Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN PEMBUATAN MEDIA KULTUR

Disusun Oleh: Nama : Aminatus Sholikah NIM : 115040213111035 Kelompok : Kamis, 06.00 Asisten : Putu Santiawan Prayogo

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Dengan teknik in vitro, mampu memproduksi bibit dalam jumlah besar dengan waktu yang relative singkat, bebas pathogen, identik dengan induknya dan tidak dipengaruhi oleh musim. Teknik ini memerlukan media buatan yang dibuat dari beberapa komponen utama, yaitu gula, air, unsure hara makro dan mikro, vitamin, asam amino, serta zat pengatur tumbuh. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetative tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril (Winata, 1987). Medium yang digunakan dalam kultur in vitro tanaman dapat berupa medium padat atau cair. Untuk memudahkan pembuatan medium kultur, sebagian besar komponen disiapkan dalam bentuk larutan beku. Bahan seperti sukrosa, agar dan beberapa komponen tertentu tidak dibuat larutan baku, tetapi langsung ditambahkan ke dalam campuran untuk pembuatan medium. Medium padat umumnya digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk tanaman yang lengkap (plantet), sedangkan medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Media tumbuh dapat mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik (unsure makro dan unsure mikro), zat pengatur tumbuh, sumber karbon, vitamin, dan suplemen organik. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant medium (WPM), Knop, Knudson-C, Andreson dan sebagainya. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS (Gunawan, 1988). 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum Bioteknolohi Pertanian Pembuatan Media Kultur adalah sebagai berikut :

1. Praktikan mampu memahami jenis-jenis media pada kultur jaringan serta aplikasi kegunaannya. 2. Praktikan mampu memahami komposisi dan fungsi unsur dalam Media MS (Murashige & Skogg). 3. Praktikan mampu memahami teknik-teknik aseptik dalam pembuatan media. 4. Praktikan mampu memahami rumus perhitungan larutan stok. 1.3 Manfaat Dengan diharapkan bagaimana (Murashige kontaminan pembuatan. melakukan praktikum Pembuatan Media Kultur, praktikan mampu memahami secara langsung pembuatan media kultur dengan Media MS & Skogg), dan mampu menganalisa berbagai yang ada pada media setelah beberapa hari

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Jenis-Jenis Media pada Kultur Jaringan serta Aplikasi Kegunaannya Kita mengenal beberapa macam media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain adalah: 1. Medium Dasar Murashige dan Skoog (MS): Digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam- garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+ (Hendaryono,1994). 2. Medium dasar B5 atau Gamborg: Digunakan untuk kultur suspensi sel kedelei, alfafa dan legum lain (Hendaryono,1994). 3. Medium dasar White: Digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah (Hendaryono,1994). 4. Medium Vcin Went (VW): digunakan khusus untuk medium anggrek (Hendaryono,1994). 5. Medium dasar Nitsch dan Nitsch: Digunakan untuk kultur tepungsari (pollen)dan kultur sel (Hendaryono,1994). 6. Medium dasar Woody Plant Medium (WPM): Digunakan untuk tanaman yang berkayu (Hendaryono,1994). 7. Medium dasar Schenk dan Hildebrandt: Digunakan untuk kultur jaringan tanaman monokotil. (Hendaryono,1994). 8. Medium dasar N6: Digunakan untuk tanaman serealia terutama padi (Hendaryono,1994). 2.2 Komposisi dan Fungsi Unsur dalam Media MS (Murashige & Skogg)

Komposisi dan fungsi unsure dalam media MS (Murashige & Skogg), disajikan dalam tabel berikut ini :

Menurut Hendaryono dan Wijayani 1994, kegunaan setiap unsur-unsur yang akan digunakan dalam medium kultur in vitro adalah sebagai berikut :

Unsur Nitrogen (N), kegunaan N bagi tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman sebab unsur N dapat membentuk protein, lemak dan berbagai senyawa organik yang lain. Unsur N dipergunakan terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Selain itu unsur ini juga berperan dalam pembentukan hijau daun yang berguna untuk melaksanakan proses fotosintesis yang selanjutnya akan menghasilkan karbohidrat. Unsur Fosfor (P), unsur ini terutama dibutuhkan untuk pembentukan karbohidrat. Unsur ini dibutuhkan besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, pembuangan, pemasakan biji. Unsur Kalium (K), berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman karena unsur ini dapat menguatkan serabut-serabut akar sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Selain itu juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan. Unsur Kalsium(Ca), unsur ini terdapat pada batang dan daun tanaman. Unsur ini juga bertugas merangsang pembentukan bulubulu akar, merangsang batang dan merangsang biji karena unsur Ca bersama dengan Mg akan memproduksi cadangan makanan. Unsur Magnesium(Mg), penambahan unsur ini maka kandungan fosfat dalam tanaman dapat meningkat. Kegunaan dari fosfat sendiri adalah sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein. Terbentuknya sejumlah protein menyebabkan pertumbuhan daun menjadi hijau sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak serta minyak-minyak. Unsur Besi (Fe), unsur Fe dibutuhkan sedikit lebih banyak daripada unsur mikro lainnya. Pemberian unsur Fe berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman. Pada tanaman unsur Fe berfungsi untuk pernafasan dan pembentukan hijau daun. Unsur Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa, Sukrosa dalam medium kultur in vitro berfungsi sebagai sumber energi yang diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa 2-5% merupakan sumber karbon. Unsur glukosa dan fruktosa dapat digunakan untuk mengganti sukrosa karena dapat merangsang pertumbuhan beberapa jaringan. Pemilihan gula dan

konsentrasi yang akan digunakan tergantung dari jaringan tumbuhan yang akan dikulturkan dan tujuan yang ingin dicapai. Unsur Mio-inositol, penambahan mio-inositol pada medium bertujuan untuk membantu differensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila mioinositol diberikan bersama denga auksin, kinetin dan vitamin maka dapat mendorong pertumbuhan jaringan kalus. Unsur Vitamin, vitamin-vitamin yang sering digunakan dalam media kultur in vitro antara lain adalah Thiamin (vit. B1), Pirodiksin (vit. B6) dan asam nikotinat. Vitamin-vitamin ini umumnya terdapat dalam tanaman. Thiamin adalah vitamin yang esensial untuk semua kultur in vitro tumbuhan. Fungsinya adalah untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar juga berperan sebagai koenzim dalam reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi. Asam nikotinat juga penting dalam reaksireaksi enzimatik selain sebagai penggerak dari beberapa alkaloid. Bahan organik komplek, pengaruh arang aktif umumnya diarahkan pada salah satu dari tiga hal berikut: penyerapan senyawa-senyawa penghambat, penyerapan zat pengatur tumbuh atau menggelapkan warna media. Penghambatan pumbuhan karena kehadiran arang aktif umumnya karena arang aktif dapat menyerap ZPT. NAA, kinetin, BAP, IAA dan 2iP semuanya dapat terikat oleh artang aktif. IAA dan 2iP merupakan ZPT yang paling cepat terikat oleh arang aktif. Arang aktif dapat menstimulasi pertumbuhan sel umumnya karena kemampuan arang aktif mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik yang diproduksi biakan selama dalam kultur. Konsentrasi arang aktif yang ditambahkan kedalam media kultur umumnya sebanyak 0.5-3%. (Gunawan,1988). Bahan pemadat (agar), dan Media kultur jaringan tanaman dapat dibuat padat atau semi padat, yaitu dengan penambahan bahan pemadat berupa agar. Dibandingkan bahan pemadat lain, agar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu (i) saat dicampur dengan air, agar akan terbentuk bila dilelehkan pada suhu 60o-100oC dan memadat pada suhu 45oC; (ii) gel agar bersifat stabil pada suhu inkubasi; (iii) agar gel tidak bereaksi dengan komponen dalam media dan tidak dicerna oleh ensim tanaman. Kualitas fisik agar dalam media kultur tergantung pada konsentrasi dan merek agar yang diguinakan serta pH media. Konsentrasi agar yang digunakan dalam media kultur berkisar antara 0.5-1%, dengan catatan pH media sesuai

dengan aturan. Penggunaan arang aktif (0.8-1%) dapat mempengaruhi kepadatan agar yang terbentuk.Kemurnian agar yang digunakan dalam media kultur juga merupakan faktor yang penting. Agar yang mengandung garam-garam Ca, Mg, K dan Na dapat mempengaruhi ketersediaan hara dalam media. (Gunawan,1988). Zat pengatur tumbuh (hormon), terdapat empat klas zat pengatur tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. Skoog dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur jaringan tanaman. Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan morfogenesis, meskipun perbandingannya untuk mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies bahkan kultivar. Sitokinin yang ditrambahkan dalam media kultur umumnya ditujukan untuk menstimulasi pembelahan sel, menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksiler, dan untuk menghambat pembentukan akar. Mekanisme kerja sitokinin tidak secara pasti diketahui, namun demikian beberapa senyawa yang mempunyai aktivitas mirip sitokinin diketahui terlibat dalam transfer-RNA (t-RNA). Sitokinin juga menunjukkan dapat mengaktivasi sintesa RNA dan menstimulasi aktivitas protein dan enzim pada jaringan tertentu. (Gunawan,1988) 2.3 Teknik-Teknik Aseptik dalam Pembuatan media Problem yang sering mengganggu dalam pekerjaan in vitro adalah membuat dan menjaga kondisi aseptik. Bakteri dan jamur merupakan kelompok kontaminan utama, karena media kultur jaringan yang kaya akan nutrisi merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan jamur. Secara umum ada 4 macam sumber cemaran, yaitu: 1. Sumber tanaman yang digunakan baik yang bersifat internal dan eksternal. 2. Media yang digunakan tidak steril. 3. Udara 4. Pekerja atau peneliti yang kurang bersih

Media kultur merupakan bahan yang mengandung sumber nutrisi yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan kondisi yang aseptis dalam melakukan semua prosedur secara in vitro. Membuat dan menjaga kondisi aseptic merupakan problema yang sering menganggu dalam pekerjaan in vitro, karena di lingkungan sekitar kita terdapat banyak spora bakteri dan fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh aliran udara yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan pada media, alat gelas dan alat-alat lain sebelum pekerjaan in vitro dilakukan. Juga perlu untuk mengerjakan semua pekerjaan di dalam ruang bersih yang dirancang dan dipelihara dengan baik (Wetherel, 1982). Dalam proses sterilisasi, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mensterilkan alat gelas, alat bedah, cairan dan material tanaman. Beberapa teknik yang umum dilakukan, diantaranya 1. Pemanasan basah Teknik ini menggunakan tekanan dan uap air dengan alat otoklaf atau denngan pressure cooker untuk mensterilkan cairan sampai volme satu liter diperlukan tekanan sebesar 103 kPa, suhu 121 C selama 20 menit. Alat yang disterilkan dibungkus dengan kertas coklat, bukan aluminium karena kertas aluminium bersifat tidak dapat ditembusi uap ( Dodds dan Roberts, 1982 ). Sterilisasi media kultur, air dan larutan lain dengan autoklaf mempunyai satu masalah, yaitu bila tekanan dalam autoklaf diturunkan sampai tekanan udara luar sebelum suhu dari cairan turun sampai 100 C, cairan akan mendidih dan mungkin meluap dari wadah, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Untuk mengatasi masalah ini, penurunan tekanan dalam autoklaf harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bila mengunakan alat kecil, sebaiknya alat tersebut disingkirkan terlebih dahulu dari sumber panas, dan dibiarkan dingin dalam waktu 15-20 menit sebelum dibuka. Hendaklah selalu diperhatikan bahwa tekanan dipastikan turun sampai 1 atm sebelum membuka autoklaf (Wetherell, 1982).

2. Pemanasan kering Metode ini hanya digunakan untuk alat gelas, alat logam dan alat lain yang tidak hangus pada suhu tinggi. Obyek yang mengandung kapas, kertas atau plastik tidak dapat disterilkan dengan metode ini. Pisau sklapel juga tidak boleh disteilka dengan metode ini karena temperatur yang tinggi akan membuatnya menjadi tumpul. Alat yang digunakan adalah oven. Temperatur untuk sterilisasi adalah sekitar 160 C selama 4 jam. Alat yang sisterilkan harus dibungkus denagn kertas alumunium sebelum dimasukkan ke dalam oven (Dodds dan Roberts, 1982). 3. Ultrafiltrasi Beberapa komponen media tidak tahan pemanasan, seperti vitamin, zat pengatur tumbuh dan lainnya, sehingga harus disterilkan dengan ultrafiltrasi pada suhu kamar. Ultrafiltrasi adalah teknik sterilisasi dengan menggunakan penyaring bakteri ( Dodds dan Roberts, 1982 ). 4. Sterilisasi kimia Tempat kerja secara umum disterilkan permukaannya dengan etanol 70 % v/v atau isopropanol 70 % v/v. Meskipun alkohol yang diasamkan ( 70 % pH 2,0 ) mungkin lebih efektif sebagai desinfektan, tetapi tidak digunakan secara umum karena bersifat korosif pada alat logam. Alkohol 80 % juga sering digunakan, tetapi lebih mudah terbakar. Alat yang akan dipakai sebaiknya dicelupkan dalam alkohol dan dilewatkan lampu spritus (Dodds dan Roberts, 1982). 2.4 Rumus Perhitungan Larutan Stok Cara perhitungan kebutuhan media dan larutan stok disajikan dibawah ini dan hasilnya secara lengkap pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 menyajikan macam-macam larutan stok yang sebaiknya ada pada pembuatan media MS, pengelompokan bahan-bahan penyusun larutan stok, perhitungan kebutuhan bahan-bahan untuk pembuatan larutan stok per 10 liter media,

ukuran volume wadah untuk tempat larutan stok, perhitungan konsentrasi masing-masing stok, dan banyaknya pengambilan (volume) larutan stok yang diambil untuk keperluan pembuatan media 1 liter (muslim, 2009).

Tabel 1. Kebutuhan Bahan Larutan Stok untuk 10 liter Media MS (10 kali pembuatan, masing-masing pembuatan 1 liter) Perhitungan

kebutuhan mM Media dan larutan stok untuk melengkapi tabel di atas adalah sebagai berikut: a) Kebutuhan bahan-bahan untuk 10 liter media MS (kolom 2) = 10 x bobot bahan-bahan media MS (mg/l) pada Tabel 1. Contoh: KNO3 = 1900 mg x 10 = 19.000 mg b) Volume pengambilan stok untuk setiap pembuatan media 1 liter menggunakan rumus: V1 x M1 = V2 x M2 dimana: - V1 adalah volume stok yang dicari M1 adalah kosentrasi larutan stok V2 adalah Volume larutan stok M2 adalah kosentrasi yang diinginkan Contoh: banyaknya (volume) stok mikro besi (Fe-EDTA) yang diambil untuk membuat 1 l media sebagai berikut. V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 278 = 100 x 27,8 V1 = 2780 : 278 = 10 ml (Muslim, 2009)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi Alat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15 botol kultur : sebagai tempat media yang telah jadi Karet gelang : sebagai alat mengeratkan tutup botol kultur Plastik tahan panas : sebagai alat penutup botol Aluminium foil : sebagai alat penutup botol Gelas ukur : untuk mengukur volume media Pipet filler bolb pipet : untuk mengambil bahan media Baker : sebagai tempat media Timbangan analitik : untuk menimbang berat media Stirrer : Untuk mengaduk bahan supaya tercampur secara merata (homogen). Microwave : Untuk mengoven bahan. Sprayer : Sebagai wadah aquades yang digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang digunakan. Spatula : Digunakan untuk mengambil obyek. Sarung tangan : Untuk membungkus tangan agar tetap dalam kondisi aseptis Autoclave : Untuk sterilisasi media beserta tempatnya.

Bahan : 1. Aquades Untuk mencuci alat maupun sebagai campuran bahan untuk membuat media. 2. Unsur (makro,mikro A, mikro B, Fe EDTA,Vitamin, CaCl2) Sebagai bahan untuk membuat media yang nanti akan dicampur dengan komposisi yang berbeda-beda. 3. Kertas lakmus Untuk mengukur pH larutan perlu di tambah NaOH atau HCl atau tidak. 4. NaOH

5.

6. 7. 8.

Untuk ditambahkan ke larutan jika larutan tersebut bersifat asam. HCl Untuk ditambahkan ke larutan jika larutan tersebut bersifat basa. Sukrosa. Untuk makanan atau sebagai nutrisi untuk tanaman. Agar Sebagai media tanam. Alkohol Untuk sterilisasi plastik wrap atau alumunium foil.

3.2 Cara Kerja Pembuatan Media Kultur (Diagram Alir) Bilas gelas dengan aquades Isi gelas dengan aquades 50 ml/100 ml Tambah unsur yang sudah di stok Makro Mikro A Mikro B Fe EDTA Vitamin CaCl Tambah aquades higga 500 ml

: 30 ml : 3 ml : 0,3 ml : 3 ml : 0,3 ml :3 ml

Stirer Ukur Ph pH terlalu asam (<5,5) ditambah NaOH pH terlalu basa (>5,8) ditambah HCl

masukkan sukrosa dan agar

Stirer

sukrosa agar

: 9 gram : 2,1 gram

Tutup dengan plastik wrap (dilubangi)

Microwave selama 7 menit Tuang ke botol kultur @ 20 ml (tutup plastik/ alofo steril)

Autoclave 20 menit

Angkat taruh dalam ruang 3

Amati setiap 2 hari sekali selama 2 minggu 3.3 Analisa Perlakuan Menyiapkan alat dan bahan. Kemudian bilas gelas dengan aquades untuk membersihkan dari debu. Mengisi gelas dengan aquades kurang lebih 50 ml atau 100 ml. Dan menambahkan unsur yang telah di stok sesuai dengan ketentuan di atas. Setelah itu ditambahkan aquades hingga 500 ml. Kemudian distirer dan diukur pH nya jika larutan asam ditambah NaOH, jika larutan basa maka ditambahkan HCl. Kemudian menimbang gula 9 gram dan agar sebanyak 2,1 gram. Kemudian dicampur dan dimasukkan dalam larutan dan di stirer supaya tercampur rata (homogen). Gelas tersebut ditutup dengan plastik wrap dan dilubangi setelah itu di oven dalam microwave selama 7 menit. Setelah itu langsung tuang ke dalam botol kultur yang telah bersih sebanyak 20 ml untuk tiap botolnya dan ditutup dengan

plastik atau alumunium foil yang telah disterilkan dengan alkohol dan tangan tidak boleh menyentuh mulut botol supaya tidak terjadi kontaminasi. Kemudian di masukkan autoclave selama 20 menit untuk sterilisasi dan diangkat dimasukkan dalam ruang tiga untuk diamati 2 hari sekali selama 2 minggu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (Tabel Perbandingan Perlakuan) a. Tabel Media Kultur dengan Penutup Plastik No Hari Pengamatan ke 1 (hari ke 3 setelah pembuatan eksplan, 2710-2012) Botol ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. Jenis Kontaminan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Keterangan

1.

2.

2 (hari ke 6 setelah pembuatan eksplan, 3010-2012)

3.

3 (hari ke 9 setelah pembuatan eksplan, 311-2012)

4.

4 (hari ke 12 setelah

Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril

pembuatan 3. eksplan, 6- 4. 11-2012) 5. 6. 7. 8.

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Steril Steril Steril Steril Steril Steril

b. Tabel Media Kultur dengan Penutup Aluminium Foil No Hari Pengamatan ke 1 (hari ke 3 setelah pembuatan eksplan, 2710-2012) Botol ke 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. Jenis Kontaminan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Keterangan

1.

2.

2 (hari ke 6 setelah pembuatan eksplan, 3010-2012)

3.

3 (hari ke 9 setelah pembuatan eksplan, 311-2012)

4.

4 (hari ke 12 setelah pembuatan eksplan, 6-

Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril Steril

11-2012)

5. 6. 7.

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Steril Steril Steril

4.2 Pembahasan (Bagaimana keadaan media pada perlakuan plastic dan aluminium foil + penyebab, serta bandingkan literature) Pada praktikum pembuatan media tanam pada kultur jaringan dengan medium Murashige dan Skoog (MS), tidak ditemukan adanya kontaminasi baik pada media yang ditutup dengan plastik maupun pada media yang ditutup dengan aluminium foil. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan media tanam, alat-alat yang digunakan telah disterilisasi terlebih dahulu. Media kultur merupakan bahan yang mengandung sumber nutrisi yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan kondisi yang aseptis dalam melakukan semua prosedur secara in vitro. Membuat dan menjaga kondisi aseptic merupakan problema yang sering menganggu dalam pekerjaan in vitro, karena di lingkungan sekitar kita terdapat banyak spora bakteri dan fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh aliran udara yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan pada media, alat gelas dan alat-alat lain sebelum pekerjaan in vitro dilakukan. Juga perlu untuk mengerjakan semua pekerjaan di dalam ruang bersih yang dirancang dan dipelihara dengan baik (Wetherel, 1982).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan (Hasil Praktikum) Dari hasil praktikum pembuatan media MS menggunakan tutup botol plastik maupuun aluminium foil, pada keduanya tidak didapati kontaminan yang masuk ke dalam botol. Terlepas dari sterilisasi alat-alat sebelum digunakan dalam praktikum, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis bahan penutup botol tersebut mampu menjaga media botol kultur dalam kondisi aseptis karena spora jamur dan bakteri tidak dapat masuk ke dalam botol kultur. Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah kerapatan pada penutup botol hingga spora jamur dan bakteri tidak dapat masuk ke dalam botol kultur jaringan yang berisi media tanam . 5.2 Saran (untuk assisten) Selain dari materi-materi yang diberikan pada waktu praktikum, ada baiknya juga saat asistensi membahas hasil kesimpulan laporan praktikan, terimakasih .

DAFTAR PUSTAKA

Dodds, J. H. and L. W. Roberts. 1982. Experiments in plant tissue culture. Cambridge Univ. Press, Cambridge. Gunawan,L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. Bogor:Institut Pertanian Bogor. Hendaryono, Daisy P.Sriyanti; dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:Kanisius Muslim, Ahmad. 2009. Perhitungan Kebutuhan Media dan Larutan Stok. http://mediaperbanyakansecarakulturjaringan.blogspot.com/2 010/08/perhitungan-kebutuhan-media-dan-larutan.html. Diakses pada tanggal 5 November 2012 Wetherel, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro. Diterjemahkan Oleh Koensoemardyah, S. Semarang : IKIP Press. Winata, L. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB.

DOKUMENTSI HASIL + AKHIR PENGAMATAN

Anda mungkin juga menyukai