Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS TINDAKAN PENCEGAHAN PENYEBARAN VIRUS EBOLA

(STUDI KASUS EPIDEMI EBOLA DI AFRIKA)


Nama:
NIM:
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang utama bagi semua mahluk hidup, tanpa terkecuali
manusia, karena tanpa kesehatan yang baik maka manusia akan sulit dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Fertman dan Allensworth mengatakan bahwa
kondisi fisik, mental dan sosial yang sejahtera secara utuh, dan tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan/ disabilitas.1 Terdapat definisi kesehatan juga yang dibuat
oleh Organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni “kesehatan merupakan keadaan
sempurna, baik fisik, mental, maupun social dan tidak hanya bebas dari penyakit dan
cacat”.2 Suatu keadaan yang cacat/sakit tentunya akan menyulitkan seseorang untuk
produktif dalam segi ekonomi, aehingga kesehatan dapat dikatakan bahwa kondisi
tubuh maupun jiwa dalam kondisi yang produktif baik dari segifisik, mental, sosial
maupun ekonomi, di mana kesehatan suatu kondisi tubuhyang sangat penting dalam
menjalani aktifitas dalam kehidupan sehari-hari,tanpa kesehatan akan menghambat
aktifitas dalam kehidupan baik rohanimaupun jasmani.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang
sangat mendasar untuk hidup. Oleh sebab itu diperlukan peran negara sebagai
organisasi yang mengatur masyarakat yang berada dalam wilayahnya guna menjaga,
meningkatkan kesejahteraan masyrakat khususnya dalam hal kesehatan. Negara guna
mencapai masyarakat yang sehat diperlukan suatu pembagunan nasional.
Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses
pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan
nasional. Salah satu aspeknya adalah di bidang kesehatan yang mana bidang
kesehatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
seperti yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia. Kesehatan sebagai hak asasi manusia (HAM) harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui

1
Bahder Nasution, Sistem Hukum, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2005, hlm. 1
2
Ibid.
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat.
Pembangunan di bidang kesehatan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan atas perubahan Undang-Undang No 23 Tahun 1992
Tetang Kesehatan, peraturan hukum kesehatan ini sebagai peraturan hukum yang
mengatur perawatan pelayanan kesehatan, yang berarti di Indonesia hukum kesehatan
tersebut meliputi upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), penyembuhan (kuratif), serta pemulihan (rehabilitative) yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Apabila dikaitkan dengan keadaan masyarakat di Indonesia saat ini yang baru saja
melewati pandemic covid-19 dalam status pemulihan (rehabilitatif). Mengigat bahwa
perjalanan melawan pandemic covid-19 sangatlah berat, baik dari segi social,
ekonomi, kesehatan dan segala aspek lainnya selama 3 tahun, Indonesia mulai
pemulihan. Tentunya diperlukan upaya upaya antisipasi dari datangnya virus baru,
seperti halnya virus ebola.
Virus ebola adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah, yang dapat
berakibat fatal pada manusia dan primate. virus ini salah satu virus yang paling
mematikan diseluruh dunia, yang kesempatan hidup sangat kecil. Penderita yang
terkena virus ebola biasanya bisa langsung meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20
hari, dan penularannya ditularkan dari hewan-hewan liat ke manusia dan menyebar
pada dari manusia ke manusia lainnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit diseluruh dunia.
Pada saat ini wabah penyakit virus ebola sedang terjadi di negara Uganda, Afrika
melalui deklarasi resmi yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan Uganda pada 20
September 2022 yakni mengumumkan epidemic ebola.3 Meskipun lokasi epidemic
jauh dari Indonesia, namun mengingat bahwa virus tersebut dapat menular dari
manusia ke manusia maka tentunya perlu upaya pencegahan, baik dari Indonesia
maupun Internasional.

3
Kompas.com, https://www.kompas.com/global/read/2021/02/15/104909270/virus-ebola-jadi-epidemi-
lagi-ini-gejala-para-pasien?page=all diakses pada, 20 Januari 2023
B. Kasus posisi
Kasus virus Ebola terjadi di sejumlah negara Afrika, pada 21 Februari 2021 empat
orang meningkat karena virus ebola. Namun pada saat yang sama sikat warga
diwilayah tersebut kurang menanggapi wabah baru dengan serius. Bahkan masih
mengadakan pemakaman untuk korban dan menolak rumahnya didesinfektan. Seperti
pada wabah sebelumnya pada tahun 2018, penduduk di wilayah tersebut menolak
untuk percaya akan adanya penyakit Ebola. Mereka juga menolak tindakan yang
bertujuan untuk memeriksa penyebaran virus seperti menghindari menyentuh orang
yang sakit atau tidak memandikan orang mati yang terinfeksi.
Bahkan sebelum kasus di Afrika, virus ebola juga muncul di Guinea dan telah
menewaskan lima orang. Dengan ini total sudah sembila orang meinggal diakibatkan
virus ebola. WHO telah memperingatkan kebangkitan ebola, dan bangkitnya virus ini
bergelut dengan pandemic corona.
Kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, Kementerian
Kesehatan Republik Demokratik Kongo telah mengumumkan wabah
penyakit Ebola setelah sebuah kasus dikonfirmasi di Mbandaka, provinsi Equateur.
Kasus ini dilaporkan kepada WHO pada 23 April 2022 dengan gejala demam yang
tiba-tiba, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang
nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa. Dalam beberapa kasus, pendarahan
dalam dan luar dapat terjadi 5 sampai 7 hari setelah gejala pertama terjadi.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan kasus posisi diatas, penulis merumuskan suatu
rumusan masalah, antara lain:
1. Bagaimana tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah Afrika dan
Organisasi Internasioal?
2. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk melakukan upaya pencegahan datangnya
virus ebola ke Indonesia?

D. Analisis
Tindakan Pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah Afrika dan Organisasi
Internasioal
Pandemi Covid-19 dimulai dari negara pusat manufaktur dunia dan memberikan
disrupsi yang sangat berpengaruh terhadap rantai pasokan dan manufaktur Negeri
Tirai Bambu. Dalam waktu satu bulan, semua aktivitas masyarakat Tiongkok
dihentikan demi upaya menghentikan penyebaran virus. Akibatnya, semua sektor di
Tiongkok tidak dapat berjalan seperti biasanya. Covid-19 memiliki kasus pertama
pada tanggal Desember 2019 di kota Wuhan, provinsi Hubei. Virus sebelumnya
menyebabkan epidemi.
Berkaitan dengan pandemic covid 19 yang bermula menyebabkan epidemic,
tentunya sudah memiliki pengalaman dalam tindakan untuk mengantisipasi
penyebaran virus epidemic hingga menjadi pandemic. Dalam hal ini tentunya
pemerintah maupun organisasi kesehatan dunia (WHO) harus lebih hati-hati dan teliti
dalam membuat kebijakan mengantisipasi penyebaran virus ebola. Bahkan epidemic
ebola sudah terjadi berulangkali di afrika. Pada tahun 2014 MSF dalam menangani
epidemi ebola di Afrika Barat dan organisasi internasional WHO kewalahan dalam
mengatasi meningkatnya jumlah korban Ebola, meskipun pada saat itu tidak
menyebar kenegara lain, namun dapat dikatan tindakan penanganannya masih belum
maksimal dan saat ini terjadi lagi dan tidak menutup kemungkinan dapat menjadi
kasus besar dan menyebar ke negara-negara lainnya seperti corona virus.
Mengingat bahwa epidemi ebola merupakan bahaya transnasional bagi keamanan
umat manusia. Ada aspek tanggung jawab dari masyarakat internasional dan individu
negara untuk membantu mengatasi epidemi ini secara baik dan tepat. Jika epidemi
ebola tidak dapat dikendalikan, maka akan mengancam kesehatan puluhan juta orang
di Afrika Barat sebelum menyebar ke seluruh dunia. Sebagaimana diketahui bahwa
kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. kesehatan ini sangat
penting karena tanpa kesehatan segala-galanya tidak bermakna.4 Oleh sebab itu,
kegiatan dan upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan juga mencegah
datangnya penyakit perlu dilakukan upaya perlindungan.
Perlindungan kesehatan atas Hak atas kesehatan juga telah dijamin dan diatur
pada ketentuan-ketentuan secara nasional dan internasional yang pada intinya
merumuskan kesehatan sebagai hak individu dan menetapkan secara konkrit bahwa
negara selaku pihak yang memiliki tanggung jawab atas kesehatan. Hak atas
kesehatan di instrumen internasional dapat ditemukan di dalam Pasal 25 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang tercantum dalam Human security.

4
Indra Perwira, Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia, dalam Bagir Manan, et.al, Dimensi-Dimensi
Hukum Hak Asasi Manusia, PSKN FH UNPAD, Bandung, 2009, hlm. 138
Problematika penyebaran epidemic ebola di wilayah afrika, tidak dapat dipisahkan
dengan adanya konsep Human Development Report (HDR) tahun 1994, sehingga
dianggap sebagai perpanjangan dari paradigma pembangunan manusia. Human
security memiliki Universal Declaration of Human Rights and Responsibility to
Protect Doctrine sebagai landasan dan dasar hukum untuk memperkuat konsepnya.
Dengan berlandaskan pada UNDP, sebuah negara dapat diukur tingkat keberhasilan
human security-nya melalui sebuah indikator, yakni human development index (HDI),
kesempatan pendidikan, dan angka harapan hidup. Berdasarkan UNDP, terdapat tujuh
hal yang dikategorikan sebagai ancaman dan merupakan bagian dari pendekatan
human security:5
1. Keamanan ekonomi (economic security), berfokus terhadap ancaman kemiskinan,
di mana masyarakat pada suatu negara masih memiliki tingkat pendapatan yang
sangat rendah.
2. Keamanan pangan (food security), yang fokus utamanya tertuju kepada masalah
kelaparan, seperti masyarakat tidak memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan
makanan.
3. Keamanan kesehatan (healthy security), memiliki fokus pada ancaman terkait
penyakit menular berbahaya, malnutrisi, kurangnya sanitasi, dan lainnya. Seiring
dengan berkembangnya zaman, semakin banyak penyakit baru yang muncul dan
penyebarannya dapat dikatakan realtif cepat, bahkan dapat berpindah dari satu
negara ke negara lainnya dalam kurun waktu yang cepat.
4. Keamanan lingkungan (environmental security), yang fokus utamanya pada isu
degradasi lingkungan seperti polusi, gangguan ekosistem, dan bencana alam.
5. Keamanan personal (personal security), mengenai hal-hal yang dianggap sebagai
ancaman terhadap keamanan personal atau diri sendiri, misalnya ancaman
kekerasan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang datang dari
kelompok atau individu tertentu.
6. Keamanan komunitas (community security), berfokus pada ancaman keamanan
komunitas seperti terjadinya konflik antaretnis atau kelompok tertentu, maupun
diskriminasi terhadap suatu ras dan etnis atau kelompok tertentu yang dapat
menyebabkan terjadinya disintegrasi, pengungsian, kelompok separatis, bahkan
konflik bersenjata.

5
Landy Haryo Subianto, Konsep Human Security: Tinjauan dan Prospek dalam Analisis CSIS tahun
XXXI, 2002, No. 1, hlm. 196-107.
7. Keamanan politik (political security), berfokus pada ancaman tekanan politik,
pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan penahanan politik, serta ketidakadilan
hukum dan perdamaian dunia.
Konsep human security pada permasalahan disini khususnya pada keamanan
kesehatan, dilakukan oleh organisasi nasional yakni pemerintah negara setempat
ataupun organisasi Internasional, yang berfungsi untuk menghubungkan usuran antra
negara-negara terbagi menjadi 2 bagian:6
1. Intergoverment Organizations (IGO), organisasi antara pemerintah yang dibentuk
oleh dua atau lebih negara-negara berdaulat dimana mereka bertemu secara
regular dan memiliki staf fulltime. Sifanya tidak mengancam kedaulatan negara-
negara.
2. Non-Government Organizations (NGO), organisasi non-peemrintah sebagai
organisasi yang terstruktur dan beroperasi secara internasioanl serta tidak
memiliki hubungan resmi dengan pemerintah suatu negara.
Organisasi-organisasi tersebut tentunya memiliki peran dalam menangani suatu
permasalahan khususnya pada kasus epidemic ebola. Peran adalah perilaku yang
diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki posisi baik, posisi
berpengaruh dalam organisasi maupun sikap negara. 7 Tindakan negara dalam
menangani epidemic yakni pemerintah Uganda khususnya yang dilakukan oleh
Presiden Uganda Yoweri Museveni telah memerintahkan untuk mererapkan lockdown
atau karantina atau dua distrik di wilayah tengah, tempat pusat wabah ebola
menyebar. Kemudian jalur lalu lintas dan pergerakan keluar masuk warga dari distrik
mubende dan Kasanda dibuat pembatasan.
Berkaitan dengan organisasi internasional seperti WHO bertindak sebagai
penyuply fasilitas kesehatan, hal ini dalam bentuk nya mendukung kementerian
kesehatan Uganda dengan mendirikan unit penyakit menular di jiba. Diharapkan
dapat memenuhi kapasitas untuk merawat para penyintas serta dapat membantu dalam
mengisolasi dan merawat pasien yang terjangkit virus Ebola. Kemudian WHO juga
memberikan himbauan kepada negara negara lain dengan memberikan penilaian yang
menunjukkan adanya risiko tinggi penyebaran virus Ebola di luar Uganda,
dikarenakan masih adanya pergerakan lalu lintas di perbatasan yang cukup teratur.8
6
Umar S Bakry, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: University Press, 1999, hlm.127
7
Mas’oed, mohtar, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi, 1984, hlm. 45.
8
Kementrian Kesehatan RI, Penyakit Virus Ebola, 2022,
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/penyakit-virus-ebola-pve-evd, diakses pada, 20 Januari
Pada hal penanganan menteri kesehatan negara Uganda dan negara disekitarnya
yakni seluruh negara afrika bersama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Afrika (CDC Afrika) dan WHO sepakat untuk bekerja sama mendukung pencegahan
penyebaran virus ebola. Dalam hal ini adanya kerjasama anatara organisasi
internasional dan nasional untuk melakukan pencegahan bersama baik dalam
membangun kapasitas ketahanan, memperkuat pengawasan serta sistem pengobatan,
dan juga fasilitas laboraturium dalam pengembangan vaksin ebola.9

Upaya yang diperlukan Indonesia dalam Mencegah Masuknya Virus Ebola


UUD RI Tahun 1945, yakni Pasal 28H UUD 1945 Pada ayat (1), disebutkan “…
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan…”. Pada ayat (2), disebutkan: “…setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan…”. Pada ayat (3),
disebutkan bahwa “…setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat…”. Pasal 34
UUD 1945: Pada ayat (2), disebutkan: “…negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan…”. Pada ayat (3), disebutkan: “…
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak…”.
Pengaturan mengenai kesehatan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menjelaskan bahwa setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Upaya mewujudkan hak tersebut
pemerintah harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata, adil dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu pemerintah perlu melakukan
upaya-upaya untuk menjamin akses yang merata bagi semua penduduk dalam
memperoleh pelayanan kesehatan.

2023
9
Siti Hidriyah, Kerja Sama Internasional Dalam Pencegahan Ebola, Info Singkat Hubungan
Internasional Kajian Terhadap Isu-Isu Terkini, Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus/2014, hlm. 6
Berdasarkan peraturan tersebut upaya yang dilakukan oleh Indonesia guna
menjamin seluruh penduduk Indonesia agar setiap penduduk Indonesia bisa
memperoleh pelayanan kesehatan. Pada kasus epidemic ebola, pemerintah Indonesia
secara jelas mengatur jaminan kesehatan terhadap masyarakat dengan upaya
preventif, hal ini diatur dalam Peraturan Nomor 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan
Kesehatan, dalam Pasal 22 ayat (1) ditegaskan: “Jaminan kesehatan bersifat
pelayanan perseorang berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis
pakai yang diperlukan”.
Penyebaran virus Ebola merupakan hal yang sangat ditakuti oleh seluruh umat
manusia, maka perlu adanya penanggulangan terhadap penyebaran virus ebola,
sebagaimana sebelumnya Indonesia salah satu negara yang terdampak dari adanya
virus corona. Tentunya belajar dari pengalaman dalam melakukan upaya pencegahan.
Pada waktu penyebaran virus corona, menurut Agus Priambodo kebijakan
penanggulangan covid-19 di Indonesia gagap dan juga terlambat dalam
mengantisipasi serta menangani Covid-19.
Pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan penanggulangan penyakit
menular seharusnya melakukan perencanaan yang jelas dan sistematis dalam
mengantisipasinya. Seperti halnya kebijakan lockdown yang terbilang terlambat,
kemudian pembatasan jalur laut dan udara yang kurang ketat, sehingga
mengakibatkan masuknya virus. Oleh sebab itu diperlukan strategi yang tepat dalam
melakukan upaya pencegahan. Seperti halnya istilah lebih baik mencegah dariapada
mengobati.
Adapun tindakan yang sekiranya diperlukan, yakni membuat kebijakan
pembatasan dalam mengantisipasi masuknya virus ebola, melakukan pengecekan dan
karantina untuk orang yang datang ke Indonesia. Guna memastikan kesehatan.
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Nomor 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan
Kesehatan, yang menyebutkan bahwa “Pemerintah dalam menyelenggarakan program
penanggulangan penyakit menular dapat membentuk satuan kerja/unit pelaksana
teknis yang memiliki tugas dan fungsi meliputi:
1. Penyiapan penetapan dan rekomendasi jenis penyakit menular yang memerlukan
karantina;
2. Focal point Kementerian di Daerah; dan
3. Investigasi terhadap tempat atau lokasi yang dicurigai sumber penyebaran
Penyakit menular.
Dalam hal ini dilakukan Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai
penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman Penyakit Menular. Adapun
progam dalam upaya pencegahan pengendalian, dan pemberantasan dalam
Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui kegiatan diatur dalam Pasal 11:
1. promosi kesehatan;
2. surveilans kesehatan;
3. pengendalian faktor risiko;
4. penemuan kasus;
5. penanganan kasus;
6. pemberian kekebalan (imunisasi)
7. pemberian obat pencegahan secara massal; dan
8. kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
Kegiatan lainnya dapat dilakukan seperti sosialisasi mengenai penyakit virus ebola
khususnya.

E. Kesimpulan
Tindakan negara dalam menangani epidemic sudah cukup cepat yang dilakukan
oleh pemerintah Uganda khususnya Presiden Uganda Yoweri Museveni dengan
mererapkan lockdown atau karantina atau dua distrik di wilayah tengah, tempat pusat
wabah ebola menyebar. dan tindakan yang dilakukan organisasi internasional seperti
WHO bertindak sebagai penyuply fasilitas kesehatan, hal ini dalam bentuk nya
mendukung kementerian kesehatan Uganda dengan mendirikan unit penyakit menular
di jiba, serta sepakat untuk bekerja sama mendukung pencegahan penyebaran virus
ebola. Dalam hal ini adanya kerjasama anatara organisasi internasional dan nasional
untuk melakukan pencegahan bersama baik dalam membangun kapasitas ketahanan,
memperkuat pengawasan serta sistem pengobatan, dan juga fasilitas laboraturium
dalam pengembangan vaksin ebola.
Upaya pencegahan perlu dilakukan Indonesia untuk memutus mata rantai
penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman Penyakit Menular. Secara kongkrit
membuat kebijakan berkaitan pencegahan penyebaran virus ebola seperti lockdown,
pembatasan, karantina sebelum penyebaran terjadi dengan dasar hukum UUD 45,
HAM, UU Kesehatan, dan PP Peraturan No. 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan
Kesehatan.

F. Daftar Pustaka
Buku/Jurnal
Nasution, Bahder, Sistem Hukum, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2005;

Manan, Bagir, et.al, Dimensi-Dimensi Hukum Hak Asasi Manusia, PSKN FH


UNPAD, Bandung, 2009,

Subianto, Landy Haryo, Konsep Human Security: Tinjauan dan Prospek dalam
Analisis CSIS tahun XXXI, 2002, No. 1;

Bakry, Umar S, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: University Press,


1999;

Mas’oed, mohtar, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi,


1984;

Hidriyah, Siti, Kerja Sama Internasional Dalam Pencegahan Ebola, Info Singkat
Hubungan Internasional Kajian Terhadap Isu-Isu Terkini, Vol. VI, No.
16/II/P3DI/Agustus/2014;
Internet

Kompas.com, https://www.kompas.com/global/read/2021/02/15/104909270/virus-
ebola-jadi-epidemi-lagi-ini-gejala-para-pasien?page=all diakses pada, 20
Januari 2023;

Kementrian Kesehatan RI, Penyakit Virus Ebola, 2022,


https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/penyakit-virus-ebola-pve-
evd, diakses pada, 20 Januari 2023;

Anda mungkin juga menyukai