Globalisasi
Secara umum permasalahan kesehatan di Indonesia berdasarkan indikator kesehatan masyarakat
dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs), yaitu masih tingginya angka kematian bayi,
angka kematian ibu, tingkat mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka kesakitan)
penduduk serta kasus-kasus gizi buruk. Selain itu, permasalahan kesehatan juga bisa dilihat dari
permasalahan transisi demografi, dimana masalah penyakit menular seperti malaria, TBC, HIV/AIDS
dan demam berdarah belum teratasi, disisi lain telah banyak muncul masalah-masalah penyakit
tidak menular atau penyakit degeneratif, seperti hipertensi, obesitas, kardiovaskuler, dan kanker.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok maupun
masyarakat, maka permasalahan kesehatan bisa dilihat determinan berupa faktor lingkungan (fisik,
biologi, kimia, sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan dan
hereditas (genetik).
1. Meningkatnya mobilitas profesional tenaga kesehatan dari suatu negara ke negara lain.
2. Meningkatnya mobilitas kosumen kesehatan (pasien) yang pergi ke luar negeri untuk
mendapatkan perawatan medis maupun non medis.
5. Tenaga kesehatan dalam negeri dikhawatirkan kalah dalam persaingan dengan tenaga medis
maupu non medis asing dalam bidang pendidikan, infrastruktur, teknologi. Berdasarkan data
Centre for Internasional Trade Thailand (2012), kualitas tenaga kesehatan di Indonesia
ditempatkan pada kualitas menengah. Adapun dalam hal teknologi, pendidikan kedokteran dan
kedokteran gigi di Indonesia dapat dikatakan tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Filipina
dan Singapura. Yang menjadi kendala adalah dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk
meningkatkan teknologi yang ada sementara pemerintah hanya mengalokasikan 2,2 % dari total
health expenditure, jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina bahkan
Vietnam yang telah mengalokasikan dana sebesar 6,6%. Hal ini menjadi tantangan bagi sektor
jasa praktisi medis maupun non medis untuk mengupayakan level kompetensi tenaga dokter
maupun kesehatan masyarakat Indonesia yang setara dengan tenaga kesehatan masyarakat dari
negara tetangga/ASEAN lainnya.
6. Belum masifnya sosialisasi dari pemerintah (khususnya Indonesia) kepada tenaga kesehatan
dalam negeri mengenai adanya ASEAN Community 2015 . Jika hal ini tidak segera ditangani,
dikhawatirkan baik tenaga kesehatan maupun calon tenaga kesehatan akan tertinggal jauh dalam
persiapan menghadapi ASEAN Community 2015.
7. Meningkatnya perubahan perilaku atau pun gaya hidup sehat masyarakat yang lebih instans
sehingga menimbulkan berbagai masalah penyakit baru dalam masyarakat.
Dari beberapa hal diatas ada yang menjadi fokus perhatian ancaman kesehatan nyata yang akan
dihadapi masyarakat dunia, yaitu :
Dalam konteks hubungan internasional, sebaran penyakit yang demikian cepat itu, sesungguhnya
bukanlah fenomena aneh. Artinya percepatan sebaran itu sangat dimungkinkan oleh derasnya
iklim globalisasi, yang dalam hal ini adalah sisi transportasi internasional. Iklim politik
internasional, persaingan ekonomi internasional, tenaga kerja lintas negara, pelajar, dan juga
kaum wisatawan mancanegara adalah pihak-pihak yang pasti menggunakan jasa transportasi
internasional itu (entah melalui pesawat udara ataupun kapal laut).
Pelaku-pelaku yang menggeluti bidang di atas, pasti akan menggunakan jasa transportasi
internasional untuk melaksanakan kegiatannya. Penularan penyakit, terutama penyakit yang
tidak dipengaruhi iklim dalam penyebarannya, akan dengan mudah dibawa oleh pelaku-pelaku
lintas negara melalui transportasi itu. AIDS misalnya, adalah penyakit seksual yang semula
berkembang di Afrika. Tetapi kemudian secara mudah menjalar ke Amerika Serikat. Selain itu
contoh penyakit lintas Negara yaitu penyakit Ebola, sindrom pernapasan akut berbahaya
(SARS), flu babi, flu burung, dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan masih banyak
yang lainnya.
Dunia belum melupakan ketika virus H1N1 atau flu babi merebak di 214 negara dan
menewaskan lebih dari 18.000 orang pada 2009. Flu babi menjadi pandemi global hingga
Agustus 2010. Ancaman tidak berhenti. Pada 2012 dunia dikejutkan dengan MERS yang
mewabah di Arab Saudi. Sempat redam sebentar, kini MERS menjadi ancaman nyata di Korea
Selatan (Korsel). Mata dunia tertuju ke Seoul. Korban tewas terus bertambah dari hari ke hari.
Orang yang terinfeksi MERS pun tidak pernah berkurang.kemudian disusul lagi penyakit Ebola
dan menggugah perhatian dunia ketika 27.000 orang terinfeksi di 10 negara. Hingga 13 Juni
2015 sebanyak 11.100 orang tewas akibat keganasan virus Ebola.
2. Teknologi Kedokteran
Di era globalisasi ini kemajuan teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan teknologi itu sendiri telah merambah di berbagai aspek kehidupan. Aspek kesehatan
kini juga telah mengalami kemajuan yang pesat akibat dampak dari kemajuan teknologi. Banyak
temuan-temuan yang dihasilkan dari kemajuan teknologi ini baik dalam bidang pengorganisasian
rumah sakit, pengobatan, maupun penelitian pengembangan dari ilmu kesehatan itu sendiri
khusus nya pengembangan teknologi kedokteran
Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi tengah mendapatkan perhatian dunia. Dalam
bidang kesehatan sendiri kemajuan teknologi sangat menunjang kesehatan baik klinis, dasar,
maupun komunitas. Dengan perkembangan teknologi banyak manfaat yang dapat kita peroleh.
Seperti banyaknya peralatan kedokteran canggih yang sangat berguna untuk meningkatkan
derajat kesehatan manusia contoh nya Computer Assisted Surgery (CAS) yaitu merupakan suatu
prosedur penggunaan sistem komputer dalam operasi guna memberikan navigasi terhadap ahli
bedah.Agar para ahli bedah mengetahui sistem tulang yang terdapat di dalam tubuh manusia
dengan alat ini.
3. Bioterorisme
a. Pengertian Bioterorisme
Bioterorisme adalah penggunaan bakteri jahat, virus, atau racun terhadap manusia, hewan, atau
tanaman dalam upaya untuk menyebabkan kerusakan dan menciptakan rasa takut. Bioterorisme
menggunakan produk mikroba atau mikroba. Ada empat mikroba populer biasanya dimanfaatkan
oleh para teroris, yaitu Bacillus anthracis, Clostridium botulinum, Yersinia pestis dan virus cacar.
Mikroba yang digunakan dalam bioterorisme diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Kategori A
adalah yang paling berbahaya di antara tiga kategori.(Akhmad Sudibya, 2013).
Bioterorisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penggunaan sabotase atau
penyerangan dengan bahan-bahan biologis atau racun biologis dengan tujuan untuk
menimbulkan kerusakan pada perseorangan atau kelompok perorangan bahkan suatu
bangsa/negara. Kemajuan-kemajuan bioteknologi yang perlu diwaspadai antara lain: pertama,
pesatnya perkembangan bioteknologi dan rekayasa genetika. Kedua, munculnya kembali
penyakit lama (reemerging diseases) dan penyakit baru (new emerging diseases). Ketiga,
munculnya kemungkinan untuk membuat senjata yang hanya menyerang target tertentu.
Keempat, mudahnya pembuatan senjata biologi. Kelima, sulitnya membedakan kegiatan
penelitian yang ditujukan untuk perdamaian atau permusuhan. Keenam, kemampuannya
memperbanyak diri. Ketujuh, kemungkinannya untuk meningkatkan ketergantungan suatu
negara dengan negara lain (genetic imperialism).
Saat ini dibawah hukum Amerika Serikat, bio-agen yang telah dinyatakan oleh Departemen
Kesehatan (U.S.Department of Health) dan Layanan Manusia atau Departemen Pertanian
AS (Human Services or the U.S. Department of Agriculture) memiliki “potensi menimbulkan
ancaman berat terhadap kesehatan masyarakat dan keselamatan”, secara resmi telah didefinisikan
sebagai “agen pilihan” (select agents).
1) Kategori A
Agen prioritas tinggi ini menimbulkan risiko bagi keamanan nasional, dapat dengan mudah
ditularkan dan disebarluaskan, mengakibatkan kematian yang tinggi, memiliki potensi dampak
kesehatan masyarakat yang luas, dapat menyebabkan kepanikan publik, atau memerlukan
tindakan khusus untuk kesiapan kesehatan masyarakat.
b) Anthrax
c) Smallpox (cacar)
2) Kategori B
Agen kategori B yang cukup mudah untuk disebarkan dan memiliki tingkat kematian rendah.
Yaitu:
c) Food safety threats (ancaman keamanan pangan) misalnya, spesies Salmonella, E coli
O157: H7, Shigella,
d) Staphylococcus aureus
k) Staphylococcal enterotoxin B
n) Water supply threats (Ancaman pasokan air), misalnya Vibrio cholerae, Cryptosporidium
parvum).
3) Kategori C
Agen patogen Kategori C adalah patogen yang direkayasa dan keberadaannya sengaja untuk
penyebaran secara massal (mass dissemination) dan bahan patogen ini mudah produksi juga
mudah penyebarannya serta memiliki tingkat kematian yang tinggi, atau memiliki kemampuan
untuk menyebabkan dampak kesehatan utama.
Diantaranya adalah:
a) Virus Nipah
b) Hantavirus
c) SARS
e) HIV / AIDS
daftar pustaka
Bibliography
Saraswat Kameriah,Aprilia Ihdinasti Nur Dian, Nurfitriani. (2016). ISLAMIC HEALTH EDUCATION CENTRE:
SARANA PENDIDIKAN ILMU KESEHATAN BERBASIS AL-QURAN UNTUK INDONESIA SEHAT
BERKARAKTER DI ERA GLOBALISASI. PENA, Vol 1, NO 2.