Anda di halaman 1dari 8

230 Hukum dan Pembangunan

ILMU POLITIK DAN H


Oleh : Soerjono Soekanto

Hukum dan politik mempunyai hubungan


timbal-balik. Hukum, jika berada "di atas" poU-
tik, maka hukum positif mencakup semua stan-
dar di mana an tara lain, kesepakatan dalam ma-
syarakat dicapai melalui proses yang konstitusio-
nal. Dalam menafsirkan hukum, penguasa m e-
misahkan dirinya dan perjuangan untuk menems-
kan kekuasaan dan tidak dikotori oleh pengamh
polWk. Sebaliknya, pelaku-pelaku poUtik dapat
menerima otonomi dan institusi-institusi hu.kum
jika mereka yakin bahwa peraturan-peraturan
yang hams ditaati didasarkan pada kebijaksanaan
yang juga mereka anut. Pendapat lain mengata-
kan, hukum sangat dipengamhi oleh politik,
karena hukum sendin adalah keputusan-keputus-
an politik. Karangan berikut ini menguraikan
segi-segi lain dari hubungan hukum dan politik.

A. Pengantar Menurut tradisi Jerman, maka ilmu


(-ilmu) politik atau Politischen Wis- .
Dalam bukunya yang berjudul senschaften dianggap mencakup ru-
"Over de Theorie van een Stellig ang lingkup yang sangat . luas. Salah
Staatsrecht" Logemann pernah me- satu bagian dari ilmu politik adalah
nyatakan, bahwa Ilmu politik harus ilmu negara atau Staatslehre yang
dibedakan dengan tegas dari politik. menelaah seluk beluk kehidupan nega-
Politik merupakan pemilihan terhadap ra (Hermann Heller 1934: 3);
pihak-pihak untuk kepentingan tujuan- Dalam tradisi ilmu politik di Ame-
tujuan sosial yang dihargai, dan pen- rika Serikat, maka lazim diperguna-
capaian tujuan tersebut. Ilmu poli- kan istilah "political science" (yang
tik meneliti bagaimana cara mencapai secara bebas juga dapat diterjemahkan
tujuan-tujuan sosial dan sarana yang dengan istilah " iln1U politik" ). Ilmu
dapat dipergunakan (J.H.A. Logemann politik merupakan (G .A. Jacobsen dan
1954: 29). Dalam hal ini Logemann M.H. Lipman 1960 : 2) .
mempergunakan istilah-istilah "we- " .. .. political science is correctly
tenschap der politiek" dan "politiek" designated " the science of state" :
yang diterjemahkan secara bebas men- objectively gathering and classifying
jadi "ilmu politik" dan "politik". facts about the state is the main pur-

Politik dan Hukum 231

pose of this branch of learning. These ngenai kediktatoran dan absol utisme,
facts pertain to the .essential nature sebagai berikut CW. Friedmann 1959:
of statehood, the forms in which sta- 7).
tes have existed and do exist, the "Modern dictatorship resembles
extent of state authority, and the ins" older forms of absolutism in its hos-
trumentalities and procedures through tility to any forms of separation of
which that authority is exercised; powers, and in the concentration of
furthermore, they certain to the re- as many functions of government in
lationships among individuals within as few hands as possible. It is disti-
the state, between individuals and nguished from older forms of absolu-
the state, and between state and tism by the sophistication and refi-
state." nement of the legislature, adminis-

Luasnya ruang lingkup ilmu politik, trative and judicial techniques, deve-
baik menurut Logemann maupun tra- loped in intermediate centuries."
disi di Amerika Serikat, me ngakib at- Dalam hubungannya dengan hukum
kan bahwa ilmu tersebut mempunyai dikatakannya, bahwa
kaitan yang erat dengan ilmu-ilmu "A system of government that
sosial lainnya, seperti misalnya, antro- controls, directly or through faithful
pologi, psikologi, sosiologi, ilmu admi- henchmen, the machinery and all
nistrasi, ilmu ekonomi, dan juga levels of executive power subject
(ilmu) hukum. Dalam hubungannya to no judicial supervision, and that,
dengan (ilmu) hukum Jacobsen dan through a combination of political
Lipman menyatakan, sebagai berikut appointments, insecurity of tenure
(G.A. Jabocsen dan M.H. Lipman and direct instructions, also controls
1960: 4,5): the administration of jutice, has an
apparently unlimited power to ma-
" ...... To Maintain a full under-
ke what ever laws the ruling junta
standing of the facts of political life,
deems necessary."
the political scientist has to combine
the legal with the extralegal view- Dalam situasi demikian, maka pe-
points. A comprahansion of the na- merintahan diktatoris mempunyai ke-
ture of law (and of statutes enacted kuasaan mutlak terhadap segala bi-
by legislature) is indispensable to dang kehidupan. Kekuasaannya juga
the political theorist. He should, how- mencakup kekuatan membentuk pola
ever, be cautioned against overempha- sikap tindak warga masyarakat untuk
sizing the "juristic" approach-as ma- mematuhi hukum yang dibentuknya.
ny authorities do when they regard Pemerintahan Nazi di Jerman selama
the state purely as a "legal person" 12 tahun merupakan salah satu bukti
and the political society merely as kenyataan demikian. Derajat warga
a collection of legal rights and obli- masyarakat diatur menurut selera pe-
gations." merintah Nazi dan dengan mUdahnya
dijatuhkan sanksi-sanksi tanpa melalui
B. Sistem politik dan hukum proses peradilan. Kesetiaan · mutlak
Secara panjang lebar Friedmann terhadap negara dan pemerintah me-
pernah memberikan penjelasan me- rupakan hal yang tidak mungkin dapat

Juni 1988

232 Hukum dan Pembangunan

diganggu-gugat atau dikalahkan dengan re-shaping of law, in disregard of the


kepentingan-kepentingan lain. Kebe- democratic processes of opinion, to a
basan individual dan kelompok diha- far greater extent than other systems,
puskan dan digantikan oleh adanya but it is limited by the need to secure
organisasi-organisasi resmi yang di- at least the acquiscence and, where
bentuk dan senantiasa diawasi oleh it produces and educated minority,
pemerintah. Bagaimana pemerintah the willing acceptance of its law . It
Nazi dapat mencapai tujuannya sulit is, on the other hand, limited by the
untuk dinilai, oleh karena pada saat permanence of certain categories of so-
itu mepdapat dukungan dari bagian cial relationships, dictated by the
terbesar warga masyarakat yang dalam conditions of human life and society
keadaan bersiap-siap untuk perang dan rather than by a specific political
kemudian berperang. Walaupun demi- ideology. "
kian, kekuasaan mutlak itu pun ada Dalam pemerintahan demokratris,
batas-batasnya. Menurut Friedmann, hubungan timbal-balik an tara opini
maka (J/. Friedmann 1959 : 8). publik dengan kegiatan-kegiatan di
"Yet, there were definite limits to bidang hukum yang dilakukan oleh
the power even of the Nazi Govern- pemerintah dan negara lebih nyata
ment to effect a total legal revolution. dan lebih berartikulasi. Opini publik
Thus, among its wartime measures atau masyarakat tidak saja ter~alurkan
was a decree au thorising - and the- melalui wakil-wakilnya di Dewan Per-
reby commanding - members of fa- wakilan Rakyat, akan tetapi juga me-
milies to denounce other members lalui media massa, kelompok-kelom-
who had made utterances oritical of pok sosial, perhimpunan cendekiawan,
the Government. While a number of perguruan tinggi, dan seterusnya.
people, notably married women, who Hubungan timbal-balik yang kons-
had taken lovers during the absence tant antara arikulasi pendapat umum
of their husbands on war service, made dengan proses legislatif, mengakibat-
use of this legal sanction, in circums- kan bahwa ketegangan yang timbul
tances which earned them convic- antara kaidah hukum dan kaidah
tion for being accessories to murder so sial lainnya, secara relatif kecil.
or unlawful imprisonment, in some Adalah tidak mungkin menerapkan hu-
German post-war decisions, it is ob- kum pada suatu komuniti yang tidak
o vious that a far greater number of mau menerima hukum itu, pada suatu
Germans did not pay any attention sistein politik demokratis. Akan tetapi
to this decree.' adakalanya kepentingan-kepentingan
Mengenai pemerintahan totaliter, sosial yang demikian kuatnya, menim-
Friedmann memberikan catatan-catat- bulkan kcadaan di mana terbentuknya
an, sebagai berikut (W. Friedmann hukum · tertentu merupakan hal yang
memberikan catatan-catatan, sebagai harus dipenuhi. Antara kedua keada-
berikut (W. Friedmann 1959 : 9,10). an itu terdapat berbagai variasi tan-
"A totalitarian government can, in- tangan dan tanggapan. Kadang-kadang
deed, use its monopoly of the law- hukum memenuhi kebutuhan sosial,
making and executive powers for the akan tetapi tidak jarang terjadi suatu

Politik dan Hukum 233

kesenjangan antara hukum dengan "A judge becomes an administra-


kepentingan-kepentingan so sial yang tor when his objective is to reform a
ada dalam masyarakat. criminal, avert a strike or abate a nu-
Kadang-kadang hukum terbentuk isance. For then his ann is not justice
karena dorongan suatu kelompok but accomplishment, not fairness but
kecil yang mempunyai pengaruh atau therapy . . . .The primary function of
seoiang individu. Contohnya adalah

adjudication is to discover the legal
berbagai aturan hukum mengenai ling- coordination of a particular situation.
kungan, yang biasanya terbentuk kare- That is a far cry from manipulating
na inisiatif suatu kelompok atau in- the situation to achieve a desired
dividu. outcome."
Dari penjelasan ringkas dimuka da· Secara teoretis, Schuyt membeda-•
pat diambil kesimpulan bahwa sistem kan antara perspektif penegakan keter-
politik mempunyai hubungan timbal- tiban dengan perspektif penegakan
balik dengan hukum. Di satu pihak, hukum. Ciri-ciri pokoknya adalah,
pada sistem-sistem politik tertentu sebagai berikut (C.J .M. Schuyt 1983 :
(misalnya yang bersifat totaliter), pe- 143)
ranan hukum agak kecil apabila di- •

bandingkan dengan Kekuasaan. Akan


tetapi pada sistem politik lainnya
PERSPEKTIF PENEGAKAN KETER-
(misalnya sistem demokratis) peranan
TIBAN
hukum lebih besar; artinya, dengan
hukum diusahakan untuk mencegah 1. Mempertahankan keadaan (status-
penyalahgunaan wewenang yang quo), walaupun hams mengorban-
mungkin timbul dari kekuasaan. kan hak azasi individual maupun

kelompok.

C. Penegakan ketertiban dan penegak- 2. Mencari pemecahan masalah secara
anhukum instrumental menurut selera pihak
Apakah yang menjadi tugas seorang terkuat walaupun pemecahan masa-
hakim? Apakah yang bersangkutan lah bersifat ad-hoc.
bertugas menegakkan ketertiban atau 3. Tidak konsisten dalam menerapkan
hukum, ataukah kedua-duanya? Sudah metode penemuan hukum.
tentu bahwa tujuan terakhir yang ha- 4. Peradilan merupakan teknik.
ms dicapai adalah penegakan keadilan; 5. Sifatnya terapeu tis.
namun, bukankah hal itu dapat di- 6. Keterikatan pada kelompok yang
lakukan melalui penegakan ketertiban kuat.
atau hukum? Penegakan ketertiban 7. Orientasi pada penguasa.
ada di bidang politik, sedangkan pene- 8. Hakim secara hierarkhis terikat
gakan hukum ada di bidang hukum. pada perundang-undangan yang di-
Antara kedua bidang itu tidak mus- bentuk penguasa.
tahil timbul ketegangan; akan tetapi 9. Kemungkinan terjadinya regresi.
penyerasiannya, menurut Schuyt (de- 10. Hakim menuntut diakui kewibawa-
ngan mengutip pendapat Selznick), annya.
adalah sebagai berikut (C.J .M. Schuyt 11. Tuntutan bahwa warga masyarakat
1983 : 142). secara mutlak patuh.

Juni 1988
234 Hukum dan Pembangunan

PERSPEKTIF PENEGAKAN HUKUM wick Laski pernah menyatakan, bahwa


(Harold J. Laski 1957 : 541)


1. Menegakkan hak asasi individu
"The importance of the judiciary
maupun kelompok, walaupun hams
in political construction is rather pro-
mengorbankan kepentingan sosial
found than prominent. On the one
(misalnya ketertiban).
hand, in popular discussion of forms
2. Pemecahan masalah harus didasar-
and changes of Government, the ju-
kan pada aturan dan asas yang ber-
dicial organ often drops out of sight;
laku.
on the other hand, in determining a
3. Penerapan metode penemuan hu-
nation's rank in political civilization,
kum harus konsisten.
no test is more decisive than the deg-
4. Peradilan merupakan tindakan kre-
ree in which justice, as defined by
atif yang penting untuk pengem-
law, is actually realised in its judicial
bangan hul<um.
administration, both as between one
5. Memelihara moral intern dari hu-
provate citizen and another, and as
kum.
between private citicens and members
6. Harus netral.
of the government."
7. Orientasi pada nilai-nilai hukum.
8 Hakim terikat pada isi putusan
(tidak pada penerapannya). D. Legalitas dan legitimitas ("Iegiti-
9. Tanggung jawab mandiri miteit")
10. Hakim diakui kewibawaannya kare- Apabila terjadi ketidaksarnaan se-
na putusannya bijaksana. cara struktural dalarn suatu negara
11. Ketaatan secara sukarela. atau masyarakat, maka hal itu dapat
menjadi penyebab utama terjadinya
Oleh karena itu tugas pokok kekuasa-
kekerasan. Apabila terjadi kekerasan
• an kehakiman dalam penegakan hu-
secara aktual, misalnya oleh golongan-
kum yang menuju keadilan, adalah •

golongan tertentu dalam masyarakat,


sebagai berikut (C.J.M. Schuyt 1983 :
maka hal itu menyebabkan terjadinya
143, 144) : legitimitas terhadap kekerasan yang
1. Menerapkan dan menegakkan hu- dijalankan untuk menumpasnya. De-
kum substantif yang menjadi landasan ngan demikian timbul lingkaran kon-
negara hukum, dengan mengadakan flik dan kekerasan, walaupun proses
pengujian hukum yang senantiasa di- itu tidak akan timbul dengan sendiri-
kembangkan nya. Artinya, tidak dengan sendiri-
2. Menegakkan dan memelihara rasio- nya kekerasan aktual timbul begitu
nalitas dari hukum, yakni dengan me- saja dari kekerasan struktural. Kalau
nerapkan asas-asas regulatif dan atur- mekanisme yang mengendalikannya
an-aturannya. tidak berhasil mengendalikan kekeras-
3. Menerapkan . asas perlakuan sarna an, barulah kekerasan akan muncul
terhadap pencari keadilan. secara nyata. Mekanisme pertarna
4. Pengawasan terhadap kekuasaan yang mengendalikan kekerasan adalah
dan pelaksanaannya yang dilakukan hukum. Biasanya pemegang kekuasa-
unsur-unsur negara dan pemerintah. an membuat hukum yang mengesah-
Dengan mencatat pendapat H. Sidg- kan kekuasaannya. Legalitas sebenar-
Politik dan Hukum 235

nya merupakan suatu bentuk modern dap organ-organ hukum dan di lain
dari legitimitas. Akan tetapi kedua pihak adalah mereka yang mencoba
gejala itu tidak selalu berproses ber- merebut kekuasaan dengan jalan men-
samaan. Pemegang kekuasaan yang cari dukungan terhadap kewibawaan-
legal mungkin kehilangan kepercayaan nya dari masyarakat. Artinya, terjadi
suatu proses perebutan terhadap sesu-
dari masyarakat, perundang-undangan
atu yang langka dalam masyarakat,
yang semula dianggap mengikat, mung-
hal mana menimbulkan polarisasi. Sam-
kin kekuatan mengikatnya hilang kare-
pai sejauh itu, hukum masih dapat
na tidak dipercayai lagi oleh mereka
berfungsi seb agai saluran penyelamat;
yang kepentingannya diatur oleh per-
akan tetapi apabila konfliks yang ter-
undang-undangan itu. Dengan demiki-
jadi semakin tajam, maka fungsi itu
an legalitasnya masih tetap ada, akan
pada akhirnya tidak mung kin diper- •
tetapi legitimasnya hilang.
tahankan lagi.
Apabila hal itu terjadi, maka akan
Dalam keadaan demikian organ-or-
timbul perlawanan yang terorganisasi
gan hukum menjadi terjepit keduduk-
terhadap sistem yang ada. Selama
an dan peranannya. Disatu pihak
masih ada pengakuan dan perlindung-
hukum dicela oleh pihak yang me-
an terhadap hak-hak warga masyarakat
lawan, dan di lain pihak pemegang ke-
dianggap diatur oleh hukum, maka
kuasaan mempergunakan hukum
perlawanan karena adanya ketidak-
untuk tetap mempertahankan kekuasa-
adilan juga akan tertuju pada hukum
annya. Peradilan bersifat politis, dan
yang ada. Perlawanan yang terorgani-
sasi itu mencoba mencari dukungan di banyak terjadi proses deregulasi (da-
kalangan orang banyak. Pada awalnya lam arti meniadakan peraturan).
akan terjadi kesulitan-kesulitan, oleh Sesuai dengan yang dijelaskan pada
karena perlawanan terjadi terhadap bagian B di muka , maka pada situasi-
hukum yang berlaku. Lazimnya warga situasi tertentu, peranan politik lebih
masyarakat karena adat-istiadat atau besar daripada hukum. Yang jelas ada-
kebiasaan mentaati hukum, ataupun lah, bahwa apabila terjadi kepincang-
mungkin karena rasa takutnya kepada an-kepincangan struktural yang kemu-
penguasa. Dengan demikian golongan dian menjalar menjadi kekerasan,
yang melawan berusaha untuk men- maka hukum di satu pihak menjadi
dapatkan kepercayaan dari masyarakat sasaran pihak yang menentang sistem,
dengan cara tidak mengiktiti legalitas dan di lain pihak hukum menjadi
penguasa atau menonjolkan kelemah- saran a belaka bagi pemegang kekuasa-
an-kelamahannya. Oleh karena itu, an.
maka dicoba untuk memudarkan ke-
E. IImu politik dan kekuasaan keha-
wibawaan, sehingga penguasa hanyalah
kiman
merupakan golongan yang memegang
kekuasaan belaka. Pengaruh sosiologi dan sosiologi
Apabila keadaan demikian terjadi, hukum (terutama aliran realisme hu-
maka dua kekuatan akan saling ber- kum) di Amerika Serikat terhadap
hadapan. Di satu pihak adalah peme- ilmu politik, mcnyebabkan timhulnya
gang kekuasaan yang berkuasa terha- suatu cabang ilmu politik yang disebut

Juni 1988
236 Hukum dan Pembangunan

"judicial politics" (Heinz Eulau 1960 : Make'; dalam buku itu Schubert
197). Setelah Perang Dunia kedua menggabungkan pola studi lama dan
cabang ilmu politik yang semula mem- baru mengenai hukum publik dan
pelajari hukum publik berubah men- pengadilan. Buku "Judicial Decision
jadi ilmu politik yang mempelajari Making" terbit dalam tahun 1963
lembaga-lembaga kekuasaan kehakim- dan ditulis oleh Schubert dengan
an dan pola sikap tindaknya. kawan-kawannya, yakni Ulmer, Nagel,
Pada pertengahan tahun lima puluh- Spaeth, Tanenhaus, Kort, Jacob dan
an terbit dua buah buku yang menan- Vines. Dalam buku itu dijelaskan,
dai berkembangnya cabang yang baru bahwa berbagai metode yang lazim
dari ilmu politik itu. Buku pertama dipergunakan oleh ilmu-ilmu sosial
berjudul "The Roosevelt Court : A dapat diterapkan untuk mempelajari
Study of Judicial Politics and Values" pengadilan sebagai suatu lembaga po-
(1948) dan yang kedua berjudul litik. Untuk keperluan studi tersebut
"Civil Liberties and the Vinson Court' diterapkan metode-metode grafis, wa-
(1954), kedua-duanya hasil karya C, wancara, analisis faktor, maupun anali-
Herman Pritchett. Pandangan Pritchett sis isi. "The Judicial Mind' (1965)
berkisar pada hal-hal sebagai berikut: merupakan buku yang berisikan hasil
studi yang dilakukan oleh Schubert
1. Pengadilan merupakan suatu kelom-
terhadap delapan belas Hakim Agung
pok pengambil keputusan yang pola Amerika Serikat yang berfungsi antara
sikap tindaknya dalam pemilihan dan tahun 1946 sampai dengan tahun 1963
opini akan dapat dijelaskan melalui Yang dipelajari adalah hubungan anta-
sikap-sikap para hakim terhadap ber- ra pola sikap tindak yudisial dengan
bagai masalah haluan politik di bidang kasus-kasus hukum yang relevan, un-
publik. 2. melalui analisis kuantita- tuk menemukan faktor-faktor yang
tif terhadap berbagai kasus, akan dapat menyebabkan pengadilan merupakan
diketahui adanya kesepakatan antara suatu lembaga yang konsisten sifatnya.
beberapa hakim tertentu mengenai Menurut Eulau, setelah Schubert me-
masalah-masalah tertentu. nerbitkan suatu kumpulan karya tulis
yang berjudul "Judicial Behavior: A
Gagasan-gagasan Pritchett tersebut Reader in Theory and Research",
kemudian dikembangkan oleh suatu rnaka (Heinz Eulau 1960 : 198).
,
kelompok ahli ilmu politik di bawah , . . . .What had now become the
pimpinan Glendon Schubert. Dalam "judicial behavior movement' erected
bukunya yang berjudul "Quantitative its own monument. The volume's
Analysis of Political Behavior' (1959), chapter headings showed the range of
Schubert mengembangkan pandangan the movement's concerns- "Cultural
Pritchett dengan memperkenalkan Antrhopology and Judicial Systems";
model .nodel teoretis dan teknik skalo- "Political Sociology and Judicial Attri-
gram. Pada tahun 1960 Schubert butes"; "Social Psychology and Judi-
menerbitkan buku berjudul ' Consti- cial Attitudes' ; or ' Mathematical Pre-
tutional Politics : The Political Beha- diction of Judicial Behavior' ."
vior of Supreme Court Justices and Yang agak berbeda pendekatannya
the Constitutional Politics That They akan tetapi tujuannya sarna yakni
Po/itik dan Hukum 237

menyajikan hakikat politik lembaga- penelitian terhadap masalah-masalah :


lembaga kehakiman, adalah hasil karya 1. Peranan politik pengadilan terhadap
• mereka yang mengadakan studi ter- politik sistem federal.
hadap kerangka konteksual sikap tin- 2. Latar-belakang sosial dan politik
dak para hakim apabila mereka menaf- para hakim agung, kekuatan-kekuatan
sirkan hukum atau menetapkan hu- eksternal yang berpengaruh terhadap
kum yang berlaku bagi suatu perkara. sistem peradilan, dan pengaruh peru-
Pusat perhatian teru tama diarahkan bahan terhadap adat-istiadat dan pro-
terhadap hubungan-hubungan para ha- sedur internal sistem peradilan. Joel
kim di luar sistem peradilan. Studi de- B. Grossman pernah menulis buku
ngan orientasi baru itu mula-mula di- mengenai pengaruh organisasi peng-
kembangkan oleh Victor G. Rosen- acara terhadap pemilihan dan re-
blum yang menulis buku berjudul ngangkatan hakim, serta peranan ha-
, Law as a Political Instrument' dan kim. Bukunya berjudul ' Lawyers and
Jack W. Peltason yang menulis buku Judges : The ABA and the Politics
berjudul ' Federal Courts in the Po- of Judicial Selection". Suatu hasil
litical Process". Herbert Jacob mem- penelitian yang menarik pernah dilaku-
perluas analisis terhadap pengadilan- kan oleh Martin Shapiro. Dia menga-
pengadilan negara bagian di Amerika dakan analisis terhadap konsep-konsep
Serikat dan semua subyek hukum
lama dan baru mengenai peranan
dalam proses peradilan (misalnya, para
hakim, kapasitas untuk mengambil
hakim, pengacara, penuntut umum
keputusan, tujuan pribadinya dan stra-
maupun kelompok-kelompok kepen-
tegi yang dijalankannya. Hasil pene-
tingan) . Hasil studinya dapat ditelaah
litian tersebut diterbitkan dalam
dalam buku "Justice in America"
buku yang berjudul "Law and Poli-
(1965). Masalah-masalah litigasi ke-
tics in the Supreme Court" (1964).
lompok kepentingan, dibahas oleh Ro-
Akhirnya perlu disinggung buku "Po-
bert A. Horn dan Clement Vose yang litical Justice : The Use of Legal Pro-
masing-masing menulis buku-buku ber- cedure for Political Ends" oleh Otto
judul "Groups and the Constitution' Kirchheimer. Buku tadi berisikan
dan "Caucasians Only: The Supreme penggunaan (atau penyalahgunaan) hu-
Court, The NAACP, and the Restric- kum untuk kepentingan politik yang
tive Covenant Cases." dilakukan oleh pemerintah totaliter.
John R. Schmidhauser mengadakan
Daftar Pus taka
Eulau, Heinz. 'Political Science'. Bert F. Hoselitz (ed). A Reder's Guide to the Sodal Scien-
ces New York: The Free Press, 1960. . .
Friedma~n, W., Law in a Changing Society, London: Steve~s and Sons Lnnlted, 1959.
Heller Helman, Staatslehre, Leiden: A.W. Sjthoff UItgeren) N.V., 1934.
'
JGO b ~n, G.A, dan M. H. Lipman , Political Science, New York: Barnes and Noble, Inc.,

~~~~ld
1
L ki H A Grammar of Politicals, London: George, Allen and Unwin, Ltd., 1957.
as,
Logemann, J'H
. . A' ., "Over de Theorie van een Stellig Staatsrecht, Jakarta: PT. Ptmerbit dan
Percetakan "Saksama", 1954. .
Schuyt, C.J.M. Tussen Macht dan Moraal, Over de PI~ats va:~ het Recht in Versorgungsstaat
en Democrate, Alphen aan den Rijn: Samsom UItgeven), 1983.

Juni 1988

Anda mungkin juga menyukai