Anda di halaman 1dari 2

Penemuan hukum diartikan sebagai pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya

yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit (dikutip dari
buku “Mengenal Hukum Suatu Pengantar” karangan Sudikno Mertokusumo, hal. 162).
Sudikno juga menjelaskan latar belakang perlunya seorang hakim melakukan penemuan hukum adalah
karena hakim tidak boleh menangguhkan atau menolak menjatuhkan putusan dengan alasan karena
hukumannya tidak lengkap atau tidak jelas.
Ketika undang-undang tidak lengkap atau tidak jelas untuk memutus suatu perkara, saat itulah hakim
harus mencari dan menemukan hukumnya (rechtsviding).
Larangan bagi hakim menolak perkara ini diatur juga dalam Pasal 10 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman. Lalu, hasil temuan itu akan menjadi hukum apabila diikuti oleh hakim
berikutnya atau dengan kata lain menjadi yurisprudensi. Penemuan hukum dapat dilakukan dalam dua
metode, yaitu:
 Interpretasi atau penafsiran, merupakan metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang
gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan
dengan peristiwa tertentu. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui
makna undang-undang. Interpretasi adalah metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada
tetapi tidak jelas untuk dapat diterapkan pada peristiwanya
Contoh: “semua kata lingkungan hidup” yang ada dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup harus ditafsirkan sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir 1 UU
tersebut, yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain
 Konstruksi hukum, dapat digunakan hakim sebagai metode penemuan hukum apabila dalam
mengadili perkara tidak ada peraturan yang mengatur secara secara khusus mengenai peristiwa
yang terjadi.
Contoh: Pasal 1576 KUH Perdata menyatakan jual beli tidak memutuskan hubungan sewa
menyewa. Bagaimana dengan hibah? Apakah hibah juga memutuskan hubungan sewa
menyewa. Mengingat tidak ada aturan tentang hibah ini, maka Pasal 1576 KUH
Perdataini dikonstruksikan secara analogi, sehingga berlaku ketentuan penghibahan pun
tidak memutuskan hubungan sewa menyewa.

Anda mungkin juga menyukai