Oleh ;
Yulia Minda Sari
18410018
S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Malahayati
Bandar Lampung
Tahun 2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia tidak dapat terlepas dari alam dan
lingkungan sekitarnya. Tanah, hutan, udara dan air adalah sumber kehidupan baik bagi
manusia, hewan, tanaman dan berbagai makhluk hidup lainnya. Hubungan antara tanah
dan manusia ibarat ibu dan darah. Memberikan napas bagi kehidupan bagi manusia sejak
lahir tumbuh besar hingga mati. Karenanya tanah, air, udara dan hutan harus dijaga,
dilindungi, dikelola dan dimanfaatkan untuk kelanjutan hidup manusia. Disinilah
aktivitas manusia berjalan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, dimana
penduduk dengan segala aktivitasnya merupakan salah satu komponen penting pada
timbulnya permasalahan lingkungan. Oleh karena itu perlu pendekatan global yang
bersifat universal melintasi batas disiplin, waktu, dan ruang.
Mobilitas manusia di era milenial ini bukan hanya berdampak terhadap kecepatan
penyampaian informasi dan majunya teknologi saja. Ancaman kesehatan global menjadi
sisi lain dunia tanpa batas mengantarkan penyakit yang berisiko menyerang manusia dan
lingkungan. Isu keamanan non-tradisional menjadi salah satu agenda politik luar negeri
Indonesia sejak dulu. Apalagi setelah berakhirnya Perang Dingin dan semakin banyaknya
ancaman keamanan non- tradisional yang bersifat lintas negara yang dapat
membahayakan kehidupan warga negara dunia, menjadikan Indonesia menjadi was-was
akan keamanan nasionalnya. Ancaman keamanan nontradisional yang menjadi ancaman
bagi setiap negara di dunia antara lain isu mengenai perubahan iklim, keamanan energi,
kerusakan lingkungan, terorisme internasional, dan juga munculnya pandemik atau isu
keamanan kesehatan.
Adanya perubahan iklim dan peningkatan resistensi anti-mikroba mendorong
kemunculan new-emerging disease dan re-emerging disease yang berpotensi wabah
penyakit (pandemik) dengan risiko kematian tinggi dan penyebaran pandemik yang
sangat cepat. Globalisasi mengakibatkan peningkatan mobilitas manusia dan hewan
lintas negara, serta mempengaruhi perubahan gaya hidup manusia juga berkontribusi
dalam mempercepat proses penyebaran wabah menjadi ancaman keamanan kesehatan
global.
Sejak terjadinya outbreak wabah Severe Acute Respiratory Sindrome (SARS) di kawasan
Asia pada tahun 2003, ancaman keamanan kesehatan global terus menunjukkan
kecenderungan peningkatan, antara lain terjadinya outbreak flu burung/avian influenza
(H5N1) tahun 2004, flu babi/swine influenza (H1N1) tahun 2009 (dideklarasikan WHO
sebagai pandemi pertama kalinya di abad ke21). Middle East Respiratory Syndrome-
Corona Virus (MERS-CoV) tahun 2012- 2013, Ebola tahun 2014, dan Zika tahun 2015
Covid-19 2020 (Kementerian Kesehatan RI, 2018b).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Analisis situasi Health Security?
2. Tantangan dan Isue Strategis Health Security?
C. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang situasi health security serta mengetahui
Tantangan dan Isue Strategis Health Security
BAB II
PEMBAHASAN
Health Security (keamanan kesehatan) dapat berupa ancaman penyakit menular atau
tidak menular, serta bioterorisme, yang dimana adanya serangan biologi, atau
pelepasan virus, bakteri atau agen biologi lainnya secara sengaja yang dapat membuat
korbannya – orang, binatang atau tanaman – menjadi sakit atau bahkan mati (Centers
for Disease Control and Prevention, 2016).
Salah satu peran penting fungsi kesehatan masyarakat adalah untuk menghadapi
ancaman epidemi dan pandemi penyakit (public health security). Di era globalisasi,
keadaan darurat atau peristiwa yang menyangkut kesehatan masyarakat di satu negara
dapat menjadi ancaman bagi negara lain. Dalam beberapa dekade terakhir, penyakit
infeksi emerging (PIE) atau Emerging Infectious Diseases (EIDs), yang disebabkan
oleh bakteri, virus, parasit atau jamur menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Sebagian besar (sekitar 70%) EID adalah zoonosis .
Sejak tahun 1980-an, pandemi HIV/AIDS dan penyakit zoonosis asal hewan, telah
menyebabkan banyak kematian. Di sisi lain, kegiatan kesehatan masyarakat dasar
seperti vaksinasi menjadi lebih sulit untuk dilaksanakan. Padahal, di saat yang sama
pertumbuhan pesat perdagangan global dimana perjalanan lintas negara dan benua (3,6
miliar penumpang udara internasional tahun 2016) menjadi sesuatu yang umum,
sangat memfasilitasi penyebaran mikroba patogen ke seluruh bagian dunia termasuk
ke Indonesia.
Wabah sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) pada tahun 2003 merupakan
peringatan bagi komunitas kesehatan masyarakat global bahwa tidak ada kendaraan
internasional yang dapat secara cepat mendeteksi dan menanggapi wabah multi-
negara, terutama jika disebabkan oleh penularan penyakit pernapasan . Wabah flu
burung tahun 2006 dan pandemik influenza A tahun 2009 (H1N1) menjadi pertanda
serius bahwa Indonesia masih belum siap menghadapi keadaan darurat kesehatan
masyarakat global (global health security issues). Di samping sudah terlihatnya
ancaman resistensi mikroba termasuk sindrom pernapasan akut coronavirus (SARS-
CoV) yang pertama kali dilaporkan di Asia pada Februari 2003 dan telah menyebar ke
lebih dari dua lusin negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Eropa. Wabah lain
seperti kolera di Haiti (2010), sindrom pernapasan akut corona virus (MERS-CoV) di
Timur Tengah dan Korea (2012), chikungunya tahun 2013 dan Zika tahun 2015 di
Amerika, demam kuning di Afrika 2015–2016 dan di Amerika Selatan 2016–2017,
serta kolera di Yaman (2017), dan epidemi Ebola di Afrika Barat tahun 2014–2016
merupakan contoh nyata dari belum memuaskannya pencegahan global dan lemahnya
respon . Saat ini, selain peningkatan penyakit tidak menular dan masih tingginya
penyakit menular, masih ditemukan juga penyakit tropis terabaikan (neglected tropical
diseases, NTDs). NTDs juga disebabkan patogen seperti virus, bakteri, protozoa dan
cacing/parasit
Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation/IHR) Tahun 2005
yang ditetapkan pada pada tanggal 15 Juni 2007 mengamanatkan kepada setiap negara
anggota untuk secara bertahap memenuhi delapan kapasitas inti untuk mencegah,
mendeteksi, dan menanggapi potensi biologis dan potensi bahaya lainnya dalam kurun
waktu sembilan tahun (2007-2016). One Health adalah pendekatan yang dipromosikan
oleh World Health Organisation (WHO), Food and Agriculture Organisation (FAO),
dan World Organisation for Animal Health (OIE) serta banyak negara dan organisasi
untuk memperingatkan semua negara bahwa tidak ada satu pun bangsa atau sektor
yang dapat menjamin keamanan kesehatan global.
Indonesia harus bekerja secara internal dan bekerjasama dengan negara lain untuk
mencegah, mendeteksi, dan menanggapi ancaman penyakit menular. Keamanan
kesehatan publik mencakup semua kegiatan (baik proaktif dan reaktif) yang dapat
meminimalkan kerentanan terhadap peristiwa akut dalam kesehatan masyarakat,
Ancaman penyakit pandemi dan respon yang tidak efektif juga dapat berdampak
buruk pada kesehatan masyarakat, negara dan ekonomi global
KEAMANAN PANGAN
KEAMANAN HAYATI
KLB di masa pandemi COVID-19 terjadi di negara tetangga Indonesia antara lain
KLB Difteri di Vietnam dengan 198 kasus hingga Oktober 2020. Selain itu KLB
Difteri juga di Negara Bagian Shan, Myanmar dengan 36 kasus hingga Juli 2020.
Di Indonesia, lanjut Hartono, dari laporan Kementerian Kesehatan pada April
2020 sekitar 84% layanan fasilitas kesehatan terganggu termasuk imunisasi,
kemudian lebih dari 3/4 orang tua takut membawa anaknya untuk diimunisasi
karena COVID-19.
C.Tantangan dan Isue Strategis Health Security
WHO mencanangkan “Health Security”, yaitu upaya global untuk menghadapi penyakit
menular yang bersifat fatal yang bisa menular dengan cepat menjadi epidemi dan bahkan
pandemi. Penyakit yang menjadi “concern” global termasuk Afian Flu, Ebola, Zika, bakteri
resisten, MERS-coV, SARS-coV, dan cholera. Sebagian besar penyakit-penyakit menular
tersebut bersifat zoonotic. Indonesia tidak bisa bebas dari ancaman penyakit-penyakit tersebut
dan turut meratifikasi kesepakatan global tentang “Public Health Security”. Pengalaman empiris
di banyak negara termasuk Indonesia yang menunjukkan dampak kematian dan economic loss
yang besar bagi sektor kesehatan, transportasi, pariwisata, perhotelan, pertanian, peternakan,
perdagangan, pertahanan keamanan dan lain-lain. Melihat besarnya dampak tersebut, maka
penanganan masalah ini perlu menjadi prioritas utama bagi seluruh jajaran pemerintah pusat
(kementerian/lembaga terkait), provinsi, dan kabupaten/kota.
Peran pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan penanganan COVID-19 yang responsif
perlu diperkuat. Pemerintah daerah berperan penting dalam penguatan kapasitas keamanan
kesehatan karena memiliki kendali penuh terhadap (1) upaya kepatuhan pengisian/input data
COVID-19 secara rutin dan mendorong kelengkapan data dengan cara memberikan reward bagi
kepatuhan terhadap kebijakan atau punishment pada daerah yang tidak menginput data pasien
COVID-19 rumah sakit ke sistem RS Online, serta memantau perkembangan laporan harian; (2)
memastikan tersedianya SDM, logistik, sarana dan prasarana, dukungan anggaran dalam
surveilans, manajemen data, dan pemeriksaan laboratorium; (3) pelaksanaan monitoring dan
evaluasi pelaporan yang masuk; (4) inisiatif untuk menghasilkan sistem informasi pencatatan
COVID-19 yang lebih detail hingga level RT/RW; dan (5) melakukan analisis lanjut dalam
faktor risiko kematian karena COVID-19, yang ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan dan
peraturan daerah yang responsif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Salah satu peran penting fungsi kesehatan masyarakat adalah untuk menghadapi ancaman
epidemi dan pandemi penyakit (public health security). Di era globalisasi, keadaan
darurat atau peristiwa yang menyangkut kesehatan masyarakat di satu negara dapat
menjadi ancaman bagi negara lain. Keamanan kesehatan dapat mempengaruhi stabilitas
ketahanan nasional, karena ekonomi negara dan global dipengaruhi kesehatan
masyarakat. Maka dari itu, isu kesehatan global menjadi perhatian dunia internasional.
Meskipun isu kesehatan sebenarnya merupakan suatu permasalahan yang bersifat umum
dan terikat erat dengan kondisi kesehatan individu secara internal, tapi mempunyai efek
secara sosial yang tidak bisa dihindarkan. Jadi keamanan Kesehatan manusia sangat
penting untuk dipenuhi oleh negara, baik negara maju atau pun negara berkembang
DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr. Ascobat Gani, MPH., Dr.PH., (2019). FUNGSI KESEHATAN MASYARAKAT
(PUBLIC HEALTH FUNCTIONS) DAN HEALTH SECURITY, Jakarta Pusat : Direktorat
Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat dan
Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas
Prof. dr. Meiwita Paulina Budiharsana, MPA, Ph.D., (2019). FUNGSI KESEHATAN
MASYARAKAT (PUBLIC HEALTH FUNCTIONS) DAN HEALTH SECURITY, Jakarta Pusat :
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat dan
Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas
https://s3pi.umy.ac.id/pandemi-covid-19-dan-isu-kesehatan-global/
Mas’Udi,Wawan. Winanti, Poppy S (2020). New Normal:Perubahan Sosial Ekonomi dan Politik
Akibat Covid-19