Anda di halaman 1dari 3

TUGAS HUKUM, POLITIK DAN ETIKA KESEHATAN

NAMA : FARADILA KILKODA

NIM : K052211017

Soal :

1. Deskripsikan standar iuran BPJS sebagaimana amanat UU SJSN terkait


selisih biaya (bagian 11)
2. Deskripsikan Masalah urun biaya JKN (bagian 12)

Jawab :

1. UU SJSN terkait kelas standar tertuang dalam pasal 23 ayat 4 yang berbunyi
“Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas
pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar”
Penjelasan ayat (4) yaitu : peserta yang menginginkan kelas yang lebih tinggi
dan haknya (kelas standar), dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti
asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya
yang dijamin oleh badan penyelenggara janiman sosial dengan biaya yang
harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan”. UU tersebut juga
mengamanatkan, agar Presiden melalui Peraturan Presiden membuat
ketentuan tentang *kelas standar*. Atas dasar itu keluarlah Perpres 82 Tahun
2018, pasal 34 dan pasal 50 yang langsung menyebutkan istilah ruang
perawatan kelas I, II dan III. Tidak ada pasal dalam Perpres tersebut
menjelaskan atau membuat norma apa yang dimaksud rawat inap kelas
standar. Menurut pendapat saya selisih yang telah ditetapkan pada UU SJSN
telah sesuai dengan perpres 82 tahun 2018, karena tetap mengacu pada
kelas I, II, dan III, sehingga yang dimaksud dalam pelayanan standar adalah
setiap pelayanan umum pasien yang wajib diberlakukan sama kepada semua
pasien, misalnya pada umumnya pasien rawat inap adalah pasien dengan
kondisi yang memerlukan perawatan dan monitoring sehingga dibutuhkan
pelayanan klinis sesuai penyakit yang diderita pasien seperti pemeriksaan
tanda vital, pemeriksaan fisis pasien, penunjang umum seperti laboraturium
dan radiologi, untuk perawatan biasanya dibutuhkan alat maupun bahan
seperti peralatan infus, oksigen, dan obat-obatan, selain itu terdapat pula
fasilitas umum non medis seperti kamar yang di dalamnya terdapat bed atau
tempat tidur pasien, bantal, kamar mandi, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sedangkan untuk kelas khusus dalam hal ini kelas II, dan kelas I mungkin
akan sedikit berbeda dalam hal pelayanan tambahan untuk pasien maupun
pendamping pasien, jika di kelas standar disebutkan setiap pasien terlayani
sesuai tatalaksana namun fasilitas yang diberikan tidaklah mewah dan
spesial, Maka pada kelas I maupun kelas II pendamping pasien akan
mendapatkan fasilitas tambahan seperti makanan tambahan untuk
pendamping pasien, kursi atau bed tambahan untuk pendamping pasien,
fasilitas elektronik seperti TV, AC, kulkas dll. Selisih biaya akan ditambahkan
jika atas kemauan pasien sendiri, misalnya pasien dari kelas II akan pindah
ke kelas I atau ViP maka selisih yang dibayarkan adalah jumlah biaya
dikurangi jumlah sesuai fasilitas kelas II yang seharusnya pasien dapatkan.

2. Urun biaya JKN diatur dalam Permenkes Nomor 51 Ytahun 2018 Tentang
Pengenaan Urun Biaya dan Selisih Biaya Dalam Program Jaminan
Kesehatan. Dalam Permenkes tersebut, sudah dirinci menyangkut dua hal,
yaitu :
1. Pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan,
2. Besaran Urun Biaya JKN.
Terkait hal pertama; jenis pelayanan kesehatan dimaksud ditetapkan oleh
Menkes. Dengan memperhatikan usulan dari BPJS Kesehatan, organisasi
profesi, dan/atau asosiasi faskes, disertai data dan analisis pendukung yang
dapat dipertanggungjawabkan. Tim yang terdiri dari Kemenkes, BPJS
Kesehatan, organisasi profesi, asosiasi faskes,akademisi, dan pihak lain yang
terkait. Tim tersebut, melakukan kajian, melaksanakan uji petik dan
membuat rekomendasi. Kajian dimaksud adalah mempertimbangkan
aspek data pemanfaatan dan penggunaan (utilisasi) yang dapat
dipertanggungjawabkan, serta pertimbangan prosedur pelayanan.
Kedua adalah Besaran Urun Biaya sebesar Rp20.000,00 (duapuluh ribu
rupiah) untuk setiap kali melakukan kunjungan rawat jalan pada rumah sakit
kelas A dan rumah sakit kelas B; dan sebesar Rp 10.000,00 (sepuluh ribu
rupiah) untuk setiap kali melakukan kunjungan rawat jalan pada rumah sakit
kelas C, rumah sakit kelas D, dan klinik utama ; atau paling tinggi sebesar
Rp350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) untuk paling banyak 20
(dua puluh) kali kunjungan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan.

Besaran Urun Biaya untuk rawat inap, sebesar 10% (sepuluh persen) dari
biaya pelayanan dihitung dari total Tarif INA-CBGs setiap kali melakukan
rawat inap; atau paling tinggi sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).

Menurut pendapat saya urun biaya JKN sangat dipengaruhi oleh kebutuhan
pasien itu sendiri, jika pelayanan yang dibutuhkan pasien melebihi standar
yang ditetapkan maka urun biaya dapat diberlakukan. Yaitu dengan
mempertimbangkan moral hazard yang besar.

Anda mungkin juga menyukai