NAMA : FARADILA KILKODA

STAMBUK : K052211017

PENYAKIT KATASTROPIK

Penyakit katastropik yang berasal dari ‘catastrophic’ yang berarti bencana

atau malapetaka, merupakan penyakit yang ‘high cost, high volume dan high risk’
sehingga banyak para penentu kebijakan mengkhawatirkan terjadinya
pembengkakan biaya penyakit sehingga penyelenggaraan asuransi kesehatan tidak
mencantumkan penyakit tersebut ke dalam paket manfaatnya.

Ada 8 jenis penyakit yang paling banyak menyerap Dana Jaminan Sosial (DJS)
Kesehatan di tahun 2020 dengan total mencapai Rp 17,05 triliun.

1. Penyakit jantung masih menempati urutan pertama dengan 11,5 juta kasus,
menyerap anggaran Rp 8,2 triliun lebih.

2. Penyakit kanker sebanyak 2,2 juta kasus dengan biaya Rp 3,1 triliun.

3. Penyakit stroke sebanyak 1,7 juta kasus dengan biaya Rp 2,1 triliun.

4. Penyakit gagal ginjal sebanyak 1,6 juta kasus dengan pembiayaan Rp 1,9
triliun.

5. Thalasemia sebanyak 234.888 kasus dengan pembiayaan Rp 524,1 miliar.

6. Hemophilia sebanyak 74.651 kasus dengan pembiayaan Rp 443,2 miliar.

7. Leukimia dengan jumlah kasus 127.731 dengan pembiayaan Rp 355,1 miliar.

8. Cirrhosis Hepatis sebanyak 156.764 kasus menyerap anggaran sebesar Rp

243,5 milyar.

Menurut pendapat saya penambahan biaya pada pasien dengan penyakit

katastropik sangat timpang, sebab tidak semua penderita penyakit katastropik
adalah masyarakat mampu, sebagian adalah masyarakat kurang mampu, dan
tidak semua masyarakat akan mau mengeuarkan biaya tambahan, jangankan
untuk biaya tambahan bahkan untuk iuran jaminan kesehatan perbulan pun
banyak yang masih menunggak. strategi untuk menurunkan pembiayaan bukan
dengan menambah beban biaya penderita melainkan dengan menurunkan angka
kejadian penyakit katastropik itu sendiri yaitu dengan melakukan pencegahan
sedini mungkin untuk penyakit-penyakit ini, antara lain dengan meningkatkan
promosi kesehatan, melakukan tindakan preventiv agar penderita penyakit
katastropik menurun dan pengeluaran biaya Negara terhadap penyakit-penyakit
ini juga menurun.