Stambuk : K05221017
Lembaga besar yang terkait dengan kesehatan global (dan kesehatan internasional)
adalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lembaga lainnya yang memiliki dampak pada
kesehatan global meliputi UNICEF, World Food Programme, dan Bank Dunia. Perserikatan
Bangsa-Bangsa juga berperan dalam perumusan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG).
WHO mencatat berbagai persoalan kesehatan global yang akan menjadi tantangan
masyarakat dunia dalam satu dekade ke depan. (Sumber gambar: Dok. WHO/Fabeha Monir).
Kemunculan Covid-19 merupakan tantangan berat terhadap kesehatan global. Lebih terang,
WHO menjelaskan pandemi Covid-19 menghapus capaian kesehatan publik lain yang telah
diperjuangkan selama dua dekade terakhir, khususnya terkait penghentian sebaran penyakit
menular dan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak. Masalahnya, dengan atau tanpa
pandemi sekalipun, dunia telah mengalami berbagai persoalan kesehatan global. Lantas,
tantangan kesehatan global apa saja yang perlu masyarakat dunia hadapi dalam satu dekade
ke depan?
Dalam laporan bertajuk Urgent health challenges for the next decade WHO
mendaftar beberapa tantangan kesehatan global yang perlu dihadapi dalam sepuluh tahun ke
depan. Laporan Ini merupakan intisari dari tanggapan berbagai ahli serta menempatkan
kesehatan sebagai sebuah investasi masa depan yang sangat bernilai.
1. Krisis Iklim
Memahami keterkaitan antara krisis iklim dengan persoalan kesehatan. Krisis iklim
adalah istilah yang menggambarkan situasi pemanasan global, perubahan iklim, dan
konsekuensinya di bumi. Istilah ini umumnya digunakan untuk menjelaskan bahaya
pemanasan global terhadap bumi. Krisis iklim disebabkan beragam faktor, mulai dari
polusi udara hingga menipisnya lapisan ozon akibat aktivitas industri. Krisis ini
membawa dampak tidak main-main terhadap kesehatan. WHO mencatat persoalan
polusi udara saja setidaknya membunuh tujuh juta orang setiap tahunnya. Di samping
itu, lantaran juga mengakibatkan anomali cuaca, krisis iklim berperan besar
menyebabkan malnutrisi dan meningkatkan penyebaran penyakit endemik, seperti
malaria. Itu belum ditambah dengan dampak kehadiran emisi karbon yang berasosiasi
sangat kuat dengan kemunculan serangan jantung, stroke, kanker paru-paru, dan
penyakit kronis pernapasan lainnya.
2. Menyediakan akses ke kesehatan di wilayah krisis dan konflik. Wilayah krisis dan
konflik dipahami sebagai ruang terjadinya pelanggaran HAM dan hukum yang
disebabkan oleh perang bersenjata, bencana alam, ataupun ketidakstabilan politik dan
sosial. WHO mencatat beragam wabah penyakit yang muncul pada 2019 terjadi di
wilayah konflik berkepanjangan. Dalam beberapa kasus bahkan muncul tren tenaga
dan fasilitas kesehatan mengalami serangan fisik maupun mental di wilayah krisis.
Serangan terhadap fasilitas kesehatan memutus akses terhadap pelayanan kesehatan
yang justru sangat dibutuhkan di wilayah konflik. Singkatnya, ia meningkatkan beban
kesehatan terhadap kelompok masyarakat yang membutuhkan akses kesehatan. WHO
mencatat setidaknya 978 serangan terhadap fasilitas kesehatan di sebelas negara tahun
lalu dengan korban meninggal mencapasi 193 orang pada 2019. Konflik juga
mengakibatkan ratusan ribu orang meninggalkan wilayah tempat tinggal asal sehingga
tidak dapat menikmati pelayanan kesehatan yang layak.
3. Merapatkan jurang kualitas kesehatan antara satu negara dengan negara lain. The
World Social Report 2020 yang terbitkan UN mencatat ketimpangan pendapatan
terjadi di sebagian besar negara maju. Dari segi kesehatan, WHO mencatat setidaknya
18 tahun perbedaan ekspektasi hidup antara negara kaya dengan negara
miskin.Temuan lain menyebut, penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit kronis
pernapasan, dan diabetes menjadi permasalahan akut di negara berpenghasilan rendah
dan menengah. Situasi ini juga belum memerhitungkan tidak meratanya akses ke
kesehatan di dalam suatu wilayah negara dengan wilayah lain.
5. Masih munculnya beragam penyakit menular. Penyakit menular seperti HIV, TBC,
hepatitis, dan penyakit menular seksual merupakan ancaman serius kesehatan global.
WHO mengestimasi ragam penyakit menular sebabkan kematian sekitar empat juta
orang selama 2020. Kebanyakan dari kematian itu bahkan berasal dari kelompok
masyarakat miskin. Di sisi lain, penyakit seperti campak juga masih menyebabkan
kematian 140.000 anak pada 2019 lalu. Sementara penyakit polio, yang meskipun
hampir punah, tetap merenggut nyawa sekitar 156 anak sejak 2014 lalu.
9. Menjaga kesehatan remaja. Satu juta remaja meninggal setiap tahunnya. Penyebab
kematian mereka beragam, mulai dari kecelakaan lalu lintas, HIV, bunuh diri, hingga
akibat dari kekerasan. Penggunaan alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang
ditambah tidak dipraktikkannya gaya hidup sehat menjadi pendorong meningkatnya
risiko kematian. Padahal, remaja merupakan mitra pembangunan potensial lantaran
karakter khasnya yang mau membuat perubahan dan memberi dampak terhadap
lingkungan sekitar.
Upaya Bersama
WHO masih memiliki beberapa tambahan persoalan kesehatan global yang perlu
dihadapi pada masa pendatang. Kendati demikian, sebagai pengantar daftar yang telah
ditampilkan bisa dianggap mencukupi untuk menjelaskan dasar persoalan. Sejauh yang bisa
diamati, tantangan kesehatan global akan terus berlangsung ketika pemimpin negara-negara
dunia tidak menganggap kesehatan sebagai sebuah investasi yang serius. Situasi bisa
memburuk ketika paradigma sehat masyarakat masih memandang sehat sebagai sekadar
kondisi terbebas dari penyakit belaka, alih-alih situasi sejahtera fisik, sosial, dan mental.