Anda di halaman 1dari 10

KLINIK GINJAL & HIPERTENSI

LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan melalui Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) telah membuat
suatu pengembangan program dalam usaha pengendalian penyakit hepatitis di Indonesia.

Menurut Dirjen PP & PL Tjandra Yoga Aditama, pengembangan program pengendalian hepatitis
tahun 2011 akan difokuskan pada penyusunan pedoman pengendalian hepatitis B. Sedangkan
pada tahun 2012, lebih kepada pengkajian pengendalian hepatitis B di DKI Jakarta.

“Bahwa memang hari hepatitis sedunia baru dimulai tahun 2010. Jadi ini programnya relatif baru
dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain yang programnya sudah lebih awal ada. Jadi kita
baru mengembangkan program ini,” ujarnya saat ditemui dalam acara simposium Roche Fair
2011, Selasa, (12/7/2011).

Tjandra mengungkapkan, upaya sosialisasi hepatitis pada masyarakat sebenarnya sudah dimulai
sejak tahun lalu. Diharapkan, pada tahun ini penyusunan pedoman pengendalian hepatitis B akan
segera selesai, agar semua pihak dapat segera bekerja.

“Kenapa semua pihak? Karena tidak mungkin hepatitis ditanggulangi oleh Kementrian Kesehatan
semata-mata, harus ada dukungan dari yang lain seperti, profesi (public health, laboratory, dan
perusahaan farmasi), masyarakat, dan pekerja,” imbuhnya.

Pengembangan program pengendalian hepatitis lanjut Tjandra bertujuan untuk menjaring


kelompok penderita yang tidak mempunyai keluhan dan gejala. Selain itu juga mencegah
terjadinya komplikasi lanjut (sirosis dan hepatoma) pada penderita hepatitis B kronis. “Untuk
program langsung dilapangan, kita akan coba dalam anggaran 2012, untuk di Jakarta dulu kita
lihat apa yang bisa kita lakukan. Bagaimana men-screen masyarakat, jadi akan diskrining berapa
persen yang sakit, berapa yang perlu divaksinasi dan diobati kalau diperlukan,” jelasnya.

Tjandra memaparkan, ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya
pencegahan penyakit hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
imunisasi pada bayi, catch up immunization (imunisasi pada remaja dan dewasa). Pencegahan
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

sekunder melalui, deteksi dini dengan skrining (penapisan), penegakan diagnosa dan
pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier lebih kepada untuk mencegah keparahan dan
rehabilitasi, monitoring pengobatan untuk mengetahuiefektifitas dan resistensi terhadap obat
pilihan.

Penyakit hepatitis B dan C merupakan masalah kesehatan besar dunia. Lebih dari 2 milyar
penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B, dan lebih 360 juta menjadi pengidap kronis dan
memiliki risiko sirosis dan kanker hati. Sementara itu, sekitar 130170 juta merupakan pengidap
virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun. Walau bukan merupakan
penyebab kematian langsung, tetapi penyakit hepatitis menimbulkan masalah pada usia produktif
yaitu saat penderita seharusnya sebagai sumber daya pembangunan.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH pada
pembukaan The 3rd China-Indonesia Joint Symposium on Hepatobiliary Medicine and Surgery di
Jakarta, 24 Juni 2010. Acara juga dihadiri Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono, Ambassador Extra-
Ordinary and Plenipotentiary of RRC, Gubernur DKI Jakarta, Pengurus Besar Gabungan PPHI,
PGI dan PEGI serta peserta dari berbagai Negara di Asia Pasifik.

Menurut Menkes, tantangan yang serius ini perlu mendapat perhatian kita semua. Oleh karena
itu , perlu segera dikumpulkan data dan infomasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk
dijadikan dasar perumusan kebijakan guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam
daftar prioritas yang lebih tinggi.

Di samping itu, para pakar dan praktisi kedokteran dan kesehatan yang berkecimpung di bidang
hepatologi klinik serta para pengelola pengendalian penyakit menular perlu bekerjasama bahu-
membahu dalam merumuskan langkah-langkah untuk menangani masalah ini. Baik dari aspek
diagnostik, pencegahan, pengobatan, maupun promosi kesehatan. Perhatian tidak hanya perlu
diberikan di tingkat lokal dan nasional tetapi juga di tingkat regional dan global.

Ditambahkan, dalam menghadapi masalah penyakit hepatitis ini, Pemerintah Indonesia


menempatkan pencegahan sebagai upaya terpenting. Baik mencegah terjadinya penyakit,
maupun mencegah berkembangnya penyakit dengan cara deteksi dini, agar tidak berkembang
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

menjadi komplikasi yang lebih buruk sehingga menimbulkan penderitaan dan beban sosial-
ekonomi keluarga, masyarakat dan negara.

Upaya pencegahan hepatitis di Indonesia dimulai dengan menanamkan kesadaran pentingnya


masalah ini oleh Pemerintah bersama Masyarakat. Usaha nyata telah diawali dengan program
imunisasi hepatitis B pada tahun 1997, dengan sasaran utama bayi di bawah 1 tahun. Pada tahun
2003, ditingkatkan dengan mencakup bayi baru lahir dan kini telah dilaksanakan di seluruh
Indonesia serta telah berhasil menurunkan prevalensi hepatitis B pada anak di bawah 4 tahun
dari 6.2 % menjadi 1.4 %., kata Menkes.

Untuk mengetahui besarnya masalah kesehatan, untuk pertama kalinya dalam sejarah pada
tahun 2007 Kementerian Kesehatan melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Dalam
survei ini telah dikumpulkan dan diperiksa sampel darah dari 30.000 rumah tangga di 294
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Hasil pemeriksaan biomedis menunjukkan prevalensi HBsAg sebesar 9.7% pada pria dan 9.3%
pada wanita, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11.9%. Sementara
itu, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan angka Anti-
HBc sebesar 34%, dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Ini berarti penularan
horizontal memegang peran yang penting dalam penyebaran hepatitis B. Untuk hepatitis C,
ditunjukkan dengan angka anti-HCV positif sebesar 0.8%, dengan angka tertinggi pada kelompok
usia 55-59 tahun yaitu sebesar 2,12%. Semua data ini merupakan data nasional berbasis
populasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan berbagai upaya kesehatan
dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut, ujar Menkes.

Sebagai negara yang berada di wilayah Asia Pasifik, Indonesia dan China memiliki beban yang
sama, yaitu beban sebagai daerah endemis hepatitis B, dengan banyak kesamaan dalam struktur
masyarakat, sosial, ekonomi, maupun tingkat pendidikan. Untuk itu, kerja sama antara kedua
negara, dari pencegahan sampai ke pengobatan perlu terus dikembangkan menjadi kerja sama
yang erat di bidang riset, baik ilmu dasar maupun terapan, ujar Menkes.
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

Selain itu, Indonesia sebagai wakil negara-negara anggota WHO di Asia Tenggara pada sidang
Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia bulan Januari 2010, bersama Brazil dan Columbia,
telah mengusulkan resolusi Hepatitis Virus diangkat menjadi issue dunia.

Usulan diterima dan dibahas dalam sidang World Health Assembly atau Majelis Kesehatan
Sedunia ke 63 bulan Mei 2010. Majelis Kesehatan Sedunia yang merupakan forum tertinggi
negara-negara anggota WHO kemudian menyepakati usul Indonesia tersebut dan
menetapkannya sebagai Resolusi WHA tentang Viral Hepatitis.

Inti resolusi menyerukan semua negara di dunia melakukan penanganan hepatitis B secara
komprehensif, mulai dari pencegahan sampai pengobatan, dan meliputi perbagai aspek termasuk
surveilans dan penelitian. Resolusi yang merupakan prakarsa Indonesia, juga ditetapkan World
Hepatitis Day - Hari Hepatitis Dunia - jatuh pada tanggal 28 Juli setiap tahunnya urai Menkes.

The 3rd China-Indonesia Joint Symposium Hepatobiliary and Surgery ini diselenggarakan dalam
rangka memperingati 60 tahun hubungan Indonesia dan China.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9,
faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail
puskom.publik@yahoo.co.id, info@depkes.go.id, kontak[at]depkes[dot]go[dot]id.

PencegahanPenyakit Hepatitis
Dalam hal mencegah hepatitis ini terbagi menjadi dua kategori pencegahan penyakit
hepatitis ini. Yaitu pencegahan penyakit hepatitis secara umum dan juga pencegahan penyakit
hepatitis secara khusus. Karena penyakit hepatitis ini adalah karena virus dan sebagian besar
menular melalui darah atau pun cairan tubuh yang tercemar dengan virus hepatitis ini maka kita
harus benar-benar waspada akan penularan penyakit hepatitis ini.

Yang termasuk kategori mencegah penularan penyakit hepatitis secara umum adalah
sebagai berikut :
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

1. Menghindari kontak seksual atau hubungan badan dengan penderita hepatitis B, termasuk
dalam hal ini kontak dengan cairan tubuh seperti ludah dan juga sperma.

2. Menghindari pemakaian alat suntik yang tidak steril ( dalam dunia kesehatan harus
menggunakan alat suntik sekali pakai ), alat tatto, alat tindik, pemakaian narkoba yang
menggunakan jenis alat suntik sebagai medianya, berganti-ganti pasangan.

3. Pada ibu hamil untuk mengadakan skrining pada awal kehamilan serta juga setelah
memasuki trimester ke III kehamilan.

Dan yang masuk dalam mencegah dan pencegahan penyakit hepatitis secara khusus adalah
dengan melakukan imunisasi aktif. Imunisasi aktif hepatitis ini adalah bertujuan jalur transmisi
penyebaran penyakit hepatitis ini melalui program imunisasi bayi baru lahir dan kelompok resiko
tinggi tertular hepatitis.

Pencegahan Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C

Hepatitis memiliki banyak tipe, untuk mencegah penyakit hepatitis agar tidak menjangkit
dan berkembang semakin parah perlu dilakukan upaya pencegahan yang lebih signifikan. Setiap
tipe hepatitis memiliki pencegahan tersendiri dengan cara yang berbeda dari setiap tipe hepatitis.

Berikut ini akan diberikan beberapa ulasan upaya pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menangani masalah penyakit hepatitis dengan beragam tipe, diantaranya :

1. Upaya pencegahan untuk Hepatitis A (HAV)

Penyakit hepatitis dapat menghinggap siapa saja tidak memandang segi usia atau faktor
ekonomi. Hepatitis dapat menyerang mulai dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Untuk
hepatitis A bila menyerang anak-anak mulai dari 1-18 tahun dapat dilakukan vaksinasi dengan
pemberian dosis vaksin 2 atau 3 tetes dosis vaksin sesuai dengan standar pengobatan.
Sedangkan untuk orang dewasa dengan pemberian vaksinasi yang lebih besar dengan jangka
waktu pemberian vaksin 6-12 bulan setelah dosis pertama vaksin.

Dengan pemberian vaksinasi ini merupakan upaya pencegahan yang efektif dapat
bertahan 15-20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin bertujuan mencegah sebelum terjadinya
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

infeksi dari virus hepatitis A dan memberikan perlindungan terhadap virus sedini mungkin 2-4
minggu setelah vaksinasi.

Pemberian vaksinasi untuk hepatitis A, diberikan kepada :

· Mereka yang menggunakan obat-obat terlarang (psikotropika/narkoba) dengan menggunakan


jarum suntik.
· Mereka yang bekerja sebagai pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang
kurang mendapatkan perhatian akan keamanan dan kebersihan dari makanan itu sendiri.
· Orang yang tinggal dalam satu pondok atau asrama yang setiap harinya berkontak langsung.
Mungkin diantara penghuni pondok asrama memiliki riwayat penyakit hepatitis A.
· Balita dan anak-anak yang mungkin tinggal dalam lingkungan yang memiliki tingkat resiko yang
lebih tinggi akan hepatitis.
· Seseorang yang suka melakukan oral seks/anal.
· Seseorang yang teridentifikasi penyakit hati kronis.
Menjaga kebersihan terhadap diri pribadi dan lingkungan sekitar tempat tinggal
merupakan upaya awal yang sangat penting sebagai proses pencegahan lebih dini sebelum
terjangkit atau mengalami resiko yang lebih tinggi terhadap serangan penyakit hepatitis. Selalu
menjaga kebersihan dengan mengawali langkah yang mudah salah satunya dengan cara
membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu.

Namun bagi mereka yang suka berpergian ke luar negeri yang mungkin di negara tersebut
memiliki sanitasi yang kurang baik sebagai pencegahan tak ada salahnya untuk melakukan
vaksinasi minimal 2 bulan sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri. Akan tetapi bagi mereka
yang sudah teridentifikasi terkena virus hepatitis A (HAV), globulin imun (IG) harus diberikan
sesegera mungkin dengan pemberian vaksin minimal 2 minggu setelah teridentifikasi virus
hepatitis A.

2. Upaya pencegahan untuk Hepatitis B (HBV)

Pemberian vaksinasi ini juga dinilai sangat optimal dan efektif bagi mereka yang
teridentifikasi hepatitis B dan dapat membantu memberikan perlindungan kurang lebih selama 15
tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menuturkan bahwa semua bayi yang baru
lahir dan mereka yang sudah berusia sampai dengan 18 tahun dan dewasa diwajibkan untuk
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

diberikan vaksin sebagai upaya perlindungan dan pencegahan terhadap resiko infeksi
divaksinasi. Dengan pemberian 3 suntikan pada jangka waktu 6-12 bulan wajib memberikan
perlindungan penuh.

Semua anak, para remaja dan orang dewasa pun serta mereka yang aktif secara seksual
perlu diberikan vaksinasi. Terutama bagi mereka yang bekerja langsung menangani darah atau
produk darah seperti pendonor atau pekerja laboratoruim setiap harinya harus diberikan vaksin.
Mereka yang menggunakan obat terlarang dengan menggunakan jarum suntik juga sangat
dilarang untuk saling bergantian atau menggunakan jarum suntik yang sama, sedotan kokain
atau jenis lainnya.

3. Upaya pencegahan Hepatitis C (HCV)

Tidak ada vaksin untuk mencegah virus dari hepatitis C ini . Pemberian vaksin pada
hepatitis A dan B tidak memberikan sistem imunitas atau kekebalan terhadap virus hepatitis C.
Hanya saja upaya preventif untuk mencegah dan mengobati virus hepatitis C ini yang mungkin
dapat dilakukan adalah sama halnya dengan pemberian vaksin yang sama seperti hepatitis B.

Dengantiadanyavaksinterhadap hepatitis C,
caraterbaikuntukmencegahinfeksiadalahuntukmengurangirisikokitatersentuholehdarah orang
lain. Hal inijugaberlakuuntuk orang yang sudahterinfeksi HCV, agar menghindaripenularanpada
orang lain.

Cara terbaikuntukmenghindarifaktorrisikoterbesarterhadappenularan HCV


adalahuntukmenghentikanpenggunaannarkobasuntikan –
atautidakmulai.Namuninitidakrealistisuntuksemuanya.Jikakitatetapmenyuntiknarkoba,
kitaselaluharusmemakaialatsuntikdanpelengkapbarudansucihama, termasukjarumsuntik,
semprit (insul), dapur, kapas, dan air, setiap kali kitamenyuntik.
Janganmemakaialattersebutbergantian.Bilakitaharusmembaginarkoba,
membaginyawaktukering (masihberbentukserbuk),
ataupakaisempritbarudansucihamauntukmembaginya.
Janganmengisilarutannarkobapadasemprit orang lain, dantentukandaerahsuntikanadalahbersih.
Menghindarihubungandengandarah orang lain.
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

Janganmemakaisikatgigi, alatcukur, pemotong kuku, ataualat lain yang


mungkinterkenadarahsecarabergantian. Bilaingindilakukantatoatautindikanlain,
pastikandilakukanolehahli yang dapatdipercaya, dandengancara yang bersih, termasukalat yang
sucihama/sekalipakai.

Walaupun HCV tidakmenularsecaraefisienmelaluihubunganseks,


sebaiknyakitamemakaikondomuntukmengurangirisikomenularkanatauditularkan HIV, HCV
atauinfeksimenularseksual lain.

Liputan6.com, Jakarta Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan 100 juta orang hidup dengan
Hepatitis B kronis dan 30 juta orang hidup dengan Hepatitis C kronis. Setiap tahun di wilayah
tersebut, Hepatitis B menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru dan 300.000 kematian.
Sedangkan Hepatitis C menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru dan 160.000 kematian.

Untuk mengendalikan virus hepatitis ini Kementerian Kesehatan RI melalui situs resmi Sehat
Negeriku menyatakan memiliki lima aksi utama, yaitu:

1) Peningkatan kesadaran, kemitraan dan mobilisasi sumberdaya


2) Pengembangan surveilans Hepatitis untuk mendapatkan data sebagai dasar untuk
penyusunan respons penanggulangan
3) Memperkuat hukum dan peraturan
4) Upaya pencegahan secara komprehensif
5) Deteksi dini, dan tindak lanjutnya yang mencakup akses Perawatan, dukungan dan
Pengobatan.

Kementerian Kesehatan juga saat ini sedang melakukan beberapa upaya, seperti:

1. Meningkatkan advokasi, teknis, dan pengetahuan umum tentang virus Hepatitis kepada
anggota masyarakat, penyedia layanan kesehatan dan stakeholder.

2. Mendorong Dinas Kesehatan untuk mengembangkan rencana strategis tingkat provinsi

3. Memperluas akses masyarakat terhadap perawatan, dukungan dan pengobatan


KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

4. Mengintegrasikan upaya kesehatan yang berhubungan dengan Hepatitis virus, HIV AIDS, serta
kesehatan ibu dan anak

5. Mengintegrasikan upaya kesehatan masyarakat yang baik melalui peningkatan efisiensi dan
efektivitas kerja

6. Memperbaiki strategi nasional pengendalian Hepatitis

7. Memperbaiki pedoman

Dengan adanya upaya pencegahan dan pengendalian Hepatitis ini, diharapkan Eliminasi
Penularan Hepatitis B, bersama dengan HIV dan Sifilis dari ibu ke anak dapat tercapai pada 2020
dan eliminasi Hepatitis C dapat tercapai pada 2030.

Kemkes menyatakan, strategi menuju Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak melalui
beberapa program seperti peningkatan cakupan imunisasi pada bayi baru lahir kurang dari 24
jam dari saat kelahirannya, deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok berisiko tinggi
lainnya, masing-masing dengan cakupan paling tidak 90 persen.

Sedangkan strategi untuk mencapai Eliminasi Hepatitis C, dilakukan dengan tatalaksana kasus
Hepatitis C dengan pemilihan jenis obat yang tingkat kesembuhan di atas 90 persen, efek
samping relatif rendah, dan harga yang terjangkau. Dan deteksi dini penemuan kasus secara
aktif, masing-masing cakupan paling tidak 90 persen.

5 Aksi Pemerintah Mengatasi Hepatitis di Indonesia, antara lain :

1. Peningkatan kesadaran, kemitraan, dan mobilisasi sumber daya


2. Pengembangan surveilans Hepatitis untuk mendapatkan data sebagai dasar penyusunan
respons penanggulangan
3. Memperkuat hukum dan peraturan
4. Upaya pencegahan secara komprehensif
5. Deteksi dini, dan tindak lanjut yang mencakup akses Perawatn, dukungan, serta
Pengobatan
KLINIK GINJAL & HIPERTENSI
LESTARI
JL.Sompok Baru No. 76-78 Semarang
Telp (024) 831046

Kementerian Kesehatan juga mengungkapkan bahwa untuk Elimininasi Penularan Hepatitis B


dari ibu ke anak, bisa dilakukan dengan cara meningkatkan imunisasi bayi yang baru lahir kurang
dari 24 jam dari kelahirannya, serta deteksi dini hepatitis b pada ibu hamil dan kelompok lain yang
berisiko tinggi hepatitis B.

Sedangkan untuk Eliminasi Hepatitis C, bisa dilakukan melalui tatalaksana kasus Hepatitis C
dengan cara pemilihan jenis obat hepatitis tingkat kesembuhan 90%, efek samping rendah atau
tanpa efek samping, serta harga yang terjangkau.

Selain langkah untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas pada masyarakat mengenai
hepatitis, kemeterian kesehatan juga memberikan penyuluhan tentang penyakit lain seperti HIV
AIDS yang menjadi momok menakutkan yang mulai merebak di Indonesia.

Dengan adanya cara atau upaya yang dilakukan dalam pengendalian Hepatitis ini, penularan
yang biasa terjadi dari hepatitis B bisa dikendalikan sama seperti penyebaran HIV AIDS dari ibu
ke anak, di tahun 2020 (hepatitis B) dan 2030 (hepatitis C)

Anda mungkin juga menyukai