputro, 2007, Op.cit., hlm. 78.
74
manusia.52
dapat dibedakan dalam dua kategori besar, yaitu terlibat dalam penuntutan
terhadap pelaku, dan korban meminta kompensasi atau restitusi. Dalam hal
52
Theo Van Boven, Op.cit., hlm. Xv.
53
Arif Gosita, 1993., Op.cit., hlm. 53.
75
Disini hak korban terlihat kuat sekali, dia dapat “memberi wewenang” atau
sistem peradilan pidana. Masih dalam kaitan ini adalah juga hak korban
peradilan (hak ini terdapat dalam KUHAP). Dalam kategori kedua adalah
negara (pemerintahan).54
tahu (rights to know), hak atas keadilan (rights to justice), dan hak atas
4. Peranan Korban
54
Mardjono Reksodiputro, 2009, Op.cit., hlm. 9-10.
55
The Redress Trust, 2001, Op.cit., hlm. 15.
56
Pasal 1 PP Nomor. 3 Tahun 2002, menjelaskan maksud kompensasi, restitusi dan
rehabilitas sebagai berikut:
“Kompensasi adalah ganti rugi yang diberikan oleh negarakarena pelaku tidak
mampu memberikan gangti kerugian sepenuhnya yang menjadi tanggungjawabnya.”
76
adalah partisipasi utama, meskipun pada sisi lain dikenal pula kejahatan
korban dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu, baik langsung atau
korban58.
kejahatan adalah:
57
Chaerudin & Syarif Fadillah, Korban Kejahatan dalam Perpektif Viktimologi &
Hukum Pidana Islam, Jakarta: Grahadika Press, 2004, hlm. 11.
58
Arif Gosita, 1993, Op.cit., hlm. 103.
59
J.E Sahetapy. Op.cit., hlm. 89.
77
pengaruh bagi diri korban serta pihaknya, pihak lain dan lingkungnya.
bertanggunngjawab.60
sendiri tidak dapat melakukan suatu tindakan, tidak berkemauan atau rela
untuk menjadi korban. Situasi dan kondisi yang ada pada dirinyalah yang
karena kerap kali antara pihak pelaku dan pihak korban tidak dapat
60
Arif Gosita, 1993, Op.cit., hlm. 103-104.
61
Ibid.
62
Mardjono Reksodiputro, 2007, Op.cit., hlm. 74-79.
78
antara lain berkaitan dengan kelemahan fisik, dan mental pihak korban63.
sikap dan tindakannya. Dalam hal ini, antar pihak korban dan pelaku tidak
kesempatan kepada orang lain untuk mengambilnya tanpa izin. Bisa juga
Dapat pula karena korban berada di daerah rawan atau bertugas di bidang
b. Korban secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang
63
Arif Gosita, 1993. Op,cit., hlm. 105.
64
Ibid.
79
Anak-anak, orang tua, orang yang secara cacat mental, orang miskin,
sudah menjadi korban. Korban dalam hal ini tidak dapat disalahkan
Antara pihak korban dan pelaku mungkin udah pernah ada hubungan
Dalam hubungan ini situasi dan kondisi pihak korban serta pihak
65
Arif Gosita, 1993., Loc.cit., hlm. 105.
66
Ibid, hlm.106.
80
antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Pelaku dan korban
hubungan fungsional68.
67
Chaerudin Syarif Fadillah. Op.cit., hlm. 12.
68
Arif Gosita, 1993, Op.cit., hlm. 117.
81
Barda Nawawi Arif, dalam hukum pidana positif yang berlaku pada saat
hukum seseorang).
69
Barda Nawawi Aried, Perlindungan Korban Kejahatan dalam Proses Peradilan
Pidana (Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi, Vol. 1/No.1.1998), hlm. 16-17.
82
pasal 34 ayat (1) yang menyebutkan setiap korban dan saksi dalam
pelanggaran HAM berat berhak atas perlindungan fisik dan mental dari
a. Setiap korban dan saksi dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia berat
cuma-cuma.
Peraturan Pemerintah.
70
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana, 2007, hlm. 61.
84
meliputi:
a. Bahwa salah satu alat bukti yang sah dalam proses peradilan pidana
tentang tidak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana sering
pihak tertentu;
85
peradilan pidana.
rekomendasinya disebutkan:
71
Dikdik M. Arif & Mansur-Elisatris Gultom, Op.cit., hlm. 23.
86
(offender-centered);
72
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sitem Peradilan Pidana,
Jakarta, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengadilan HUkum Kriminologi, Universitas Indonesia,
2007, hlm. 192.
87
berikut73:
73
Andi Hamzah, Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dalam Kitan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bandung, Binacipta, 1986, hlm. 13-14.
88
hak. Ketiga, perlindungan orban yang bisa dikaitkan dengan salah satu
terkandung pula beberapa asas hukum yang memerlukan perhatian. Hal ini
sebagai berikut76:
a. Asas Manfaat
b. Asas Keadilan
74
Muladi, Perlindungan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana sebagaimana
dimuat dalam Kumpulan Karangan Hak Asasi Manusia, Pokok dan Sitem Peradilan Pidana,
Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1997, hlm. 172.
75
Arif Gosita, 1997, Op.cit., hlm. 50.
76
Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom. Op.cit., hlm. 164.
89
kejahatan tidak bersifat mutlak karena hal ini dibatasi pula oleh rasa
c. Asas Keseimbangan
Asas ini dapat memberikan dasar pijakan hukum yang kuat bagi
b. Memberikan dorongan dan motivasi kepada korban agar tidak takut dalam